Share

BAB 6

Author: Ira Riswana
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

“Kamu kenapa, Sayang? Lesu banget."

Suara wanita paruh baya yang tengah duduk di sampingnya, menyadarkan Jennar dari lamunannya.

Gadis itu menoleh pada sang ibu sambil mengulum senyum tipis. "Nggak apa-apa, Mi. Aku hanya sedikit lelah saja,” kilah Jennar.

Kemarin, setelah terbangun di ruangan yang sama, Jennar dan Dean langsung menemui manajemen hotel untuk memeriksa rekaman CCTV hotel. Namun, pihak hotel menyatakan CCTV mengalami kerusakan di malam tersebut dan berakhir tidak memiliki rekaman apa pun.

Walaupun Jennar merasa tenang lantaran tidak ada bukti yang bisa mengganggu reputasinya, tapi Dean berpikiran sebaliknya. Seseorang telah menjebak mereka dan menempatkan mereka bersama dalam kondisi tidak senonoh, sesuatu jelas akan terjadi.

‘Dia bilang akan menemukan pelakunya, tapi sampai sekarang masih belum ada kabar,’ batin Jennar sembari menggigit bibirnya.

Memang Dean menyatakan agar gadis itu duduk manis dan tidak berulah, bahkan menyuruhnya untuk melupakan masalah itu karena dia akan membereskannya. Akan tetapi, karena dirinya, seorang model dan selebgram ternama, terlibat, Jennar jelas tidak bisa tenang!

“Makanya jangan semua tawaran pekerjaan kamu ambil. Sekali-kali istirahat, sayang…" omel ibunya.

"Iya, Mami Zeca," jawab Jennar menyebut nama sang ibu sambil mencolek hidungnya.

"Kamu ini …," decak sang ibunda saat sang anak menggodanya.

Jennar tersenyum tipis, kemudian mengedarkan pandangannya ke arah lain guna mencari keberadaan sang ayah. Abhinav, ayah Jennar, ternyata tengah berbincang dengan seseorang di telepon.

Saat ini, Jennar bersama kedua orang tuanya sedang berada di sebuah ruangan VVIP salah satu restoran mewah, guna memenuhi undangan salah satu sahabat dekat dari orang tuanya, yang Jennar sendiri pun tidak tahu siapa. Karena saat tiba di sana, ruangannya masih kosong.

“Pap—”

Gadis itu baru akan memanggil ayahnya, saat tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan memunculkan sepasang suami istri, serta seorang pria muda tampan yang berdiri di belakang mereka.

Sepasang mata Jennar hampir melompat keluar saat melihat Dean berdiri di sana.

'Gawat! Kok dia bisa di sini, sih?!'

Jennar seketika mengumpat dan langsung memalingkan wajahnya ke arah lain sambil berusaha menutupinya dengan salah satu tangannya.

Kedua mata Jennar bergerak gelisah mengamati sekelilingnya.

'Gue harus keluar dari sini!' batin Jennar panik. Di tengah kepanikan itu, tatapan Jennar berhenti pada sebuah pintu lain yang ada di ruangan tersebut.

Dengan perlahan Jennar berdiri, berniat melangkahkan kakinya secepat mungkin untuk meninggalkan ruangan tersebut. Namun baru beberapa langkah kecil, sang ibu yang duduk di sampingnya menangkap pergelangan tangan Jennar dan menahannya.

“Kamu mau ke mana?” tanya wanita tersebut.

“I-itu, Mi... aku mau—”

“Duduk!" perintahnya. "Nggak sopan pergi saat om dan tante baru datang!” tegur Zeca pada putrinya.

Mau tidak mau, Jennar terpaksa memasang senyuman paling manis di hadapan para orangtua. Berpura-pura menjadi anak yang baik. ‘Tenang. Paling lama dua jam doang di sini. Jangan panik, Jennar. Pasang senyuman terbaik lo!’

Berbeda dari kedua orangtua Jennar dan Dean yang tampak asyik berbincang di sela-sela menyantap hidangan makan malam, kedua muda mudi itu justru hanya terdiam dan menanggapi ocehan para orang tua dengan sebuah anggukan atau seulas senyuman tipis.

Sambil menanggapi beberapa pertanyaan yang diajukan untuknya, tangan Jennar sibuk di bawah meja. Gadis itu mengetikkan sesuatu untuk Dean yang duduk di hadapannya.

‘Jangan sampai ada yang tahu soal kemarin!’

Jennar memperhatikan Dean yang mengeluarkan ponselnya dari saku jas dan terlihat membaca sesuatu di sana–yang gadis itu yakini adalah pesan darinya. Kemudian, gadis itu melihat sebelah alisnya terangkat.

Namun, tingkah pria itu yang memasukkan kembali ponselnya membuat Jennar terbelalak. ‘Wah, apa dia baru saja mengabaikanku? Kurang ajar sekali.’

Ingin rasanya Jennar diam-diam menendang kaki Dean yang berada di bawa meja, tapi sayangnya, kakinya tidak cukup panjang untuk menjangkau kaki pria itu.

Sebuah tepuk tangan yang antusias, membuat perhatian Jennar teralihkan.

Ibunda Dean tersenyum lebar. Dia berkata dengan nada riang, “Kalian tahu nggak, kalau acara makan malam ini bukan sekedar temu kangen?”

Kalimat ibunda Dean yang terdengar sedikit ambigu itu pun otomatis membuat Jennar melempar tatapan penuh tanya pada wanita paruh baya tersebut.

“Seperti yang kalian tahu, kami sudah bersahabat sejak lama, bahkan keluarga Ganendra sudah menganggap om Abhi dan tante Zeca seperti keluarga sendiri." Kali ini, orang yang menyahut adalah Catra Dewantara Ganendra, ayah Dean.

“Dan sekarang, impian kami akan segera terwujud, melalui pernikahan kalian!” seru Abhi–ayah Jennar–dengan gembira.

Namun, pernyataannya itu jelas membuat kedua anak mereka sama-sama terkejut.

“Pernikahan?!” Tanpa sadar, Jennar memekik kaget. Dia menatap kedua orangtuanya dengan tatapan tidak terima.

“Iya, pernikahan, Sayang...” sahut ibunda Jennar dengan santainya. “Sebenarnya, dari dulu kalian sudah kami jodohkan,” sambungnya lagi dengan antusias.

“Dijodohkan?!” Suara Jennar semakin melengking tinggi. “Memangnya sekarang masih zamannya Siti Nurbaya?!” protesnya tidak terima.

“Jennar!”

Ayahanda Jennar seketika memelototi putrinya yang langsung menyatakan penolakannya dengan lantang. Namun, Jennar bersikap tidak peduli.

“Nggak! Pokoknya aku nggak mau nikah!” ucap Jennar penuh emosi. “Papi sama Mami jangan seenaknya gitu dong! Aku ini udah dewasa! Aku yang menentukan jalan hidupku sendiri!” tegasnya. “Aku mau fokus sama karir dulu!” Jennar lagi-lagi menyuarakan penolakannya, tidak peduli pada reaksi para orang tua yang jelas terkejut dengan reaksi gadis itu.

Sekilas, gadis itu melirik ke arah Dean yang masih tidak mengatakan apapun, membuat Jennar semakin kesal.

'Kenapa dia tidak mengatakan apapun?!’ batin Jennar kesal.

“Jennar, sayang... kamu tenang du—”

Tok ... Tok ... Tok ...

Ketika Ibunda Dean berusaha menenangkan putri sahabatnya, sebuah ketukan di pintu mengalihkan perhatian mereka semua. Seorang pelayan muncul, dia berjalan masuk dengan membawa sebuah amplop coklat.

“Ehm, permisi. Maaf mengganggu waktunya, tapi kami ingin memberikan titipan untuk Tuan Catra Dewantara Ganendra,” ujar pelayan tersebut, menyebutkan nama lengkap Catra.

“Untuk saya?” Pria paruh baya itu sontak mengerutkan keningnya.

“Iya, Tuan.”

Pelayan itu lantas mengangguk kemudian menyerahkan sebuah amplop coklat kepada Catra, sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Ekspresi kebingungan masih terlihat di wajahnya, tapi ia tetap membuka amplop coklat itu. Hanya saja, sesaat setelah beliau membuka amplop itu, kedua matanya tampak membelalak kaget. Emosi selanjutnya yang memenuhi matanya adalah kemarahan.

Entah kenapa, Jennar merasakan atmosfer di ruangan tersebut menjadi terasa menegangkan, hingga membuat bulu kuduknya ikut berdiri.

“Ada apa?” tanya Ibunda Dean hati-hati saat melihat raut marah pada wajah suaminya.

Namun, alih-alih menjawab, Catra malah memberikan tatapan penuh kemarahan kepada putranya, sebelum kemudian beliau melemparkan foto-foto tersebut ke atas meja.

“Jelaskan foto-foto ini!!!” bentak Catra penuh emosi.

Jennar yang sudah merasakan firasat buruk, seketika tampak menegang di tempat duduk saat mengetahui kalau foto-foto tersebut adalah foto-fotonya bersama Dean. Foto-foto yang diambil dengan posisi mereka yang saling berpelukan dengan sebuah selimut yang menutupi tubuh polos mereka!

“Saya sudah memutuskan, pernikahan kalian akan dipercepat!”

Mendengar pernyataan tersebut, sontak saja membuat Jennar dan Dean saling bertukar pandang dengan ekspresi wajah mereka yang tampak syok dan tegang.

'Mampus gue!!'

Kaugnay na kabanata

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 7

    “Kenapa kalian diam saja?"Jennar masih terdiam kaku, sambil menatap horor foto-foto intimnya bersama Dean. Dia berusaha keras untuk memproses semuanya. ‘Kenapa bisa begini? Siapa orang gila yang berani-beraninya jebak kita kayak gini?!’Selain beragam pertanyaan yang memenuhi kepalanya, Jennar juga dikuasai oleh rasa cemas dan panik. ‘Kalau sampai foto-foto itu bocor ke publik, mampus beneran gue!?’Jennar dapat membayangkan bagaimana namanya muncul di setiap acara gosip, 'Jennaira terlibat cinta satu malam dengan CEO!'Jennar menggeleng pelan, 'Nggak! Nggak! Semua itu nggak boleh terjadi!!' batin Jennar yang kembali tersadar dari lamunannya. Dia pun melemparkan tatapan kepada Dean, mengisyaratkan, ‘Ngomong sesuatu dong!’Akan tetapi, pria itu sepertinya sibuk dengan pertimbangannya sendiri.Gadis itu tiba-tiba saja berdiri, hingga mengalihkan perhatian semua orang. "Jennar nggak setuju!! Jennar nggak mau nikah sama Dean!" tolaknya dengan tegas. Namun, setelahnya Jennar panik, terut

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 8

    *Beberapa hari yang lalu* “Nggak! Pokoknya aku nggak akan nikah sama kamu!”Dean menegapkan tubuhnya dan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana. “Kenapa?” tanyanya kemudian. “Aku tidak merasa ada yang dirugikan dengan pernikahan ini,” ujarnya.Jennar melebarkan kedua matanya dengan rahang yang mengetat keras begitu mendengar pernyataan Dean. Sesaat kemudian, dia berkata, “Dengar ya, Tuan Deankara Ganendra yang terhormat. Saya punya banyak alasan kenapa pernikahan itu tidak boleh sampai terjadi!” Jari telunjuk Jennar terangkat, mengisyaratkan angka ‘satu’.“Pertama, pernikahan kita bisa menjadi skandal, apalagi kalau sampai foto-foto itu tersebar ke media massa! Dan tebak siapa yang paling dirugikan dalam hal ini? Ya, tentu saja saya!" seru Jennar sedikit berteriak. "Kedua, popularitas saya pun akan semakin turun karena tidak lagi lajang!" imbuhnya. "Bagian paling buruknya adalah, semua brand yang bekerja sama dengan saya akan mencabut kontak mereka. Saya harus membayar g

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 9

    "Apa yang sedang kamu lamunkan?" Suara bariton Dean yang tiba-tiba terdengar, berhasil menyadarkan Jennar dari lamunannya. Dengan raut wajahnya yang berubah cemberut, Jennar melirik sinis ke arah Dean. “Menurutmu?” balasnya ketus. “Saya nggak punya kemampuan untuk membaca pikiranmu, Jennar,” jawab Dean, tanpa melepas sedikit pun ‘topeng’ senyumannya yang ramah itu dari wajah tampannya. Di sisi lain, Jennar tampak semakin mendengus kesal. “Kamu emang nggak kepikiran dengan syarat yang dikasih orang tua kita?!” tukasnya jengkel. Dean tidak menjawab. Pria itu hanya melirik sesaat, sebelum akhirnya kembali menyapa para tamu yang mulai menghampiri mereka lagi. Dengan sedikit memiringkan tubuhnya dan mendekati daun telinga Jennar, Dean berbisik sepelan mungkin. “Senyum,” bisiknya. “Masalah lain, pikirkan nanti.” Mendengar ucapan Dean yang terdengar seperti sebuah perintah, diam-diam Jennar menghembuskan napasnya kasar, sebelum akhirnya menunjukkan sikap profesionalnya dengan mengulas se

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 10

    “Deankara Ganendra!” Teriakan itu bergema nyaring di dalam ruang tidur mewah bernuansa modern. “Ini semua gara-gara kamu!” imbuh gadis bertubuh molek sembari menuding pria yang belum lama baru saja secara sah menyandang gelar sebagai suaminya. Sekarang, Jennar dan Dean berada di dalam ruang tidur dengan wajah kesulitan. Yang lebih parah, ruang tidur itu adalah ruang tidur yang berada di kediaman orang tua Dean! “Lain kali kalau ngomong tuh dipikir dulu!” bentak Jennar lagi membuat pelipis Dean berkedut. “Kalau bukan karena kamu seenaknya ngomong sama Bima tentang malam pertama, kamu kira kita akan terjebak di sini?!” Satu jam sebelumnya... “Berhubung ini malam pertama, nggak baik juga kalau kalian langsung pergi. Malam ini kalian nginep di sini saja, ya...” Dengan senyuman cerahnya, Ibunda Dean melayangkan tatapan penuh harap pada putra dan menantunya itu. Mendengar omongan Dean kepada Bima tadi, dia menjadi semakin semangat memastikan semuanya berjalan lancar untuk kedua pengantin

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 11

    "Kamu harus tanggung jawab!" Desis Jennar ketika Dean keluar dari kamar mandi.Dean yang tengah mengeringkan wajahnya itu pun, lantas berhenti sambil menatap Jennar dengan heran."Gara-gara jamu yang mommy kasih, mulutku sampai sekarang masih pahit. Itu juga kan salah kamu, kenapa tadi nggak berusaha ngelarang?" gerutu Jennar melampiaskan semua kekesalannya.Lagi-lagi Dean tidak merespon. Dia hanya menatap Jennar sekilas, kemudian pergi, keluar dari dalam kamar."Dosa apa gue, sampai-sampai bersuamikan manusia es kayak dia!" keluhnya, sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tidak lupa dia juga menyelimuti tubuhnya dengan selimut.Jennar yang hampir terlelap, kembali membuka matanya, saat suara bariton seseorang menyapa telinganya."Lemon tea hangat. Minumlah," titah Dean, sambil memberikan gelas kaca itu pada Jennar.Jennar menatap Dean, dan gelas yang ada di tangannya dengan heran."Minum!" perintah Dean kembali.Tanpa banyak tanya lagi, Jennar langsung meminum habis lemon te

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 12

    “Bagaimana rasanya jadi pengantin baru?”Jennar merasa jengah dengan sikap Bima yang terus memberikan banyak pertanyaan padanya. Ditambah lagi dengan Dean yang tidak putus memandang Bima, seakan-akan memang sedang menantangnya.“Begitulah…” Jennar yang menyadari bahwa atmosfer di dalam ruangan terasa tidak enak, dia berusaha untuk menjawab secukupnya saja.Ayah Dean yang tampaknya paling bisa membaca situasi, berdeham dengan cukup keras. “Bagaimana dengan proyek kerja sama kalian?”Bima menganggukkan kepalanya, dan berujar dengan santai. “Semuanya masih dalam tahap perencanaan. Belum ada kata sepakat. Benar begitu, sepupu?” ujarnya sambil menatap Dean.“Belum sepakat?” Ayah Dean mengerutkan dahinya. “Bukannya kalian sudah membahas proyek ini dari tiga bulan yang lalu?”Bima menaikkan bahunya. “Ada beberapa hal yang belum ada titik temunya. Pembahasan selama ini, lebih banyak menguntungkan Dean ketimbang saya, om.”Jennar sampai bergidik karena atmosfer di dalam ruangan yang terasa men

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 13

    "Katanya konglomerat, kenapa nggak punya helikopter sekalian, sih?!" keluh Jennar.Pagi-pagi sekali Jennar diminta datang ke gedung Ganendra Beauty untuk meeting dengan para petinggi, dan managernya. Mengingat kesepakatan semalam yang tidak mengizinkan Jennar ataupun Dean membawa orang lain ke rumah, dengan terpaksa Jennar menyetir sendiri."Uh, boro-boro helikopter, pembantu aja nggak ada," gumam Jennar sendiri.Sebelum keluar dari dalam mobil, Jennar mengecek kembali penampilannya. Dia melakukan touch-up beberapa bagian termasuk mengganti warna lipstiknya menjadi warna merah menyala.Uh, lihatlah dirimu ini. Cantik sekali. Betapa beruntungnya kamu, Dean. Jennar terkekeh saat mendengar betapa konyol dirinya saat ini.Setelah dirasa cukup, Jennar keluar dari dalam mobil, dan masuk ke dalam gedung Ganendra Beauty. Kemewahan interior dari gedung Ganendra Beauty, membuat Jennar terpana beberapa detik, sebelum akhirnya menormalkan kembali ekspresi wajahnya.Ini kali pertama Jennar memasuk

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 14

    "Jen, Bu Irena minta kamu untuk makan siang bersamanya," Mery menyampaikan pesan manager yang meminta Jennar untuk makan siang di kantin Ganendra Beauty.Jennar yang tengah sibuk memainkan telepon genggamnya itu pun, lantas menghentikan aktivitasnya. "Sama Bu Imelda juga?" tanya Jennar sedikit mengernyitkan dahinya."Nggak tau. Bu Irena nggak bilang," jawab Mery jujur. "Ayo jangan sampai Bu Irena ngomel gara-gara kamu telat,"Jennar berdecak kesal, sambil memasukkan telepon genggamnya ke dalam tas. "Kamu lupa siapa saya??" sombong Jennar sambil menunjuk dirinya sendiri."Global Ambassador Ganendra Beauty!" jawab Mery penuh penghormatan. Bukan hormat dalam artian menghamba, namun lebih ke arah bercanda."Ayo!" ajak Jennar sambil merangkul Mery dan menyeretnya keluar dari ruangan rapat.Kantin Ganendra Beauty, berada di lantai tujuh. Daripada terlihat seperti kantin, tempat itu lebih terlihat seperti restoran hotel bintang lima, hanya saja beda di cara penyajiannya. Kantin Ganendra Beau

    Huling Na-update : 2024-10-29

Pinakabagong kabanata

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 15

    "Baby!" Tiba-tiba Athalla menghampiri Jennar sambil memeluk serta mencium pipinya."What the…" umpat Jennar reflek, sambil mengusap pipi menggunakan telapak tangannya."Lo…" ucapnya tertahan."Iya, ini aku. Apa kabar cantik?" balas Athalla sambil menarik kursi, kemudian duduk di samping Jennar.Lihatlah bagaimana sikap Athalla saat ini. Menjijikkan! Tidak tahu malu! Apa dia lupa kejadian minggu lalu?Kedatangan Athalla yang tiba-tiba, di luar prediksi Jennar. Bahkan saat ini Jennar bingung harus bereaksi seperti apa.Jennar menggeser kursinya sedikit menjauh. "Ngapain lo di sini??" tanya Jennar sinis."Jangan galak-galak. Kamu nggak kangen sama aku??" tanya Athalla sambil memasukan kerupuk yang dia ambil dari atas piring Jennar ke dalam mulutnya.Jennar berdecak kesal. "Lo sengaja nguntit gue, ya?" Mata Jennar menyipit penuh selidik.Tawa Athalla pecah. "Lucu banget sih kamu, baby." Athalla menjepit hidung mancung Jennar."Berhenti panggil gue dengan sebutan itu! Gue bukan pacar lo la

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 14

    "Jen, Bu Irena minta kamu untuk makan siang bersamanya," Mery menyampaikan pesan manager yang meminta Jennar untuk makan siang di kantin Ganendra Beauty.Jennar yang tengah sibuk memainkan telepon genggamnya itu pun, lantas menghentikan aktivitasnya. "Sama Bu Imelda juga?" tanya Jennar sedikit mengernyitkan dahinya."Nggak tau. Bu Irena nggak bilang," jawab Mery jujur. "Ayo jangan sampai Bu Irena ngomel gara-gara kamu telat,"Jennar berdecak kesal, sambil memasukkan telepon genggamnya ke dalam tas. "Kamu lupa siapa saya??" sombong Jennar sambil menunjuk dirinya sendiri."Global Ambassador Ganendra Beauty!" jawab Mery penuh penghormatan. Bukan hormat dalam artian menghamba, namun lebih ke arah bercanda."Ayo!" ajak Jennar sambil merangkul Mery dan menyeretnya keluar dari ruangan rapat.Kantin Ganendra Beauty, berada di lantai tujuh. Daripada terlihat seperti kantin, tempat itu lebih terlihat seperti restoran hotel bintang lima, hanya saja beda di cara penyajiannya. Kantin Ganendra Beau

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 13

    "Katanya konglomerat, kenapa nggak punya helikopter sekalian, sih?!" keluh Jennar.Pagi-pagi sekali Jennar diminta datang ke gedung Ganendra Beauty untuk meeting dengan para petinggi, dan managernya. Mengingat kesepakatan semalam yang tidak mengizinkan Jennar ataupun Dean membawa orang lain ke rumah, dengan terpaksa Jennar menyetir sendiri."Uh, boro-boro helikopter, pembantu aja nggak ada," gumam Jennar sendiri.Sebelum keluar dari dalam mobil, Jennar mengecek kembali penampilannya. Dia melakukan touch-up beberapa bagian termasuk mengganti warna lipstiknya menjadi warna merah menyala.Uh, lihatlah dirimu ini. Cantik sekali. Betapa beruntungnya kamu, Dean. Jennar terkekeh saat mendengar betapa konyol dirinya saat ini.Setelah dirasa cukup, Jennar keluar dari dalam mobil, dan masuk ke dalam gedung Ganendra Beauty. Kemewahan interior dari gedung Ganendra Beauty, membuat Jennar terpana beberapa detik, sebelum akhirnya menormalkan kembali ekspresi wajahnya.Ini kali pertama Jennar memasuk

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 12

    “Bagaimana rasanya jadi pengantin baru?”Jennar merasa jengah dengan sikap Bima yang terus memberikan banyak pertanyaan padanya. Ditambah lagi dengan Dean yang tidak putus memandang Bima, seakan-akan memang sedang menantangnya.“Begitulah…” Jennar yang menyadari bahwa atmosfer di dalam ruangan terasa tidak enak, dia berusaha untuk menjawab secukupnya saja.Ayah Dean yang tampaknya paling bisa membaca situasi, berdeham dengan cukup keras. “Bagaimana dengan proyek kerja sama kalian?”Bima menganggukkan kepalanya, dan berujar dengan santai. “Semuanya masih dalam tahap perencanaan. Belum ada kata sepakat. Benar begitu, sepupu?” ujarnya sambil menatap Dean.“Belum sepakat?” Ayah Dean mengerutkan dahinya. “Bukannya kalian sudah membahas proyek ini dari tiga bulan yang lalu?”Bima menaikkan bahunya. “Ada beberapa hal yang belum ada titik temunya. Pembahasan selama ini, lebih banyak menguntungkan Dean ketimbang saya, om.”Jennar sampai bergidik karena atmosfer di dalam ruangan yang terasa men

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 11

    "Kamu harus tanggung jawab!" Desis Jennar ketika Dean keluar dari kamar mandi.Dean yang tengah mengeringkan wajahnya itu pun, lantas berhenti sambil menatap Jennar dengan heran."Gara-gara jamu yang mommy kasih, mulutku sampai sekarang masih pahit. Itu juga kan salah kamu, kenapa tadi nggak berusaha ngelarang?" gerutu Jennar melampiaskan semua kekesalannya.Lagi-lagi Dean tidak merespon. Dia hanya menatap Jennar sekilas, kemudian pergi, keluar dari dalam kamar."Dosa apa gue, sampai-sampai bersuamikan manusia es kayak dia!" keluhnya, sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tidak lupa dia juga menyelimuti tubuhnya dengan selimut.Jennar yang hampir terlelap, kembali membuka matanya, saat suara bariton seseorang menyapa telinganya."Lemon tea hangat. Minumlah," titah Dean, sambil memberikan gelas kaca itu pada Jennar.Jennar menatap Dean, dan gelas yang ada di tangannya dengan heran."Minum!" perintah Dean kembali.Tanpa banyak tanya lagi, Jennar langsung meminum habis lemon te

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 10

    “Deankara Ganendra!” Teriakan itu bergema nyaring di dalam ruang tidur mewah bernuansa modern. “Ini semua gara-gara kamu!” imbuh gadis bertubuh molek sembari menuding pria yang belum lama baru saja secara sah menyandang gelar sebagai suaminya. Sekarang, Jennar dan Dean berada di dalam ruang tidur dengan wajah kesulitan. Yang lebih parah, ruang tidur itu adalah ruang tidur yang berada di kediaman orang tua Dean! “Lain kali kalau ngomong tuh dipikir dulu!” bentak Jennar lagi membuat pelipis Dean berkedut. “Kalau bukan karena kamu seenaknya ngomong sama Bima tentang malam pertama, kamu kira kita akan terjebak di sini?!” Satu jam sebelumnya... “Berhubung ini malam pertama, nggak baik juga kalau kalian langsung pergi. Malam ini kalian nginep di sini saja, ya...” Dengan senyuman cerahnya, Ibunda Dean melayangkan tatapan penuh harap pada putra dan menantunya itu. Mendengar omongan Dean kepada Bima tadi, dia menjadi semakin semangat memastikan semuanya berjalan lancar untuk kedua pengantin

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 9

    "Apa yang sedang kamu lamunkan?" Suara bariton Dean yang tiba-tiba terdengar, berhasil menyadarkan Jennar dari lamunannya. Dengan raut wajahnya yang berubah cemberut, Jennar melirik sinis ke arah Dean. “Menurutmu?” balasnya ketus. “Saya nggak punya kemampuan untuk membaca pikiranmu, Jennar,” jawab Dean, tanpa melepas sedikit pun ‘topeng’ senyumannya yang ramah itu dari wajah tampannya. Di sisi lain, Jennar tampak semakin mendengus kesal. “Kamu emang nggak kepikiran dengan syarat yang dikasih orang tua kita?!” tukasnya jengkel. Dean tidak menjawab. Pria itu hanya melirik sesaat, sebelum akhirnya kembali menyapa para tamu yang mulai menghampiri mereka lagi. Dengan sedikit memiringkan tubuhnya dan mendekati daun telinga Jennar, Dean berbisik sepelan mungkin. “Senyum,” bisiknya. “Masalah lain, pikirkan nanti.” Mendengar ucapan Dean yang terdengar seperti sebuah perintah, diam-diam Jennar menghembuskan napasnya kasar, sebelum akhirnya menunjukkan sikap profesionalnya dengan mengulas se

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 8

    *Beberapa hari yang lalu* “Nggak! Pokoknya aku nggak akan nikah sama kamu!”Dean menegapkan tubuhnya dan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana. “Kenapa?” tanyanya kemudian. “Aku tidak merasa ada yang dirugikan dengan pernikahan ini,” ujarnya.Jennar melebarkan kedua matanya dengan rahang yang mengetat keras begitu mendengar pernyataan Dean. Sesaat kemudian, dia berkata, “Dengar ya, Tuan Deankara Ganendra yang terhormat. Saya punya banyak alasan kenapa pernikahan itu tidak boleh sampai terjadi!” Jari telunjuk Jennar terangkat, mengisyaratkan angka ‘satu’.“Pertama, pernikahan kita bisa menjadi skandal, apalagi kalau sampai foto-foto itu tersebar ke media massa! Dan tebak siapa yang paling dirugikan dalam hal ini? Ya, tentu saja saya!" seru Jennar sedikit berteriak. "Kedua, popularitas saya pun akan semakin turun karena tidak lagi lajang!" imbuhnya. "Bagian paling buruknya adalah, semua brand yang bekerja sama dengan saya akan mencabut kontak mereka. Saya harus membayar g

  • Istri Dadakan Tuan CEO   BAB 7

    “Kenapa kalian diam saja?"Jennar masih terdiam kaku, sambil menatap horor foto-foto intimnya bersama Dean. Dia berusaha keras untuk memproses semuanya. ‘Kenapa bisa begini? Siapa orang gila yang berani-beraninya jebak kita kayak gini?!’Selain beragam pertanyaan yang memenuhi kepalanya, Jennar juga dikuasai oleh rasa cemas dan panik. ‘Kalau sampai foto-foto itu bocor ke publik, mampus beneran gue!?’Jennar dapat membayangkan bagaimana namanya muncul di setiap acara gosip, 'Jennaira terlibat cinta satu malam dengan CEO!'Jennar menggeleng pelan, 'Nggak! Nggak! Semua itu nggak boleh terjadi!!' batin Jennar yang kembali tersadar dari lamunannya. Dia pun melemparkan tatapan kepada Dean, mengisyaratkan, ‘Ngomong sesuatu dong!’Akan tetapi, pria itu sepertinya sibuk dengan pertimbangannya sendiri.Gadis itu tiba-tiba saja berdiri, hingga mengalihkan perhatian semua orang. "Jennar nggak setuju!! Jennar nggak mau nikah sama Dean!" tolaknya dengan tegas. Namun, setelahnya Jennar panik, terut

DMCA.com Protection Status