Home / Romansa / Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed / 7. Ksatria Arva (Delapan belas tahun kemudian. Tahun 1591)

Share

7. Ksatria Arva (Delapan belas tahun kemudian. Tahun 1591)

last update Last Updated: 2022-04-13 11:43:18

Dua orang pria bertarung dengan sangat lihai disaksikan dua orang gadis yang saling memberi semangat.

"Arpad, kamu yang terbaik, kalahkan dia, jangan beri ampun" seorang wanita dengan semangat memberi dukungan sambil terus bertepuk tangan setiap pedang Arpad mengayun memberikan serangan telak pada lawan.

Wajah wanita itu bulat bagaikan bulan, dia selalu mampu membuat orang-orang disekelilingnya merasa bahagia, senyumnya menampilkan barisan gigi yang rapih berjajar bagaikan deretan mutiara. Rambutnya yang pirang bergelombang digelung ke atas, diberi hiasan manik-manik dan topi kecil yang mempermanis penampilannya.

"Tenang Erza, kakakmu yang tampan ini pasti bisa menumbangkannya." Pria yang dipanggil Arpad menyahuti sambil mengedipkan matanya yang teduh berwarna biru samudera kepada satu-satunya adik perempuan yang sangat disayanginya.

"Kamu tidak mendukungku, Erza? awas ya, jangan menangis dan mengadu padaku jika Gyorgy pergi dan tidak memberimu kabar." Pria yang menjadi lawan Arpad melancarkan protes dan melotot kepada Erza.

"Ada aku, Lorant." Wanita di sebelah Erza dengan dandanan mewah dan make up tebal segera melemparkan senyum termanisnya pada Lorant, pria yang selalu mencuri hatinya.

Hari ini dia sangat bahagia, karena orang tua mereka telah merencanakan perjodohan antara dirinya dengan Lorant, rasanya mimpi hanya tinggal selangkah lagi untuk menjadi nyata. Selanjutnya dia bisa memamerkan Lorant kepada seluruh gadis bagsawan di Arva sebagai suaminya. Dan tidak ada seorangpun lagi yang akan berani membual untuk bertaruh tentang berapa banyak jumlah bekas luka di tubuh Lorant. Karena pada akhirnya, cuma dia yang tahu tentang hal itu. Membayangkannya saja sudah membuat wanita itu sangat bahagia.

Erza yang melihat wanita disebelahnya senyum-senyum sendiri langsung menyikunya, "aku berani bertaruh, pasti karena pertemuan keluarga semalam yang membuatmu selalu tersenyum sumringah seperti ini. Iya kan, Ivett?"

Yang ditanya hanya melirik dan tersenyum semakin lebar, sementara Lorant yang diberi dukungan oleh Ivett seperti mengacuhkan begitu saja, dan terus bertarung melawan Arpad. Bahkan dengan sengaja membuat dirinya menjadi pihak yang kalah. Perisai Lorant jatuh terkena serangan pedang dari Arpad, lalu dengan sigap Arpad mengarahkan ujung pedangnya ke leher Lorant yang langsung mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

Ivett segera berlari menghampiri Lorant, dan Erza bertepuk tangan semakin keras atas kemenangan Arpad, "kakakku memang yang paling hebat," lalu dia mencium kedua pipi kakaknya.

Arpad berbisik pada Erza, "kak Lorant tidak suka di dukung oleh Ivett, jadi dia sengaja mengalah." Keduanya lalu tertawa cekikian.

Mereka sudah sama-sama tahu, sejak kecil Ivett selalu berusaha mencari perhatian Lorant, namun Lorant tidak pernah menggubrisnya. Lorant tidak pernah menyukai Ivett. Namun sebagai keluarga bangsawan yang masih memiliki darah kekerabatan cukup dekat, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Sebagai keluarga bangsawan, memang tidak mudah untuk bergaul semaunya, harus dengan yang setaraf dengan tingkat sosial kebangsawanan mereka.

"Apakah ada yang sakit, Lorant?" Tanya Ivett penuh perhatian, "di mana yang luka? biar aku obati."

Lorant menghindari sentuhan Ivett, "aku baik-baik saja, Ivett. Tadinya aku hampir mengalahkan Arpad, tetapi karena kamu mengganggu konsentrasiku dengan teriakkanmu, maka Arpad-lah yang menjadi pemenangnya. Kalau kamu diam saja, mungkin aku sudah menang dari tadi" jawab Lorant ketus.

Tetapi Ivett justru salah sangka, "apakah kehadiranku selalu mengganggu konsentrasimu, Lorant?" Lorant mendelik menatap Ivett yang masih saja tersenyum tersipu, "maafkan jika aku membuatmu selalu memikirkan aku, mungkin setelah kita menikah, kamu akan lebih tenang, tidak perlu selalu memikirkan dan mengkhawatirkan aku setiap waktu."

"Apppaaaa...?" Lorant mengaum, membuat Erza dan Arpad berjengkit kaget, sementara entah mengapa, Ivett masih saja tersipu menatap Lorant. Wajahnya yang tirus dengan alis tipis bagai bulan sabit tanggal satu, bersemu merah, "aku tidak pernah memikirkanmu apalagi berencana untuk men..." kata-kata Lorant terputus dengan kehadiran seseorang.

"Hallo semuanya..." dan tatapan mata semua orang berubah fokus, dari menyaksikan drama Lorant-Ivett menjadi ke arah pria berpakaian bangsawan yang baru saja datang, "apa kabar semuanya? kalian baru selesai berlatih pedang?" Arpad dan Lorant yang ditanya hanya mengangguk, "hai Ivett, kamu cantik sekali hari ini," Ivett yang masih tersipu makin tersipu, "tetapi maafkan jika bagiku yang tercantik adalah Erza tunanganku. Apa kabar sayang?" kali ini Erza yang salah tingkah.

"Kamu benar Gyorgy, adikku Erza adalah wanita tercantik di Arva" Arpad menyalami Gyorgy, "jadi berhati-hatilah menjaganya."

"Pasti!" Gyorgy mengedipkan mata pada Arpad.

"Lorant, apakah kamu tidak ingin membelaku seperti Arpad membela Erza?" Ivett merajuk pada Lorant.

"Jika tuan Gyorgy yang mengatakan hal tersebut, siapa yang berani menentangnya? Dia bangsawan penguasa wilayah Arva, aku tidak mau mengambil resiko di pasung karena menentangnya. Kecuali bibi Ellie mau bersumpah melindungiku, sebab cuma bibi Ellie yang tingkat kebangsawanannya lebih tinggi dari Gyorgy. Selain itu, Erza memang cantik. Aku setuju dengan Gyorgy." Lorant menjawab tanpa melihat Ivett yang sedang cemberut.

Semuanya menahan tawa, mereka tahu, Arpad tidak pernah menyukai Ivett, tetapi Ivett selalu mengejar-ngejar Lorant, dan pertemuan keluarga semalam adalah petaka untuk Lorant. Tapi sebaliknya, merupakan berkah bagi Ivett. Para sepupu hanya bisa mendukung dengan cara tidak ingin terlalu ikut campur, memilih untuk menjadi penonton dari drama percintaan bertepuk sebelah tangan antara Lorant dan Ivett.

"Ada apa, Gyorgy? Sepertinya sesuatu yang penting telah membuatmu menemui kami di sini" Lorant memperhatikan gulungan kertas yang dibawa oleh Gyorgy dalam genggamannya.

Gyorgy tertawa, "kamu memang sangat teliti, Lorant. Itulah sebabnya aku suka bekerja bersamamu" lalu Gyorgy menatap para gadis, "wahai wanita-wanita tercantik di Arva, bolehkah kami para ksatria Arva berbicara sebentar? Ini hanya untuk para pria, jadi kami mohon beri kami ruang untuk berdiskusi. Silahkan..." Gyorgy mempersilahkan Erza dan Ivett untuk meninggalkan mereka bertiga, lalu duduk dan mulai membuka gulungan kertas yang dia pegang.

"Kita mendapatkan tawaran kerjasama dengan Baron Vladislav Durecovic di Moslaviana. Aku sudah melihat peta daerahnya, ini sangat luar biasa, kita pasti akan memiliki bisnis yang sangat baik jika bekerjasama dengan dia." Gyorgy menunjuk beberpa titik di dalam peta yang dibawanya.

"Wilayah di Lonjsko Polje sangat subur, sebab disana ada sungai Sava, sungai Lonja, dan jalur sungai Velki Strug, itu membuat wilayahnya semakin menarik sehingga banyak sekali bangsawan yang ingin memiliki atau bekerjasama, jadi merupakan suatu keberuntungan jika tuan Baron Vladislav mengajak kita bekerja sama." Arpad mengamati peta sambil bergumam. Pengetahuannya tentang wilayah Moslavina dan Sisak cukup lumayan.

"Ya, kamu benar Arpad, tidak heran jika sumber daya alam di sana sangat subur. Pasti banyak yang bisa kita tanami di wilayah tersebut" Lorant mengamati peta sambil memberi komentar, "tinggal bagaimana bentuk kerjasamanya, itu yang perlu dibahas."

Gyorgy tersenyum, "itulah yang ingin aku katakan kepada kalian, tetapi karena kalian sudah memahaminya, maka aku tidak perlu lagi bicara panjang lebar, bagaimana kalau kalian berangkat ke Moslavina untuk membicarakan hal tersebut?"

"Bukankah kita harus menunggu kabar dari Sisak?" Arpad menyela.

"Ah, kamu benar. Kita harus menunggu perkembangan kasus di Sisak, karena kamu harus mengontrol persedian makanan serta obat-obatan untuk prajurit-prajurit kita di Sisak.

"Tidak apa-apa, aku bisa berangkat sendiri ke Moslavina, situasi memang sedang cukup genting, kita berbagi tugas saja, peperangan membutuhkan amunisi, jadi bekerjasama dengan Baron Vladislav Durecovic juga merupakan salah satu solusi terbaik untuk mendapatkan dukungan, terutama dalam hal suplai makanan."

"Baik, aturlah perjalananmu, nanti biar aku dan Arpad mencoba untuk bisa bertemu denganmu saat kita akan menuju Sisak. Bawalah beberapa pengawal dan pembawa pesan agar kita bisa saling memberi kabar dengan cepat."

"Baiklah, aku akan segera berangkat, mungkin besok pagi aku sudah akan pergi."

"Mengapa terburu-buru sekali?" Gyorgy menatap heran.

Arpad mengedip ke arah Gyorgy, "kamu tahu kenapa dia begitu, semalam kamu ikut kita makan malam bersama keluarga, kan?"

Gyorgy langsung paham, "oke, terserah padamu. Tetapi jangan jadikan urusan bisnis untuk melarikan diri dari kenyataan" Gyorgy mencoba meledek Lorant, yang dibalas dengan pukulan pedang ringan pada punggung Gyorgy.

Related chapters

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   8. Pertemuan

    Lorant mengerang menahan sakit di kakinya, dia telah mencoba menghentikan pendarahan dengan mengikat kakinya erat-erat, namun darah masih saja mengucur. Sementara tubuhnya semakin lemah karena haus dan lapar."Ya tuhan, sungguh aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak tahu siapa mereka, dan mengapa mereka menyerang kami. Apakah pertempuran di Sisak semakin melebar hingga mencapai Moslavina?" Lorant bergumam sendiri, mencoba menganalisa situasi ditengah rasa sakit yang menderanya.Bagaimanapun dia adalah seorang prajurit terlatih yang sudah terbiasa menahan sakit akibat serangan dari musuh. Namun ini adalah di tengah hutan, dan dia tidak terlalu mengenal wilayah ini, jadi saat dia lari dari gempuran musuh yang tidak dikenalnya, dia hanya mengikuti insting untuk menyelamatkan diri."Semoga keluarga Baron Vladislav bisa diselamatkan oleh para pengawalnya..."saat Lorant sibuk bermonolog dalam hati

    Last Updated : 2022-04-13
  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   9. Darah Bangsawan, 5 Oktober 1591

    Tiba di rumah, Benca membuka pintu kayu dengan hati-hati, "bu, ibu... ibu di mana?" Benca memanggil ibunya sambil memapah Lorant untuk duduk di pembaringan. Dengan telaten Benca membantu Lorant untuk mendapatkan posisi rebahan yang cukup nyaman. Setelah itu, dia ke dapur mencari ibunya, tetapi Benca tidak menemukan ibunya. Lewat pintu belakang Benca ke luar. Di sana ibunya tampak sedang menjemur gandum. Cahaya matahari di bulan Oktober tidak terlalu bagus untuk menjemur, tetapi setidaknya, gandum-gandum tersebut tidak akan busuk karena lembab saat musim dingin nanti. Benca menghampiri ibunya "ibu..." Benca memanggil dengan suara lirih. Ibunya menoleh, sedikit terkejut "hey, Kamu sudah pulang, sayang. Cepat sekali. Apakah ayahmu sangat lapar, sehingga menghabiskan makanannya dengan kilat?" Benca menggeleng, lalu duduk dihadapan ibunya. Benca memegang tangan ibunya, lalu menceritakan tentang Lorant. Gerda terbelalak,

    Last Updated : 2022-04-15
  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   10. Bangsawan Kesepian (Elang)

    Para pengawal menunduk dihadapan seseorang yang sedang duduk sambil mengetukkan jarinya di tangan kursi. Wajahnya yang tenang, namun tegas, memancarkan kharisma yang kuat. Gurat-gurat di keningnya menandakan usia yang semakin menua, namun sesungguhnya dia tidak terlalu tua, hanya saja dia sering tampak murung dan sedih. Meskipun sisa-sisa ketampanan yang dimilikinya masih terlihat, namun terkubur oleh ekspresi datar di wajahnya. Padahal jika diteliti cukup dalam, hidung kokoh diantara alis tebal seperti parang yang menaungi bola mata hazel dalam bingkai berbentuk almond itu memiliki sorot mata setajam elang. Semua bagaikan pahatan sempurna mahakarya sang pencipta. Bibirnya yang tipis dan hampir tidak pernah tersenyum, masih memerah segar karena tidak pernah tersentuh tembakau. Ya, meskipun dia tidak terlalu mengurusi penampilan, namun dia selalu berusaha untuk menjaga kesehatan serta kebugaran tubuhnya, sebab dia bertekad untuk bisa terus hidup sampai bertemu dengan putri satu-satun

    Last Updated : 2022-04-30
  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   11. Bangsawan Kesepian (Merpati)

    Ellie menatap nanar ke luar jendela dari dalam ruangan pribadinya, tubuh polosnya masih berada di dalam selimut tebal, sementara Klara sedang sibuk merapihkan diri. Bertahun-tahun mereka melakukan hubungan yang intim lebih dari sekedar sebagai keponakan dan bibi tanpa dicurigai, karena mereka tinggal dalam satu atap di kastil Cachtice ini. Klara yang lembut penuh perhatian telah menjadi tempat bersandar bagi Ellie yang rapuh dan penuh dengan kekhawatiran. Moment disaat dia harus melepas bayi perempuannya --hasil hubungannya bersama Gustav-- merupakan skenario yang dilakukan oleh Klara dengan sangat rapih. Kenyataannya, delapan belas tahun berlalu, semuanya seolah-olah berjalan sebagaimana mestinya, seakan-akan memang tidak pernah ada seorang anak yang pernah terlahir dari rahimnya. "Klara, apakah ada kemungkinan aku bisa bertemu dengan Sweety --begitu Ellie menyebut anaknya dihadapan Klara--?" Ellie bertanya dengan nada sedih kepada bibinya. Sesungguhnya Klara bosan dengan rengekan

    Last Updated : 2022-04-30
  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   12. Lamaran, 10 Oktober 1591

    Lorant membantu Gergely memotong kayu untuk persediaan di musim dingin yang akan segera tiba. Tubuhnya yang atletis dan dipenuhi banyak bekas luka, seolah menunjukan bahwa dia bukan sekedar tuan tanah, namun juga seorang ksatria yang mengerti teknik bertempur. Cara Lorant memegang kampak dan mengayunkannya sangat lihay dan terlatih. Benca memperhatikan, bahwa kayu yang dipotong oleh Lorant memiliki presisi yang mengagumkan. Seolah Lorant telah mengukurnya. Keringat yang membasahi tubuh Lorant berkilat diterpa sinar matahari pagi yang lembut. Benca tanpa sadar mengaguminya, lalu tersipu sendiri. Dengan senyum sumringah, Benca menghampiri mereka sambil membawa kudapan palacinky dan selai blueberry kesukaan Lorant. Entah bagaimana, ibunya seolah menguasai banyak hal meski mereka hidup terasing di pinggiran desa Csetje. Semua makanan yang diolah oleh ibunya, akan menghasilkan sensasi yang nikmat di lidah siapapun yang mencicipinya. Bahkan Lorant terang-terangan memuji masakan Gerda.

    Last Updated : 2022-04-30
  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   13. Mendapat Restu, 10 Oktober 1591

    Gerda sedang sibuk di dapur untuk mempersiapkan makan malam dibantu oleh Benca. Sementara Lorant dan Gergely sedang duduk di teras menatap langit yang mulai pekat sambil bicara tentang kehidupan Lorant di Arva. Lorant bermaksud memberi pengantar kepada Gergely tentang siapa dirinya, dan bagaimana kehidupannya, untuk memberi gambaran singkat kepada Gergely, bahwa dirinya cukup layak dipertimbangkan sebagai menantu dan pendamping bagi Benca. Gergely tidak ingin membahas tentang apa yang telah dia ketahui bersama istrinya tadi pagi. Bahkan saat makan siangpun mereka hanya bicara tentang hal-hal ringan seputar kehidupan Benca selama delapan belas tahun di tempat yang terpencil. Kenyataan bahwa Benca mengusai sebagian besar ilmu herbal serta keterampilan memasak tentu tidak lagi membuat Lorant bertanya-tanya. Sebab Lorant tahu, Benca mewarisi semua itu dari ibunya. Namun pertanyaan besar tentang ilmu dasar politik maupun kehidupan ala bangsawan termasuk tata krama dalam bersikap sehari

    Last Updated : 2022-04-30
  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   14. Menyongsong Masa Depan, 11 Oktober 1591

    Benca bangun pagi-pagi sekali saat hari masih gelap, lalu membereskan dapur serta menyiapkan kudapan untuk sarapan pagi hari. Ibunya telah lebih dulu membuat adonan roti gandum kesukaan Benca yang dipadukan dengan camembert. Benca suka dengan sensasi lelehan camembert di lidahnya. Disudut, Benca melihat banyak kotak makanan tersusun rapih. Mendadak hatinya sedih "inikah akhir hari bersama kedua orang tuanya setelah delapan belas tahun?" Batin Benca kelu. "Hey, Kamu saudah bangun, sayang?" Gerda yang baru saja menyadari kehadiran Benca di dapur, segera menghampiri putri kesayangannya. Hatinya juga sedih, namun dia berusaha untuk tegar. Bagaimanapun, kebahagiaan Benca adalah yang paling utama. Dengan lembut dia memeluk putri kesayangannya, lalu mencium kening Benca. Dia tidak mampu berkata-kata, takut suaranya akan bergetar, lalu mereka berdua tidak akan mampu membendung tangisan. Yang pada akhirnya, hanya akan menghambat keyakinan Benca untuk pergi bersama Lorant untuk meraih kebahag

    Last Updated : 2022-04-30
  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   15. Kediaman Keluarga Sarvar Felsovidek, 12 Oktober 1591

    Langit mulai redup, meskipun cahaya mentari masih bersinar malu-malu dibalik awan, ketika Benca dan Lorant berhasil mencapai batas desa Arva. Lorant memperhatikan Benca yang belum pernah pergi jauh. Benca terkagum-kagum dengan banyaknya rumah serta beberapa bangunan indah disepanjang jalan. Setiap kali mereka bertemu dengan orang-orang, kebanyakan menunduk hormat pada dirinya dan Benca. Lorant selalu membalas dengan menundukan kepala serta senyuman yang lebar, terkadang juga melambaikan tangan kepada mereka. Lorant tersenyum memperhatikan Benca mengikuti apa yang dilakukan olehnya. Benca tidak menyangka, betapa Lorant sangat di hormati di desa Arva. Meskipun awalnya Benca merasa risih dengan semua perhatian tersebut, namun Benca mencoba untuk membiasakan diri. Seumur hidupnya, hanya Gergely dan Gerda yang berada di dekatnya. Baru lima hari terakhir, Lorant adalah manusia ketiga yang dia kenal selama delapanbelas tahun kehidupannya. Sekarang, tiba-tiba saja ada banyak manusia lain y

    Last Updated : 2022-04-30

Latest chapter

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   119. Episode Kehidupan

    Suasana pemakaman cukup sepi. Hanya dihadiri oleh kerabat dekat saja. Waktu pemakaman juga dibuat sesingkat mungkin. Benca menatap nanar saat peti mati diturunkan ke dalam liang lahat. "Bibi Ellie, semoga arwahmu tenang di sisi-Nya. Aku sudah memafkanmu, meskipun kamu tidak pernah memintanya." Benca memejamkan matanya, mencoba melupakan kejadian empat tahun lalu saat dirinya disekap bersama Lovisa di ruang bawah tanah. Bagaimanapun, Benca merasakan bahwa Ellie tidak sungguh-sungguh ingin menyakitinya. Ellie hanya sedang terjebak dalam situasi yang serba salah. Setelah prosesi pemakaman dilakukan, satu persatu pergi meninggalkan makam dan kembali ke rumah masing-masing. Orang memastikan bahwa di sanalah jasad Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire disemayamkan. Sebuah episode kehidupan dari seorang Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire telah berakhir. *** Epilog : Yang orang-orang dan dunia luar tidak ketahui adalah, jasad Ellie dimakamkan di dalam hutan, dekat sebu

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   118. Datang dan Pergi, 21 Agustus 1614

    Seluruh keluarga masih berduka saat selesai menghadiri pemakaman Gustav. Tidak berapa lama, seorang pengawal masuk, mengabarkan bahwa Ellie telah meninggal di dalam ruangan tahanannya. Hal tersebut diketahui karena Ellie tidak menyentuh makanannya sama sekali, setelah pintu dibuka untuk memeriksa, Ellie ditemukan terkapar di lantai sudah tidak bernyawa. Arpad berdiri terpaku, membeku seperti patung yang bernyawa."Apakah aku yang telah menyebabkan bibi Ellie meninggal? Selama ini, Ayah Gustav tidak pernah mengetahui bahwa Bibi Ellie masih hidup dan ditahan di dalam kastilnya sendiri. Ayah Gustav selalu berpikir, bahwa Bibi Ellie telah menerima hukuman mati bersama yang lainnya. Sejak itu, kondisi kesehatan Ayah Gustav terus menurun dan akhirnya pergi. Ayah Gustav memang tidak pernah membicarakan atau mengeluhkan apa yang dirasakannya. tetapi aku tahu, apa yang membuatnya berubah seratus delapanpuluh derajat sejak kepergian Bibi Ellie. Dia pasti sangat

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   117. Menjemputmu, 21 Agustus 1614

    Di dalam sebuah ruang sempit dengan ventilasi kecil untuk sekedar bernafas, serta lubang pintu yang hanya cukup untuk meletakkan sepiring makanan setiap harinya. Ellie terduduk di sudut sambil memeluk lutut dan menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang hanya tinggal tulang berbalut kulit saja. Entah sudah berapa lama dia terkurung di ruangan ini. Ingatannya sudah mulai memudar, dan dia juga telah menjadi tua, keriput, jelek, kurus dan lemah. Namun semua itu tidak lagi mengganggu Ellie. Hanya ada sesuatu yang masih lekat dalam memorinya, dia adalah Gustav, kekasih hatinya, orang yang paling dia cintai seumur hidupnya. Saat ini dirinya tidak lagi meratapi serta menyesali perbuatannya yang telah merugikan banyak pihak, dia sudah menerima hukumannya dengan ikhlas. Tetapi, hatinya lebih sering didera kerinduan, serta kesepian yang teramat sangat terhadap Gustav kekasihnya. Terakhir kali dia menatap wajah kekasihnya adalah ketika dirinya digiring seperti

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   116. Mother Of Vampire

    Setelah terungkapnya tragedi pembunuhan berantai di Kastil Cachtice, beredar desas-desus mengenai sisi lain dari sang putri yang diberi julukan Blood Countess De Ecsed. Cerita bergulir bagaikan bola liar yang panas, menghubungkan praktek pembunuhan tersebut dengan ritual satanisme yang di anut oleh sang putri berdarah. Rakyat dicekam rasa takut akan adanya semacam sekte atau aliran satanisme yang membutuhkan tumbal atau persembahan berupa darah gadis perawan yang mungkin masih berjalan di suatu tempat di sekitar mereka. Gosip dan desas-desus terus berseliweran diantara para rakyat untuk waktu yang cukup lama. Kondisi tidak serta merta menjadi normal lagi seperti sediakala setelah keputusan dan hukuman dijatuhkan terhadap putri berdarah dan pengikutnya. "Sebaiknya, selepas senja, tidak boleh ada seorang gadispun yang boleh berkeliaran di luar rumah. Mungkin saja arwah Blood Countess de Ecsed masih bergentayangan mencari korban." Sekelompo

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   115. Persidangan Tertutup, tahun 1611

    Para tersangka duduk diam menunduk di hadapan Raja Matyas. Sebelumnya, Raja Matyas telah mendengarkan keterangan dari para saksi dalam pertemuan terpisah, juga mempelajari semua laporan yang disusun oleh Gyorgy, Lorant dan Arpad. Tidak ada keramaian dalam persidangan ini, hanya para tersangka, Gyorgy, Arpad, Lorant, beberapa mentri, serta hakim yang akan memberikan pertimbangan hukuman bagi para tersangka yang sesungguhnya telah diputuskan pada pertemuan tertutup sebelumnya. Elizabeth Bathory dan Klara sebagai tersangka utama tidak dihadirkan dalam persidangan dengan berbagai pertimbangan. Bagaimanapun, persidangan secara terbuka bagi keluarga kerajaan akan sangat memalukan, mengingat garis keturunan serta hubungan kekerabatan dengan kerajaan-kerajaan lain, juga mengingat jasa-jasa kepahlawanan suami tersangka utama pada kerajaan menjadi faktor penting dalam menjaga hubungan baik, maka mereka tidak akan pernah melakukan persidangan terbuka untuknya. Memperkara

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   114. Pertemuan Tertutup

    Sambil menarik nafas sejenak, Pendeta Luthern Istvan Magyari melanjutkan laporannya kepada Raja Matyas, “….karena jumlahnya semakin banyak, aku mencurigai bahwa meninggalnya mereka bukanlah sesuatu yang wajar, Tuanku. Sehingga aku menolak untuk memberikan penghormatan terakhir bagi mereka yang meninggal tersebut. Tetapi kalau pada akhirnya mereka membuang mayat-mayat tersebut di sembarang tempat begitu saja, aku sungguh tidak mengetahuinya.” Pendeta Luthern Istvan Magyari mengakhiri laporannya, di hadapannya Raja Matyas terpaku bisu setelah mendengar penjelasan tersebut. Bayangan mayat-mayat bergelimpangan di semak-semak, di dalam hutan, maupun di tempat-tempat pembuangan, membuatnya merasa sangat terpukul. Dia sering berada di medan tempur untuk berjuang membela negara, melibas musuh-musuhnya tanpa ampun, namun di dalam area pemerintahannya sendiri, telah terjadi praktek pembunuhan yang kejam dan berjalan sudah cukup lama tanpa diketahui. Hal ini seperti sebu

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   113. Sebuah Kesadaran

    Gustav sedang berada di taman yang dipenuhi bunga-bunga, dia duduk tersenyum menatap istri dan putri ciliknya yang memiliki wajah bercahaya, sedang bermain mengejar kupu-kupu yang menarik perhatian dengan warnanya yang rupawan. Ellie begitu cantik, muda dan mempesona. Putri mereka tidak berhenti tertawa mengejar kupu-kupu, tiba-tiba saja seekor burung gagak menyerang putri mereka hingga tersungkur jatuh. Wajah putri mereka yang bercahaya beradu dengan tanah, membuat dia menangis. Gustav yang kaget segera hendak menolong, namun istrinya yang cantik mendadak berubah menjadi monster yang mengerikan. Wajahnya menjadi sangat pucat dengan taring yang semakin memanjang. Tatapan matanya nanar tertuju pada burung gagak tersebut, lalu secepat kilat menyambar burung gagak dan melumatnya dengan buas, membuat wajahnya berlumuran dengan darah segar. Putri mereka yang sudah bangkit dan melihat ibunya melakukan sesuatu yang sangat mengerikan dengan waja

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   112. Mimpi Benca

    Lorant memperhatikan kening Benca yang berkedut serta sudut mata yang sedikit mengerut, seperti sedang gelisah. Lorant masih menggenggam jemari Lovisa untuk memberinya kekuatan, sementara kondisi Benca membuatnya hawatir, jadi dia mengulurkan sebelah tangannya untuk mengelus kening Benca agar bisa lebih tenang. Saat itu, Arpad datang sambil membawa roti dan air untuk diberikan kepada Lorant. Dia juga melihat wajah Benca yang gelisah. Sepertinya Benca sedang memimpikan sesuatu di dalam bawah sadarnya. Arpad dan Lorant saling memandang. Lorant meminta Arpad untuk duduk di dekatnya dan menggenggam jemari Benca, sementara dirinya tetap berada di dekat Lovisa. Dengan sebelah tangannya yang tadi mengelus Benca, Lorant mengambil roti dan mulai mengisi perutnya yang kosong sejak lama. Rasanya, makanan terakhir yang masuk ke tubuhnya adalah kemarin saat mereka baru saja selesai dari penyelidikkan di rumah pohon milik Gustav. Setelah itu, mereka langsung marathon melaku

  • Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed   111. Aku, Kamu, dan Cinta Kita

    Gustav memasuki rumahnya dengan gontai. Rasanya, seluruh jiwa raganya berada terpisah di dunia masing-masing, tidak saling terhubung satu sama lain. Gustav memasuki ruang kerja, mengambil sebuah lukisan dalam bingkai kecil yang berada dalam laci mejanya, lalu memandang lekat-lekat lukisan versi mini antara dirinya dengan Ellie, satu-satunya wanita yang telah membuat hatinya terjerat dan tidak mampu berpaling. Lintasan-lintasan peristiwa berseliweran di kepalanya bagaikan sebuah film yang diputar secara otomatis. Segalanya tampak baru terjadi kemarin, padahal waktu telah membawa mereka pada usia senja. "Ellie, sayangku. Sampai kapanpun, aku akan tetap mencintaimu. Bila dunia memutuskan bahwa dirimu bersalah, maka aku harus bisa menerima dengan ikhlas segala keputusan yang akan diberikan. Kalau saja boleh, aku ingin menggantikan posisimu saat dipersidangan. Karena aku pasti tidak akan kuat melihatmu diadili."

DMCA.com Protection Status