Riko Baru saja sampai di rumah adiknya. Ia cukup terkejut mendengar Yuna mengatakan jika dirinya harus memberitahu Kinan untuk tak datang lagi ke kontrakan Yuna. Apa maksud Yuna? Apa Kinan pernah ke tempat tinggal Yuna?.Langit sudah mulai gelap saat Riko sampai di kediaman adiknya itu. Ia langsung nyelonong masuk tanpa permisi. "Kinan!" Teriak Riko membuat Kinan yang tadinya sedang bersantai di ruang tv langsung terkejut."Bang Riko?""Oh, kebetulan kamu di sini. Sepertinya kita perlu bicara Kinan." Ucapnya cukup sinis pada adiknya itu. Kinan yang melihat raut wajah Riko mendadak ketakutan. Beruntung di rumah sudah ada suaminya."Riko? Ada perlu apa ke sini?" Tanya Devan yang keluar dari dalam kamar."Gue nggak mau basa-basi di sini. Karena gua masih banyak urusan." Ucapnya. Riko lalu kembali melirik ke arah Kinan, "Abang mau tanya sama kamu Kinan, sejauh mana kamu ikut campur urusan Abang dengan Yuna?"Kinan tergugu. Ia tak tahu harus menjawab pertanyaan Abangnya seperti apa."Hey b
Kinan masih terdiam di dalam ruang rawatnya. Mulai dari ia siuman tadi sampai sekarang, ia belum melihat kehadiran abangnya Riko datang ke sini. Apa sekecewa itu abangnya padanya. Bahkan sampai ia dirawat seperti ini pun Riko tak melihatnya sama sekali.Ia juga tak berniat bertanya kepada suaminya karena ia sudah yakin Apa jawaban yang akan Mas Devan berikan padanya. "Sayang..." Devan mengejutkan Kinan karena muncul secara tiba-tiba. "Mas, mas Devan dari mana?" "Mas dari ruangan dokter." Jawabnya, "Apa kamu butuh sesuatu?" Tanyanya lagi dengan khawatir. Kinan menggeleng, "enggak mas. Cuma lagi mikir aja kenapa Bang Riko nggak ke sini. Apa sebenci itu bang Riko sama aku.""Sssttt.. udah Mas bilang jangan dipikirin dulu. Nanti terjadi sesuatu lagi sama kandungan kamu. Dokter bilang kamu harus jaga kandungan kamu agar anak kita di dalam juga nggak ikutan stres. Kalau urusan Riko sudah diurus sama papa. Jadi biar papa Yang menyelesaikan semua masalah dengan Riko.""Tapi sampai kapan M
Sudah 1 jam Riko berada di Bandung. Dan sudah satu jam pula ia, Yuna dan Rama saling berbincang-bincang tentang banyak hal. Awalnya Yuna benar-benar merasa tidak enak dengan Rama , namun pria itu bisa meyakinkan Yuna kalau baginya tidak ada masalah tentang masa lalu Yuna dengan Riko. Masa lalu ya sebatas masa lalu, sekarang adalah masa depan dirinya dan Yuna, jadi tidak ada sakit hati atau kecewa dan sebagainya. Bahkan Riko pun tidak membahas lagi tentang masa lalunya dengan Yuna, Jadi mereka hanya bicara tentang sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang. "Di sini ada yang jual makanan gak sih, laper aku." Ucap Riko sembari bertanya. Karena memang dari pagi ia belum makan. "Lapar? Kamu belum makan?" "Belum. Didatangi pagi-pagi cuma buat digambar bikin nafsu makan hilang." Rutuknya ."Ck! Kasihan banget sih hidup lu bro. Ya udah ke rumah gue yuk. Kebetulan ibu gue tadi masak banyak.""Eh, nggak usah. gue beli makanan di luar aja." "Nggak apa-apa sekalian Lo kenalan sama i
Waktu pun berlalu. Hari berganti minggu minggu pun berganti bulan. Dan hari ini kemeriahan baru saja terjadi di kampung Harapan. Yuna dan Rama baru saja melangsungkan pernikahannya dan sudah sah menjadi sepasang suami istri. Pernikahan Yuna juga dihadiri oleh Riko. Dan sering berjalannya waktu juga Riko dan Rossa akhirnya berkomitmen untuk berpacaran. Dan hubungan mereka sudah berjalan 4 bulan. Tentu saja tanpa sepengetahuan keluarga Riko. Karena ia sendiri tak mau direkcoki lagi oleh orang tuanya. Rossa sendiri sudah mengetahui bagaimana hubungan Riko dengan kedua orang tuanya. Walaupun Rossa tidak menuntut namun Gadis itu selalu mengingatkan Riko untuk tetap menjalin hubungan baik dengan keluarga besar Riko. "Selamat ya." Ucap Riko pada Yuna dan Rama. "Lo jaga baik-baik Yuna. Awas kalau lu sakit tidur berhubungan sama gue." Ucap Riko membuat Rossa langsung cemberut."Tuh yayang bebeb kamu marah tuh."Riko langsung melirik ke arah Rossa yang merajuk menatapnya. "Hahahaha. Nggak ap
Kinan baru saja sampai setelah seharian ia menghabiskan waktu di kampusnya dan juga bersama teman-temannya. Ia turun dari mobil miliknya dan cukup heran melihat sebuah mobil mewah terparkir di pekarangan.Suara gelak tawa dari dalam menarik perhatian Kinan. Gadis itu langsung masuk ke dalam dan mendapati keluarganya dengan seorang pria yang cukup dewasa namun Tampan. Di samping pria itu ada sepasang suami istri. Kinan cukup mengerutkan keningnya saat melihat semua orang menatap ke arahnya saat ia datang. "Kamu sudah pulang nak? Sini, duduk dulu." Ayu memanggil anaknya untuk duduk di sampingnya. Menurut begitu saja, Kinan pun langsung melangkah mendekati mamanya dan duduk di samping Ayu.Suasana sedikit tegang. Dalam beberapa menit, tak ada yang mau membuka kata. Sampai Ayu menggenggam jemari Kinan, "Sayang, kenalkan ini nak Devan. Dan ini kedua orang tua Devan." Ucap Ayu.Kinan tersenyum sembari menatap tiga orang di depannya."Begini nak. Hmmm, sebenarnya," Ayu tak berani melanjut
Disebuah rumah di kawasan elit di Jakarta. Kinan sedang menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabat nya."Yang benar saja ? Hari gini masih ada jodoh jodohan? Lo nggak laku lagi Kin?" Seloroh Yuna yang langsung mengundang gelak tawa dari yang lainnya.Kinan berdecak, "Bisa diam nggak? Berisik tahu!!" Sinis Kinan."Lagian lo, protes dikit kenapa sih? Dikira ini zaman Siti Nurbaya. Ini modern neng. Era Milenium. Anak millenial kita.""Iya nih, si Kinan. Cantik cantik tapi dijodohin. Lihat gue nih. Nggak usah repot-repot Bunda cariin gue jodoh. Bunda mah percaya sama gue. Bunda palingan bilang "Kamu masih laku nak. Jadi bunda ndak bakal maksa kamu kawin.' Elit kan kitorang punya bunda." sahut Dimas yang ikut-ikutan.Kinan mendengus. Kalau kalian semua tahu gimana gue hebohnya kemarin sama orang tua gue dan duda sialan itu, pasti kalian akan terkesima. Batin Kinan.****Haaahh.Hembusan nafas gusar kembali terdengar. Kali ini wajah rusuh dan suntuk terlihat jelas di raut gadis itu. Ia me
"Siapa?" Tanya Yuna.Kinan tak menjawab. Ia hanya fokus pada Devan yang mulai mendekat ke arahnya."Kinan, siapa Kin? Lo nggak bilang punya kenalan ganteng subhanallah begini sama gue. Lee min hoo mah lewat Kin." Ucap Yuna yang mulai menggatal.Devan berhenti di depan Kinan. Belum Devan bicara,Yuna sudah meraih jemari Devan untuk ia salami. "Kenalin, saya Yuna sahabat dekatnya Kinan." Ucap Yuna yang masih terlihat terpesona.Kinan menatap Yuna dengan tatapan horor. Kenapa Yuna mendadak ganjen begini?, batinnya.Kinan melihat jemari Devan yang digenggam Yuna. Devan menarik kuat tangannya karena Yuna menggenggamnya terlalu erat. Bukannya menjawab pertanyaan Yuna, Devan justru tersenyum pada sahabat calon istrinya itu."Ikut aku!" Perintah Devan dingin saat ia kembali melirik Kinan."Kemana? Nggak mau. Saya masih mau di sini." Tolak Kinan berani."Ikut saya atau kamu dapat masalah setelah ini," Kinan melotot kaget. Apa? Apa ia baru saja diancam?, batinnya. Ia menatap Devan kesal, "Ngga
"A--anda mau apa?" Kinan tak berani menatap mata Devan. Bukan karena ia malu atau berdebar, tapi karena ia merasa risih.Devan tak menjawab. Pria itu justru semakin mendekatkan wajahnya pada Kinan. Sedikit menggoda gadis ini akan menciptakan hiburan di sini, batin Devan."Kamu pintar memberi saya panggilan.""Ha? Maksudnya?""Om. Itu yang kamu panggilkan untuk saya tadi kan? Seorang om om diruangan berdua saja dengan seorang gadis. Kira-kira akan terjadi apa?"Kinan menatap Devan. Tatapan Kinan terlihat polos. Sungguh, ini memang tatapan polos. Otak cantiknya entah kenapa tak berfungsi sama sekali dalam mencerna kalimat yang Devan sebut.Devan tersenyum sinis. Ia hendak kembali mendekat namun suara ketukan pintu mengejutkan keduanya.Kinan ingin turun namun dilarang oleh Devan. Pria itu mengancam akan benar-benar membuat Kinan lemas di dalam ruangan ini jika Kinan berani membantah."Masuk!!" Teriak Devan. "Om, minggir dulu...!" Kinan mencoba mendorong tubuh Devan, namun tubuh tersebu