"Devan." Devan menghentikan langkahnya seketika saat ia mendengar suara mamanya memanggilnya.Devan melirik jam di tangannya, "Mama belum tidur?" Tanya Devan yang langsung mendekat dan menyalami wanita itu. Rianti menatap anak semata wayangnya itu. "Mama mau bicara sebentar. Kamu belum mau tidur kan?"Devan paham hal apa yang akan mamanya bicarakan padanya. Namun ia tak mungkin menolak. Devan mengangguk. Ia melangkah mengikuti mamanya yang sudah berjalan lebih dulu menuju ruang keluarga. Rianti duduk di salah satu sofa dan diikuti oleh Devan."Ada apa Ma?" tanya Devan sedikit berbasa-basi. Rianti terlihat sedikit canggung untuk memulai percakapan dengan anaknya. pasalnya ia sangat yakin Devan tak akan suka dengan apa yang akan ia bahas."Begini Devan, masalah pernikahan kamu dengan anaknya Ayu. Apa kamu nggak mau berpikir ulang lagi nak."Devan menghela nafas panjang. Tebakannya benar. Ia tak tahu harus bagaimana lagi caranya untuk meyakinkan mamanya ini. Memang semua terjadi karena
Kinan menatap Devan yang sedang bersiap di sampingnya. Setelah Devan berpamitan dengan Ayu, pria itu langsung membawa Kinan masuk ke dalam mobilnya. Kinan menatap lekat Devan."Om, om ini aneh ya." Ucapnya."Aneh gimana?""Ya aneh aja. di mana-mana itu, pasti mau calon istrinya itu pinter, lulusan terbaik, rajin dalam belajar biar bisa berguna bagi nusa dan bangsa. ini malah kebalik. masa disuruh bolos."Devan tertawa tipis. Pria itu menstater mobilnya dan mulai melajukan mobil tersebut secara perlahan."Sebenarnya sih Iya. tapi buat kamu itu pengecualian.""Ih apaan pengecualian. Om mau aku jadi gadis yang bodoh.?""Ya enggaklah.""Makanya, hari ini antar aku ke kampus. Aku mau kuliah. aku ada jadwal kuliah pagi ini. kalau nggak, aku bakalan digorok sama dosen aku."Devan mengernyit, "Sadis banget dosennya. Ya udah Mas anterin kamu ke kampus, tapi setelah pulang kuliah kamu harus ikut sama mas.""Ikut ke mana sih? bilang aja kenapa.""Anaknya Bu Ayu yang katanya cantik, tahu kata rah
Devan menghentikan mobilnya di sebuah resto yang berada cukup jauh dari pusat kota. sejak perjalanan menuju ke sini, Kinan sudah bertanya dan protes sedari tadi dengan arah tujuan Devan. dan sekarang, Gadis itu justru dibuat takjub dengan tempat yang Devan pilih. sebuah resto dengan konsep alam. balkon-balok yang diletakkan meja serta kursi untuk makan menghadap pada bukit kecil dengan sungai dangkal di dekatnya. benar-benar bernuansa alam. bahkan aroma dedaunan tercium begitu menyegarkan. tak hanya itu, di sekitaran resto juga ditanam bambu kuning yang berkelompok. jadi setiap daun bambu tertiup angin, akan menciptakan suara seperti dedaunan kering yang salin beradu satu sama lain. Kinan masih terpaku dengan pemandangan di depannya. bahkan ia sampai melupakan Devan yang berdiri di sampingnya."Kamu suka?" tanya Devan berbisik di telinga Kinan. spontan Kinan mengangguk lalu menatap Devan dan terseyum, "Bagus banget. kok om bisa tahu tempat ini?" Kinan melangkah ke depan. ia berjala
Satu bulan pun berlalu setelah Devan mengajak Kinan makan di resto bernuansa alam tersebut. Hubungan Kinan dan Devan sudah mulai membaik dan secara perlahan pria itu mulai mengerti bagaimana cara menghadapi Kinan. Tak hanya itu ia juga berhasil meyakinkan mamanya untuk menerima Kinan menjadi menantu. Hari ini Kinan baru saja selesai pada kuliah siangnya. Dan sudah sejak 5 menit yang lalu ia berdiri di parkiran kampus untuk menunggu Devan yang berjanji menjemputnya. Seperti sebelum-sebelumnya, Devan selalu mempunyai kejutan tak terduga untuknya dan kali ini ia tak tahu apa alasan Devan membawanya. Ia berharap tujuan Devan bukan untuk membuat jantungnya mendadak berhenti.Suara klakson mobil mengagetkan Kinan. Gadis itu langsung mendapati mobil Devan sudah berada tak jauh dari ia berdiri. Dengan cepat Kinan berlari dan masuk ke dalam mobil tersebut."Hari ini mau ke mana?" tanya Kinan sembari mengenakan seat belt. "Ke suatu tempat dan aku yakin kamu suka."Kinan hanya mengangguk. sete
Berdiam sendirian di ruangannya, otak Devan tiba-tiba berputar pada memori 3 bulan yang lalu sebelum ia menikahi Kinan. Di mana Ia yang berjuang untuk mendekati Kinan. memang beberapa geraknya adalah saran dari Riko, namun sebagian lagi adalah inisiatif dirinya sendiri. Termasuk mengajak Kinan makan malam di kuliner malam saat itu. Tapi kenapa saat ia sudah sah menjadi suami Kinan, semuanya berubah lagi? Bukan karena ia menyesal sudah menikahi Kinan, namun karena ia takut Kinan tak mau ia sentuh. Ia tak mau terburu-buru karena takut akan membuat Kinan marah padanya. Ia sangat yakin jika Kinan belum bisa sepenuhnya menerima dirinya sebagai seorang suami. Semua pikirannya ini didasari dengan Kinan yang masih muda, kuliah, dan harus rela melepaskan masa mudanya bersama teman-teman untuk mengabdi sebagai istrinya.Devan mengambil kembali cincin pernikahannya yang ia simpan dalam kantong celananya. Memandang cincin berlian tersebut lalu sebuah senyuman manis terbit di bibirnya."Aku baha
Devan baru saja keluar dari kamar mandi saat Kinan masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu baru saja selesai melepas teman-temannya pulang. Sebenarnya teman-teman Kinan masih ingin berlama-lama bersama Kinan, namun mereka sendiri juga tak menyangka jika Devan pulang secepat itu dari kantor."Mas Kenapa pulang cepat? apa ada masalah?" Tanya Kinan yang sebenarnya sudah penasaran Saya dari tadi."Nggak." "Terus kenapa pulangnya cepat? ""Apa tak boleh?""Bukannya nggak boleh, tapi.... ya udah deh terserah kamu saja. Susah kalau debat sama om-om." ucap Kinan memelankan suaranya pada kalimat terakhirnya.Kinan keluar dari kamar. Ia memilih untuk membereskan semua yang ditinggalkan oleh teman-temannya. membersihkan satu persatu peralatan makan yang kotor. sebenarnya Yuna tadi sudah menawarkan diri untuk membantu membersihkannya juga, namun Kinan melarangnya.15 menit waktu yang Kinan pakai untuk membereskan semuanya. Ia juga menyiapkan kopi hangat untuk Devan dan membawanya ke kamar."Kamu ikut
"Sini!" Devan memukul tempat tidur di sampingnya.Kinan menurut. Ia berjalan mendekati Devan dan ikut berbaring di samping suaminya tersebut. Devan menarik Kinan dalam pelukannya. Memeluk perempuan yang ia nikahi dengan cara perjodohan itu. Ia menepuk pelan punggung Kinan. "Jangan pernah menghilang lagi." Bisiknya."Aku menghilang bukan tanpa sebab mas.""Mas tahu. Semua ini karena apa yang ada di ruang kerja mas kan? Kamu tahu Kinan? Kamu menikahi seorang duda dimana status dudanya ia dapatkan dari kematian istrinya. Menemukan masa lalunya yang belum terbuang sempurna itu wajar. Tapi mas minta sama kamu, jika ada yang seperti ini lagi, kabari dan bicara. Jangan kabur seperti ini. Bagaimanapun juga, sekarang kamu adalah tanggung jawab mas." Kinan masih diam dalam pelukan Devan. Ia menghirup aroma tubuh Devan yang membuatnya nyaman. Devan menjangkau ponselnya. Ia telentang dengan Kinan yang ikut telentang berbantalkan lengannya Devan."Lihat ini." Devan membuka layar ponselnya. Kinan
Setelah perdebatan panjang, Kinan akhirnya pasrah dan menurut apa yang Devan perintahkan, yaitu ikut sang suami ke kantor. Tapi tak apa jugalah. Ia ingin melihat siapa yang jadi anak magang di kantor Devan.Ia turun dari mobil setelah Devan memarkirkan mobil tersebut."Selamat pagi pak Devan." Sapa security padanya."Pagi mas. Apa semuanya aman?""Alhamdulillah aman Pak. Saya selalu patroli dengan giat. Kopi pahit saya juga selalu tersedia dibuatkan neng Sulis yang cantik pisan." Devan tertawa mendengar lelucon pagi satpam kantornya yang memang terkenal di lingkungan kantor selalu menghibur."Ya sudah. Lanjutkan tugasnya, saya mau ke dalam dulu.""Siap pak bos. Buk bos semangat!" Pria itu tak lupa memberikan dukungan Kinan."Semangat pak." Balasnya. Kinan senyum senyum sendiri sembari berjalan mengikuti Devan memasuki sebuah lift yang dikhususkan untuk atasan.Selama di dalam lift, Kinan tak berhenti tersenyum. bahkan membuat Devan juga ikut tersenyum. "Apa pak Suryo selucu itu sampai