Share

Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket
Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket
Penulis: Linda Malik

Bab 1 : Kabar Perjodohan

Tok.. Tok.. Tok..

Pintu kamar diketuk, tak lama terdengar namanya dipanggil.

“Rachel, apa papa bisa masuk?”

Ya, itu suara Jacob, ayahnya. Rachel segera menutup buku LKS, dan beranjak dari meja belajarnya untuk membukakan pintu.

“Apa kamu sedang sibuk, nak? Ada satu hal yang ingin papa bicarakan, ini sangat penting,” ujar Jacob, setelah melihat wajah putri kesayangan muncul dari balik pintu.

Wajah Rachel terlihat mengerut, membuat kacamata tebalnya sedikit melorot dari batang hidung.

“Ada hal penting apa, pa?” tangan Rachel bergerak untuk membenarkan posisi kacamatanya. Meskipun Rachel masih bingung, namun dia tetap membuka lebar pintu kamar agar Jacob bisa masuk.

Jacob mengulas senyum, tak menjawab pertanyaan putrinya namun dia tahu kabar ini mungkin akan mengejutkan putrinya.

Jacob menuntun Rachel untuk duduk di tepi ranjang. Kamar Rachel terlihat sangat bersih dengan warna putih yang mendominasi.

Rachel masih menunggu kata-kata yang keluar dari mulut Jacob.

“Ini mengenai masa depanmu nanti nak,” ujar Jacob memulai pembicaraan.

Masa depan? Usia Rachel masih sangat muda, namun ayahnya sudah merencanakan masa depan untuknya. Tentu Rachel menduga jika ini berkaitan dengan universitas yang nantinya akan dimasuki, setelah lulus SMA. Dugaan ini membuat Rachel begitu antusias mendengarkan.

“Apa papa menyetujui permintaanku, tentang universitas yang Rachel inginkan?” senyum merekah di bibir Rachel.

“Tentu sayang, hal itu juga sedang papa diskusikan dengan mamamu. Tapi bukan itu yang ingin papa katakan, ada hal lain yang juga menyangkut masa depanmu,” ucapan Jacob membuat senyum Rachel sedikit menghilang. Wajahnya kembali mengerut bingung.

Dalam pikiran Rachel hanya ingin mengejar pendidikan setinggi-tingginya, itu sudah menjadi tujuan hidupnya.

“Papa mempunyai teman bernama Nicholas, mungkin papa belum sempat mengenalkannya padamu. Tapi mungkin sebentar lagi keluarga kita akan bertemu dengan keluarga om Nicholas,” ucap Jacob.

Hal itu membuat Rachel semakin bingung. Bukankah papa tadi akan membicarakan tentang masa depannya? Lalu apa hubungan om Nicholas dengan masa depannya?

Rachel masih berdiam, menunggu hingga Jacob melanjutkan ucapannya.

“Papa memiliki perjanjian dengan opa Anthoni, jika papa memiliki anak perempuan maka harus siap dijodohkan dengan cucu laki-laki dari keluarga Lesham,” lanjut Jacob sembari membelai rambut putrinya. Jacob tahu jika keputusannya ini tentu tidak adil untuk putrinya. Namun perjanjian sudah dibuat, dia pun tidak bisa melanggarnya.

Opa Anthoni? Siapa lagi ini? Tentu nama yang asing di pendengaran Rachel yang tak pernah mengetahui tentang orang-orang yang Jacob sebutkan tadi.

Namun mendengar nama keluarga Lesham, dia seperti tidak asing dengan nama itu, “Maksud papa? Rachel tak mengerti, pa.”

Jacob terlihat menghirup nafas panjang, sebelum kembali menjelaskan.

“Dulunya hubungan papa dengan opa Anthoni Lesham terjalin sangat dekat. Papa pun ikut menjenguk ketika cucu pertamanya lahir. Saat itu opa Anthoni menyatakan keinginannya. Kelak cucu laki-lakinya akan berjodoh dengan anak papa, tentu jika papa memiliki anak perempuan. Saat itu papa belum mengenal mamamu,” ucap Jacob kembali menceritakan masa lalunya, agar putrinya mengetahui cerita di balik perjodohan yang nantinya harus dijalani.

“Apa itu artinya jodoh Rachel adalah cucu opa Anthoni?”

Rachel memang pintar dan cepat mengerti ke arah mana pembicaraan papanya.

Jacob mengangguk seraya menjawab, “Iya sayang, maafkan papa jika hal ini mungkin membuatmu merasa tidak adil. Tapi papa tidak bisa melanggar perjanjian yang papa buat dengan opa Anthoni.”

Wajah Rachel menggambarkan kekecewaan, hal itu tertangkap dalam penglihatan Jacob. Dia pun mendekap tubuh Rachel sembari mengelus kepala Rachel penuh kasih sayang.

“Papa yakin jika cucu opa Anthoni adalah pemuda yang baik. Besok sore papa akan mengajakmu untuk mengunjungi keluarga Lesham. Apa kamu bersedia, nak?”

Perasaan Rachel terlalu rumit untuk dijelaskan, hal ini sungguh diluar prediksinya. Seumur hidup bahkan Rachel tidak pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis. Sehingga kabar perjodohan ini membuatnya takut. Takut jika masa depannya akan terhenti.

“Maaf ya nak, papa sudah membuat hidupmu seperti ini. Tapi papa akan sangat senang kalau kamu mau menerima perjodohan ini. Papa yakin anak laki-laki keluarga Lesham adalah pemuda yang baik, sama seperti Anthoni yang selalu baik ke papa. Dan kamu masih bisa meraih cita-citamu kelak, jika kamu menginginkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi sesuai keinginanmu."

Pikiran Rachel masih tak bisa menerima keputusan Jacob. Namun mendengar ucapan Jacob yang terakhir, membuat Rachel berpikir kembali.

Haruskah dia menuruti keinginan papa? Jika perjodohan itu tak mengganggu keinginannya untuk bersekolah, mungkin Rachel akan menerimanya. Tentu Jacob sudah mempersiapkan sesuatu yang terbaik untuknya.

Rachel mengurai pelukan, lalu memandang wajah Jacob dengan senyum tipisnya.

“Rachel tahu papa akan memberikan yang terbaik untukku. Rachel setuju pa,” jawab Rachel akhirnya, disambut senyum lebar Jacob yang begitu bangga memiliki putri yang selalu pengertian dan penurut.

“Terima kasih nak. Besok sore setelah kamu pulang sekolah, kita akan mengunjungi rumah keluarga Lesham."

***

Keesokan harinya di sekolah Prashanti Bhineka.

Lima belas menit sebelum bel sekolah berbunyi, Rachel sudah berada di kelas. Duduk di bangku paling depan, tepat di depan meja guru.

Kebanyakan dari murid berprestasi akan duduk di barisan terdepan. Sementara murid yang sering bermasalah, memilih duduk di barisan belakang.

Rachel membaca buku pelajaran selagi menunggu guru mata pelajaran matematika datang.

Bangku kosong mulai terisi, setelah bel sekolah berbunyi. Para murid yang tadinya di luar, kini mulai masuk ke dalam kelas, menempati bangkunya masing-masing.

Tak lama guru matematika masuk dalam kelas. Suasana yang tadinya ribut mendadak hening.

Pak Supri dikenal sebagai salah satu guru paling galak di antara guru yang lain. Bahkan tak segan menghukum murid yang melanggar peraturan kelas.

“Keluarkan buku LKS kalian! Buka halaman 83, pelajari itu dalam waktu 15 menit!” ucap pak Supri dengan nada tegas.

Seperti biasa, jika beliau sudah berkata demikian maka para siswa harus bersiap menghadapi ulangan mendadak.

Terdengar suara mengeluh dari murid yang duduk di barisan belakang. Dan suara itu tertangkap di pendengaran pak Supri.

“Jonathan! Maju ke depan!” perintah pak Supri, meskipun hanya mendengar tanpa melihat langsung, beliau sangat hafal pemilik suara itu.

Rachel menoleh ke belakang, menatap pada Jonathan dengan senyum sinis.

‘Sukurin dah lu, Jo. Habis dah lu!’ batin Rachel dalam hati. Tentu hatinya bersorak melihat rivalnya kena semprot sang Guru Killer. Rachel tak sabar menunggu hukuman apa yang akan didapatkan si Biang Kerok.

Jonathan beranjak dari tempat duduknya, dengan langkah percaya diri berjalan ke depan. Berdiri di samping meja guru, dengan wajah terlihat tenang. Jonathan seperti sudah terbiasa menghadapi situasi ini.

Garis bibir Rachel terangkat, memperlihatkan senyum sinis. Hal itu tertangkap di pandangan Jonathan, yang posisinya menghadap persis ke arah Rachel.

“Apa lo?” bentuk bibir Jonathan mengatakan itu, meski tanpa suara.

Rachel mengedikkan bahu bersikap acuh. Lalu kembali menatap pada angka dan kumpulan huruf pada buku di hadapannya.

“Jonathan, ambil tas dan peralatan tulismu! Mulai sekarang kamu duduk di depan! Mila pindah ke belakang, dan Jonathan duduklah di samping Rachel!” perintah pak Supri, tentu membuat Jonathan terkejut juga Rachel. Bagaimana mungkin pak Supri memberikan hukuman seperti itu? Justru Rachel yang merasa dihukum jika harus duduk sebangku dengan sang Pembuat Onar.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status