Beranda / Romansa / Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket / Bab 2 : Pertemuan Dua Keluarga

Share

Bab 2 : Pertemuan Dua Keluarga

Penulis: Linda Malik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-22 18:13:27

“Rachel, gue pindah belakang. Lu baik-baik ya,” pamit Mila sembari menenteng tas, berlalu menuju bangku belakang. Digantikan Jonathan yang menempati bangku Mila, di sebelah Rachel.

Meski niatnya ingin fokus pada buku di hadapannya, namun dengan kehadiran Jonathan, Rachel mendadak kehilangan fokus. Apalagi Jonathan sengaja mengetuk-ngetuk pulpen di atas meja.

“Hay, bisa diam gak?” hardik Rachel, tentunya dengan berbisik. Dia tidak ingin ditegur pak Supri, namun tidak bisa mengabaikan tingkah Jonathan yang mengganggu konsentrasi.

Bukannya berhenti, ucapan Rachel justru membuat Jonathan terpancing untuk berbuat lebih usil.

Jonathan mengangkat satu kakinya dan diletakkan pada kaki yang lain, lalu mengayun-ayunkan kakinya hingga mengenai kaki Rachel.

Hal itu memantik amarah Rachel yang sudah berada di ubun-ubun. Tangannya terkepal menahan amarah. Bibirnya sudah siap memaki pemuda tengil yang begitu mengganggu.

Namun suara pak Supri membuyarkan niatnya.

“Simpan buku LKS kalian. Keluarkan satu lembar kertas," ucap pak Supri.

Tak terasa 15 menit sudah berlalu, Rachel merasa belum puas karena Jonathan mengganggu waktu berharganya.

Pak Supri menulis beberapa soal di papan tulis. Kumpulan rumus dan angka yang tentunya Rachel sangat paham dan bisa menyelesaikannya. Beda halnya dengan Jonathan yang tampak pusing memikirkan jawaban.

Kepintaran Jonathan memang di bawah rata-rata, namun dia ahli menyalin jawaban milik temannya. Dan suatu keberuntungan dia duduk bersebelahan dengan si kutu buku yang jago matematika.

Ketika Rachel sedang fokus mengerjakan soal, Jonathan berusaha melirik jawaban Rachel lalu menyalin di kertas miliknya. Jonathan tersenyum puas ketika sudah menyalin seluruh jawaban Rachel.

Hingga saat guru menilai, pak Supri tampak syok dengan hasil nilai yang didapat Jonathan. Seratus sempurna, bahkan dari dua puluh soal jawaban Jonathan tidak ada yang salah.

Ketika hasil nilai dibagikan, pak Supri kembali memanggil Jonathan.

“Jonathan maju ke depan!” ucap pak Supri dengan aura galak.

Rachel yang mendengar nama teman sebangkunya dipanggil, ikut menoleh. Sedari tadi Rachel tak menyadari jika Jonathan telah menyontek jawabannya.

Jonathan beranjak dari bangku, dan berjalan ke depan, berdiri di samping pak Supri yang tengah menulis sesuatu di papan tulis.

“Kerjakan ini! Aku lihat nilaimu bagus. Kerjakan satu soal ini dan terangkan pada teman-temanmu yang lain,” ucap Supri berusaha memendam rasa ketidakpercayaannya pada murid bandel itu.

Rachel memandang pada ekspresi Jonathan yang terlihat frustasi. Pemuda itu menyugar rambut sembari menghembuskan nafasnya dengan berat.

Pak Supri kembali duduk di depan mejanya, melanjutkan menilai lembar jawaban para murid. Sambil sesekali melirik pada Jonathan untuk memastikan murid itu mengerjakan sendiri.

Jo melihat keadaan sekitar, melirik ke arah pak Supri yang tengah fokus. Lalu tatapannya tertuju pada Rachel yang tengah menatap ke arahnya dengan tatapan mengejek. Salah satu sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum sinis setengah mengejek ke arah Jo.

“Bantuin gue, please!” ucap Jo dengan gerakan bibir tanpa suara.

Rachel mengedikkan bahunya lalu menoleh ke arah lain, pura-pura acuh. Membuat Jo menyerah, tak ada jalan lain selain menulis asal jawaban.

“Bagaimana Jonathan? Apa kamu bisa menyelesaikan soal itu? Bukankah tadi kamu bisa menyelesaikan soal ulangan dengan nilai sempurna?”

Pak Supri melihat pada jawaban Jo yang tertulis di depan papan tulis. Tentunya jawaban itu salah, semakin membuat pak Supri yakin jika Jo telah menyontek.

Jonathan menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Tersenyum dengan wajah tak bersalah.

“Apa kau menyontek lagi?” imbuh pak Supri. Disambut anggukan oleh Jonathan.

“Berdiri di depan kelas, sampai pelajaran selesai!” perintah Supri memberi hukuman pada Jo. Hanya beliau yang tidak takut menghukum Jonathan, anak dari Nicholas yang menjadi donatur di sekolah. Bagi Supri, dia tidak akan segan menghukum anak seorang bos jika mendapati kesalahan.

Rachel tersenyum puas, melihat si Biang Kerok dihukum. Menatap pada Jonathan sembari menjulurkan lidahnya, mengejek.

‘Awas lo! Bakal gue balas!’ ucap Jonathan dengan gerakan bibir tanpa bersuara.

Satu jam kemudian bel istirahat berbunyi, setelah guru meninggalkan kelas, Jonathan baru berani duduk. Berdiri satu jam lebih, cukup membuat kakinya pegal.

***

Sore hari di kediaman keluarga Lesham.

Rachel turun dari mobil bersama kedua orangtuanya. Hatinya berdebar ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di kediaman keluarga Lesham.

Meskipun Rachel merasa belum siap untuk bertemu dengan cucu laki-laki opa Anthoni, namun dia sudah terlanjur menerima perjodohan ini, sesuai dengan keinginan Jacob, papa Rachel.

Rachel tidak bisa mundur lagi, karena jika dia melakukannya akan mencoreng nama baik keluarga Shaquille.

Memasuki pintu utama, mereka di sambut oleh keluarga Lesham yang ramah.

“Hay, apa kabarmu Jacob?” sapa Nicholas pada pria yang seumuran dengannya, sambil menjabat tangan Jacob.

“Baik. Akhirnya keluarga kita bisa bertemu lagi," ucap Jacob menimpali.

“Tentu, duduklah!” Nicholas memberi arahan agar Jacob dan keluarganya menduduki kursi yang sudah disediakan.

Setelah mencium tangan sang pemilik rumah, Rachel hanya duduk diam dengan tatapan merotasi ke seluruh ruangan yang tampak luas dan megah.

“Perkenalkan, putri kesayangan saya Rachel Shaquille," ucap Jacob dengan lantang memperkenalkan putri kebanggaannya.

Debora melihat pada gadis yang nantinya akan menjadi calon menantu. Gadis mungil yang mengenakan dress panjang yang tampak kebesaran. Debora sempat menilai jika Rachel memiliki kecantikan yang tertutup karena penampilannya yang tidak modis. Apalagi kacamata dengan bingkai tebal, juga rambut panjang yang dikepang dua. Sungguh penampilan Rachel seperti gadis desa. Membuat Debora ragu, apakah putranya akan tertarik pada gadis seperti ini?

"Baiklah kita tinggal menunggu Lim datang, dia sudah dalam perjalanan dan sebentar lagi akan sampai," ujar Nicholas memberitahu.

Lim adalah pengacara opa Anthoni yang nantinya akan membacakan surat wasiat secara resmi di hadapan kedua keluarga.

"Dimana putramu, Nicho?" tanya Jacob yang sedari tadi tampak penasaran dengan wajah calon menantunya.

"Dia lagi bersiap-siap di kamarnya, sebentar lagi juga akan turun," jelas Nicholas, lalu menoleh pada istrinya. "Mi, dimana anakmu?" tanya Nicholas sembari berbisik, agar tamunya tidak mendengar.

Sebelum sempat menjawab, orang yang dibicarakan muncul dari anak tangga. Namun yang membuat Nicholas terkejut adalah penampilan putranya masih mengenakan baju Jersey. Sungguh tidak sopan, padahal Nicholas sudah memintanya untuk mengenakan baju formal.

Posisi duduk Rachel membelakangi anak tangga, sehingga dia tidak menyadari kehadiran pemuda yang akan menjadi calon suaminya.

"Jo, kemarilah. Papi akan mengenalkanmu dengan teman baik papi," ucap Nicholas sembari mengisyaratkan putranya agar mendekat.

Jo? panggilan yang tak asing di telinga Rachel. Namun mengapa dia merasa jika Jo yang dimaksud adalah teman sekelasnya?

Dengan hati berdebar, Rachel mengalihkan pandangannya mengikuti arah Nicholas memandang. Seketika membuat bola matanya melebar, hingga kacamatanya ikut melorot.

"Jo?" ucap Rachel tanpa sadar.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Indah Kurniawati
Jonathan nih
goodnovel comment avatar
Jumriyati Abjul
ceritanya sangat menarik untuk di baca ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 3 : Tidak Terima, tapi Harus Menerima

    “Elo? Ngapain lo kesini?” ujar Jonathan yang tampak terkejut dengan kehadiran teman sekelasnya. Rachel terdiam tak menjawab, bukan karena dia tidak tahu jawaban atas pertanyaan Jonathan padanya, melainkan lidahnya terasa kelu untuk menjelaskan. Dengan cepat Rachel pun menduga jika Jonathan adalah cucu Anthoni yang dimaksud Jacob kemarin. Namun bukankah Jacob berkata jika cucu Anthoni adalah pemuda baik? Hal ini sungguh bertolak belakang dengan kenyataan yang dia tahu. Mungkin Jacob belum tahu bagaimana perilaku Jonathan selama di sekolah. Sang pembuat onar yang selalu mencari masalah. Andai Rachel tahu jika cucu Anthoni adalah Jonathan, maka Rachel tidak akan menyetujuinya. Sungguh Rachel ingin menarik kembali ucapannya, dia tidak ingin menerima perjodohan ini. Namun ketika akan membicarakannya pada Jacob, kehadiran seorang pria tua menarik atensi semua orang. “Selamat sore, maaf sudah membuat kalian menunggu,” sapa Lim, pengacara opa Anthoni. Lalu melangkah dan menyalami se

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 4 : Acara Pertunangan

    Tak terasa hari Sabtu datang begitu cepat. Nicholas sudah mempersiapkan sebuah pesta kecil untuk melangsungkan pertunangan putra tunggalnya. Namun hingga sore tiba, Jonathan tak juga pulang ke rumah. “Dimana anak itu? Mami sudah menghubungi Jo? Bukankah seharusnya anak itu sudah pulang dari tadi?” ucap Nicholas pada istrinya. “Telepon mami tidak diangkat, Pi,” jawab Debora. “Benar-benar anak gak bisa diajak kerjasama," ujar Nicholas geram. Semakin bertambah umur, Jonathan semakin susah menurut. Hingga tak lama, yang dinanti-nanti akhirnya datang. Mobil Rubicon putih memasuki pekarangan rumah, Jonathan keluar dari balik kemudi. Lalu tanpa menyapa orangtuanya, dia berlalu menaiki anak tangga. “Jo, hari ini hari pertunanganmu dengan Rachel. Kau tidak lupa kan?” ucap Nicholas membuat langkah Jo terhenti. Jo menatap ke arah orang tuanya. “Memang Jo masih bisa menolak? Tidak kan?” jawab Jo ketus, lalu segera melanjutkan langkahnya. “Pakailah baju yang sudah dipersiapkan, Jo!

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 5 : Jo, Kembali Berulah

    “Rachel, ambil cincin dan sematkan di jari calon tunangan mu nak,” ucap Jacob selanjutnya yang langsung dituruti oleh anak gadisnya. Jo sudah menyodorkan tangan kirinya untuk menerima cincin itu. Kini jari manis Jo dan Rachel sudah tersemat cincin pertunangan. Yang masing-masing telah terukir nama calonnya. Cincin Jo dengan nama Rachel, cincin Rachel dengan nama Jonathan. Semenjak acara pertunangan itu, Rachel tak hentinya memikirkan Jonathan. Entah semenjak melihat Jo mode serius, hati Rachel tertarik namun dia selalu menepis perasaannya. Jonathan tidak pernah memandangi seserius itu, bahkan Rachel merasa senam jantung melihat tatapan Jo kala itu. Hari Senin, Rachel berangkat sekolah diantar oleh ayahnya. Memang sudah menjadi kebiasaan, pulang pergi, Jacob yang akan mengantar jemput Rachel. Di dalam kelas, entah mengapa Rachel merasa sedikit grogi, tidak seperti biasanya. Melihat pada bangku kosong di sebelahnya. Jonathan belum datang, tentu bocah tengil itu akan datang pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 6 : Rachel Pingsan

    Rachel memandang pada cincin emas putih yang terpasang di jari manisnya. Teringat kembali saat Jonathan memasangkan cincin itu di jarinya. Sungguh rasanya seperti mimpi, mengingat itu membuat wajah Rachel memanas. Hingga tepukan Mila membuyarkan lamunan. “Hai, Rachel yuk kita ke kantin," ajak Mila, yang merupakan sahabat satu-satunya Rachel. “Muka lo kok merah, Chel? Lo sakit?” tanya Mila lagi. “Hum, gak Mil, cuma pusing sedikit," jawab Rachel yang seratus persen bohong, sembari menyembunyikan jari manisnya agar cincin itu tak terlihat Mila. Rachel belum menyiapkan jawaban jika sahabatnya bertanya tentang cincin itu. Keduanya berjalan beriringan menuju kantin sekolah yang letaknya lumayan jauh. Harus melewati lapangan basket. Dimana Jonathan dan yang lain tengah bermain di sana. Rachel tampak gugup ketika melewati tepi lapangan basket. Jika ada jalan lain, mungkin dia akan melaluinya. Namun hanya ini jalan pintas menuju kantin. Rachel bisa melihat saat Jonathan memandang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 7 : Pulang Bersama

    "Lo baik-baik saja? Tu kan udah gue bilang, wajah lo merah. Lo pasti masih pusing,” ujar Jo, lalu memaksa Rachel untuk berbaring kembali. “Tapi gue baik-baik aja, Jo. Gue mau balik ke kelas," ujar Rachel masih bersikeras. Tak pernah seumur hidupnya melewati pelajaran di kelas. Bahkan dalam keadaan sakit, Rachel selalu memaksa dirinya untuk mengikuti pelajaran. Jo terlihat menghembuskan nafas pelan, lalu diraihnya kacamata dari wajah Rachel dan meletakkannya di atas nakas. “Istirahatlah, gue tunggu di sana jika lo merasa sungkan.” Jo mengambil selimut tipis lalu menutup tubuh Rachel hingga batas leher. Kemudian melangkah menuju ranjang lain, dan duduk di sana. Entah mengapa Jo merasa senang melihat Rachel tanpa kacamatanya. Setidaknya lebih enak dipandang mata. Jo mengambil ponselnya dan mulai bermain dengan benda pipih itu. Sementara Rachel berusaha untuk mengistirahatkan matanya. Memang kepalanya masih terasa pusing, namun dia tidak bisa tidur di tempat asing. Sungguh tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 8 : Rasa Bersalah Jo

    Jonathan panik, dan segera membungkam mulut berisik Rachel dengan telapak tangannya. “Apaan sih Lo, norak! Gue bukan nyulik Lo, gue cuma nganterin Lo. Lagian sebenarnya gak sudi juga gue nganter cewek aneh kayak Lo.” Jo menatap tajam ke arah Rachel, yang terdiam takut. Sementara tangan Jo masih membungkam mulutnya. Tak sadar Jonathan melepas kacamata dari wajah Rachel dan menyimpannya di saku seragam. ‘Nah kalau lihat Lo gini jauh lebih menarik.’ batin Jonathan. “Gue lepasin tapi Lo berhenti teriak. Ngerti? Atau kalau nggak—” wajah Jo terlihat memerah, entah mengapa melihat mata bulat Rachel membuat wajahnya memanas. Hingga tanpa melanjutkan ucapannya, Jo melepaskan tangannya dari mulut Rachel. Menghidupkan mesin mobil dan mulai memacunyas menuju rumah Rachel. Selama diperjalanan keduanya saling terdiam. Rachel ingin mengenakan kacamatanya, namun kacamata itu kini berada di saku seragam Jonathan. Rachel malu memintanya. “Dimana rumahmu?” Tanya Jonathan menghapus kesunyian. Rach

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 9 : Menjenguk Rachel

    “Kalau boleh tahu, Rachel sakit apa?” Jo kembali melangkah mendekat. “Saya kurang tahu, hanya tadi pagi dokter dipanggil tuan kemari untuk memeriksa non Rachel,” jelas sekuriti. Jonathan terdiam untuk beberapa saat, hingga panggilan seorang wanita membuat keduanya menoleh ke sumber suara. “Pras, siapa itu?” suara nenek Maria terdengar dari dalam. Dan tak lama, wanita sepuh itu berjalan mendekat menuju gerbang. “Nyonya, ini teman nona Rachel,” beritahu Prasetyo sembari menggeser tubuhnya. Sehingga sosok Jonathan terlihat di pandangan nenek Maria. “Jonathan?” wajah nenek Maria terlihat berbinar melihat tunangan cucunya. Dia kembali melangkah mendekati Jonathan. Jonathan tersenyum kikuk, sembari mengusap tengkuknya. “Apa kabar nek?” sapa Jonathan sembari meraih tangan nenek Maria. Namun justru nenek Maria membalasnya dengan memeluk tubuh jangkung Jonathan. “Apa kamu datang kemari untuk menjenguk Rachel?” ucap nenek Maria sembari tersenyum hangat. “Ayo masuk ke dalam! Rachel pasti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 10 : Tikus Pengerat

    “Jonathan!!” nyaringnya suara Rachel, membuat nenek Maria pun ikut mendengarnya. Berjalan tergopoh-gopoh menghampiri cucunya. “Ada apa Rachel? Apa yang terjadi?” ucap nenek Maria dengan raut wajah cemas. “Nek, Jonathan.. Mpphhh,” belum Rachel menyelesaikan ucapannya, tangan besar Jonathan membungkam mulutnya sembari mulutnya mendesis ‘Sstt’. Mengisyaratkan Rachel untuk menutup mulutnya. Wajah Jonathan terlihat memerah dan panik. Dia kembali menatap ke arah nenek Maria. “Tidak nek, bukan masalah besar. Tadi Jo tidak sengaja menginjak kaki Rachel,” ujar Jo dengan garis bibir melengkung. Bukan masalah besar dia bilang? Dasar pembuat onar tak tahu diri! Bahkan Jo tidak mengucapkan permintaan maafnya, telah menyentuh miliknya yang sangat pribadi. Rachel menggigit telapak tangan Jonathan yang masih menutupi mulutnya. “Auwwww..” teriak Jonathan mengaduh, merasakan kuatnya gigitan Rachel. Menarik tangannya dan menatap pada telapak tangan yang merah dengan bekas gigi Rachel yang masih te

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04

Bab terbaru

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 203 : Semua Pergi, Tak Tersisa!

    Mendengar ciri-ciri dari penjelasan suster tentang perempuan yang mengaku sebagai penolong putranya, tentu Jeremy membutuhkan waktu lama untuk menebak siapa sosok perempuan itu.Bara sudah berkali-kali membawa teman wanitanya main ke rumah. Bahkan dari sekian banyak wanita yang dikencani putranya itu, tak satupun Jeremy dekat dan mengenalnya.Jeremy mendesah panjang. Kini dia sudah kembali berada di ruang rawat, duduk di samping ranjang Bara.Pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan. Jika perempuan itu bisa dikatakan mengenal putranya karena mengetahui kunci sandi dari layar ponsel Bara, lalu mengapa justru dia pergi meninggalkan putranya dalam keadaan seperti ini? Setidaknya menunggu hingga dirinya sampai di rumah sakit.“Pap..” Suara lirih Bara membuyarkan lamunan Jeremy. Segera dia beranjak dan mendekati putranya.“Bar, kamu sudah sadar? Syukurlah..” Jeremy merasa lega ketika melihat kedua mata putranya terbuka.Namun tak lama, wajah Bara tampak meringis kesakitan. Sontak membua

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 202 : Siapa Wanita Itu?

    Karena panik, Jonathan segera membungkam mulut Rachel agar tak memancing respon orang-orang di luar.“Mphhhh…” Teriakan Rachel terbungkam karena telapak tangan Jonathan yang menutup mulutnya.“Please, jangan teriak Bae!” bisik Jonathan dengan raut memohon. Tak bisa dibayangkan jika tiba-tiba nenek Maria mengetahui keberadaannya di kamar cucu kesayangannya.Mata Rachel melotot, tangannya terulur hendak melepaskan tangan Jonathan dari mulutnya.“Keluar dulu, gue mau ganti baju!” perintah Rachel tatkala berhasil melepaskan tangannya Jonathan dari bibirnya. Segera mengeratkan lilitan handuk di depan dada, lalu melangkah cepat kembali ke kamar mandi.Blam!Pintu kamar mandi tertutup. Jonathan masih tertegun di posisinya. Berusaha menetralkan detak jantungnya yang terus bertalu sedari tadi melihat Rachel dalam balutan handuk. Terlihat sangat seksi!Bayangan akan kejadian lalu berputar kembali. Ketidaksengajaan saat dirinya melihat tubuh polos Rachel, ketika berada di toilet umum tempat berk

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 201 : Menghitung Waktu

    Selama di perjalanan pulang Rachel terdiam duduk di kursi penumpang samping Jonathan yang tengah menyetir. Jonathan ingin mencicipi nya? Apa maksud ucapan pemuda tengil itu? Rachel mencoba memahami arti dari ucapan Jonathan tadi. Apa mungkin saja maksud pemuda itu hanya ingin dirinya membuatkan masakan agar nantinya bisa mencicipi? Ya, mungkin saja itu maksudnya. Jika setelah menikah nanti Jonathan menuntutnya untuk memasak setiap hari, maka Rachel tak perlu merasa kesulitan melakukannya. Bukankah itu salah satu tugas istri, seperti yang pernah dia baca di buku pernikahan? “Ehm.. lagi mikirin apa?” tanya Jonathan seraya menoleh sekilas ke samping. Pemuda itu tampak penasaran dengan raut wajah kekasihnya yang tampak sedang memikirkan sesuatu. “Enggak ada, gue cuma lagi mikirin resep masakan yang bisa gue bikin biar lu bisa nyicipin,” ujar Rachel dengan polosnya. Sontak membuat Jonathan sangat terkejut, hingga menghentikan mobilnya mendadak di bahu jalan. “Astaga, ngapain malah mik

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 200 : Test Food

    Sirine ambulance mengiringi perjalanan Bara menuju rumah sakit terdekat. Salah satu orang yang ikut mengantar Bara, mulai mengecek ponsel milik pemuda malang itu. Hendak menghubungi salah satu keluarga untuk memberitahu kondisi Bara saat ini. Namun ponsel dalam keadaan terkunci, sang penolong mengalami kesulitan untuk menghubungi keluarga Bara. Saat hendak menaruh benda pipih itu, dering telepon terdengar. Dengan segera sang pria penolong menerima panggilan yang mungkin saja berasal dari salah satu keluarga korban. “Halo sayang, udah sampai mana?” Suara seorang wanita yang terdengar. “Halo mbak, ini pemilik ponselnya baru saja mengalami kecelakaan. Saya yang membantu tadi. Sekarang lagi perjalanan menuju rumah sakit.” “Apa??” Tanpa melihat langsung pun bisa dipastikan jika wanita yang menghubungi Bara begitu terkejut. Sang pria penolong menyebutkan salah satu alamat rumah sakit terdekat dari posisi, dan meminta wanita itu untuk datang mendampingi. Sesampainya di rumah sakit, par

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 199 : Takdir Jessi

    Tiba-tiba Jonathan merasa kesulitan untuk menelan ludah. Pandangannya tak teralihkan sedikitpun dari sosok gadis yang tak lama lagi akan menjadi istri masa depan. Model gaun yang terlihat lebih sederhana dari gaun pertama, namun tak kalah elegan dan berkelas. Model gaun mengikuti lekuk tubuh Rachel, sehingga membuatnya terlihat lebih dewasa. Raut wajah Rachel terlihat lebih percaya diri. Terlihat dari caranya berdiri dan menegakkan pandangan ke depan. Backless dress dengan berhias Payet Kristal, terlihat berkilau sehingga membuat wajah pemakai menjadi lebih bercahaya. “Wah, sepertinya pilihan Jo sangat tepat. Gaun ini terlihat sangat manis!” puji Debora seraya melangkah menghampiri Rachel. Sebuah pujian yang semakin meningkatkan rasa percaya diri dalam hati Rachel. “Bagaimana Jo menurutmu?” Debora beralih menatap ke belakang. Melihat pada putranya yang masih tak berpindah posisi. Duduk memperhatikan Rachel dengan mata tak berkedip. “Cantiiik.. eh, maksud Jo gaunnya bagus dan coc

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 198 : Gaun Pilihan Jo

    Siang itu, Rachel dan Jonathan sudah berada di sebuah butik yang menyediakan berbagai gaun pernikahan. Butik yang cukup terkenal di kalangan atas. Pemilik butik tak lain adalah rekan Debora yang juga berkecimpung dalam dunia fashion. Debora sudah lebih dulu berada di butik, sebelum putra dan calon menantunya itu datang. Jonathan dan Rachel disambut ramah oleh para pegawai butik, termasuk seorang pria pemilik butik yang hampir seluruh tubuhnya dihiasi oleh aksesoris wanita. “Han, tunjukin koleksi terbaikmu pada anak-anakku!” pinta Debora pada sang pemilik butik seraya meraih tangan Rachel. Membawanya menuju sofa melingkar yang berada di tengah ruangan dengan perpaduan warna putih dan silver itu. Rachel terlihat sangat gugup. Baru kali ini dia menginjakkan kakinya di ruangan mewah yang dipenuhi oleh koleksi gaun nikah. Tak menyangka di usianya yang masih terbilang muda, sudah berada di tempat ini. Lelaki yang dipanggil Han, meminta asistennya untuk mengambilkan tablet berisi katalog

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 197 : Mencintai dan Dicintai

    Rachel tampak resah, berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Setelah acara pertemuan itu usai, tak ada satu kalimat pun yang terucap dari bibirnya. Tak ada kemungkinan untuk menolak, selain hanya pasrah menjalani takdirnya. Perasaannya kini campur aduk. Antara takut, gelisah dan belum siap untuk menikah. Semenjak kepergian papa Jacob, tiada tempat nyaman untuk mengadu. Menurutnya waktu satu minggu terlalu cepat. Pernikahan yang akan membuatnya, menjalani kehidupan baru dengan pemuda tengil yang kini telah menjadi kekasih sekaligus tunangannya. Rachel melihat jari manisnya, dimana tersemat cincin emas putih bukti pengikat hubungan antara dirinya dan Jonathan. Sungguh rasanya seperti mimpi. Hal yang tak pernah dia pikirkan akan terjadi tak lama lagi. Rachel beralih memandang kotak-kotak hantaran yang tersusun rapi di atas meja belajar. Barang-barang pemberian keluarga Jonathan sebagai simbol acara lamaran tadi. Tangannya meraih salah satu kotak dengan ukuran paling kecil. Set perhia

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 196 : Menentukan Hari Baik

    Rachel kembali berdiri, namun tatapannya tak teralihkan dari ketiga mobil yang mulai memasuki pekarangan rumah. Mobil milik Nicholas berada paling depan. Tak selang lama, Nicholas dan Debora keluar dengan penampilannya yang terlihat elegan. Setelan jas formal warna hitam melekat di tubuh tegap Nicholas. Sementara Debora mengenakan dress panjang dengan warna senada. Sebuah kalung berlian tersemat di leher jenjangnya, membuat penampilan Debora tampak berkilau dan berkelas. Natasya membawa putrinya melangkah lebih dekat untuk menyambut orang yang tak lama lagi akan menjadi besannya. Rachel segera menyapa kedua orang tua Jonathan seraya mencium tangan dengan santun. “Apa kabar nyonya Maria?” sapa Nicholas ramah pada nenek Maria. “Seperti yang terlihat, keadaanku sudah sehat dan membaik,” balas nenek Maria seraya tersenyum simpul. Menyusul pengacara Lim yang turut datang bersama dengan istrinya. Rachel berusaha menampilkan senyum terbaiknya, meski dalam hati masih penasaran d

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 195 : Kedatangan Keluarga Besar

    “Ini ada orang gak dikenal ngirimin mami foto sama video. Papi coba lihat!” ucap Debora seraya menyerahkan ponsel pada suaminya. Raut wajah Nicholas tampak datar, melihat foto dan video itu. Memang benar itu video tentang putranya, namun baginya tak ada masalah. “Siapa kira-kira yang ngirim itu, Pi?” tanya Debora dengan raut penasaran. Dalam beberapa foto menampilkan putranya yang tengah keluar dari sebuah bangunan resto dengan posisi menggendong sang menantu. Bisa dipastikan foto itu diambil diam-diam kemarin malam. Sementara video berisi penampakan putranya yang tengah berdiri menunduk dengan posisi kepala masuk ke dalam mobil. Entah apa yang dilakukan Jonathan saat itu. “Kirim nomor pengirimnya! Nanti biar aku suruh orang untuk menyelidiki!” perintah Nicholas seraya mengembalikan ponsel ke istrinya. Disambut anggukan Debora. Pembicaraan Nicholas dan Debora cukup membuat Jonathan penasaran. “Ada apa sih, Mi? Foto apa?” tanya Jonathan setelah menyelesaikan acara makannya. “Fo

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status