Spin Off : Mendadak Dinikahi CEO Tampan. Akibat sebuah insiden, Jennaira, mau tidak mau harus menerima perjodohan yang sudah di atur oleh keluarganya. Pekerjaan Jennar sebagai seorang selebriti, membuat pernikahannya harus dirahasiakan dari publik- terlebih calon suaminya merupakan pengusaha kaya raya, yang begitu di segani. Jika kabar pernikahan dadakannya sampai tersebar, maka karir yang sudah di bangun nya dengan susah payah itu akan hancur. Apa yang akan Jennar lakukan dengan pernikahannya? *** Baca juga buku Mendadak Dinikahi CEO Tampan.
View More"Baby!" Tiba-tiba Athalla menghampiri Jennar sambil memeluk serta mencium pipinya."What the…" umpat Jennar reflek, sambil mengusap pipi menggunakan telapak tangannya."Lo…" ucapnya tertahan."Iya, ini aku. Apa kabar cantik?" balas Athalla sambil menarik kursi, kemudian duduk di samping Jennar.Lihatlah bagaimana sikap Athalla saat ini. Menjijikkan! Tidak tahu malu! Apa dia lupa kejadian minggu lalu?Kedatangan Athalla yang tiba-tiba, di luar prediksi Jennar. Bahkan saat ini Jennar bingung harus bereaksi seperti apa.Jennar menggeser kursinya sedikit menjauh. "Ngapain lo di sini??" tanya Jennar sinis."Jangan galak-galak. Kamu nggak kangen sama aku??" tanya Athalla sambil memasukan kerupuk yang dia ambil dari atas piring Jennar ke dalam mulutnya.Jennar berdecak kesal. "Lo sengaja nguntit gue, ya?" Mata Jennar menyipit penuh selidik.Tawa Athalla pecah. "Lucu banget sih kamu, baby." Athalla menjepit hidung mancung Jennar."Berhenti panggil gue dengan sebutan itu! Gue bukan pacar lo la
"Jen, Bu Irena minta kamu untuk makan siang bersamanya," Mery menyampaikan pesan manager yang meminta Jennar untuk makan siang di kantin Ganendra Beauty.Jennar yang tengah sibuk memainkan telepon genggamnya itu pun, lantas menghentikan aktivitasnya. "Sama Bu Imelda juga?" tanya Jennar sedikit mengernyitkan dahinya."Nggak tau. Bu Irena nggak bilang," jawab Mery jujur. "Ayo jangan sampai Bu Irena ngomel gara-gara kamu telat,"Jennar berdecak kesal, sambil memasukkan telepon genggamnya ke dalam tas. "Kamu lupa siapa saya??" sombong Jennar sambil menunjuk dirinya sendiri."Global Ambassador Ganendra Beauty!" jawab Mery penuh penghormatan. Bukan hormat dalam artian menghamba, namun lebih ke arah bercanda."Ayo!" ajak Jennar sambil merangkul Mery dan menyeretnya keluar dari ruangan rapat.Kantin Ganendra Beauty, berada di lantai tujuh. Daripada terlihat seperti kantin, tempat itu lebih terlihat seperti restoran hotel bintang lima, hanya saja beda di cara penyajiannya. Kantin Ganendra Beau
"Katanya konglomerat, kenapa nggak punya helikopter sekalian, sih?!" keluh Jennar.Pagi-pagi sekali Jennar diminta datang ke gedung Ganendra Beauty untuk meeting dengan para petinggi, dan managernya. Mengingat kesepakatan semalam yang tidak mengizinkan Jennar ataupun Dean membawa orang lain ke rumah, dengan terpaksa Jennar menyetir sendiri."Uh, boro-boro helikopter, pembantu aja nggak ada," gumam Jennar sendiri.Sebelum keluar dari dalam mobil, Jennar mengecek kembali penampilannya. Dia melakukan touch-up beberapa bagian termasuk mengganti warna lipstiknya menjadi warna merah menyala.Uh, lihatlah dirimu ini. Cantik sekali. Betapa beruntungnya kamu, Dean. Jennar terkekeh saat mendengar betapa konyol dirinya saat ini.Setelah dirasa cukup, Jennar keluar dari dalam mobil, dan masuk ke dalam gedung Ganendra Beauty. Kemewahan interior dari gedung Ganendra Beauty, membuat Jennar terpana beberapa detik, sebelum akhirnya menormalkan kembali ekspresi wajahnya.Ini kali pertama Jennar memasuk
“Bagaimana rasanya jadi pengantin baru?”Jennar merasa jengah dengan sikap Bima yang terus memberikan banyak pertanyaan padanya. Ditambah lagi dengan Dean yang tidak putus memandang Bima, seakan-akan memang sedang menantangnya.“Begitulah…” Jennar yang menyadari bahwa atmosfer di dalam ruangan terasa tidak enak, dia berusaha untuk menjawab secukupnya saja.Ayah Dean yang tampaknya paling bisa membaca situasi, berdeham dengan cukup keras. “Bagaimana dengan proyek kerja sama kalian?”Bima menganggukkan kepalanya, dan berujar dengan santai. “Semuanya masih dalam tahap perencanaan. Belum ada kata sepakat. Benar begitu, sepupu?” ujarnya sambil menatap Dean.“Belum sepakat?” Ayah Dean mengerutkan dahinya. “Bukannya kalian sudah membahas proyek ini dari tiga bulan yang lalu?”Bima menaikkan bahunya. “Ada beberapa hal yang belum ada titik temunya. Pembahasan selama ini, lebih banyak menguntungkan Dean ketimbang saya, om.”Jennar sampai bergidik karena atmosfer di dalam ruangan yang terasa men
"Kamu harus tanggung jawab!" Desis Jennar ketika Dean keluar dari kamar mandi.Dean yang tengah mengeringkan wajahnya itu pun, lantas berhenti sambil menatap Jennar dengan heran."Gara-gara jamu yang mommy kasih, mulutku sampai sekarang masih pahit. Itu juga kan salah kamu, kenapa tadi nggak berusaha ngelarang?" gerutu Jennar melampiaskan semua kekesalannya.Lagi-lagi Dean tidak merespon. Dia hanya menatap Jennar sekilas, kemudian pergi, keluar dari dalam kamar."Dosa apa gue, sampai-sampai bersuamikan manusia es kayak dia!" keluhnya, sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tidak lupa dia juga menyelimuti tubuhnya dengan selimut.Jennar yang hampir terlelap, kembali membuka matanya, saat suara bariton seseorang menyapa telinganya."Lemon tea hangat. Minumlah," titah Dean, sambil memberikan gelas kaca itu pada Jennar.Jennar menatap Dean, dan gelas yang ada di tangannya dengan heran."Minum!" perintah Dean kembali.Tanpa banyak tanya lagi, Jennar langsung meminum habis lemon te
“Deankara Ganendra!” Teriakan itu bergema nyaring di dalam ruang tidur mewah bernuansa modern. “Ini semua gara-gara kamu!” imbuh gadis bertubuh molek sembari menuding pria yang belum lama baru saja secara sah menyandang gelar sebagai suaminya. Sekarang, Jennar dan Dean berada di dalam ruang tidur dengan wajah kesulitan. Yang lebih parah, ruang tidur itu adalah ruang tidur yang berada di kediaman orang tua Dean! “Lain kali kalau ngomong tuh dipikir dulu!” bentak Jennar lagi membuat pelipis Dean berkedut. “Kalau bukan karena kamu seenaknya ngomong sama Bima tentang malam pertama, kamu kira kita akan terjebak di sini?!” Satu jam sebelumnya... “Berhubung ini malam pertama, nggak baik juga kalau kalian langsung pergi. Malam ini kalian nginep di sini saja, ya...” Dengan senyuman cerahnya, Ibunda Dean melayangkan tatapan penuh harap pada putra dan menantunya itu. Mendengar omongan Dean kepada Bima tadi, dia menjadi semakin semangat memastikan semuanya berjalan lancar untuk kedua pengantin
"Apa yang sedang kamu lamunkan?" Suara bariton Dean yang tiba-tiba terdengar, berhasil menyadarkan Jennar dari lamunannya. Dengan raut wajahnya yang berubah cemberut, Jennar melirik sinis ke arah Dean. “Menurutmu?” balasnya ketus. “Saya nggak punya kemampuan untuk membaca pikiranmu, Jennar,” jawab Dean, tanpa melepas sedikit pun ‘topeng’ senyumannya yang ramah itu dari wajah tampannya. Di sisi lain, Jennar tampak semakin mendengus kesal. “Kamu emang nggak kepikiran dengan syarat yang dikasih orang tua kita?!” tukasnya jengkel. Dean tidak menjawab. Pria itu hanya melirik sesaat, sebelum akhirnya kembali menyapa para tamu yang mulai menghampiri mereka lagi. Dengan sedikit memiringkan tubuhnya dan mendekati daun telinga Jennar, Dean berbisik sepelan mungkin. “Senyum,” bisiknya. “Masalah lain, pikirkan nanti.” Mendengar ucapan Dean yang terdengar seperti sebuah perintah, diam-diam Jennar menghembuskan napasnya kasar, sebelum akhirnya menunjukkan sikap profesionalnya dengan mengulas se
*Beberapa hari yang lalu* “Nggak! Pokoknya aku nggak akan nikah sama kamu!”Dean menegapkan tubuhnya dan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana. “Kenapa?” tanyanya kemudian. “Aku tidak merasa ada yang dirugikan dengan pernikahan ini,” ujarnya.Jennar melebarkan kedua matanya dengan rahang yang mengetat keras begitu mendengar pernyataan Dean. Sesaat kemudian, dia berkata, “Dengar ya, Tuan Deankara Ganendra yang terhormat. Saya punya banyak alasan kenapa pernikahan itu tidak boleh sampai terjadi!” Jari telunjuk Jennar terangkat, mengisyaratkan angka ‘satu’.“Pertama, pernikahan kita bisa menjadi skandal, apalagi kalau sampai foto-foto itu tersebar ke media massa! Dan tebak siapa yang paling dirugikan dalam hal ini? Ya, tentu saja saya!" seru Jennar sedikit berteriak. "Kedua, popularitas saya pun akan semakin turun karena tidak lagi lajang!" imbuhnya. "Bagian paling buruknya adalah, semua brand yang bekerja sama dengan saya akan mencabut kontak mereka. Saya harus membayar g
“Kenapa kalian diam saja?"Jennar masih terdiam kaku, sambil menatap horor foto-foto intimnya bersama Dean. Dia berusaha keras untuk memproses semuanya. ‘Kenapa bisa begini? Siapa orang gila yang berani-beraninya jebak kita kayak gini?!’Selain beragam pertanyaan yang memenuhi kepalanya, Jennar juga dikuasai oleh rasa cemas dan panik. ‘Kalau sampai foto-foto itu bocor ke publik, mampus beneran gue!?’Jennar dapat membayangkan bagaimana namanya muncul di setiap acara gosip, 'Jennaira terlibat cinta satu malam dengan CEO!'Jennar menggeleng pelan, 'Nggak! Nggak! Semua itu nggak boleh terjadi!!' batin Jennar yang kembali tersadar dari lamunannya. Dia pun melemparkan tatapan kepada Dean, mengisyaratkan, ‘Ngomong sesuatu dong!’Akan tetapi, pria itu sepertinya sibuk dengan pertimbangannya sendiri.Gadis itu tiba-tiba saja berdiri, hingga mengalihkan perhatian semua orang. "Jennar nggak setuju!! Jennar nggak mau nikah sama Dean!" tolaknya dengan tegas. Namun, setelahnya Jennar panik, terut
“Najis, dasar playboy tukang selingkuh!"Makian yang terlontar dari bibir Jennar mengejutkan pria yang tengah sibuk bercumbu mesra dengan teman wanitanya.Belum sempat pria itu melihat jelas sosoknya, tapi Jennar langsung meraih gelas di meja dan menyiramkan isinya ke pria di hadapan. Hal tersebut sukses membuat sang pria melonjak dari sofa kelab malam langganannya dan langsung mengusap wajahnya yang basah dengan frustrasi.“Kurang aj–” Baru saja si pria ingin memaki sang pelaku, ucapannya terhenti di tenggorokan. Dia terpaku pada sosok cantik yang berdiri di depan dengan ponsel di tangannya. “J-Jennar?!”Manik Jennar terarah pada leher wanita yang berada di sebelah sang pria, penuh dengan bekas merah hasil percumbuan mereka. “Menjijikan!” ujar gadis itu dengan tangan mengepal, merasa emosinya semakin menggebu. “Bedebah kamu, Athala!” makinya. “Bisa-bisanya kamu berselingkuh seperti ini?!”Karena keributan yang tercipta oleh Jennar, DJ menyadari ada yang salah dan langsung menghentika
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments