Karya ketiga ku, jika berkenan mohon dibantu untuk dukungan kalian dan jangan lupa komentarnya. Terima kasih banyak 🫶 😍 Jangan lupa mampir ke karya Thor yang lain, 1. Mencintai Pacar Sahabatku 2. Suami Pengganti yang Membenciku
“Kalau boleh tahu, Rachel sakit apa?” Jo kembali melangkah mendekat. “Saya kurang tahu, hanya tadi pagi dokter dipanggil tuan kemari untuk memeriksa non Rachel,” jelas sekuriti. Jonathan terdiam untuk beberapa saat, hingga panggilan seorang wanita membuat keduanya menoleh ke sumber suara. “Pras, siapa itu?” suara nenek Maria terdengar dari dalam. Dan tak lama, wanita sepuh itu berjalan mendekat menuju gerbang. “Nyonya, ini teman nona Rachel,” beritahu Prasetyo sembari menggeser tubuhnya. Sehingga sosok Jonathan terlihat di pandangan nenek Maria. “Jonathan?” wajah nenek Maria terlihat berbinar melihat tunangan cucunya. Dia kembali melangkah mendekati Jonathan. Jonathan tersenyum kikuk, sembari mengusap tengkuknya. “Apa kabar nek?” sapa Jonathan sembari meraih tangan nenek Maria. Namun justru nenek Maria membalasnya dengan memeluk tubuh jangkung Jonathan. “Apa kamu datang kemari untuk menjenguk Rachel?” ucap nenek Maria sembari tersenyum hangat. “Ayo masuk ke dalam! Rachel pasti
“Jonathan!!” nyaringnya suara Rachel, membuat nenek Maria pun ikut mendengarnya. Berjalan tergopoh-gopoh menghampiri cucunya. “Ada apa Rachel? Apa yang terjadi?” ucap nenek Maria dengan raut wajah cemas. “Nek, Jonathan.. Mpphhh,” belum Rachel menyelesaikan ucapannya, tangan besar Jonathan membungkam mulutnya sembari mulutnya mendesis ‘Sstt’. Mengisyaratkan Rachel untuk menutup mulutnya. Wajah Jonathan terlihat memerah dan panik. Dia kembali menatap ke arah nenek Maria. “Tidak nek, bukan masalah besar. Tadi Jo tidak sengaja menginjak kaki Rachel,” ujar Jo dengan garis bibir melengkung. Bukan masalah besar dia bilang? Dasar pembuat onar tak tahu diri! Bahkan Jo tidak mengucapkan permintaan maafnya, telah menyentuh miliknya yang sangat pribadi. Rachel menggigit telapak tangan Jonathan yang masih menutupi mulutnya. “Auwwww..” teriak Jonathan mengaduh, merasakan kuatnya gigitan Rachel. Menarik tangannya dan menatap pada telapak tangan yang merah dengan bekas gigi Rachel yang masih te
Pagi itu setelah menyelesaikan sarapannya, Rachel bersiap untuk berangkat ke sekolah. “Apa benar, Jonathan yang akan menjemputmu?” tanya Jacob pada putrinya. Rachel terdiam, tadinya dia lupa namun kini diingatkan kembali dengan ucapan ayahnya. “Tentu, kemarin Jonathan sudah berjanji akan mengantarkan Rachel. Iya kan, Chel?” justru nenek Maria yang terlihat antusias menjawab. Rachel tersenyum kaku mendengar jawaban nenek Maria. “Baguslah, papa hanya berharap semoga hubungan kalian semakin dekat. Karena dalam waktu satu tahun ke depan, kamu akan jadi istrinya Jonathan,” ucap Jacob dengan senyum simpul. “Waktu satu tahun, tentu cukup untuk kalian saling mengenal,” timpal Natasya. Rachel bergeming, bingung bagaimana menanggapi obrolan orang-orang dewasa itu. “Baiklah papa, mama, nenek, Rachel berangkat dulu,” pamit Rachel sembari mencium tangan mereka secara bergantian. Rachel pun melangkah keluar rumah, memutuskan untuk menunggu Jonathan di depan pintu gerbang. Sudah sepuluh men
Keliling lapangan bola yang begitu luas, tentu sangat mudah dilakukan oleh Jonathan. Apalagi mempunyai tungkai kaki yang panjang, sehingga membuatnya dengan cepat menyelesaikan sepuluh kali putaran.Berbeda halnya dengan Rachel yang tampak merasa kelelahan, bahkan di putaran yang ke empat energinya terkuras habis.Nafasnya tersengal, keringat membanjiri dahi dan pelipisnya.Jonathan akan melakukan putaran yang ke delapan, Namun saat berpapasan dengan Rachel, langkahnya terhenti di samping gadis itu.“Makanya, manusia itu gak cuma butuh buku. Kita juga butuh olahraga biar badan gak loyo,” ucap Jonathan terdengar meremehkan Rachel.Rachel mengusap peluh dari dahinya, menatap tajam ke arah Jonathan.“Heh, ini semua gara-gara lu! Coba lu jemputnya gak telat, gue gak akan dihukum seperti ini! Huh!” sentak Rachel, lalu segera memacu langkahnya kembali. Berlari melewati Jonathan.Jonathan sengaja memperlambat langkah kakinya agar sejajar dengan langkah Rachel.“Dasar siput! Kalau larimu sepe
Bel jam istirahat berbunyi, pak Supri mulai meninggalkan kelas. Rachel menutup bukunya, kini dia ingin melihat kondisi lututnya. “Lu jatuh tadi?” tanya Jonathan yang ikut melihat ke arah lutut Rachel. Namun Rachel masih mengacuhkan Jonathan, bahkan sekedar menjawab pun tidak. Rachel meniup lukanya agar rasa perih itu sedikit hilang. Sungguh sial nasibnya hari ini. Gara-gara berangkat sekolah dengan Jo, seharian ini keberuntungan seakan tak berpihak padanya. Hal yang mengejutkan terjadi, tatkala Jo berjongkok di depan Rachel. Dan tanpa kata-kata, membungkus luka Rachel menggunakan sapu tangan. Mata Rachel sampai membelalak melihat sikap Jo yang diluar dari dugaan. “Sorry, gara-gara gue lu jadi harus dihukum,” ucap Jo dengan serius, mampu menggetarkan hati Rachel. Sontak Rachel merasakan hawa panas di kedua pipinya. Jika ada cermin di depan, pasti Rachel bisa melihat bagaimana meronanya pipinya kini. Jo menyatukan kedua ujung sapu tangan lalu mengikatnya. “Selesai!” ucap Jonatha
“Cincin warisan dari opa,” jawab Jonathan seadanya. Dia berusaha keras untuk bersikap tenang agar temannya tidak curiga.“Oh cincin warisan. Gue kira cincin tunangan.”Deg, tebakan Ray tidak salah. Membuat hati Jonathan dibuat ketar-ketir.Tidak mungkin jika Jonathan berkata dia telah bertunangan, apalagi tunangannya adalah gadis cupu di kelas. Mau ditaruh dimana harga diri Jo yang merupakan siswa paling kece di sekolah?“Ayo masuk Ray, tuh gurunya udah mau jalan kesini,” ajak Jonathan beranjak dari tempat duduk, lalu mendahului Ray memasuki kelas.Tak lama, suasana kelas yang tadinya ramai mendadak hening ketika guru mata pelajaran sejarah masuk dalam kelas.Pak Mamik segera memulai pelajaran. Seperti biasa jika guru sejarah mengajar, maka para siswa yang duduk di bangku belakang mulai mencari cara agar tidak mengantuk.Ada beberapa yang sengaja mengunyah permen karet, dan bahkan ada yang memainkan game online. Tentunya hanya siswa yang duduk di barisan belakang yang berani melakukan
“Eh pak Supri,” ucap Jo sembari nyengir. Dia malu karena tindakannya tertangkap basah oleh sang guru killer. “Kalau mau baca ya tinggal masuk, ngapain kamu malah berdiri di depan? Mau ngintip siapa kamu?” tanya pak Supri lagi dengan tatapan memicing. “Nanti dulu deh pak, mendadak perut saya lapar. Saya mau ke kantin dulu,” jawab Jo mengelak, lalu segera menunduk hormat dan melangkah cepat meninggalkan teras perpustakaan. “Dasar anak bandel!” omel Supri. Lalu segera melanjutkan niatnya untuk memasuki perpustakaan. Sementara itu saat Rachel tengah sibuk memilih buku yang hendak dia pinjam. Sapaan seseorang membuat atensinya teralihkan. “Rachel? Kamu disini juga?” tanya Nolan dengan senyum yang tersungging di bibir tipisnya. “Eh Nolan? Ya, aku mau nyari buku. Besok kan udah weekend, jadi biar ada bacaan di rumah,” jawab Rachel dengan senyum tipis. “Sendiri?” tanya Nolan lagi sembari melihat di sekeliling Rachel. “Hum, tadinya sama Mila. Tapi dia mau ke toilet sebentar, nanti juga
Setelah jam sekolah berakhir, Jonathan mendahului Rachel keluar dari kelas. Bahkan tidak menyapa sedikitpun, padahal mereka barengan ketika berangkat sekolah tadi. Kini Rachel bingung, dengan siapa dia akan pulang? Rachel menghubungi kontak ayahnya. Namun hingga berulang kali menelepon, Jacob tak juga menjawab. Bahkan Mila sudah keluar terlebih dahulu, karena Rachel mengira dia akan dijemput oleh ayahnya. Rachel mulai mengemas buku dan peralatan tulis, lalu segera membawa langkahnya keluar dari kelas. Dia mulai membuka aplikasi ojek online yang sudah terinstal di ponselnya. Selama ini Rachel belum pernah memesan ojek, dan ini kali pertamanya. Mengetik alamat sekolahnya lalu menulis alamat rumahnya di kolom selanjutnya. Rachel terlalu fokus menatap layar ponsel hingga tak menyadari langkahnya hampir sampai di pintu gerbang sekolah. Saat hendak menekan tombol pesan, ternyata ponselnya kehabisan kuota. Kesialan apa lagi ini? Rachel terus mengumpat dalam hati. Sungguh hari ini menj
Sebuah truk dengan muatan bahan bangunan terlihat dari kejauhan, Rachel melambaikan kedua tangan untuk mengisyaratkan pengemudi truk agar berhenti. Berharap mendapatkan pertolongan dari orang itu.Dan sesuai harapan, truk berwarna kuning itu berhenti. Rachel segera berjalan menghampiri. Sang supir truk mengeluarkan kepalanya lewat jendela.“Ada apa, dik? Ada yang bisa bapak bantu?” teriak sang supir truk berusia empat puluhan dengan wajah mengerut. Melihat gadis seusia putrinya berjalan sendirian di jalanan sepi, membuat rasa iba muncul dalam hatinya.Rachel mendongakkan kepala ke atas. “Pak tolong saya, saya tersesat. Bisakah bapak mengantar saya?”“Dimana rumahnya dik?” tanya pak supir sembari melihat ke sekeliling. Tak ada satu orangpun terlihat di sepanjang jalan yang sudah gelap.“Rumah saya jauh pak, saya bukan orang sini. Tadinya saya sedang ikut kegiatan study tour. Tapi entah apa yang membuat saya tersesat, saya masih mengingatnya.”Melihat wajah gadis yang memelas itu, membu
"Jo, Rachel gak ada di bus. Gue udah bilang ke Bu Lastri," ucap Mila pada panggilan yang terhubung.Berita menghilangnya Rachel mulai tersebar di kalangan guru dan murid-murid.Setiap peserta ditanya satu persatu oleh Bu Lastri selaku wali kelas, juga guru pembimbing di bus 12B.Tak ada satu orang pun yang mengetahui kemana perginya Rachel. Selain dari pengakuan Mila dan teman-teman satu mejanya, jika terakhir kalinya Rachel berpamitan ke toilet sebelum gadis itu menghilang.Perjalanan terpaksa ditunda. Bu Lastri menyampaikan hal ini pada guru-guru yang lain. Mereka pun segera berpencar untuk mencari keberadaan muridnya.Jonathan tampak panik, sedari tadi dia mengelilingi bangunan resto hingga berkali-kali. Namun tak juga menemukan keberadaan Rachel.Hari sudah semakin gelap, matahari pun sudah tenggelam di peraduan. Rasa khawatir dalam hati Jonathan pun semakin menjadi-jadi.Saat tengah berpikir, dua temannya menghampiri Jonathan yang tengah berjalan mondar-mandir.“Jo?” suara Ray te
Jonathan merasakan bahagia yang teramat sangat. Meskipun dia tak mendengar jawaban dari bibir Rachel secara langsung, namun cukup dengan anggukan Rachel sudah mampu meyakinkan diri jika perasaan cintanya telah disambut.Hari ini Jonathan akan mencatat dalam memorinya, hari dan tanggal mereka jadian.Rachel kini adalah kekasihnya, status itu tentu akan memperkuat hubungan mereka sebelum menuju ke jenjang yang lebih serius.Tak ada lagi yang berani mengganggu Rachel, termasuk Jessi. Jonathan akan berada di garda terdepan melindungi Rachel dari para pengganggu.Saat langkah mereka tiba di ambang pintu resto, Rachel menarik tangannya dari genggaman Jonathan. Membuat pemuda itu menoleh dengan raut bingung.“Kenapa Beb?”Deg, Rachel terkesiap mendengar panggilan Jonathan padanya. Apakah semua orang akan memanggil dengan sebutan itu, ketika sudah berpacaran? Seperti Mila dan Rayjendra.“A-aku mau makan sama Mila,” jawab Rachel sembari menundukkan pandangan. Baru kali ini dia merasa sangat ma
Jessi dibuat melongo dengan kata-kata yang keluar dari mulut Jonathan. Bagaimana tidak, jika dia mendengar langsung pengakuan dari pemuda itu?“Apa lu bilang, Jo? Calon istri?” tanya Jessi dengan tatapan tak percaya. Berusaha menarik lengan pemuda itu agar mau melihat ke arahnya, namun Jonathan justru membantu gadis Cupu itu.“Lu gak apa, Chel? Ada yang luka?” tanya Jonathan dengan tatapan menelisik pada baju Rachel yang sedikit kotor terkena rumput kering.Mila yang lebih dulu berdiri menatap ke arah Jessi dengan remeh sembari berkata, “tuh kan apa gue bilang. Lu gak budeg kan? Telinga lu masih bisa mendengar? Ngapain lu masih di sini?” tanya Mila ketus.Wajah Jessi tampak memerah. Pertanyaannya bahkan belum sepenuhnya dijawab oleh Jonathan, justru kini dia diserang oleh gadis gembel yang dia benci.“Gue gak percaya, gue gak akan percaya sampai gue melihat bukti itu sendiri!” tukas Jessi berusaha menutupi rasa kecewanya.Mila tersenyum sinis, “bukti apa lagi? Lu kan udah denger sendi
Rachel segera beranjak dari ranjang menghampiri Jonathan dan segera mengunci pintu.“Gawat, terus gimana Jo? Bisa gawat kalau yang lain tahu lu ada di sini!”Rachel tampak panik, namun segera memikirkan langkah yang tepat. Hingga akhirnya tercetus satu ide untuk mengeluarkan Jonathan dari kamarnya tanpa diketahui orang lain.“Jo, sini deh! Lu keluar lewat sini,” perintah Rachel sembari membuka lebar kaca jendela.Jonathan tampak masih bingung, tak berpindah dari posisinya. Hingga terdengar ketukan pintu dari luar. Suara Mila terdengar memanggil nama Rachel.Karena tak sabar, Rachel segera menghampiri Jonathan dan menarik tangannya.“Buruan Jo! Cepetan, kalau gak mau kena masalah!” Rachel berusaha mendorong tubuh jangkung itu agar mau menaiki jendela yang tingginya hanya sebatas paha.“Tapi Chel, jendelanya kecil. Mana muat badan gue?” “Dicoba dulu!” Rachel kembali mendorong tubuh Jonathan.“Aduh, batang gue nyangkut Chel!” seru Jonathan ketika setengah tubuhnya keluar, namun miliknya
“Chel, akhirnya lu..” Ucapan Jonathan mengambang di udara, ketika yang dilihatnya justru seorang wanita aneh dengan pakaian seksi. Wanita dengan riasan menor, dengan bulu mata palsu berlapis. Juga bibir tebal dengan lipstik merah menyala. Mata Jonathan terbelalak mengawasi wanita yang seperti makhluk jadi-jadian itu. Mulai melangkah mundur, selangkah demi selangkah tatkala wanita itu berjalan gemulai ke arahnya. “Hay ganteng! Butuh kehangatan?” ucap wanita itu dengan suara bariton yang sengaja dibuat mendayu. Jonathan bergidik ngeri melihat sosok yang sama menakutkannya dengan hantu di film horor. “Tidak Om, eh.. Tante. Saya mau cari pacar, eh.. maksudnya istri saya,” jawab Jonathan dengan senyum yang terlihat kaku. Dadanya semakin berdegup kencang, kala wanita aneh itu terus melangkah maju ke arahnya. “Jangan panggil Tante dong, eike masih muda keles.” “Eit! Tante mau ngapain?” tanya Jonathan dengan sikap siaga. Meletakkan kedua tangannya menyilang di depan dada. “Bener, you
Rachel menekan dada Jonathan untuk menjauhkan tubuhnya, namun supir bus mengerem mendadak. Membuat tubuh Rachel malah semakin melekat, hingga pipinya menempel pada dada Jonathan.Dag, Dig, Dug!Bunyi detak jantung Jonathan begitu jelas terdengar di telinganya. Rachel sedikit mendongakkan kepala, terlihat pemuda itu menahan nafas dengan wajah memerah.Terdengar beberapa murid perempuan yang berteriak histeris, bahkan ada beberapa yang beranjak dari bangku untuk melihat ke depan. Untuk melihat, hal apa yang membuat bus berhenti mendadak.Tangan Jonathan terulur memegang kedua bahu Rachel, lalu mendorong agar gadis itu kembali duduk di posisinya. Tentunya dengan gerakan lembut dan sangat hati-hati.“Gue bisa kehilangan akal sehat, kalau posisi lu terlalu dekat,” ujarnya setengah berbisik, membuat Rachel tersadar dan segera membuang pandangannya ke samping.Jonathan pun beranjak dari kursi, melihat ke depan. Ternyata bus berhenti karena ada seekor anjing melintas. Setelah hewan berkaki em
“Ya, gue cemburu, Chel!”Mata Rachel melebar setelah mendengar ucapan Jonathan dengan wajahnya yang serius itu. Lidahnya mendadak kelu, tak mampu berkata-kata.“Lu milik gue, dan gue gak ijinin siapapun deketin lu! Gue harap lu paham,” lanjut Jonathan. Diraihnya tangan Rachel yang terkulai di atas meja. Lalu menggenggamnya erat, seraya mengusapnya dengan kedua ibu jarinya.Rachel menelan salivanya dengan susah payah, mendadak tenggorokannya terasa kering. Degup jantungnya terus berpacu.“Kalau gue gak boleh dekat sama Nolan, lalu lu sendiri kenapa masih dekat sama Jessi,” balas Rachel sembari membuang pandangannya ke samping.“Lu kan tahu sendiri, bukan gue yang deketin Jessi. Tapi dia yang terus deketin gue.” Jonathan coba menjelaskan.“Tapi kalian cocok kok, sama-sama tinggi dan idola,” sahut Rachel dengan suara lirih. Wajahnya terlihat kesal, bibirnya pun mengerucut. Hal itu terlihat di pandangan Jonathan, meskipun gadis itu berusaha menghindari kontak mata dengannya.“Lu cemburu?”
Begitu tiba di kantin, Jonathan segera menghampiri meja Rachel, lalu mencengkram kerah seragam Nolan.“Ikut gue!!”“Jonathan, tapi makananku..” Nolan berusaha menolak karena makanannya masih tersisa banyak.Jonathan pun mengambil mangkuk soto milik Nolan, dan membawanya ke meja yang lebih jauh.“Lu duduk di sini! Jangan genit deh lu! Sok jadi playboy, gak pantes tahu!!” sentak Jonathan memaksa Nolan untuk duduk di kursi lain. “Lanjutin makannya! Selesai ini, lu cabut dari sini! Paham?”Nolan yang sedikit takut melihat perangai Jonathan, hanya bisa mengangguk. Lalu segera melanjutkan acara makannya.Sementara itu, Rachel masih terkesiap melihat kedatangan Jonathan yang tiba-tiba. Matanya terus menatap ke arah Jonathan dan Nolan berada.Sedangkan Mila tampak senang melihat kehadiran kekasihnya di sana.“Kok lu susulin kita ke sini sih, Ray?” tanya Mila, lalu meminta Ray untuk duduk di sebelahnya.“Gue ngikutin Jonathan. Tadinya kita ke perpus, gue kira kalian di sana. Ternyata di sini,”