Share

Bab 4 : Acara Pertunangan

Tak terasa hari Sabtu datang begitu cepat. Nicholas sudah mempersiapkan sebuah pesta kecil untuk melangsungkan pertunangan putra tunggalnya. Namun hingga sore tiba, Jonathan tak juga pulang ke rumah.

“Dimana anak itu? Mami sudah menghubungi Jo? Bukankah seharusnya anak itu sudah pulang dari tadi?” ucap Nicholas pada istrinya.

“Telepon mami tidak diangkat, Pi,” jawab Debora.

“Benar-benar anak gak bisa diajak kerjasama," ujar Nicholas geram. Semakin bertambah umur, Jonathan semakin susah menurut.

Hingga tak lama, yang dinanti-nanti akhirnya datang. Mobil Rubicon putih memasuki pekarangan rumah, Jonathan keluar dari balik kemudi. Lalu tanpa menyapa orangtuanya, dia berlalu menaiki anak tangga.

“Jo, hari ini hari pertunanganmu dengan Rachel. Kau tidak lupa kan?” ucap Nicholas membuat langkah Jo terhenti. Jo menatap ke arah orang tuanya.

“Memang Jo masih bisa menolak? Tidak kan?” jawab Jo ketus, lalu segera melanjutkan langkahnya.

“Pakailah baju yang sudah dipersiapkan, Jo!” lanjut Nicholas lagi, dia tidak ingin putranya mempermalukan keluarga Lesham di acara yang akan diadakan sebentar lagi.

Meskipun hanya sebuah pesta kecil, dihadiri oleh keluarga inti dari keluarga Lesham dan Shaquille. Namun Nicholas tidak ingin merusak citranya di depan calon besan dengan kelakuan putranya yang sedikit sulit diatur.

Satu jam kemudian, Rachel dan keluarga tiba di rumah Lesham. Rachel ditemani kedua orangtua, serta neneknya.

Setelan kebaya modern dengan make up minimalis, membuat penampilan Rachel terlihat lebih cantik dan modis. Tentu setelah ibunya memaksa dengan usaha keras, agar putrinya mau didandani. Bahkan Natasya telah mengganti kacamata tebal milik putrinya dengan softlens natural yang senada dengan warna iris mata Rachel.

Penampilan Rachel begitu berubah, membuat Debora sejenak tak mengenali calon menantunya. Rachel meraih tangan Debora dengan santun.

Debora dan Nicholas tidak bisa menutupi kekagumannya, kecantikan Rachel begitu natural. Bahkan mata bulat lentik Rachel mampu membuat orang terkagum.

“Apa kabar Nak Rachel?” sapa Debora terlihat ramah.

“Baik Tante,” jawab Rachel dengan senyum tipis.

Setelah menyalami seluruh keluarga Lesham yang hadir, Rachel segera duduk di samping neneknya.

“Mana calon tunangan cucuku?” ucap nenek Maria yang ditujukan pada sang pemilik rumah.

“Sebentar nyonya Maria, Jonathan masih bersiap-siap. Mungkin sebentar lagi putra kami akan segera turun,” jelas Debora dengan ramah. Matanya masih menatap kagum pada gadis di samping nenek Maria.

Tentu Jonathan akan terkejut dengan perubahan Rachel nantinya, Debora tidak sabar menanti kedatangan putranya.

“Mi, mana putramu? Kenapa lama sekali si Jo,” ucap Nicholas yang merasa cemas, putranya tak kunjung turun. Padahal satu jam sudah berlalu. Anak laki-laki biasanya lebih cepat menghabiskan waktunya di kamar mandi, dibanding anak perempuan. Tapi mengapa si Jo bahkan lebih lama?

“Tunggulah sebentar Pi. Kita tunggu lima menit lagi, nanti mami yang akan cari ke kamarnya,” jawab Debora setengah berbisik.

Tak lama, pemuda yang dinanti-nanti datang. Jonathan memakai kemeja juga celana panjang kain. Warna kemeja yang senada dengan warna kebaya yang dipakai Rachel, biru langit.

Jonathan terlihat malas dengan muka ditekuk. Acara yang membuat hidupnya tidak bebas, mana mungkin Jo menyukainya?

Jonathan melangkah dengan wajah tak bersahabat, menghampiri orang tuanya. Tanpa melihat ke arah Rachel. Dia tak berniat memandang gadis kutu buku itu, bahkan memusuhi Rachel karena sudah menolak membantunya.

“Jo, sapalah keluarga Shaquille!” perintah Nicholas.

Dengan malas Jo mulai menyalami satu persatu keluarga Shaquille. Dari Jacob, Natasya, beralih pada nenek Maria.

“Nenek Maria, perkenalkan ini Jonathan putra kami. Calon tunangan cucu nenek," ucap Debora pada nenek Maria yang sedari tadi tampak penasaran dengan calon tunangan Rachel.

Mata Jonathan terpaku pada sosok gadis yang duduk di samping nenek Maria.

“Rachel? Lo—” ucapan Jonathan mengambang. Hingga lidahnya terasa kelu untuk melanjutkan ucapannya. Bibir Jo masih membentuk huruf O.

“Cantik, ya Rachel sangat cantik kan, Jo?” timpal Debora sembari menyenggol lengan putranya yang masih terpaku memandang Rachel.

Nenek Maria yang melihat Jonathan segera memeluk Jonathan.

“Wah, calonnya Rachel tampan,” ucap nenek Maria dengan polosnya.

Jonathan diam tak berkutik dalam pelukan nenek Maria. Matanya menatap pada Rachel si gadis kutu buku dari balik bahu nenek Maria. Membuat orang yang ditatap tersipu malu, hingga mukanya memerah.

“Baiklah sepertinya acara pertunangan ini bisa segera kita mulai," ucapan Nicholas membuat nenek Maria segera mengurai pelukannya.

Debora menarik lengan putranya agar duduk di sisinya. Kini posisi duduk Rachel dan Jo sangat dekat, hanya terhalang oleh Debora yang duduk di antara mereka.

Nicholas menjadi perwakilan keluarga Lesham, dan Jacob sendiri mewakili keluarga Shaquille. Mereka terlibat obrolan antara dua keluarga. Hingga tiba saatnya kedua calon tunangan bertukar cincin.

Sepasang cincin emas putih yang sudah dipersiapkan Nicholas, telah dipegang Debora. Debora beranjak dari tempat duduknya, membuat Jonathan dan Rachel duduk berdampingan dengan jarak hanya beberapa centi.

Rachel menundukkan pandangannya. Entah mengapa ketika di sekolah dia merasa Jo adalah orang yang tak menarik. Hanya tukang pembuat onar. Namun ketika melihatnya sekarang, Rachel baru menyadari jika calon tunangannya sangatlah menarik. Melihat Jonathan yang duduk dengan tenang, tak banyak bicara, sungguh terlihat tampan.

Namun Rachel segera menepis anggapan itu, baginya Jonathan bukanlah kriteria idamannya. Meski tampan, namun jika kepintarannya di bawah standar maka sungguh tidak menarik.

Obrolan mereka selama di sekolah, hanya saling mengejek satu sama lain. Bahkan Jo hanyalah seorang pengganggu yang begitu dibenci Rachel.

“Jo ambil cincin ini dan sematkan pada jari manis Rachel," perintah Nicholas pada putranya.

Jo mengangguk, lalu meraih cincin yang ukurannya lebih kecil.

“Heh, mana tangan lo?” ucap Jonathan dengan raut wajah menyebalkan.

Rachel menatap Jo dengan tajam. Apa-apaan si Jo ini, berucap tanpa etika? Nenek Maria yang masih berdiri di sisi Rachel, meraih tangan Rachel dan membawanya ke hadapan Jonathan.

Untuk pertama kalinya jari jemari Jo menyentuh Rachel. Ada perasaan yang sulit diungkapkan, mengisi relung hati Rachel yang tidak pernah disentuh oleh lawan jenis selain ayahnya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status