Share

Bab 7 : Pulang Bersama

"Lo baik-baik saja? Tu kan udah gue bilang, wajah lo merah. Lo pasti masih pusing,” ujar Jo, lalu memaksa Rachel untuk berbaring kembali.

“Tapi gue baik-baik aja, Jo. Gue mau balik ke kelas," ujar Rachel masih bersikeras. Tak pernah seumur hidupnya melewati pelajaran di kelas. Bahkan dalam keadaan sakit, Rachel selalu memaksa dirinya untuk mengikuti pelajaran.

Jo terlihat menghembuskan nafas pelan, lalu diraihnya kacamata dari wajah Rachel dan meletakkannya di atas nakas.

“Istirahatlah, gue tunggu di sana jika lo merasa sungkan.” Jo mengambil selimut tipis lalu menutup tubuh Rachel hingga batas leher. Kemudian melangkah menuju ranjang lain, dan duduk di sana.

Entah mengapa Jo merasa senang melihat Rachel tanpa kacamatanya. Setidaknya lebih enak dipandang mata.

Jo mengambil ponselnya dan mulai bermain dengan benda pipih itu.

Sementara Rachel berusaha untuk mengistirahatkan matanya. Memang kepalanya masih terasa pusing, namun dia tidak bisa tidur di tempat asing. Sungguh tidak nyaman, apalagi bersama seorang pemuda.

Rachel bergerak menghadap ke tembok. Dirinya masih berusaha untuk menormalkan detak jantungnya. Meskipun pandangannya buram, Rachel merasa Jo terus memperhatikannya.

Apa yang ada di pikiran bocah tengil itu, Rachel pun tak mengerti. Hingga tak lama Rachel mulai tertidur tanpa sadar.

Sementara Jonathan merasa bosan, hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun. Perutnya mendadak lapar, hingga Jo memutuskan untuk ke kantin membeli beberapa cemilan yang bisa dijadikan pengganjal perut.

Jo melangkah santai melewati kantor guru. Meski ada beberapa guru yang melihatnya berjalan-jalan di jam pelajaran, tak ada satu guru pun yang berani menegurnya.

Hingga tak lama, Jo kembali ke UKS membawa beberapa cemilan dan minuman. Dia bahkan sengaja membeli masing-masing dua untuk dirinya dan Rachel. Ya, hanya sebagai bentuk permintaan maaf, tak lebih.

Jo terus saja memandangi gadis yang tidur meringkuk dengan posisi memunggunginya.

Hingga dering telepon membuat Jo segera mengangkat panggilan, agar tidak mengganggu tidur Rachel.

Jo kini sudah berada di depan UKS.

“Ya, halo.” Jo tak sempat melihat ke layar ponsel, entah siapa yang menelpon.

“Halo, Jonathan. Papa Rachel memintamu untuk mengantarkan Rachel pulang, karena dia ada pekerjaan mendadak. Tolong Jo, nanti kamu antar Rachel pulang ke rumahnya. Ingat jangan kau berbuat aneh-aneh!”

Tentu itu telepon dari Nicholas. Siapa lagi yang berbicara tanpa jeda, lalu menutup telepon tanpa mendengar komentar putranya.

Tak perlu menjawab, Jo sudah mengetahui kebiasaan papanya. Berbicara tanpa meminta pendapat. Baiklah, Jo akan mengantarkan Rachel. Toh hanya mengantarnya saja, tidak repot. Anggap saja permintaan maaf karena sudah membuat Rachel pingsan.

Jo menaruh kembali ponselnya lalu berjalan masuk. Kini ia sengaja duduk di kursi samping ranjang Rachel. Hanya berdiam diri hingga bel istirahat kedua berbunyi.

Rachel masih tenggelam dalam mimpi, Jo juga tidak enak hati membangunkan Rachel.

Tak lama, Mila datang memasuki UKS. Membuat Jo beranjak dari kursinya.

“Mil, gantian lo yang jaga. Eh, nanti bilang ke Rachel kalau pulangnya sama gue. Papinya gak jemput," ucap Jo sebelum menghilang di balik pintu.

Mila terlihat bingung dan aneh, menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Lalu menghampiri Rachel yang masih tertidur.

“Chel, bangun!" ucap Mila menepuk bahu Rachel.

Rachel sontak bangun dan menatap Mila.

“Gawat, gue ketiduran. Udah jam berapa ini, Mil?” Wajah Rachel terlihat begitu cemas.

“Istirahat kedua, Chel. Lu mau balik ke kelas atau mau di sini sampai jam pulang nanti?” tanya Mila.

“Kita balik ke kelas, Mil. Gue udah bolos mapel seni budaya.” Rachel menuruni ranjang. Lalu menarik tangan Mila dengan tergesa-gesa. Dia sengaja tidak melewati lapangan basket, trauma kena lemparan bola.

Meski sedikit tidak nyaman, Rachel masih terus memakai kacamatanya yang retak hingga pelajaran sekolah usai.

Rachel dan Jo sama-sama diam meskipun mereka duduk bersebelahan. Hingga guru keluar dari kelas, Rachel hendak berkemas.

“Eh cupu, papi tadi telepon gue, katanya lu pulang gue yang anter. Papi lu ada kerjaan mendadak gak bisa jemput," ucap Jo memberitahu. Namun tak juga ditanggapi Rachel. Gadis itu masih terdiam, entah mendengar atau memang sengaja mengabaikannya.

Sudahlah, yang penting Jo sudah memberitahu. Mau tidaknya itu terserah Rachel.

Rachel keluar mendahului Jo, berjalan bersama Mila menuju gerbang sekolah. Sementara Jo sudah berada di dalam mobil bersama Jessi yang duduk di sebelahnya.

Ketika hendak memacu mobilnya, ponsel Jo kembali berdering. Jo segera mengangkat telepon tanpa melihat pada layar.

“Halo Jo, kamu sudah sama Rachel? Papinya Rachel nanyain papa,” suara seseorang dari seberang telepon.

‘Mampus gue, sekarang kemana gue harus nyari si kutu buku itu,’ batin Jo.

“Halo Jonathan, Rachel sudah sama kamu kan? Coba kasih ponselmu ke Rachel, papa mau ngomong,” ucapan Nicholas semakin membuat Jonathan panik.

‘Mati gue! Bagaimana mungkin bisa papa bicara dengan gadis cupu itu, sementara Rachel sedang tidak bersamanya.’

Sementara itu Rachel tengah berjalan seorang diri, setelah berpisah dengan Mila di gerbang sekolah. Entah apa yang dipikirannya, padahal tadi Jo sudah menawarinya untuk pulang bersama, namun justru Rachel yang keluar mendahului.

“Hey, Cupu! Tunggu, berhenti di situ!” teriakan Jo cukup nyaring, hingga membuat Rachel menghentikan langkah dan menoleh ke arahnya.

Ketika melihat yang memanggilnya tak lain adalah rivalnya sendiri, Rachel kembali melangkah. Bahkan lebih cepat dari yang tadi.

Namun langkah panjang Jo mampu menyusul langkah Rachel. Jo meraih tangan Rachel, memaksanya untuk berhenti.

“Hey cewek aneh! Gue bilang berhenti, ngapain lo nyelonong aja, hah?” ucap Jo dengan nafas memburu. Meskipun Rachel pendek, namun kecepatan berlarinya boleh diadu.

Tadinya Jo sudah membuat Jessi marah karena tidak jadi pulang bersama. Masih mending Jessi yang marah, daripada Nicholas yang marah nantinya.

“Apa sih, Jo. Lepasin gue!” ucap Rachel berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Jonathan.

“Lo ngapain jalan sendiri? Hah? Gue udah bilang tadi sama lo, gue anterin lo pulang. Bukan gue yang pengen, tapi papi lu yang nyuruh,” ucap Jo menjelaskan tanpa berniat melepaskan cengkraman tangannya pada Rachel. Jo takut jika Rachel kembali melarikan diri.

“Gue bisa pulang sendiri Jo," ujar Rachel sembari menatap tajam Jonathan.

“Udah Lo jangan ribet deh, Lo harus pulang sama gue.” Jo menarik paksa Rachel agar mengikuti langkahnya menuju mobil. Jo tidak peduli meskipun gadis itu terus memberontak.

Hingga langkah mereka telah berada di depan pintu mobil. Jo membuka pintu depan dan memaksa Rachel agar masuk. Lalu Jo segera duduk di balik kemudi dan mengunci semua pintu.

Jo bernafas lega, kini sudah aman. Target sudah didapatkan. Jika nantinya papa menelepon lagi, Jo tidak akan panik.

Baru mau menghidupkan mesin mobil, Rachel berteriak dengan mengeluarkan kepalanya dari jendela.

“Tolong.. tolong aku diculik!” Teriakan Rachel terdengar sangat nyaring.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status