Beranda / Pernikahan / Diperistri Mas Duda / 1. Kabar Perjodohan

Share

Diperistri Mas Duda
Diperistri Mas Duda
Penulis: Rilla

1. Kabar Perjodohan

Kinan baru saja sampai setelah seharian ia menghabiskan waktu di kampusnya dan juga bersama teman-temannya. Ia turun dari mobil miliknya dan cukup heran melihat sebuah mobil mewah terparkir di pekarangan.

Suara gelak tawa dari dalam menarik perhatian Kinan. Gadis itu langsung masuk ke dalam dan mendapati keluarganya dengan seorang pria yang cukup dewasa namun Tampan. Di samping pria itu ada sepasang suami istri.

Kinan cukup mengerutkan keningnya saat melihat semua orang menatap ke arahnya saat ia datang.

"Kamu sudah pulang nak? Sini, duduk dulu." Ayu memanggil anaknya untuk duduk di sampingnya.

Menurut begitu saja, Kinan pun langsung melangkah mendekati mamanya dan duduk di samping Ayu.

Suasana sedikit tegang. Dalam beberapa menit, tak ada yang mau membuka kata. Sampai Ayu menggenggam jemari Kinan, "Sayang, kenalkan ini nak Devan. Dan ini kedua orang tua Devan." Ucap Ayu.

Kinan tersenyum sembari menatap tiga orang di depannya.

"Begini nak. Hmmm, sebenarnya," Ayu tak berani melanjutkan kalimatnya. Ia menatap suami dan anak laki-lakinya terlebih dahulu. Namun suaminya hanya mengangguk meyakinkan dirinya untuk melanjutkan pembicaraan.

"Kenapa sih? Kok jadi tegang gini suasananya?" Tanya Kinan yang bingung.

"Begini nak. Sebenarnya mama dan papa ingin menjodohkan kamu dengan--

"Apa? Dijodohkan?" suara teriakan Kinan terdengar. Ia bahkan tak memberi izin mamanya untuk menyelesaikan kalimatnya.

Kinan menatap papa dan abangnya dengan tatapan menuntut penjelasan tentang apa yang tadi mamanya sebutkan.

"Kinan, dengerin mama dulu nak. Kamu itu,"

"Dengerin apa? Jelas-jelas tadi mama bilang kalau Kinan dijodohkan. Sama siapa? Sama pria ini? Dia siapa? Kinan nggak kenal!!"

"Kinan! Kalau bicara bisa sopan tidak? Apa ini hasil sekolah kamu selama ini.! Apa ini hasil dari kuliah kamu selama ini?" Kali ini giliran papanya yang bicara. Lebih tepatnya membentaknya.

Kinan mencelos. Sopan? Apa dia hidup di zaman Siti Nurbaya? Bahkan Siti Nurbaya saja menolak dijodohkan. Apalagi dengannya. Dijodohkan dengan Om Om.

Kinan bahkan menatap tajam Devan sebelum ia kembali menatap ibunya.

"Ma? Kinan bukan anak kecil yang bisa kalian ajak buat ikut-ikutan permainan kalian. Kinan juga bukan gadis yang tak laku. Jadi buat apa jodoh-jodohin Kinan seperti ini?! Mana jodohinnya sama om om lagi."

"Kinan!" kali ini papa nya lah yang tampak memerah karena malu melihat sikap anaknya.

"Apa? Papa sama mama, sama saja. Jual anaknya demi kepentingan pribadi kalian. Pokoknya Kinan nggak mau. TITIK." Kinan segera berlari meninggalkan perkumpulan dua keluarga tersebut.

Ia masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu kamar tersebut cukup kuat membuat Ayu dan Akbar suaminya geleng-geleng kepala.

"Maafkan Kinan ya Devan. Ayah sama bunda Devan juga, maafin Kinan. Dia masih syok. Biar saya yang bicara sama Kinan." Ucap Ayu penuh sesal.

Wanita itu hendak berdiri, namun seketika Devan menghentikan gerak Ayu.

"Biar saya saja tante yang kejar. Mungkin jika saya yang jelaskan, Kinan bisa mengerti." Ucap Devan. Awalnya Ayu sedikit ragu, namun wajah meyakinkan Devan membuatnya akhirnya menyetujui.

Hana mengangguk. Ia kembali duduk, sedangkan Devan sudah berjalan menuju kamar yang tadi dimasuki oleh Kinan.

Devan menghentikan langkahnya sejenak, lalu mengetuk pintu tanpa bicara. Tiga kali ketukan, tetap tak ada yang membukanya.

Tak ingin berlama-lama lagi, Devan akhirnya memutuskan untuk masuk saja. beruntung pintunya tidak terkunci.

Saat langkahnya sampai di salam. Ia mendapati Kinan tengah memasukkan pakaiannya ke dalam tas ransel besar berwarna merah.

"Mau kemana?" tanya Devan santai.

Kinan terlonjak kaget saat suara seseorang menyapa indra pendengarannya. Ia melirik ke arah pintu masuk dan langsung menatap sinis Devan yang berdiri di sana.

"Ada perlu apa anda masuk ke kamar saya.?"  tanyanya dengan nada sinis.

"Nggak ada perlu apa-apa. Hanya saja--" ucapan Devan terhenti ketika Kinan sudah merekatkan resleting tas nya."kamu mau kabur? Yakin?"

"Apa peduli anda.? Jangan sok baik dengan saya. Anda dan keluarga saya pasti bersekongkol Kan? Apa yang anda mau?"

"Saya bukan sok baik. Justru kehadiran saya akan menyelamatkan kamu." Ucap Devan tanpa ekspresi.

"Cih! Menyelamatkan Saya. Saya tahu isi otak anda. Sebegitu nggak laku ya, sampai anda meminta dijodohkan dengan saya. Tapi sorry, saya nggak tertarik dengan anda tuan." Kinan melanjutkan kembali mengepak pakaiannya.

"Sepertinya kamu harus cari tahu sebelum bicara. Sebelum saya menyetujui menikahi kamu, saya sudah merasakan menikah sebelumnya. Hanya saja Tuhan lebih sayang anak dan istri saya." Ucap Devan santai namun kalimat tersebut berhasil membuat kegiatan Kinan terhenti.

Ia memutar kembali tubuhnya menghadap Devan, "jadi maksud anda? Anda seorang Duda?" Tanya Kinan dengan nada bicara yang sungguh sinis. Devan tak menjawab membuat Emosi Kinan naik.

Gadis itu langsung berdiri dari duduknya dan melangkah keluar tanpa menghiraukan Devan di kamar itu juga. Pria itu memilih mengikuti saja dan melihat apa yang akan terjadi setelahnya.

Dengan emosi yang sulit ditahan, Kinan sampai di depan kedua orang tuanya dan juga Orang tua Devan.

"Mama bohong kan?" teriak Kinan tertahan.

"Bohong apa? Kamu ngomong apa Kinan?"

"Mama bohongkan? Semua yang pria itu katakan bohong semua kan? Jujur sama Kinan apa dia seorang duda?"

Ayu menatap Devan yang baru ada di belakang Kinan. Devan bahkan sudah kembali duduk di tempat ia tadi duduk.

"MAMA!" teriak Kinan. Teriakan Kinan membuat orang tua Devan terkejut.

"Kinan!!! Jaga sikap kamu pada mamamu. Di sini juga masih ada keluarga calon suamimu." bentak Akbar.

"Papa minta Kinan jaga sikap? Kalian nggak tahu rasanya berada di posisi aku.!? Sekarang jawab pertanyaan Kinan, apa benar pria ini seorang duda?"

"Kalau iya kenapa? Kalau benar Devan seorang duda, memangnya kenapa? Perjodohan kamu tetap akan berlanjut!" Jawaban tegas dari Akbar membuat Kinan terperangah.

Kinan langsung tertawa sumbang.

"Tega kalian sama Kinan. Kalian jodohin Kinan dengan pria seperti ini. Seorang duda dan bisa jadi juga seorang penjahat kelamin."

"Kinan!"

"Kenapa? Bisa jadi kan? Sebelumnya kalian sudah bersekongkol. Apa semurahan itu Kinan Dimata kalian sampai-sampai harus menjodohkan Kinan? Kinan masih kuliah, Kinan masih ingin bebas. Kinan bukan gadis liar."

"Kinan!!!" Suara menggelegar Papanya terdengar sangat keras. Bukannya takut, Kinan justru semakin menatap berani pada papanya itu.

"Papa nggak usah repot-repot bentak Kinan lagi." Ia menatap Devan, "Anda menang. Kali ini Anda menang. Tapi buang jauh-jauh mimpi anda tentang kehangatan dalam rumah tangga. Anda tak akan temukan istri yang patuh dariku. Aku tak akan bisa menjadi mendiang istrimu yang patuh padamu."

Braak!!

Semua yang ada di ruang tamu itu langsung terkejut saat Devan menghantam meja di depannya. Pria itu langsung berdiri dan melangkah mendekati Kinan membuat Kinan langsung mengambil langkah mundur, "Kau boleh memakiku semau mu. Kau ku izinkan untuk mencelaku sampai kau puas. Tapi satu hal yang tak bisa kau sebut dengan leluasa nona, Jangan pernah kau sebut mendiang istriku dalam pertemuan ini. Pantas orang tuamu mencarikanmu suami. Mulutmu seliar itu."

"Anda sudah tahu mulut liar saya bukan? Memang benar kan, kalau saya tidak akan pernah menjadi mendiang is--" Kinan meringis saat Devan mencengkram pergelangan tangannya kuat lalu menarik Kinan kembali ke kamar gadis tersebut.

Kinan memberontak. Ia bahkan menatap kedua orang tuanya, namun keduanya bukannya membantu, mereka hanya melihat Devan menyeretnya sampai ia masuk ke dalam kamar dan menutup pintu itu cukup kasar.

"Apa-apaan anda!" Bentak Kinan.

Devan menyandarkan tubuh Kinan pada dinding kamar gadis itu. Kinan mencoba memberontak namun dengan cepat Devan menangkap pergelangan tangan Kinan lalu mengangkatnya ke atas dan mengikatnya dengan satu tangan pria itu.

"Sudah kukatakan jangan bawa mendiang istriku dalam hal ini."

Tatapan tajam Devan menghujam Kinan, namun bukannya takut, Kinan justru terpesona. Dengan cepat Kinan menyadarkan dirinya jika pria di depannya ini berbahaya.

"Itu hak saya. Saya yang punya mulut. Anda juga mengatakan saya liar bukan? Jadi anda harus lihat seberapa liarnya mulut saya." Ucap Kinan dingin.

Devan tertawa sumbang lalu kembali menatap Kinan tajam.

"Saya tak pernah meminta dijodohkan denganmu. Sikap liarmu itu yang membuat mamamu memutuskan untuk menjodohkanmu. Beruntung yang kau dapat adalah aku. Aku tak mengharapkan kau akan patuh padaku, karena semua sudah terlihat dari sikap binalmu itu."

"Kau--" Kinan gemas dengan Devan yang kini masih menahan geraknya.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian keduanya.

"Devan!!" Devan kenal suara itu. Itu adalah suara ibunya.

"Kali ini kamu aman Kinan. Tapi kamu salah besar jika ingin memancing emosiku. Aku bahkan bisa menghancurkan mu dalam hitungan detik."

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status