Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed

Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed

last updateLast Updated : 2022-08-23
By:  Risa BluesaphierCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
119Chapters
4.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Sebagai pria bangsawan dengan gelar ksatria pedang agung yang cukup disegani pada banyak medan pertempuran, Lorant sering menjadi bahan pembicaraan gadis-gadis bangsawan. Wajahnya yang memiliki tulang rahang tegas, dengan hidung bagaikan terpahat sempurna yang memisahkan kedua mata coklat setajam elang berbingkai alis berbentuk golok tebal, membuatnya sangat berkharisma. Tubuh atletisnya yang dipenuhi guratan luka akibat perang, justru semakin membuatnya terlihat gagah. Bahkan para gadis sering membual bahwa dia tahu berapa jumlah bekas luka yang ada di tubuh Lorant, untuk menimbulkan asumsi bahwa dirinya cukup intim dengan Lorant. Tetapi Lorant justru mencintai Benca, gadis biasa yang tinggal terisolir di tepi hutan selama delapanbelas tahun. Hubungan cinta mereka menghasilkan dua orang anak kembar, Lovisa dan Edvin. Lorant tidak menyangka kisah cintanya bersama Benca merupakan awal perjuangan panjang dan pertarungan mental yang kerap membuatnya frustasi. Selain harus menghadapi kecemburuan Ivett, wanita bangsawan yang telah dijodohkan dengannya dan berusaha mati-matian untuk melenyapkan Benca dengan cara apapun, Lorant juga harus menerima kenyataan, bahwa Benca adalah putri kandung dari bibinya sendiri, seorang wanita bangsawan kelas atas penganut satanisme yang sering melakukan ritual berupa mandi darah perawan, dan telah menculik Lovisa, untuk dijadikan korban ritual. Dengan segala kemampuannya, Lorant berusaha melindungi dua wanita yang paling dicintai dalam hidupnya dari cengkraman bibi sekaligus ibu mertuanya yang haus darah.

View More

Chapter 1

1. Penggerebekan, 30 Desember 1610

Lorant menyerbu ke dalam kastil seperti kesetanan, dia mendobrak setiap pintu di ruang bawah tanah, di sana terdapat banyak korban dengan kondisi yang sangat mengenaskan.

Seorang gadis tubuhnya berkedut bersiap meregang nyawa dengan luka sayatan di nadi pergelangan tangan dan lehernya. Bau anyir menyeruak tajam membuat dirinya sesak. Tetapi yang membuatnya lebih sulit bernafas adalah keberadaan Lovisa dan Benca yang belum diketahui, mereka diduga berada diantara para korban.

"Zulu, cepat ambil air, beri wanita ini minum! Fredo cepat bawa tandunya ke mari, angkat wanita ini, dan berikan pertolongan, mungkin dia masih bisa diselamatkan. Hugo suruh yang lainnya memeriksa ruangan di sebelah, gadis ini bilang ada lebih banyak korban di sana!" Gyorgy sebagai orang yang diberi mandat oleh Raja Matyas untuk melakukan penyerbuan, memberikan perintah dengan kalap.

Sementara Lorant sudah tidak lagi bisa mendengar perintah Gyorgy. Dia memang sering dipilih sebagai pendamping bagi Gyorgy dalam banyak peperangan, namun dalam kasus ini, tanpa diminta sekalipun dia akan dengan senang hati melakukannya. Karena baginya, ini adalah perangnya.

"Arpad, apakah Kamu menemukannya?" Lorant langsung berteriak saat dia melihat adik sepupu yang mirip dengan dirinya. Arpad berlari melintas dengan tidak kalah kalap dan khawatir seperti Lorant.

Yang ditegur hanya menatap sebentar, lalu menjawab sambil berlari, "aku akan mencarinya ke arah sana, sebaiknya Kamu ke arah berlawanan. Kita berpencar."

Lorant langsung berlari ke arah yang ditunjuk oleh Arpad, "segera beritahu aku jika kamu menemukannya!" Lorant memberi perintah kepada Arpad.

"Lakukan hal yang sama jika kamu yang menemukannya lebih dulu, kak!" suara Arpad semakin menghilang ditelan lorong-lorong gelap minim cahaya di ruang bawah tanah yang bagaikan labirin.

Lorant mendobrak paksa semua pintu, dan memerintahkan pengawal untuk mengeksekusi semua korban, memisahkan yang sudah meninggal dan yang masih bisa ditolong, untuk mendapatkan pengobatan segera dari tabib di ruang utama kastil. Tetapi dirinya terus saja mencari dan mencari, hingga akhirnya, sebuah ruangan dengan cahaya temaram membuatnya terpaku. Sesaat dirinya seperti kehilangan kesadaran, ketika melihat di sana terikat pada tiang pancang, orang yang sangat dikasihinya.

Bola mata hazel itu tidak tampak karena terpejam, rambut hitam yang menutupi warna pirang untuk menyembunyikan jati dirinya itu telah luntur. Kaki dan tangannya terikat erat, meneteskan darah segar, kepalanya tergolek tertutup rambut yang kusut masai. Bau anyir menyengat keras, karena ruangan yang tertutup tanpa sirkulasi udara memadai ini sangat lembab, bahkan dipenuhi ceceran darah di sana-sini. Di suatu sudut, terdapat meja panjang bersisian dengan bak mandi yang masih dipenuhi oleh darah, dan sebagian mulai mengering. Ada aroma nista yang belum sempat dibersihkan ikut menguar diantara bau anyir yang menusuk, bercampur dengan ramuan obat serta dupa.

Lorant hampir muntah, rasa mual di perutnya membuat kesadaran Lorant kembali, segera diserbunya tubuh lemah itu, lalu memeriksa detak jantung dan nafasnya. Setelah diyakini masih ada harapan hidup, dia segera melepaskan semua ikatan di tubuh kekasihnya dengan hati-hati dan penuh kelembutan, namun cekatan.

Lorant berbisik lembut di telinga wanita cantik yang tubuhnya dipenuhi luka sayatan di sana-sini, "Benca, sayang, ini aku Lorant. Aku datang untukmu, bertahanlah sayang. Di mana Lovisa? Sayang, sadarlah... kita masih harus menemukan Lovisa."

Lorant terus berbicara sambil melepaskan ikatan di tubuh Benca yang lemah bagaikan jelly. Dia mencoba membuat Benca sadar, setelah semua ikatan terlepas, dia membawa Benca ke ruang utama untuk mendapatkan pertolongan dari tabib. Sepanjang lorong Lorant berteriak memanggil Arpad, yang entah berada di mana.

Arpad tergopoh-gopoh menghampiri Lorant setelah mendengar teriakan Lorant, "apakah Kamu menemukannya, kak?"

"Segera bantu aku, dia masih hidup, tapi sekarat. Kita harus cepat!"

Arpad bergegas lari mendahului Lorant, "aku akan siapkan tempat, dan memanggil tabib untuk segera memberi pertolongan padanya."

"Iya, cepatlah. Aku tidak mau semuanya terlambat." Arpad segera menghilang, sementara Lorant berlari agak tersendat karena menggendong Benca melewati lorong yang sempit. Tidak lama kemudian Arpad kembali dan membantu Lorant memandu jalan menuju tempat yang sudah disiapkan.

"Ke arah sini, kak." Lorant mengikuti petunjuk Arpad, dan segera meletakkan Benca hati-hati dihadapan tabib. Tubuhnya dipenuhi keringat dan bau anyir darah. Namun dia tidak perduli, baginya, Benca adalah yang utama, dia tidak ingin meninggalkan Benca sampai dia merasa yakin bahwa Benca masih bisa diselamatkan.

"Arpad, tunggulah di sini, aku akan mencari Lovisa."

"Aku ikut denganmu, kak."

"Tidak Arpad, mungkin tabib membutuhkan sesuatu, jadi kamu harus tinggal di sini, biarkan aku yang mencari Lovisa."

Saat itu Gyorgy muncul, "Kalian tinggallah di sini, aku yang akan mencari Lovisa, semua ruangan sudah di eksekusi dan Lovisa belum ditemukan. Kemungkinan Lovisa berada bersama mereka."

"Tetapi..." Lorant berusaha menyanggah. Lovisa adalah putrinya, dia harus menjadi orang yang paling keras mencari Lovisa, karena dia adalah ayah kandung Lovisa.

"Lorant, berjagalah di sini sambil tetap waspada. Sebab cuma Kamu dan Arpad yang paling mengenali wajah para tersangka. Aku tidak mau mereka kabur dengan menyamar." Lorant merasa apa yang Gyorgy katakan ada benarnya, maka dia mengangguk tanda setuju.

"Gyorgy, kumohon, temukan Lovisa-ku."

Gyorgy menepuk punggung Lorant, "pasti!" Kemudian Gyorgy langsung memerintahkan para prajurit untuk menyisir semua tempat, dan membagi tugas berjaga di setiap pintu dan jendela.

Tabib dengan cekatan memeriksa keadaan Benca, "tolong ambilkan ramuan di dalam botol berwarna hijau" ujar tabib, sambil menunjuk ke arah kumpulan botol-botol obat, Arpad yang berada paling dekat dengan jangkauan obat-obatan tersebut langsung memberikannya.

"Bagaimana kondisinya, Inka?" Lorant bertanya hati-hati pada tabib penuh kekhawatiran.

"Kondisinya cukup parah, dia dehidrasi dan kehilangan banyak darah. Tetapi masih ada harapan, denyut nadinya masih berdetak meskipun sangat lemah." Lorant dan Arpad menghembuskan nafas lega bersamaan.

"Lakukan yang terbaik Inka. Aku akan memberimu banyak uang jika berhasil menyembuhkannya." Ucap Arpad.

"Aku juga akan memberimu hadiah, hidupmu beserta anak-anakmu akan menjadi tanggung jawabku. Kamu tidak perlu bersusah payah mencari uang lagi, jika kamu berhasil memberinya kesembuhan." Lorant tidak mau kalah.

"Aku hanya bisa berusaha tuan-tuan, tetapi hidup dan mati bukan aku yang menentukan, sekarang tolong biarkan aku untuk mengobatinya. Beri aku air." Lorant dan Arpad berebut segera memberi Inka air, setelah itu mereka hanya berani menatap Inka yang sibuk mengobati Benca tanpa punya nyali untuk bertanya.

Saat itu, Gustav memasuki ruangan sambil berteriak, "Ellie, kamu di mana?" sesaat matanya beradu dengan Lorant dan Arpad, kemudian melihat tubuh Benca yang sedang tergeletak lemah dihadapan mereka, "Fia?" matanya menatap tajam ke arah Lorant dan Arpad, Gustav menghampiri mereka meminta penjelasan, "ada apa ini? kenapa anakku ada di sini dalam kondisi seperti ini? sebenarnya ada apa di sini? Di mana Lovisa dan Ellie?"

Lorant menatap wajah Gustav yang khawatir dengan sendu, "Lovisa belum ditemukan... dan bibi Ellie..."

Lorant menggantung kata-katanya sambil memandang Arpad meminta pertimbangan, tidak tahu harus menjelaskan apa pada Gustav. Mereka tidak tega untuk memberitahu Gustav kondisi yang sesungguhnya, mereka tidak siap, dan tidak tahu harus mulai dari mana.

Disaat mereka saling tatap dengan pikiran masing-masing, Gyorgy masuk sambil menggendong seorang gadis. Di belakangnya, beberapa pengawal tampak sedang menggiring tawanan dengan lengan terikat di belakang punggung mereka, hanya dua orang wanita yang tidak diikat, namun masing-masing dipegang erat oleh dua orang pengawal.

Lorant dan Arpad langsung menghampiri Gyorgy, dugaan mereka tepat, gadis dalam gendongan Gyorgy adalah Lovisa. Dengan sigap mereka menyiapkan tempat disamping Benca, agar Lovisa segera mendapat pertolongan dari tabib. Hati mereka hancur melihat kondisi Lovisa yang bersimbah darah dan hanya ditutupi sehelai kain putih secara sembarangan.

Sementara Gustav yang masih belum sadar dari rasa kagetnya karena melihat putri juga cucunya dalam kondisi mengenaskan, masih harus menerima kejutan lain. Matanya menatap nanar ke arah tawanan wanita yang dikawal ketat. Bibirnya hanya mampu mengucap pelan menyebut nama wanita tersebut saat pandangan mereka saling bertemu, "Ellie...."

Ellie mentap Gustav sekilas dengan sedih, dia berusaha tersenyum, namun tidak mampu melihat luka menganga dalam bola mata orang yang paling dikasihi dan dicintainya.

Suasana menjadi seperti sebuah film slow motion saat Gustav mengantarkan kepergian Ellie dengan tatapannya yang dipenuhi tanda tanya besar.

Gustav sungguh tidak mengerti dengan semua yang dia lihat saat ini. Beribu tanda tanya besar berkelebat di kepalanya. Dia tidak menyangka akan melihat pemandangan seperti ini, tadinya dia mengira terjadi perampokan di kastil milik Ellie, kekasihnya.

Pengawal memberikan informasi padanya, bahwa tentara utusan Raja Matyas --yang sebenarnya masih ada hubungan darah dengan Ellie-- berdatangan ke kastil Ellie. Tetapi mengapa justru dia harus menyaksikan Ellie ditangkap? dan mengapa Fia dan Lovisa juga terluka? bahkan ada banyak gadis-gadis muda yang juga bergeletakan sedang dalam perawatan.

Ada apa sebenarnya?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Laquisha Bay
Ceritanya BAGUS. Wajib masuk ke dalam daftar pustaka. Semangat, Author! ;)
2022-06-04 21:16:52
1
user avatar
Tyarasani
Bikin penasaran, semangat kak ...
2022-04-30 22:28:49
1
119 Chapters
1. Penggerebekan, 30 Desember 1610
Lorant menyerbu ke dalam kastil seperti kesetanan, dia mendobrak setiap pintu di ruang bawah tanah, di sana terdapat banyak korban dengan kondisi yang sangat mengenaskan.Seorang gadis tubuhnya berkedut bersiap meregang nyawa dengan luka sayatan di nadi pergelangan tangan dan lehernya. Bau anyir menyeruak tajam membuat dirinya sesak. Tetapi yang membuatnya lebih sulit bernafas adalah keberadaan Lovisa dan Benca yang belum diketahui, mereka diduga berada diantara para korban. "Zulu, cepat ambil air, beri wanita ini minum! Fredo cepat bawa tandunya ke mari, angkat wanita ini, dan berikan pertolongan, mungkin dia masih bisa diselamatkan. Hugo suruh yang lainnya memeriksa ruangan di sebelah, gadis ini bilang ada lebih banyak korban di sana!" Gyorgy sebagai orang yang diberi mandat oleh Raja Matyas untuk melakukan penyerbuan, memberikan pe
last updateLast Updated : 2022-04-09
Read more
2. Rahasia Pria, 26 September 1573
 (FLASHBACK Tahun 1573)   "Aku suka bintang-bintang yang menggantung di langit." Pemuda kecil berusia empat tahun itu menunjuk langit yang gelap.   "Mengapa kamu suka bintang, kak? bukankah bulan lebih cantik? cahayanya tidak menyilaukan seperti matahari." Pemuda kecil yang berusia tidak terpaut jauh darinya bertanya heran.   Keduanya memiliki paras yang mirip satu sama lain, orang sering mengira mereka adalah anak kembar, padahal mereka berdua terlahir dari rahim ibu yang berbeda, bahkan ayah mereka juga berbeda. Jarak kelahiran mereka hanya terpaut lima bulan saja, sehingga keduanya benar-benar mirip anak kembar saat tumbuh menjadi bocah muda yang tampan. Perbedaan mereka hanyalah pada garis rahang yang lebih tegas, serta bola mata berwarna coklat kelam pada bocah yang lebih tua, sementara bocah yang lebih muda memiliki garis rahang lebih halus, serta warna bola mata biru cerah seperti samudra yang diterangi sinar
last updateLast Updated : 2022-04-09
Read more
3. Malam Menjadi Saksi Bisu, 26 September 1573
Countess Klara Bathory de Ecsed berupaya sekuat tenaga untuk menekan rasa kasihan terhadap keponakannya, Countess Elizabeth Bathory de Ecsed, yang sedang menahan sakit tidak terkira. Dia terus membekap mulut keponakannya dengan kain, agar teriakkan karena rasa sakit tidak memecah malam yang senyap. Meskipun setiap ruangan di kastil mereka memiliki tembok yang tebal, namun tetap saja tidak akan mampu meredam suara yang sangat keras.   "Bertahanlah Ellie, kamu pasti bisa melewati ini." Klara berusaha memberi semangat kepada keponakannya. Ellie dengan wajah dipenuhi keringat hanya mampu menatap nanar bibinya, yang terus saja membekap mulutnya dengan kain, agar dia tidak berteriak kesakitan. Satu-satunya yang membuat Ellie kuat adalah, harapan agar anak yang berada di dalam rahimnya bisa terlahir dengan selamat dan sehat. Dia ingin buah cintanya bersama Gustav terlahir sempurna, sesempurna cintanya pada Gustav.   "Gerda, apakah segalanya baik-ba
last updateLast Updated : 2022-04-09
Read more
4. Tepi Hutan Cachtice, 26 September 1573
Diperbatasan desa dekat hutan Cachtice, seorang pria yang sudah sejak sepuluh hari sebelumnya selalu berjaga dengan mendirikan tenda darurat, terus berusaha terjaga dari tidurnya.   Ini adalah salah satu akses yang paling mungkin untuk dilewati oleh orang yang ingin pergi secara diam-diam. Sebab jalan ini menuju hutan yang akan mengubur setiap aktivitas di dalam rimbunnya dedaunan.   Meskipun demikian, hutan tersebut relative aman, hampir bisa dipastikan tidak ada binatang buas yang berbahaya di dalamnya, selain itu, ada banyak tanaman buah dan sayuran yang bisa di makan.   Pria itu menatap langit dengan gelisah, "aku sudah berhari-hari menunggu di sini, kumohon, beri aku kesempatan, untuk memperbaiki diri dan bertanggung jawab atas apa yang telah kuperbuat. Biarkan aku menjaganya dengan seluruh jiwa dan ragaku." Itu adalah ucapan dan doa yang selalu dia sampaikan ke langit di setiap malam.  
last updateLast Updated : 2022-04-09
Read more
5. Melintasi Hutan Csetje, 26 September 1573
Pesan dari Countess Klara dan Elizabeth Bathory de Ecsed sangat jelas bagi pasangan suami-istri Gerda dan Gergely, "Bawalah bayi ini bersama kalian sejauh-jauhnya, bersembunyilah. Kehidupan kalian tidak akan pernah kesulitan keuangan. Di dalam kereta kuda tersebut, terdapat harta yang cukup untuk menopang kehidupan kalian, selain dari harta yang sudah kami berikan tiga bulan lalu untuk kalian mempersiapkan tempat tinggal rahasia kalian. Setelah dia dewasa, bawalah kembali bersama kotak ini, di dalamnya ada identitas dirinya sebagai keturunan dari keluarga de Ecsed.   Gergely dan Gerda mengangguk, "baiklah, kami mengerti."   "Segera berangkat, kalian harus berhati-hati, karena kalian tidak akan mendapatkan perlindungan dari pengawal dalam misi rahasia ini. Di dalam kereta ada perbekalan yang cukup dan juga senjata untuk melindungi diri kalian. Sekarang pergilah." bagaimanapun, Klara tidak ingin apa yang sudah mereka rencanakan hancur berantak
last updateLast Updated : 2022-04-09
Read more
6. Keluarga Bahagia di Tepi Hutan Csetje
Gerda memandang suaminya yang berada di atas atap rumah dengan senyum, sedikit berteriak dia memanggil suaminya "Gery, beristirahatlah, aku membawakan kudapan kesukaanmu." Gergely yang sedang berada di atap untuk menguatkan posisi atap rumah kayu mereka, mengelap peluhnya. Dia tersenyum menatap istrinya yang berada di bawah sambil menggendong Benca. "Letakan saja di atas batu, dekat pohon besar itu. Aku akan turun sebentar lagi" matanya menatap gadis kecil dalam gendongan istrinya yang sibuk menata makanan di bawah pohon, tatapan matanya menjadi redup, hatinya berdesir dipenuhi rasa kasih, "apakah gadis cantik kesayangan merindukan ayahnya?" Gergely berteriak dari atap. Gerda berteriak menjawab suaminya, "dia tidak merindukanmu, dia hanya ingin makan bersama ayahnya" balas Gerda, mencoba memaksa suaminya untuk turun dan beristirahat. Menggunakan Benca untuk memaksa Gergely melakukan sesuatu, terbukti selalu sukses. Sedet
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
7. Ksatria Arva (Delapan belas tahun kemudian. Tahun 1591)
Dua orang pria bertarung dengan sangat lihai disaksikan dua orang gadis yang saling memberi semangat."Arpad, kamu yang terbaik, kalahkan dia, jangan beri ampun" seorang wanita dengan semangat memberi dukungan sambil terus bertepuk tangan setiap pedang Arpad mengayun memberikan serangan telak pada lawan. Wajah wanita itu bulat bagaikan bulan, dia selalu mampu membuat orang-orang disekelilingnya merasa bahagia, senyumnya menampilkan barisan gigi yang rapih berjajar bagaikan deretan mutiara. Rambutnya yang pirang bergelombang digelung ke atas, diberi hiasan manik-manik dan topi kecil yang mempermanis penampilannya. "Tenang Erza, kakakmu yang tampan ini pasti bisa menumbangkannya." Pria yang dipanggil Arpad menyahuti sambil mengedipkan matanya yang teduh berwarna biru samudera kepada satu-satunya adik perempuan yang sangat disayanginya. "Kamu tidak mendukungku, Erza? awas ya, jangan menangis dan mengadu padaku jika G
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
8. Pertemuan
Lorant mengerang menahan sakit di kakinya, dia telah mencoba menghentikan pendarahan dengan mengikat kakinya erat-erat, namun darah masih saja mengucur. Sementara tubuhnya semakin lemah karena haus dan lapar. "Ya tuhan, sungguh aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak tahu siapa mereka, dan mengapa mereka menyerang kami. Apakah pertempuran di Sisak semakin melebar hingga mencapai Moslavina?" Lorant bergumam sendiri, mencoba menganalisa situasi ditengah rasa sakit yang menderanya. Bagaimanapun dia adalah seorang prajurit terlatih yang sudah terbiasa menahan sakit akibat serangan dari musuh. Namun ini adalah di tengah hutan, dan dia tidak terlalu mengenal wilayah ini, jadi saat dia lari dari gempuran musuh yang tidak dikenalnya, dia hanya mengikuti insting untuk menyelamatkan diri. "Semoga keluarga Baron Vladislav bisa diselamatkan oleh para pengawalnya..." saat Lorant sibuk bermonolog dalam hati
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
9. Darah Bangsawan, 5 Oktober 1591
Tiba di rumah, Benca membuka pintu kayu dengan hati-hati, "bu, ibu... ibu di mana?" Benca memanggil ibunya sambil memapah Lorant untuk duduk di pembaringan. Dengan telaten Benca membantu Lorant untuk mendapatkan posisi rebahan yang cukup nyaman. Setelah itu, dia ke dapur mencari ibunya, tetapi Benca tidak menemukan ibunya.   Lewat pintu belakang Benca ke luar. Di sana ibunya tampak sedang menjemur gandum. Cahaya matahari di bulan Oktober tidak terlalu bagus untuk menjemur, tetapi setidaknya, gandum-gandum tersebut tidak akan busuk karena lembab saat musim dingin nanti. Benca menghampiri ibunya "ibu..." Benca memanggil dengan suara lirih.   Ibunya menoleh, sedikit terkejut "hey, Kamu sudah pulang, sayang. Cepat sekali. Apakah ayahmu sangat lapar, sehingga menghabiskan makanannya dengan kilat?"   Benca menggeleng, lalu duduk dihadapan ibunya. Benca memegang tangan ibunya, lalu menceritakan tentang Lorant. Gerda terbelalak,
last updateLast Updated : 2022-04-15
Read more
10. Bangsawan Kesepian (Elang)
Para pengawal menunduk dihadapan seseorang yang sedang duduk sambil mengetukkan jarinya di tangan kursi. Wajahnya yang tenang, namun tegas, memancarkan kharisma yang kuat. Gurat-gurat di keningnya menandakan usia yang semakin menua, namun sesungguhnya dia tidak terlalu tua, hanya saja dia sering tampak murung dan sedih. Meskipun sisa-sisa ketampanan yang dimilikinya masih terlihat, namun terkubur oleh ekspresi datar di wajahnya. Padahal jika diteliti cukup dalam, hidung kokoh diantara alis tebal seperti parang yang menaungi bola mata hazel dalam bingkai berbentuk almond itu memiliki sorot mata setajam elang. Semua bagaikan pahatan sempurna mahakarya sang pencipta. Bibirnya yang tipis dan hampir tidak pernah tersenyum, masih memerah segar karena tidak pernah tersentuh tembakau. Ya, meskipun dia tidak terlalu mengurusi penampilan, namun dia selalu berusaha untuk menjaga kesehatan serta kebugaran tubuhnya, sebab dia bertekad untuk bisa terus hidup sampai bertemu dengan putri satu-satun
last updateLast Updated : 2022-04-30
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status