Share

Bab 6 : Rachel Pingsan

Author: Linda Malik
last update Last Updated: 2024-09-22 18:57:34

Rachel memandang pada cincin emas putih yang terpasang di jari manisnya. Teringat kembali saat Jonathan memasangkan cincin itu di jarinya. Sungguh rasanya seperti mimpi, mengingat itu membuat wajah Rachel memanas.

Hingga tepukan Mila membuyarkan lamunan.

“Hai, Rachel yuk kita ke kantin," ajak Mila, yang merupakan sahabat satu-satunya Rachel. “Muka lo kok merah, Chel? Lo sakit?” tanya Mila lagi.

“Hum, gak Mil, cuma pusing sedikit," jawab Rachel yang seratus persen bohong, sembari menyembunyikan jari manisnya agar cincin itu tak terlihat Mila. Rachel belum menyiapkan jawaban jika sahabatnya bertanya tentang cincin itu.

Keduanya berjalan beriringan menuju kantin sekolah yang letaknya lumayan jauh. Harus melewati lapangan basket. Dimana Jonathan dan yang lain tengah bermain di sana.

Rachel tampak gugup ketika melewati tepi lapangan basket. Jika ada jalan lain, mungkin dia akan melaluinya. Namun hanya ini jalan pintas menuju kantin.

Rachel bisa melihat saat Jonathan memandang ke arahnya. Namun Rachel tak ada niat untuk membalas. Dia berusaha berjalan cepat hingga Mila ikut berjalan terburu-buru.

“Chel, pelan-pelan aja jalannya. Masih lama juga waktu istirahat," ucap Mila sembari mengimbangi langkah Rachel yang setengah berlari.

“Gue laper Mil," jawab Rachel seadanya.

Hingga akhirnya mereka sampai di kantin. Memesan makanan dan minuman sembari mengobrol ringan.

Mila banyak bercerita tentang keluarganya, Rachel menanggapinya dengan anggukan dan jawaban singkat. Memang seperti itulah cara Rachel berteman, tidak banyak bercerita dan lebih banyak mendengar.

Hingga makanan dan minuman mereka tandas, keduanya berniat kembali ke kelas. Lima menit lagi bel sekolah berbunyi. Tentu Rachel harus berada di kelas, sebelum bel berbunyi.

“Mil, kita lewat depan kantor guru aja ya. Gue males lewat lapangan basket," ucap Rachel mengusulkan.

“Kejauhan lagi, Chel. Masak iya kita harus muter. Udah lewat lapangan basket aja biar cepet. Lagian bel masuk lima menit lagi," tolak Mila lalu berjalan mendahului Rachel.

Meski malas kembali melewati Jonathan, Rachel tak bisa berbuat apa selain mengikuti Mila dari belakang.

Pandangan Rachel lurus ke depan, dengan pikiran yang entah kemana. Hingga teriakan orang tak dia dengar.

“Minggir.. Awas!!!”

‘Bughhhh’

Tubuh Rachel terhuyung, setelah bola basket itu mengenai kepalanya. Hingga kacamatanya ikut terlempar ke tanah.

Rachel merasa melihat banyak bintang di atas kepalanya, hingga akhirnya tubuhnya jatuh tak sadarkan diri.

“Rachel.. Rachel,” teriak orang-orang yang mulai mengerumuni gadis yang baru saja pingsan.

“Minggir-minggir," ucap Jonathan membelah kerumunan siswa yang mengelilingi tubuh Rachel tanpa berniat menolong.

Jonathan mengangkat tubuh Rachel, setelah mengambil kacamata Rachel yang sedikit retak di beberapa sisi. Dia merasa bersalah karena akibat lemparan bola yang dia lakukan, tak sengaja mengenai Rachel.

Jonathan melangkahkan kakinya menuju UKS yang letaknya bersebelahan dengan kantor guru. Beberapa murid mengikutinya, Mila dan juga Jessi. Mila begitu khawatir akan kondisi sahabatnya. Sementara hati Jessi begitu panas melihat Jonathan justru menolong gadis cupu itu.

Jessi berjalan sembari menghentakkan kakinya dengan kasar, wajahnya terlihat berlipat karena rasa cemburu. Baru kali ini Jessi melihat Jonathan menggendong seorang gadis.

Sesampainya di UKS, Jonathan segera meletakkan tubuh Rachel di atas kasur. Lalu menoleh pada Mila.

“Mil, lo tahu gak cara bikin orang sadar?” tanya Jonathan dengan wajah khawatir.

Mila menggeleng, karena dia memang tidak pernah menolong orang pingsan.

“Jes, tolong ambil minyak kayu putih dari kotak p3k," pinta Jo pada Jessi yang berdiri di sisinya.

“Hah kok gue? Ogah, ngapain juga gue," tolak Jessi sembari bersedekap.

“Biar gue aja Jo, yang ambilin," ucap Mila kemudian, dia melangkah menuju kotak p3k yang tergantung di sudut ruangan.

Jessi melirik pada Mila, lalu segera menghampiri Mila. Ketika Mila membuka kotak, Jessi mengambil balsem paling panas. Lalu membawanya pada Jonathan.

“Nih pakai ini saja, Jo. Biar si cupu cepet sadarnya," ucap Jessi.

“Lo apaan sih Jes,” Jo mengambil balsem itu tapi meletakkannya di atas nakas samping ranjang. Lalu menoleh pada Mila.

Mila menyodorkan minyak kayu putih pada Jonathan, dan segera Jonathan membuka penutup minyak kayu putih. Lalu mendekatkan pada hidung Rachel.

Tak lama suara bel berbunyi.

“Ayolah Jo, kita harus masuk kelas. Biarin aja si cupu sama Mila. Kita balik ke kelas ya,” ucap Jessi sembari melingkarkan tangannya di lengan Jo. Namun Jo segera menepisnya.

“Gue merasa bersalah Jes, gara-gara gue Rachel jadi pingsan. Lo balik duluan gih, nanti gue nyusul.”

“Tapi—,”

“Udah gak apa, ntar juga gue balik kelas. Lagian habis ini kelas gue pelajaran seni budaya, jadi agak santai gurunya," ujar Jo memotong ucapan Jessi.

Meski berat meninggalkan Jo, tapi Jessi harus segera menuju kelas sebelum pak Supri sang guru killer memasuki kelasnya.

“Mil, lu juga kalau mau balik kelas gak apa. Biar gue yang jaga Rachel,” ucap Jonathan tanpa menoleh ke arah Mila. Tatapan Jo fokus pada mata Rachel yang tak kunjung terbuka.

“Baik, Jo.” Karena sudah ada Jo yang menemani Rachel, Mila sedikit lega. Tidak mungkin jika dirinya dan Jo ijin dari mata pelajaran seni. Tentu tak diizinkan.

Jo terus mengusap dahi Rachel dengan minyak kayu putih, dimana ada sedikit bekas memar akibat lemparan bola basket tadi.

Tangan yang lain terus memegang botol minyak kayu putih, dan mempertahankan posisinya di bawah lubang hidung Rachel.

Hingga tak lama mata Rachel terbuka perlahan. Membuat Jo terkejut.

“Jonathan?”

Kedua pasang mata saling menatap beberapa detik. Jo tertegun memandang mata indah yang selalu ditutupi kacamata. Mata bulat dengan bulu mata panjang dan lentik, sungguh wajah Rachel terlihat berbeda ketika tanpa kacamata.

“Lo sudah sadar? Gue minta maaf, tadi gue gak sengaja," ujar Jo dengan perasaan bersalah.

“Gue dimana Jo?” Rachel bangkit dari posisinya, mengamati keadaan di sekitarnya. Pandangannya begitu buram tanpa kacamata.

“Lo di UKS. Gue udah minta Mila buat ngizinin ke guru," jawab Jonathan.

“Kacamata gue mana?” tanya Rachel merasa tak nyaman tanpa kacamata.

Jo segera mengambil kacamata yang disimpan di kantong seragamnya. Lalu menyerahkannya pada Rachel.

“Sorry, gara-gara gue kacamata lo rusak, Chel.”

Mendengar ucapan Jonathan, membuat dada Rachel kembali berdebar. Baru kali ini Jo memanggil namanya. Biasanya pemuda tengil itu selalu memanggilnya kutu buku.

Dan memang benar, kacamata itu sedikit retak di bagian lensanya. Namun gagang kacamata masih normal dan bisa dipakai.

“Gue harus balik ke kelas, gue gak mau ketinggalan pelajaran.” Rachel hendak beranjak turun dari ranjang. Namun tangan Jo meraih lengannya.

“Gue kan udah bilang tadi. Mila udah izinin kita. Jadi lo bisa istirahat dulu di sini. Setidaknya sampai jam istirahat kedua,” jawab Jo memberi saran.

Namun fokus Rachel justru pada tangan Jo yang mencengkram lengannya. Sungguh membuat jantungnya semakin tidak aman. Hingga wajahnya memerah.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 7 : Pulang Bersama

    "Lo baik-baik saja? Tu kan udah gue bilang, wajah lo merah. Lo pasti masih pusing,” ujar Jo, lalu memaksa Rachel untuk berbaring kembali. “Tapi gue baik-baik aja, Jo. Gue mau balik ke kelas," ujar Rachel masih bersikeras. Tak pernah seumur hidupnya melewati pelajaran di kelas. Bahkan dalam keadaan sakit, Rachel selalu memaksa dirinya untuk mengikuti pelajaran. Jo terlihat menghembuskan nafas pelan, lalu diraihnya kacamata dari wajah Rachel dan meletakkannya di atas nakas. “Istirahatlah, gue tunggu di sana jika lo merasa sungkan.” Jo mengambil selimut tipis lalu menutup tubuh Rachel hingga batas leher. Kemudian melangkah menuju ranjang lain, dan duduk di sana. Entah mengapa Jo merasa senang melihat Rachel tanpa kacamatanya. Setidaknya lebih enak dipandang mata. Jo mengambil ponselnya dan mulai bermain dengan benda pipih itu. Sementara Rachel berusaha untuk mengistirahatkan matanya. Memang kepalanya masih terasa pusing, namun dia tidak bisa tidur di tempat asing. Sungguh tid

    Last Updated : 2024-10-10
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 8 : Rasa Bersalah Jo

    Jonathan panik, dan segera membungkam mulut berisik Rachel dengan telapak tangannya. “Apaan sih Lo, norak! Gue bukan nyulik Lo, gue cuma nganterin Lo. Lagian sebenarnya gak sudi juga gue nganter cewek aneh kayak Lo.” Jo menatap tajam ke arah Rachel, yang terdiam takut. Sementara tangan Jo masih membungkam mulutnya. Tak sadar Jonathan melepas kacamata dari wajah Rachel dan menyimpannya di saku seragam. ‘Nah kalau lihat Lo gini jauh lebih menarik.’ batin Jonathan. “Gue lepasin tapi Lo berhenti teriak. Ngerti? Atau kalau nggak—” wajah Jo terlihat memerah, entah mengapa melihat mata bulat Rachel membuat wajahnya memanas. Hingga tanpa melanjutkan ucapannya, Jo melepaskan tangannya dari mulut Rachel. Menghidupkan mesin mobil dan mulai memacunyas menuju rumah Rachel. Selama diperjalanan keduanya saling terdiam. Rachel ingin mengenakan kacamatanya, namun kacamata itu kini berada di saku seragam Jonathan. Rachel malu memintanya. “Dimana rumahmu?” Tanya Jonathan menghapus kesunyian. Rach

    Last Updated : 2024-11-02
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 9 : Menjenguk Rachel

    “Kalau boleh tahu, Rachel sakit apa?” Jo kembali melangkah mendekat. “Saya kurang tahu, hanya tadi pagi dokter dipanggil tuan kemari untuk memeriksa non Rachel,” jelas sekuriti. Jonathan terdiam untuk beberapa saat, hingga panggilan seorang wanita membuat keduanya menoleh ke sumber suara. “Pras, siapa itu?” suara nenek Maria terdengar dari dalam. Dan tak lama, wanita sepuh itu berjalan mendekat menuju gerbang. “Nyonya, ini teman nona Rachel,” beritahu Prasetyo sembari menggeser tubuhnya. Sehingga sosok Jonathan terlihat di pandangan nenek Maria. “Jonathan?” wajah nenek Maria terlihat berbinar melihat tunangan cucunya. Dia kembali melangkah mendekati Jonathan. Jonathan tersenyum kikuk, sembari mengusap tengkuknya. “Apa kabar nek?” sapa Jonathan sembari meraih tangan nenek Maria. Namun justru nenek Maria membalasnya dengan memeluk tubuh jangkung Jonathan. “Apa kamu datang kemari untuk menjenguk Rachel?” ucap nenek Maria sembari tersenyum hangat. “Ayo masuk ke dalam! Rachel pasti

    Last Updated : 2024-11-03
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 10 : Tikus Pengerat

    “Jonathan!!” nyaringnya suara Rachel, membuat nenek Maria pun ikut mendengarnya. Berjalan tergopoh-gopoh menghampiri cucunya. “Ada apa Rachel? Apa yang terjadi?” ucap nenek Maria dengan raut wajah cemas. “Nek, Jonathan.. Mpphhh,” belum Rachel menyelesaikan ucapannya, tangan besar Jonathan membungkam mulutnya sembari mulutnya mendesis ‘Sstt’. Mengisyaratkan Rachel untuk menutup mulutnya. Wajah Jonathan terlihat memerah dan panik. Dia kembali menatap ke arah nenek Maria. “Tidak nek, bukan masalah besar. Tadi Jo tidak sengaja menginjak kaki Rachel,” ujar Jo dengan garis bibir melengkung. Bukan masalah besar dia bilang? Dasar pembuat onar tak tahu diri! Bahkan Jo tidak mengucapkan permintaan maafnya, telah menyentuh miliknya yang sangat pribadi. Rachel menggigit telapak tangan Jonathan yang masih menutupi mulutnya. “Auwwww..” teriak Jonathan mengaduh, merasakan kuatnya gigitan Rachel. Menarik tangannya dan menatap pada telapak tangan yang merah dengan bekas gigi Rachel yang masih te

    Last Updated : 2024-11-04
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 11 : Memilih Hukuman

    Pagi itu setelah menyelesaikan sarapannya, Rachel bersiap untuk berangkat ke sekolah. “Apa benar, Jonathan yang akan menjemputmu?” tanya Jacob pada putrinya. Rachel terdiam, tadinya dia lupa namun kini diingatkan kembali dengan ucapan ayahnya. “Tentu, kemarin Jonathan sudah berjanji akan mengantarkan Rachel. Iya kan, Chel?” justru nenek Maria yang terlihat antusias menjawab. Rachel tersenyum kaku mendengar jawaban nenek Maria. “Baguslah, papa hanya berharap semoga hubungan kalian semakin dekat. Karena dalam waktu satu tahun ke depan, kamu akan jadi istrinya Jonathan,” ucap Jacob dengan senyum simpul. “Waktu satu tahun, tentu cukup untuk kalian saling mengenal,” timpal Natasya. Rachel bergeming, bingung bagaimana menanggapi obrolan orang-orang dewasa itu. “Baiklah papa, mama, nenek, Rachel berangkat dulu,” pamit Rachel sembari mencium tangan mereka secara bergantian. Rachel pun melangkah keluar rumah, memutuskan untuk menunggu Jonathan di depan pintu gerbang. Sudah sepuluh men

    Last Updated : 2024-11-05
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 12 Perhatian Jonathan

    Keliling lapangan bola yang begitu luas, tentu sangat mudah dilakukan oleh Jonathan. Apalagi mempunyai tungkai kaki yang panjang, sehingga membuatnya dengan cepat menyelesaikan sepuluh kali putaran.Berbeda halnya dengan Rachel yang tampak merasa kelelahan, bahkan di putaran yang ke empat energinya terkuras habis.Nafasnya tersengal, keringat membanjiri dahi dan pelipisnya.Jonathan akan melakukan putaran yang ke delapan, Namun saat berpapasan dengan Rachel, langkahnya terhenti di samping gadis itu.“Makanya, manusia itu gak cuma butuh buku. Kita juga butuh olahraga biar badan gak loyo,” ucap Jonathan terdengar meremehkan Rachel.Rachel mengusap peluh dari dahinya, menatap tajam ke arah Jonathan.“Heh, ini semua gara-gara lu! Coba lu jemputnya gak telat, gue gak akan dihukum seperti ini! Huh!” sentak Rachel, lalu segera memacu langkahnya kembali. Berlari melewati Jonathan.Jonathan sengaja memperlambat langkah kakinya agar sejajar dengan langkah Rachel.“Dasar siput! Kalau larimu sepe

    Last Updated : 2024-11-06
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 13 : Cincin Nikah?

    Bel jam istirahat berbunyi, pak Supri mulai meninggalkan kelas. Rachel menutup bukunya, kini dia ingin melihat kondisi lututnya. “Lu jatuh tadi?” tanya Jonathan yang ikut melihat ke arah lutut Rachel. Namun Rachel masih mengacuhkan Jonathan, bahkan sekedar menjawab pun tidak. Rachel meniup lukanya agar rasa perih itu sedikit hilang. Sungguh sial nasibnya hari ini. Gara-gara berangkat sekolah dengan Jo, seharian ini keberuntungan seakan tak berpihak padanya. Hal yang mengejutkan terjadi, tatkala Jo berjongkok di depan Rachel. Dan tanpa kata-kata, membungkus luka Rachel menggunakan sapu tangan. Mata Rachel sampai membelalak melihat sikap Jo yang diluar dari dugaan. “Sorry, gara-gara gue lu jadi harus dihukum,” ucap Jo dengan serius, mampu menggetarkan hati Rachel. Sontak Rachel merasakan hawa panas di kedua pipinya. Jika ada cermin di depan, pasti Rachel bisa melihat bagaimana meronanya pipinya kini. Jo menyatukan kedua ujung sapu tangan lalu mengikatnya. “Selesai!” ucap Jonatha

    Last Updated : 2024-11-06
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 14 Seperti Penguntit

    “Cincin warisan dari opa,” jawab Jonathan seadanya. Dia berusaha keras untuk bersikap tenang agar temannya tidak curiga.“Oh cincin warisan. Gue kira cincin tunangan.”Deg, tebakan Ray tidak salah. Membuat hati Jonathan dibuat ketar-ketir.Tidak mungkin jika Jonathan berkata dia telah bertunangan, apalagi tunangannya adalah gadis cupu di kelas. Mau ditaruh dimana harga diri Jo yang merupakan siswa paling kece di sekolah?“Ayo masuk Ray, tuh gurunya udah mau jalan kesini,” ajak Jonathan beranjak dari tempat duduk, lalu mendahului Ray memasuki kelas.Tak lama, suasana kelas yang tadinya ramai mendadak hening ketika guru mata pelajaran sejarah masuk dalam kelas.Pak Mamik segera memulai pelajaran. Seperti biasa jika guru sejarah mengajar, maka para siswa yang duduk di bangku belakang mulai mencari cara agar tidak mengantuk.Ada beberapa yang sengaja mengunyah permen karet, dan bahkan ada yang memainkan game online. Tentunya hanya siswa yang duduk di barisan belakang yang berani melakukan

    Last Updated : 2024-11-07

Latest chapter

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 220 : Pengen Punya Bayi

    Jonathan mengendap-endap berjalan menuju lemari pendingin yang berada di dalam dapur. Pandangannya merotasi ke seluruh penjuru ruangan guna memastikan keadaan di sekitar sepi.Hari sudah lewat tengah malam, namun demi mengambilkan air minum untuk istrinya, dia pun rela keluar kamar.Selama setahun sering mengunjungi rumah ini, Jonathan sudah mengenal tata letak ruangan juga tempat penyimpanan.Hingga langkahnya tiba di depan lemari pendingin, tangannya sudah siap membuka pintu lemari. Namun sebuah suara mengejutkannya.“Ehm.. ehm..” Suara deheman dari seseorang yang membuat jantung Jonathan hampir saja melompat keluar.Segera dia mengalihkan pandangannya ke belakang untuk melihat ke sumber suara.“Nenek? Kok udah bangun? Bukannya masih malam?”Wanita paruh baya itu melangkah mendekati pemuda yang sudah dianggap seperti cucunya sendiri.“Nenek haus, memang gak boleh ambil minum?” Tanpa membalas tatapan Jonathan, nenek Maria melangkah ke arah dispenser air. Mengambil satu gelas kosong d

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 219 : Round 2?

    Takut jika istrinya akan berteriak histeris, Jonathan semakin memperdalam ciuman seiring pergerakannya menekan pinggulnya ke bawah untuk membenamkan seluruh miliknya dalam tubuh sang istri. Tidak sama seperti malam pertama, meski rasa perih itu masih tersisa namun jujur Rachel mulai merasa enak. Mungkin benar apa yang diucapkan neneknya tadi, jika melakukannya yang kedua akan jauh lebih nikmat.Didorong oleh keinginan yang tiba-tiba muncul, kedua tangan Rachel bergerak memeluk leher Jonathan. Wanita itu pun tak malu-malu lagi membalas ciuman panas suaminya.Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa mencium bibir Jonathan yang sudah menjadi candu baginya.Seulas senyum tersungging di bibir Jonathan, hatinya pun terasa menghangat ketika menyadari sikap istrinya yang sudah tak lagi menolak.Perlahan Jonathan menggerakkan pinggulnya dan mulai memompa liang kewanitaan sang istri, tanpa melepaskan tautan bibir mereka.Suara ranjang berdecit, erangan Rachel ketika mencapai pelepasan, m

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 218 : Istri Paling Bahagia

    “Auwwwhh.. sakit, Bae!” ucap Jonathan dengan wajah meringis sembari menatap lengannya yang terdapat bekas gigitan Rachel.“Jangan ngomong yang enggak-enggak deh, Jo! Mana ada nenek bilang gitu?” elak Rachel seraya membuang pandangannya agar Jonathan tak melihat wajahnya yang sudah memerah itu.“Masak sih nenek gak bilang gitu? Apa gue salah denger ya?”‘Astaga, nenek! Kenapa sih pakai acara ngomong yang enggak-enggak?’ gerutu Rachel dalam hati.“Jangan mikir yang enggak-enggak deh. Buruan ganti baju!” perintah Rachel seraya mendorong punggung Jonathan menuju kamar mandi.Blam!Rachel sendiri yang menutup pintu kamar mandi. Mengalihkan perhatian Jonathan agar tak lagi membicarakan sesuatu yang bisa memancing hal yang mengancam ketenangannya.Selama Jonathan berada di kamar mandi, Rachel segera menyelesaikan rutinitasnya. Membersihkan wajah dan mengoleskan skincare di wajahnya. Lalu segera berbaring di atas ranjang dengan selimut yang menutup seluruh tubuhnya.Rasa was-was masih menggan

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 217 : Mencoba Yang Kedua?

    “Uhuukkk.. uhuukkk..!” Jonathan bergegas mengambil air mineral dan memberikannya pada Rachel. Merasa bersalah telah membuat istrinya itu tersedak karena kata-kata yang keluar dari mulutnya. Suara bel pintu terdengar menyentak perhatian Rachel dan Jonathan. Sontak keduanya pun menoleh ke arah pintu. “Ck, siapa sih?! Ganggu aja!” gerutu Jonathan sebelum akhirnya melangkah ke arah pintu. Membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Salah satu staf hotel membawakan koper milik Rachel. “Maaf mengganggu, tuan Jonathan. Kami hanya mengantarkan barang milik nona Rachel,” ucap staf hotel seraya menyerahkan koper itu. Setelah staf hotel pamit pergi, Jonathan segera menutup kembali pintu kamar. Menarik koper ke lemari penyimpanan. Lalu kembali melangkah menuju meja makan. Rachel beranjak dari kursi. Meskipun makanan di piringnya masih tersisa setengah, namun perutnya sudah terasa kenyang. “Mau kemana, Bae? Kok gak dihabisin makanannya?” tanya Jonathan dengan raut bingung. “Gue mau gant

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 216 : Mandi Bareng?

    Rachel melangkah mundur kala menyadari langkah Jonathan semakin mendekat. Namun baru beberapa langkah ke belakang, punggungnya sudah membentur dinding membuat langkahnya terhenti di tempat. Pengaruh alkohol itu sudah hilang sejak Rachel bangun tidur tadi. Jadi dalam keadaan sadar seperti ini, akal sehat Rachel kembali bekerja. Rachel menyilangkan kedua tangan di depan dada, sebagai isyarat agar Jonathan jangan mendekat. Namun sepertinya suaminya itu tak memahami maksudnya. Langkah Jonathan semakin mendekat, mengunci tubuh mungil istrinya di antara kedua tangannya yang diletakkan di sisi tubuh Rachel. Lagi dan lagi Rachel dibuat diam tak berkutik. Wajah tampan sang kapten basket yang telah berstatus menjadi suaminya, begitu membuat gadis cupu itu terpesona. Dalam jarak sedekat ini, Rachel bisa merasakan hembusan nafas Jonathan yang beraroma mint. Tatapan Jonathan yang begitu tajam namun ada kelembutan di dalamnya, membuat Rachel semakin hanyut dalam rasa nyaman. Bibir merah Jonath

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 215 : Panjang dan Keras seperti Terong

    “Mohon maaf tuan Jonathan, mengganggu waktu istirahat anda. Saya diminta nyonya Debora untuk membawakan sarapan ini,” ucap seorang wanita yang merupakan staf hotel. “Astaga mami! Ngapain sih pakai suruh orang buat bawa sarapan segala. Mengganggu aja!” gerutu Jonathan dengan suara kecil, namun masih bisa didengar oleh staf wanita yang masih berdiri di hadapannya dengan membawa nampan berisi sarapan. “Maaf tuan Jonathan, bolehkah saya masuk untuk menaruh makanan ini?” “Gak perlu, biar aku sendiri yang menaruhnya!” Jonathan meraih paksa nampan itu. “Sekarang pergilah!” perintah Jonathan lalu kembali masuk. Menutup pintu dengan kakinya. Meletakkan nampan di atas meja, kemudian melangkah menuju kamar. Berdiri di sisi ranjang dengan pandangan tertuju pada wanita yang masih tertidur lelap. Jonathan sedikit membungkukkan badan. Tangannya terulur memindahkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik Rachel. Garis bibir Jonathan melengkung, membentuk sebuah senyuman. Pagi pertama yang menj

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 214 : Can I come in?

    Jonathan kembali memagut bibir manis sang istri. Tangannya bergerak mengusap lembut dada Rachel sebelum memulai permainan inti. Rasa takut yang sempat bersarang di hati Rachel saat melihat milik Jonathan yang panjang dan keras itu, kini perlahan memudar. Desahan tertahan dari bibir Rachel, kembali terdengar. Mengiringi permainan yang akan Jonathan mulai, sesaat lagi. Jonathan mengusap lembut ujung miliknya sebelum mempertemukannya pada milik sang istri. Mata Rachel terpejam, bibirnya terus mengeluarkan suara yang semakin memancing hasrat sang suami. “Can I come in?” Suara Jonathan menyentak kesadaran Rachel. Perlahan mata lentik itu terbuka. Sorot mata Rachel terlihat sayu. Ada rasa ingin, penasaran, juga rasa takut yang bercampur aduk dalam hatinya. Namun sudah kepalang tanggung. Pengaruh alkohol masih menguasai tubuh Rachel dan keinginan Jonathan pun sudah tidak bisa ditahan lagi. Tanpa mendengar dahulu jawaban dari mulut sang istri, Jonathan memasukkan miliknya ke dalam liang

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 213 : Malam Pertama

    Posisi Rachel kini berada di atas tubuh Jonathan. Kedua kakinya diletakkan di kedua sisi pinggang Jonathan. Posisi yang sama seperti sedang naik kuda. Jonathan menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk menghindari ciuman Rachel. Karena dia tahu, jika istrinya itu sedang mabuk. “Astaga, Bae.. mphhhh..” Posisi Jonathan yang terjepit, membuatnya sulit untuk menghindar. Apalagi kedua tangan Rachel kini mencengkeram erat pipinya, hingga membuat Jo tak bisa menghindar lagi. Ciuman yang tak pernah Jonathan rasakan sebelumnya. Jika dalam keadaan sadar, istrinya itu sangatlah pasif. Beda halnya dalam keadaan mabuk, ciuman Rachel terasa begitu liar dan panas. Jo bisa merasakan lidah basah Rachel yang mulai membasahi permukaan bibirnya yang tertutup. Dengan mata terpejam, Jo berusaha mempertahankan diri agar tidak tergoda. Sungguh istrinya ini benar-benar menguji pertahanannya. Haruskah Jo meladeni Rachel dalam keadaannya yang setengah sadar? Jonathan tak ingin dianggap sengaja mema

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 212 : Sebuah Godaan

    Jonathan meraih cardlock dari dalam dompet. Membuka pintu kamar dengan perasaan campur aduk. Mengingat kondisi Rachel terakhir kali ditinggal dalam keadaan takut. Mana mungkin dia bisa melakukan keinginan papi untuk membuatkan cucu? “Bae, udah tidur?” Jonathan menutup kembali pintu. Ruangan masih dalam keadaan setengah redup, sama persis dengan yang terakhir kali dia lihat. Dia tak menyadari akan keberadaan Rachel di ruang tamu, hingga melewatinya menuju kamar tidur. Kondisi ranjang yang masih rapi, namun selimut terlihat sedikit berantakan. Jonathan tak menemukan keberadaan istrinya di dalam kamar. Menduga jika istrinya masih mandi atau mungkin melanjutkan acara berendam. Tetapi, bukankah ini sudah terlalu lama? Jonathan menghitung sudah sejam lebih dia meninggalkan Rachel. Mendadak rasa takut bersarang dalam pikiran Jonathan. Takut akan hal buruk terjadi pada istrinya ketika berada di kamar mandi. Bergegas Jonathan melangkah ke kamar mandi guna memastikan. Namun di sana, juga t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status