Share

Bab 4 : Acara Pertunangan

Penulis: Linda Malik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-22 18:41:45

Tak terasa hari Sabtu datang begitu cepat. Nicholas sudah mempersiapkan sebuah pesta kecil untuk melangsungkan pertunangan putra tunggalnya. Namun hingga sore tiba, Jonathan tak juga pulang ke rumah.

“Dimana anak itu? Mami sudah menghubungi Jo? Bukankah seharusnya anak itu sudah pulang dari tadi?” ucap Nicholas pada istrinya.

“Telepon mami tidak diangkat, Pi,” jawab Debora.

“Benar-benar anak gak bisa diajak kerjasama," ujar Nicholas geram. Semakin bertambah umur, Jonathan semakin susah menurut.

Hingga tak lama, yang dinanti-nanti akhirnya datang. Mobil Rubicon putih memasuki pekarangan rumah, Jonathan keluar dari balik kemudi. Lalu tanpa menyapa orangtuanya, dia berlalu menaiki anak tangga.

“Jo, hari ini hari pertunanganmu dengan Rachel. Kau tidak lupa kan?” ucap Nicholas membuat langkah Jo terhenti. Jo menatap ke arah orang tuanya.

“Memang Jo masih bisa menolak? Tidak kan?” jawab Jo ketus, lalu segera melanjutkan langkahnya.

“Pakailah baju yang sudah dipersiapkan, Jo!” lanjut Nicholas lagi, dia tidak ingin putranya mempermalukan keluarga Lesham di acara yang akan diadakan sebentar lagi.

Meskipun hanya sebuah pesta kecil, dihadiri oleh keluarga inti dari keluarga Lesham dan Shaquille. Namun Nicholas tidak ingin merusak citranya di depan calon besan dengan kelakuan putranya yang sedikit sulit diatur.

Satu jam kemudian, Rachel dan keluarga tiba di rumah Lesham. Rachel ditemani kedua orangtua, serta neneknya.

Setelan kebaya modern dengan make up minimalis, membuat penampilan Rachel terlihat lebih cantik dan modis. Tentu setelah ibunya memaksa dengan usaha keras, agar putrinya mau didandani. Bahkan Natasya telah mengganti kacamata tebal milik putrinya dengan softlens natural yang senada dengan warna iris mata Rachel.

Penampilan Rachel begitu berubah, membuat Debora sejenak tak mengenali calon menantunya. Rachel meraih tangan Debora dengan santun.

Debora dan Nicholas tidak bisa menutupi kekagumannya, kecantikan Rachel begitu natural. Bahkan mata bulat lentik Rachel mampu membuat orang terkagum.

“Apa kabar Nak Rachel?” sapa Debora terlihat ramah.

“Baik Tante,” jawab Rachel dengan senyum tipis.

Setelah menyalami seluruh keluarga Lesham yang hadir, Rachel segera duduk di samping neneknya.

“Mana calon tunangan cucuku?” ucap nenek Maria yang ditujukan pada sang pemilik rumah.

“Sebentar nyonya Maria, Jonathan masih bersiap-siap. Mungkin sebentar lagi putra kami akan segera turun,” jelas Debora dengan ramah. Matanya masih menatap kagum pada gadis di samping nenek Maria.

Tentu Jonathan akan terkejut dengan perubahan Rachel nantinya, Debora tidak sabar menanti kedatangan putranya.

“Mi, mana putramu? Kenapa lama sekali si Jo,” ucap Nicholas yang merasa cemas, putranya tak kunjung turun. Padahal satu jam sudah berlalu. Anak laki-laki biasanya lebih cepat menghabiskan waktunya di kamar mandi, dibanding anak perempuan. Tapi mengapa si Jo bahkan lebih lama?

“Tunggulah sebentar Pi. Kita tunggu lima menit lagi, nanti mami yang akan cari ke kamarnya,” jawab Debora setengah berbisik.

Tak lama, pemuda yang dinanti-nanti datang. Jonathan memakai kemeja juga celana panjang kain. Warna kemeja yang senada dengan warna kebaya yang dipakai Rachel, biru langit.

Jonathan terlihat malas dengan muka ditekuk. Acara yang membuat hidupnya tidak bebas, mana mungkin Jo menyukainya?

Jonathan melangkah dengan wajah tak bersahabat, menghampiri orang tuanya. Tanpa melihat ke arah Rachel. Dia tak berniat memandang gadis kutu buku itu, bahkan memusuhi Rachel karena sudah menolak membantunya.

“Jo, sapalah keluarga Shaquille!” perintah Nicholas.

Dengan malas Jo mulai menyalami satu persatu keluarga Shaquille. Dari Jacob, Natasya, beralih pada nenek Maria.

“Nenek Maria, perkenalkan ini Jonathan putra kami. Calon tunangan cucu nenek," ucap Debora pada nenek Maria yang sedari tadi tampak penasaran dengan calon tunangan Rachel.

Mata Jonathan terpaku pada sosok gadis yang duduk di samping nenek Maria.

“Rachel? Lo—” ucapan Jonathan mengambang. Hingga lidahnya terasa kelu untuk melanjutkan ucapannya. Bibir Jo masih membentuk huruf O.

“Cantik, ya Rachel sangat cantik kan, Jo?” timpal Debora sembari menyenggol lengan putranya yang masih terpaku memandang Rachel.

Nenek Maria yang melihat Jonathan segera memeluk Jonathan.

“Wah, calonnya Rachel tampan,” ucap nenek Maria dengan polosnya.

Jonathan diam tak berkutik dalam pelukan nenek Maria. Matanya menatap pada Rachel si gadis kutu buku dari balik bahu nenek Maria. Membuat orang yang ditatap tersipu malu, hingga mukanya memerah.

“Baiklah sepertinya acara pertunangan ini bisa segera kita mulai," ucapan Nicholas membuat nenek Maria segera mengurai pelukannya.

Debora menarik lengan putranya agar duduk di sisinya. Kini posisi duduk Rachel dan Jo sangat dekat, hanya terhalang oleh Debora yang duduk di antara mereka.

Nicholas menjadi perwakilan keluarga Lesham, dan Jacob sendiri mewakili keluarga Shaquille. Mereka terlibat obrolan antara dua keluarga. Hingga tiba saatnya kedua calon tunangan bertukar cincin.

Sepasang cincin emas putih yang sudah dipersiapkan Nicholas, telah dipegang Debora. Debora beranjak dari tempat duduknya, membuat Jonathan dan Rachel duduk berdampingan dengan jarak hanya beberapa centi.

Rachel menundukkan pandangannya. Entah mengapa ketika di sekolah dia merasa Jo adalah orang yang tak menarik. Hanya tukang pembuat onar. Namun ketika melihatnya sekarang, Rachel baru menyadari jika calon tunangannya sangatlah menarik. Melihat Jonathan yang duduk dengan tenang, tak banyak bicara, sungguh terlihat tampan.

Namun Rachel segera menepis anggapan itu, baginya Jonathan bukanlah kriteria idamannya. Meski tampan, namun jika kepintarannya di bawah standar maka sungguh tidak menarik.

Obrolan mereka selama di sekolah, hanya saling mengejek satu sama lain. Bahkan Jo hanyalah seorang pengganggu yang begitu dibenci Rachel.

“Jo ambil cincin ini dan sematkan pada jari manis Rachel," perintah Nicholas pada putranya.

Jo mengangguk, lalu meraih cincin yang ukurannya lebih kecil.

“Heh, mana tangan lo?” ucap Jonathan dengan raut wajah menyebalkan.

Rachel menatap Jo dengan tajam. Apa-apaan si Jo ini, berucap tanpa etika? Nenek Maria yang masih berdiri di sisi Rachel, meraih tangan Rachel dan membawanya ke hadapan Jonathan.

Untuk pertama kalinya jari jemari Jo menyentuh Rachel. Ada perasaan yang sulit diungkapkan, mengisi relung hati Rachel yang tidak pernah disentuh oleh lawan jenis selain ayahnya.

***

Bab terkait

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 5 : Jo, Kembali Berulah

    “Rachel, ambil cincin dan sematkan di jari calon tunangan mu nak,” ucap Jacob selanjutnya yang langsung dituruti oleh anak gadisnya. Jo sudah menyodorkan tangan kirinya untuk menerima cincin itu. Kini jari manis Jo dan Rachel sudah tersemat cincin pertunangan. Yang masing-masing telah terukir nama calonnya. Cincin Jo dengan nama Rachel, cincin Rachel dengan nama Jonathan. Semenjak acara pertunangan itu, Rachel tak hentinya memikirkan Jonathan. Entah semenjak melihat Jo mode serius, hati Rachel tertarik namun dia selalu menepis perasaannya. Jonathan tidak pernah memandangi seserius itu, bahkan Rachel merasa senam jantung melihat tatapan Jo kala itu. Hari Senin, Rachel berangkat sekolah diantar oleh ayahnya. Memang sudah menjadi kebiasaan, pulang pergi, Jacob yang akan mengantar jemput Rachel. Di dalam kelas, entah mengapa Rachel merasa sedikit grogi, tidak seperti biasanya. Melihat pada bangku kosong di sebelahnya. Jonathan belum datang, tentu bocah tengil itu akan datang pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 6 : Rachel Pingsan

    Rachel memandang pada cincin emas putih yang terpasang di jari manisnya. Teringat kembali saat Jonathan memasangkan cincin itu di jarinya. Sungguh rasanya seperti mimpi, mengingat itu membuat wajah Rachel memanas. Hingga tepukan Mila membuyarkan lamunan. “Hai, Rachel yuk kita ke kantin," ajak Mila, yang merupakan sahabat satu-satunya Rachel. “Muka lo kok merah, Chel? Lo sakit?” tanya Mila lagi. “Hum, gak Mil, cuma pusing sedikit," jawab Rachel yang seratus persen bohong, sembari menyembunyikan jari manisnya agar cincin itu tak terlihat Mila. Rachel belum menyiapkan jawaban jika sahabatnya bertanya tentang cincin itu. Keduanya berjalan beriringan menuju kantin sekolah yang letaknya lumayan jauh. Harus melewati lapangan basket. Dimana Jonathan dan yang lain tengah bermain di sana. Rachel tampak gugup ketika melewati tepi lapangan basket. Jika ada jalan lain, mungkin dia akan melaluinya. Namun hanya ini jalan pintas menuju kantin. Rachel bisa melihat saat Jonathan memandang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 7 : Pulang Bersama

    "Lo baik-baik saja? Tu kan udah gue bilang, wajah lo merah. Lo pasti masih pusing,” ujar Jo, lalu memaksa Rachel untuk berbaring kembali. “Tapi gue baik-baik aja, Jo. Gue mau balik ke kelas," ujar Rachel masih bersikeras. Tak pernah seumur hidupnya melewati pelajaran di kelas. Bahkan dalam keadaan sakit, Rachel selalu memaksa dirinya untuk mengikuti pelajaran. Jo terlihat menghembuskan nafas pelan, lalu diraihnya kacamata dari wajah Rachel dan meletakkannya di atas nakas. “Istirahatlah, gue tunggu di sana jika lo merasa sungkan.” Jo mengambil selimut tipis lalu menutup tubuh Rachel hingga batas leher. Kemudian melangkah menuju ranjang lain, dan duduk di sana. Entah mengapa Jo merasa senang melihat Rachel tanpa kacamatanya. Setidaknya lebih enak dipandang mata. Jo mengambil ponselnya dan mulai bermain dengan benda pipih itu. Sementara Rachel berusaha untuk mengistirahatkan matanya. Memang kepalanya masih terasa pusing, namun dia tidak bisa tidur di tempat asing. Sungguh tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 8 : Rasa Bersalah Jo

    Jonathan panik, dan segera membungkam mulut berisik Rachel dengan telapak tangannya. “Apaan sih Lo, norak! Gue bukan nyulik Lo, gue cuma nganterin Lo. Lagian sebenarnya gak sudi juga gue nganter cewek aneh kayak Lo.” Jo menatap tajam ke arah Rachel, yang terdiam takut. Sementara tangan Jo masih membungkam mulutnya. Tak sadar Jonathan melepas kacamata dari wajah Rachel dan menyimpannya di saku seragam. ‘Nah kalau lihat Lo gini jauh lebih menarik.’ batin Jonathan. “Gue lepasin tapi Lo berhenti teriak. Ngerti? Atau kalau nggak—” wajah Jo terlihat memerah, entah mengapa melihat mata bulat Rachel membuat wajahnya memanas. Hingga tanpa melanjutkan ucapannya, Jo melepaskan tangannya dari mulut Rachel. Menghidupkan mesin mobil dan mulai memacunyas menuju rumah Rachel. Selama diperjalanan keduanya saling terdiam. Rachel ingin mengenakan kacamatanya, namun kacamata itu kini berada di saku seragam Jonathan. Rachel malu memintanya. “Dimana rumahmu?” Tanya Jonathan menghapus kesunyian. Rach

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 9 : Menjenguk Rachel

    “Kalau boleh tahu, Rachel sakit apa?” Jo kembali melangkah mendekat. “Saya kurang tahu, hanya tadi pagi dokter dipanggil tuan kemari untuk memeriksa non Rachel,” jelas sekuriti. Jonathan terdiam untuk beberapa saat, hingga panggilan seorang wanita membuat keduanya menoleh ke sumber suara. “Pras, siapa itu?” suara nenek Maria terdengar dari dalam. Dan tak lama, wanita sepuh itu berjalan mendekat menuju gerbang. “Nyonya, ini teman nona Rachel,” beritahu Prasetyo sembari menggeser tubuhnya. Sehingga sosok Jonathan terlihat di pandangan nenek Maria. “Jonathan?” wajah nenek Maria terlihat berbinar melihat tunangan cucunya. Dia kembali melangkah mendekati Jonathan. Jonathan tersenyum kikuk, sembari mengusap tengkuknya. “Apa kabar nek?” sapa Jonathan sembari meraih tangan nenek Maria. Namun justru nenek Maria membalasnya dengan memeluk tubuh jangkung Jonathan. “Apa kamu datang kemari untuk menjenguk Rachel?” ucap nenek Maria sembari tersenyum hangat. “Ayo masuk ke dalam! Rachel pasti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 10 : Tikus Pengerat

    “Jonathan!!” nyaringnya suara Rachel, membuat nenek Maria pun ikut mendengarnya. Berjalan tergopoh-gopoh menghampiri cucunya. “Ada apa Rachel? Apa yang terjadi?” ucap nenek Maria dengan raut wajah cemas. “Nek, Jonathan.. Mpphhh,” belum Rachel menyelesaikan ucapannya, tangan besar Jonathan membungkam mulutnya sembari mulutnya mendesis ‘Sstt’. Mengisyaratkan Rachel untuk menutup mulutnya. Wajah Jonathan terlihat memerah dan panik. Dia kembali menatap ke arah nenek Maria. “Tidak nek, bukan masalah besar. Tadi Jo tidak sengaja menginjak kaki Rachel,” ujar Jo dengan garis bibir melengkung. Bukan masalah besar dia bilang? Dasar pembuat onar tak tahu diri! Bahkan Jo tidak mengucapkan permintaan maafnya, telah menyentuh miliknya yang sangat pribadi. Rachel menggigit telapak tangan Jonathan yang masih menutupi mulutnya. “Auwwww..” teriak Jonathan mengaduh, merasakan kuatnya gigitan Rachel. Menarik tangannya dan menatap pada telapak tangan yang merah dengan bekas gigi Rachel yang masih te

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 11 : Memilih Hukuman

    Pagi itu setelah menyelesaikan sarapannya, Rachel bersiap untuk berangkat ke sekolah. “Apa benar, Jonathan yang akan menjemputmu?” tanya Jacob pada putrinya. Rachel terdiam, tadinya dia lupa namun kini diingatkan kembali dengan ucapan ayahnya. “Tentu, kemarin Jonathan sudah berjanji akan mengantarkan Rachel. Iya kan, Chel?” justru nenek Maria yang terlihat antusias menjawab. Rachel tersenyum kaku mendengar jawaban nenek Maria. “Baguslah, papa hanya berharap semoga hubungan kalian semakin dekat. Karena dalam waktu satu tahun ke depan, kamu akan jadi istrinya Jonathan,” ucap Jacob dengan senyum simpul. “Waktu satu tahun, tentu cukup untuk kalian saling mengenal,” timpal Natasya. Rachel bergeming, bingung bagaimana menanggapi obrolan orang-orang dewasa itu. “Baiklah papa, mama, nenek, Rachel berangkat dulu,” pamit Rachel sembari mencium tangan mereka secara bergantian. Rachel pun melangkah keluar rumah, memutuskan untuk menunggu Jonathan di depan pintu gerbang. Sudah sepuluh men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 12 Perhatian Jonathan

    Keliling lapangan bola yang begitu luas, tentu sangat mudah dilakukan oleh Jonathan. Apalagi mempunyai tungkai kaki yang panjang, sehingga membuatnya dengan cepat menyelesaikan sepuluh kali putaran.Berbeda halnya dengan Rachel yang tampak merasa kelelahan, bahkan di putaran yang ke empat energinya terkuras habis.Nafasnya tersengal, keringat membanjiri dahi dan pelipisnya.Jonathan akan melakukan putaran yang ke delapan, Namun saat berpapasan dengan Rachel, langkahnya terhenti di samping gadis itu.“Makanya, manusia itu gak cuma butuh buku. Kita juga butuh olahraga biar badan gak loyo,” ucap Jonathan terdengar meremehkan Rachel.Rachel mengusap peluh dari dahinya, menatap tajam ke arah Jonathan.“Heh, ini semua gara-gara lu! Coba lu jemputnya gak telat, gue gak akan dihukum seperti ini! Huh!” sentak Rachel, lalu segera memacu langkahnya kembali. Berlari melewati Jonathan.Jonathan sengaja memperlambat langkah kakinya agar sejajar dengan langkah Rachel.“Dasar siput! Kalau larimu sepe

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06

Bab terbaru

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 172 : Kabar Buruk

    Kini Rachel, Mila dan Jonathan berada dalam satu mobil. Mila memutuskan untuk pulang setelah tadi melihat kehadiran Bella. Gadis gila yang tak tahu malu. Mila segera beranjak dan menghampiri Rachel dan Jonathan. Dia sudah tak peduli dengan tanggapan Ray nantinya. Apakah pemuda itu akan menuruti permintaan Bella atau menolak? Toh, itu bukan urusannya lagi karena mereka sudah putus, begitu pikir Mila.Jonathan sudah menghubungi supir sedari tadi, ketika mereka baru saja sampai di pantai. Meminta supir untuk menunggunya di parkiran.Kini dia meminta supirnya untuk membawa motor Mila, sementara sang pemilik motor berada di dalam mobil.Tanpa diminta, Rachel pun berinisiatif untuk mengambil alih kemudi dengan Jonathan yang duduk di sisinya.Sesekali melihat pada spion di atas kepalanya untuk memantau keadaan Mila setelah tadi sempat melihat sahabatnya menangis.“Udah jangan terlalu dipikirin, Mil! Masih banyak cowok baik di luaran sana. Tapi kalau lu nyari yang kayak gue, udah gak ada sto

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 171 : Foto Prewed?

    Rachel yang mendengar pertanyaan Alisha terlihat gugup. Memilih untuk diam, dan menunggu Jonathan yang menjawab pertanyaan Alisha. “Udah lama kali, Lis. Lu aja yang gak sadar,” jawab Jonathan dengan santai. “Eh, apa iya gue yang gak sadar ya. Lagian Rachel juga jarang cerita sih,” balas Alisha seraya melirik ke arah Rachel. “Hum, buruan fotoin gue!” Jonathan pun kembali menyodorkan ponselnya ke Alisha, lalu beralih menghampiri Rachel. “Bae, kita foto ya! Anggap aja salah satu foto prewed.” Astaga, kenapa mulut Jonathan tak bisa dikontrol? Rachel menatap tajam pada pemuda jangkung itu. Namun justru Jonathan mengerlingkan satu mata ke arahnya. Menarik tangan Rachel sebelum gadis itu protes. Berdiri berdampingan dengan latar belakang pemandangan pantai. “Merapat dikit dong!” seru Alisha memberi aba-aba dengan tangan kirinya. Rachel tak berpindah dari posisinya. Berdiri dengan gaya kaku, dengan posisi kedua tangan saling bertaut di depan. Sedangkan Jonathan yang memutuskan untuk

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 170 : Aksi Konvoi

    Jonathan menarik Rachel menjauh dari perkumpulan teman-temannya. Membawa ke tempat yang lebih sepi.“Ada apa, Jo? Ada yang sakit?” tanya Rachel dengan dahi mengerut. Arah pandangnya tertuju pada tangan kanan Jonathan yang tertutup kain penyangga lengan. Kain hitam yang sudah terkena cat semprot warna-warni.Sama halnya dengan keadaan baju seragam Jonathan yang sudah dipenuhi oleh coretan spidol dan cat warna-warni di segala sisi.Jonathan mengulas senyum tipis, tak langsung menjawab pertanyaan Rachel. Pertanyaan singkat dari sang kekasih yang terdengar seperti sebuah perhatian.Tangan Jonathan terulur mengusap pipi Rachel. Tepatnya di bagian yang terkena cat semprot. Membuat gadis itu tertegun dan menegakkan pandangannya ke depan. Membalas tatapan Jonathan yang terlihat begitu lembut.Jonathan menarik tangannya kembali. Berusaha melepaskan tali penyangga lengan yang melekat di pundak kirinya.“Jo, ngapain? Kok dilepas?” tanya Rachel sedikit terkejut. Tangannya menahan tangan kiri Jo,

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 169 : Euforia Kelulusan

    Rachel berjinjit seraya memanjangkan lehernya untuk berusaha melihat ke depan. Bukannya tak mempercayai ucapan Jonathan, namun dia belum lega jika tak melihatnya secara langsung. Saat tengah berusaha, tiba-tiba Jonathan menunduk dan tangan kirinya melingkari kedua paha Rachel dari belakang. Ketika hendak protes, pemuda itu justru mengangkat tubuh Rachel, menggendong dengan satu tangannya. Rachel yang sangat terkejut sontak melingkarkan lengan kanannya di pundak Jonathan. “J-jo turunin..” “Lu mau lihat langsung, kan? Gue cuma bantu lu biar bisa lihat!” “Ta-tapi.. malu kan dilihat yang lain,” ucap Rachel setengah berbisik dengan wajah yang mulai memerah. Melihat pada beberapa teman-teman sekelasnya yang begitu terkejut melihat ke arahnya. Memang di posisinya yang sekarang, Rachel bisa dengan jelas melihat ke arah mading. “Ciye, pasangan baru nih!” Terdengar salah satu suara siswa yang berdiri di samping mereka. “Ah.. sweet benget sih kalian! Bikin gue ngiri,” timpal Mila yang tam

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 168 : Pengumuman Kelulusan

    “Nanti pulang sekolah kita barengan ya. Please, jangan marah lagi!” Ucapan terakhir Jonathan saat di kantin tadi, begitu terngiang di dalam otak Rachel. Rasa kesal yang tersisa pun mulai terkikis. Ketika kembali ke kelas, Rachel tak melihat pemuda itu di bangku belakang. Mungkin saja Jonathan sudah kembali ke kelas 12A. Ada sedikit rasa kehilangan dalam hati Rachel karena tak bisa satu kelas lagi dengan Jonathan. Saat di kelas, acara perencanaan pun dilanjutkan kembali. Rio memilih beberapa temannya untuk menjadi pemeran dalam drama musikal. Rachel pun ikut terlibat. Jika Mila memilih untuk menunjukkan bakatnya menari, beda halnya dengan Rachel yang tak menyukai musik ataupun tarian. “Chel, mending lu aja yang jadi pemeran utamanya!” celetuk Alisha. “Hah? Kok gue? Gue gak bisa..” “Lagian pas kok karakter pemain utamanya sama elu. Ayolah Chel terima aja!” timpal Mila yang ikut mendukung. “Ta-tapi gue kan..” Rachel masih berpikir untuk mencari alasan yang tepat untuk menolak. “Ud

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 167 : Jejak Langkah Masa Depan

    Mila kini berada di antara sepasang kekasih yang tengah bersitegang. Dia pun bingung harus bagaimana. Kembali menatap Jonathan untuk meminta pendapat. “Hum, gak masalah. Gue bisa tunggu sampai nanti pulang sekolah aja,” ucap Jonathan seraya mengulas senyum pada Rachel dan Mila. Lalu segera melangkah menuju bangku belakang. Kini Mila tak tahan lagi untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi antara sahabatnya dan si Kapten Basket itu. “Chel, ada apa sih? Apa yang sebenarnya terjadi? Cerita deh sama gue!” tanya Mila berbisik dengan raut penasaran. Padahal di depan kelas, ketua kelas tengah mengajak teman-temannya untuk berdiskusi tentang pertunjukan pentas seni. Rachel hanya melirik Mila sekilas, lalu kembali fokus ke depan. “Gak ada apa-apa, Mil. Lu yang harusnya cerita ke gue, kok bisa putus sih dari Ray?” Mila menoleh ke bangku belakang untuk mencari sosok Ray. Namun tak melihat keberadaan pemuda itu. Mila pun menghela nafas lega. Kembali menatap ke arah Rachel. “Ray seling

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 166 : Mengacuhkan Jonathan

    “Siang nanti, papa ada perjalanan keluar kota. Mungkin sepulang kamu sekolah nanti, kamu sudah gak lihat papa.” “Sendiri atau sama mama?” “Sendiri, nak. Biarkan mamamu istirahat di rumah. Kamu juga, tolong jaga diri baik-baik di rumah. Papa titip mama sama nenek ya. Kalau ada apa-apa bisa telepon papa. Dan jika papa sedang sibuk gak bisa terima panggilan, kamu bisa minta tolong Jonathan atau papanya.” “Berapa hari, Pa?” tanya Rachel lagi. “Kemungkinan tercepat tiga hari, dan paling lambat lima hari papa sudah kembali,” jelas Jacob sembari mengusap lembut puncak kepala Rachel penuh kasih sayang. Rachel mengangguk dan tersenyum. Perasaannya yang campur aduk dari semalam, kini mulai menghangat setelah mendapatkan perhatian ayahnya. “Bagaimana hubunganmu dan Jonathan, hum? Apa kalian sudah saling mencintai?” tanya Jacob sesekali menoleh ke arah putrinya untuk melihat respon Rachel. Terlihat Rachel menghela nafas panjang sebelum menjawab, “kami sudah lebih dekat dan saling mengenal.”

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 165 : Rasa Penyesalan

    Jonathan segera beranjak dan melangkah ke arah pintu.“Mami?” ucap Jonathan kala melihat sosok Debora di sana. Sebelumnya dia mengira jika yang datang adalah asisten rumah tangga.“Mami denger dari asisten, Rachel terkena minyak panas ya?” tanya Debora dengan raut wajah khawatir.“Mami baru datang?” Jonathan mengabaikan pertanyaan Debora, justru penasaran akan kehadiran maminya yang pulang lebih awal.“Iya, kenapa memangnya kalau mami baru datang?” Debora merangsek masuk ke dalam kamar, melewati putranya yang masih berdiri menghalangi pintu.Debora segera menghampiri calon menantunya untuk melihat langsung keadaan Rachel.“Gimana Rachel? Apa sudah diobati? Apa perlu ke rumah sakit?” tanya Debora memindai pandangannya pada tubuh gadis yang duduk dengan wajah memerah itu.Rachel menggeleng pelan, “gak usah Tante. Barusan sudah Jo yang obatin,” jawabnya dengan senyum yang terlihat kaku.Debora beralih menatap ke belakang, melihat pada putranya yang sudah berdiri di belakangnya.“Jo, lain

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 164 : Terasa Berbeda

    “Ngapain sih ke dapur Jo, gue kan udah bilang tunggu aja di kamar,” ujar Rachel melangkah ke arah Jonathan dan mengambil barang yang dia inginkan.“Gue bosen di kamar sendirian. Makanya gue ikut sini, mau bantu lu masak,” jawab Jonathan seraya melirik ke wajan penggorengan, melihat menu masakan yang tengah Rachel buat. “Humm.. wangi, pasti enak rasa masakan calon istri gue. Jadi gak sabar cobain masakan lu.”Rachel tak menjawab, segera menyelesaikan pekerjaannya. Memberi tambahan bumbu lalu mengaduk sayur yang sudah hampir matang.“Mau coba?” tanya Rachel sembari menoleh ke arah Jonathan yang sudah berdiri di sampingnya.Jonathan mengangguk penuh antusias, garis bibirnya melengkung sempurna.Rachel mengambil sendok dan mengambil sedikit masakan. Meniupnya beberapa kali sebelum mengarahkannya langsung ke mulut Jonathan.“Gimana enak gak?” tanya Rachel meminta pendapat. “Gue tahu pasti masakan ini gak seenak masakannya nenek, tapi..”“Enak kok, gak kalah sama masakan nenek. Serius, gak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status