Disebuah rumah di kawasan elit di Jakarta. Kinan sedang menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabat nya.
"Yang benar saja ? Hari gini masih ada jodoh jodohan? Lo nggak laku lagi Kin?" Seloroh Yuna yang langsung mengundang gelak tawa dari yang lainnya.Kinan berdecak, "Bisa diam nggak? Berisik tahu!!" Sinis Kinan."Lagian lo, protes dikit kenapa sih? Dikira ini zaman Siti Nurbaya. Ini modern neng. Era Milenium. Anak millenial kita.""Iya nih, si Kinan. Cantik cantik tapi dijodohin. Lihat gue nih. Nggak usah repot-repot Bunda cariin gue jodoh. Bunda mah percaya sama gue. Bunda palingan bilang "Kamu masih laku nak. Jadi bunda ndak bakal maksa kamu kawin.' Elit kan kitorang punya bunda." sahut Dimas yang ikut-ikutan.Kinan mendengus. Kalau kalian semua tahu gimana gue hebohnya kemarin sama orang tua gue dan duda sialan itu, pasti kalian akan terkesima. Batin Kinan.****Haaahh.Hembusan nafas gusar kembali terdengar. Kali ini wajah rusuh dan suntuk terlihat jelas di raut gadis itu. Ia menatap kartu yang sedari tadi dipegangnya dengan tatapan kosong."Udah, lo coba jalanin aja dulu. Siapa tahu kata mama lo itu ada benarnya. Si Devan Devan itu memang orang yang baik. Toh abang Lo juga bilang kan kalau dia pria yang baik." bujuk Yuna. Ia tak tega melihat sahabatnya itu kesusahan."Tapi Yun, gue belum siap dan belum siap juga jadi istri. gue masih mau bebas. Kuliah gue juga belum selesai. Mana bentar lagi masuk mata kuliah Skripsi. Sidang coy sidang..""Gue tahu. Bukan Lo doang yang harus nyusun skripsi, gue juga.""Mending Lo minta tenggang waktu sama mama lo!" ide dari Bayu pun meluncur.Kinan yang tadi galau langsung menatap Bayu dengan wajah yang berseri."Benar juga. Gimana kalau gue minta tenggang waktu sama mama. Siapa tahu di kasih. Nikahnya pas gue udah wisuda dan kerja setahun dulu.""Nah. Tu baru bener." seru Yuna."Iya kan? Selesai gue wisuda, gue bisa kabur keluar negeri.""HAH?? Lo gila? Nggak gitu juga neng konsepnya." teriak Dimas."Ck! Gue sehat Dim. Sehat banget malahan. Gue nggak mau dinikahin sama Devan. TITIK. NGGAK PAKE KOMA."Kinan tersenyum iblis sembari ditatap ketiga temannya. Inilah Kinan. Gadis ini sama sekali tak bisa ditebak.Padahal sebenarnya tujuan Bayu memberi saran agar Kinan bisa lebih menerima takdir masa depannya. Tapi kenapa malah Kinan mikir buat kabur.Ckckck. Gadis ajaib.****Dua hari setelah pertemuan tak terduga dan kabar malam itu, Kinan tak lagi bersemangat. Apalagi orang tuanya yang selalu mencuri celah untuk membicarakan tentang duda itu dengannya.Contohnya saja pagi ini. Sarapan pagi yang ia pikir akan berjalan dengan baik dan begitu nikmat, ternyata justru diwarnai dengan satu kalimat yang diucapkan oleh mamanya, namun berhasil menarik emosi Kinan kembali muncul."Bagaimanapun kamu menolaknya, perjodohan kamu dan Devan tetap akan dilakukan."Kinan menatap tajam pada mamanya. Ia meletakkan sendok yang tadi ia pegang kembali ke atas piring. "Sebenarnya Apa tujuan Mama jodohin Kinan dengan pria itu? Kinan masih 20 tahun mah, Kinan bingung sama mama. kalau masalah Kinan agar berubah menjadi lebih baik, Kinan bisa berubah kok. nggak harus dengan pernikahan. Apa serendah itu status pernikahan di mata mama.?" Ucap Kinan sedikit kecewa."Ada banyak pertimbangan yang kamu tidak tahu Kinan. kenapa Mama bersikeras untuk menjodohkan kamu dengan Devan.""Ya kalau Kinan nggak tahu Mama jelasin. jangan buat Kinan bingung begini. memangnya Mama pikir siapa yang mau masa depannya hancur seperti ini.""Mama nggak hancurin masa depan kamu kok.""Dengan menjodohkan Kinan itu sama saja Mama udah ngerusak masa depan kinan. Kinan masih muda, kinan masih kuliah, masa depan kita masih panjang. Kinan juga punya cita-cita. Untuk apa mama sekolahin Kinan sampai kuliah dan akan skripsi seperti ini kalau ujung-ujungnya mama nikahin Kinan dan gak izinin Kinan untuk ngejar cita-cita Kinan." Tatapan tajam Kinan layangkan pada mamanya. Ia sungguh tak bisa mentolerir lagi apa yang mamanya perbuat padanya."Kinan! Kenapa kamu nggak bisa lihat kalau yang kami lakukan ini adalah yang terbaik."Kinan berdiri dari duduknya, "terbaik buat Mama Papa Dan bang Riko tapi mimpi buruk buat Kinan. udah! Kinan udah nggak ada selera makan. kinan mau ke kampus dulu."Kinan mengambil tas kuliahnya, lalu berjalan cepat menuju pintu keluar. ia Bahkan tak mengindahkan panggilan mamanya yang menyuruhnya untuk duduk kembali dan menikmati sarapan pagi.*****Kinan kini berada di kampusnya. Bersama Yuna, gadis itu duduk di lapangan yang menghadap ke arah gerbang kampus. Duduk di kursi taman yang banyak disediakan pihak kampus untuk mahasiswa beristirahat dan bersantai.Ia menyeruput minuman capuccino cincau yang tadi ia beli di kantin. Sementara Yuna duduk manis di sampingnya sembari memainkan ponsel dan mengemut lolipop kaki kesukaan sahabatnya itu."Kinan, kenapa nggak Lo terima aja dulu pernikahannya. Siapa tahu memang si Devan Devan itu jodoh Lo." Kinan langsung menatap Yuna dengan tatapan tajam membuat Yuna mendengus. "Dih, natapnya gitu amat neng. Gue cuma kasih saran. Lagian percuma deh Lo nolak perjodohan itu. Ujung-ujungnya pasti bakalan tetap dijodohin juga. Karena garis jodoh Lo itu emang mentoknya sama si Devan. Ya walaupun dia seorang duda. " Ucap Yuna santai.Kinan menghela nafas. Ia kesal. Karena tak di rumah maupun di kampus, bahasannya selalu itu."Tapi gue penasaran deh, gimana sih wajahnya? Pasti tua Bangka ya? Ya walaupun kaya raya pasti. Secara mama sama papa Lo nggak bakal mau jodohin Lo sama orang yang tak berduit. Jadi mending sama si tua Bangka namun kaya raya. Karena kalau metong tu laki, pasti semua uangnya jatuh ke Lo kan." Celetuk Yuna dan lagi-lagi Kinan hanya mendengus.Dalam hatinya, Kinan tertawa. Andai Lo tahu Yun, dia itu duda tampan, berbody tegap dan maskulin."Heh! Gue ajak ngomong malah bengong.""Isshh. Apaan sih. Kaget gue.""Habisnya Lo ditanyain malah diem."Kinan berdecak, "Karena nggak ada yang harus gue jawab." Ucap Kinan."Berarti bener dong jodoh Lo pria tua bangkotan?"Kinan mengangkat bahunya tak peduli."Ck! Lo benar-benar ya. Oh Iya, Kita bentar lagi nggak bakalan ke kampus Nih. Soalnya mau cari tempat magang kan dan nyusun skripsi juga. Gimana pas itu aja Lo nikahnya, jadi nggak repot kan. Lagian nikahnya diam-diam aja. Biar nggak ada teman-teman yang julid."Kinan mendelik, "Kok jadi Lo yang ngatur-ngatur sih? Gue mau nikah atau nggak, kenapa Lo yang repot?""Ck! Kebinasaan Banget sih lo. Terima dulu kek saran gue.""Kebiasaan." Teriak Kinan membenarkan ucapan Yuna."Ih, sewot banget. ""Habisnya Lo ngeselin.""Hello Kinan sahabat gue paling cantik. Gue ini bukan ngeselin, gue sayang sama Lo, gue peduli sama Lo.""Kalau Lo peduli, harusnya Lo cari cara agar pernikahan gue nggak terlaksana." Ucap Kinan.Yuna mengigit permen kakinya sampai hancur lalu membuang tangkai permen ke sembarang arah."Harus gimana lagi cara gue nunjukin kalau gue peduli sama lo. Gue udah ngasih saran terbaik gue buat Lo."Kinan sangat ingin mengunyah Yuna sampai habis. Yuna kadang bisa diajak untuk bicara serius. Dan sepertinya sekarang sedang mode bego'nya sahabatnya ini.KInan mendelik jengah, "kalau pernikahan itu gue terima, gimana?""Ya bagus. Kalau jodoh Lo tua Bangka, dia mati, Lo dapat warisannya.""Kampret Lo!""Ih, dari tadi mulut Lo nyumpahin terus ya."Kinan menatap Yuna, "Kalau jodoh gue ternyata DuRen gimana?" Yuna menatap Kinan dengan tatapan geli. Ia ingin tertawa saja rasanya, "ngelucu jangan gitu amat neng. Mana ada DuRen yang mau sama anak kuliahan. Kecuali sugar Daddy.""Hah! Terus, Lo maunya gue sama tua Bangka?""Ya nggak gitu juga. Gue bilangnya kalau sama tua Bangka itu kan ada keuntungannya buat Lo. Kayak kalau dia metongnya cepat, Lo dapat warisan.""Terus Lo mau gue jadi janda?""Eh, asal Lo tahu Kinan. Janda kaya semakin di depan sekarang. 2023 neng. Janda itu maju." Kinan menatap horor Yuna. Sepertinya otak Yuna hilang setengah.Tiiitt tiiitt!Kedua gadis itu terkejut karena suara klakson mobil yang memekakkan telinga mereka.Baik Kinan maupun Yuna sama-sama memfokuskan pandangan mereka pada mobil tersebut."Siapa?" Tanya Yuna."Entah. Bukan manggil Kita kali. Lagian mana ada kita punya kenalan mobilnya mewah begitu. Sekaya-kayanya Dimas sama Bayu, mobilnya masih mobil sejuta umat." Celetuk Kinan.Tiitt tiiitt.Lagi-lagi suara klakson mobil terdengar. Dari kaca jendela mobil muncul tangan yang melambai ke arah mereka."Kayaknya beneran kita deh yang dipanggil.""Lo kali. Gue mah o--" kalimat Kinan terhenti saat si pemilik mobil memunculkan dirinya."Kinan!!" Panggilnya.Kinan langsung melotot tak percaya. Devan muncul dihadapannya.Ih, ngeselin banget sih ni duda. Kenapa munculnya di depan Yuna sih.*****"Siapa?" Tanya Yuna.Kinan tak menjawab. Ia hanya fokus pada Devan yang mulai mendekat ke arahnya."Kinan, siapa Kin? Lo nggak bilang punya kenalan ganteng subhanallah begini sama gue. Lee min hoo mah lewat Kin." Ucap Yuna yang mulai menggatal.Devan berhenti di depan Kinan. Belum Devan bicara,Yuna sudah meraih jemari Devan untuk ia salami. "Kenalin, saya Yuna sahabat dekatnya Kinan." Ucap Yuna yang masih terlihat terpesona.Kinan menatap Yuna dengan tatapan horor. Kenapa Yuna mendadak ganjen begini?, batinnya.Kinan melihat jemari Devan yang digenggam Yuna. Devan menarik kuat tangannya karena Yuna menggenggamnya terlalu erat. Bukannya menjawab pertanyaan Yuna, Devan justru tersenyum pada sahabat calon istrinya itu."Ikut aku!" Perintah Devan dingin saat ia kembali melirik Kinan."Kemana? Nggak mau. Saya masih mau di sini." Tolak Kinan berani."Ikut saya atau kamu dapat masalah setelah ini," Kinan melotot kaget. Apa? Apa ia baru saja diancam?, batinnya. Ia menatap Devan kesal, "Ngga
"A--anda mau apa?" Kinan tak berani menatap mata Devan. Bukan karena ia malu atau berdebar, tapi karena ia merasa risih.Devan tak menjawab. Pria itu justru semakin mendekatkan wajahnya pada Kinan. Sedikit menggoda gadis ini akan menciptakan hiburan di sini, batin Devan."Kamu pintar memberi saya panggilan.""Ha? Maksudnya?""Om. Itu yang kamu panggilkan untuk saya tadi kan? Seorang om om diruangan berdua saja dengan seorang gadis. Kira-kira akan terjadi apa?"Kinan menatap Devan. Tatapan Kinan terlihat polos. Sungguh, ini memang tatapan polos. Otak cantiknya entah kenapa tak berfungsi sama sekali dalam mencerna kalimat yang Devan sebut.Devan tersenyum sinis. Ia hendak kembali mendekat namun suara ketukan pintu mengejutkan keduanya.Kinan ingin turun namun dilarang oleh Devan. Pria itu mengancam akan benar-benar membuat Kinan lemas di dalam ruangan ini jika Kinan berani membantah."Masuk!!" Teriak Devan. "Om, minggir dulu...!" Kinan mencoba mendorong tubuh Devan, namun tubuh tersebu
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. dan selama itu pula Kinan ada di kantor Devan. bosan? tentu saja. jangan ditanya lagi betapa bosannya gadis itu selama menunggu Devan bekerja. tapi untungnya, tiap satu atau dua jam sekali, asisten Devan mengantarkan makanan yang menggugah selera ke ruangan. Kinan yang memang doyan makan, bisa membantu melepas masa bosannya sampai akhirnya Devan selesai bekerja.Devan melirik Kinan yang sedang asik berbaring di sofa sembari memainkan ponsel. secara perlahan Devan mendekat dan tanpa diketahui Kinan, pria itu menunduk tepat di atas kepala Kinan dan mengintip Kinan sedang melakukan apa dengan ponselnya. namun belum juga Devan sampai jongkok, Kinan sudah menyadari kehadiran Devan. gadis itu terkejut bahkan nyaris memukul Devan jika pria itu tak sigap menangkat tangan calon istrinya itu."Ih, Om. ngagetin tahu nggak. ngapain sih di sana?" tanya Kinan kesal. Devan tak menjawab. ia berdiri dan kembali melangkah menuju meja kerjanya. jujur, ia sebenarn
Devan meraih jemari Kinan. Walaupun Kinan mencoba menariknya kembali, namun pria itu menahannya lebih erat membuat Kinan akhirnya pasrah.Pria itu menarik Kinan masuk ke sebuah tempat yang tertutup. Awalnya Kinan ragu namun Devan meyakinkan jika dirinya akan baik-baik saja. Mengikuti langkah Devan, Kinan di bawa masuk ke dalam. Dan seketika tatapan Kinan langsung tak berkedip. Gadis itu dibuat takjub. Festival makanan? Apa ini festival makanan? Kinan menatap ke sekelilingnya. Di mana-mana ia bisa melihat banyak stand makanan yang berjejer rapi dan juga banyak pengunjung yang membeli. Pantas saja ia tadi tak melihat banyak orang di luar sementara banyak mobil dan motor yang parkir.Kinan menatap Devan yang berdiri di sampingnya, "Kamu tahu tempat ini di mana?" Tanya Kinan yang masih takjub. Ia sebagai manusia yang mencintai makanan, sangat tak sanggup melepaskan kesempatan berharga ini. "Kamu benar tak tahu tempat ini?" Tanya Devan dengan nada sedikit mengejek."Ck! Jangan mulai Om.
"Devan." Devan menghentikan langkahnya seketika saat ia mendengar suara mamanya memanggilnya.Devan melirik jam di tangannya, "Mama belum tidur?" Tanya Devan yang langsung mendekat dan menyalami wanita itu. Rianti menatap anak semata wayangnya itu. "Mama mau bicara sebentar. Kamu belum mau tidur kan?"Devan paham hal apa yang akan mamanya bicarakan padanya. Namun ia tak mungkin menolak. Devan mengangguk. Ia melangkah mengikuti mamanya yang sudah berjalan lebih dulu menuju ruang keluarga. Rianti duduk di salah satu sofa dan diikuti oleh Devan."Ada apa Ma?" tanya Devan sedikit berbasa-basi. Rianti terlihat sedikit canggung untuk memulai percakapan dengan anaknya. pasalnya ia sangat yakin Devan tak akan suka dengan apa yang akan ia bahas."Begini Devan, masalah pernikahan kamu dengan anaknya Ayu. Apa kamu nggak mau berpikir ulang lagi nak."Devan menghela nafas panjang. Tebakannya benar. Ia tak tahu harus bagaimana lagi caranya untuk meyakinkan mamanya ini. Memang semua terjadi karena
Kinan menatap Devan yang sedang bersiap di sampingnya. Setelah Devan berpamitan dengan Ayu, pria itu langsung membawa Kinan masuk ke dalam mobilnya. Kinan menatap lekat Devan."Om, om ini aneh ya." Ucapnya."Aneh gimana?""Ya aneh aja. di mana-mana itu, pasti mau calon istrinya itu pinter, lulusan terbaik, rajin dalam belajar biar bisa berguna bagi nusa dan bangsa. ini malah kebalik. masa disuruh bolos."Devan tertawa tipis. Pria itu menstater mobilnya dan mulai melajukan mobil tersebut secara perlahan."Sebenarnya sih Iya. tapi buat kamu itu pengecualian.""Ih apaan pengecualian. Om mau aku jadi gadis yang bodoh.?""Ya enggaklah.""Makanya, hari ini antar aku ke kampus. Aku mau kuliah. aku ada jadwal kuliah pagi ini. kalau nggak, aku bakalan digorok sama dosen aku."Devan mengernyit, "Sadis banget dosennya. Ya udah Mas anterin kamu ke kampus, tapi setelah pulang kuliah kamu harus ikut sama mas.""Ikut ke mana sih? bilang aja kenapa.""Anaknya Bu Ayu yang katanya cantik, tahu kata rah
Devan menghentikan mobilnya di sebuah resto yang berada cukup jauh dari pusat kota. sejak perjalanan menuju ke sini, Kinan sudah bertanya dan protes sedari tadi dengan arah tujuan Devan. dan sekarang, Gadis itu justru dibuat takjub dengan tempat yang Devan pilih. sebuah resto dengan konsep alam. balkon-balok yang diletakkan meja serta kursi untuk makan menghadap pada bukit kecil dengan sungai dangkal di dekatnya. benar-benar bernuansa alam. bahkan aroma dedaunan tercium begitu menyegarkan. tak hanya itu, di sekitaran resto juga ditanam bambu kuning yang berkelompok. jadi setiap daun bambu tertiup angin, akan menciptakan suara seperti dedaunan kering yang salin beradu satu sama lain. Kinan masih terpaku dengan pemandangan di depannya. bahkan ia sampai melupakan Devan yang berdiri di sampingnya."Kamu suka?" tanya Devan berbisik di telinga Kinan. spontan Kinan mengangguk lalu menatap Devan dan terseyum, "Bagus banget. kok om bisa tahu tempat ini?" Kinan melangkah ke depan. ia berjala
Satu bulan pun berlalu setelah Devan mengajak Kinan makan di resto bernuansa alam tersebut. Hubungan Kinan dan Devan sudah mulai membaik dan secara perlahan pria itu mulai mengerti bagaimana cara menghadapi Kinan. Tak hanya itu ia juga berhasil meyakinkan mamanya untuk menerima Kinan menjadi menantu. Hari ini Kinan baru saja selesai pada kuliah siangnya. Dan sudah sejak 5 menit yang lalu ia berdiri di parkiran kampus untuk menunggu Devan yang berjanji menjemputnya. Seperti sebelum-sebelumnya, Devan selalu mempunyai kejutan tak terduga untuknya dan kali ini ia tak tahu apa alasan Devan membawanya. Ia berharap tujuan Devan bukan untuk membuat jantungnya mendadak berhenti.Suara klakson mobil mengagetkan Kinan. Gadis itu langsung mendapati mobil Devan sudah berada tak jauh dari ia berdiri. Dengan cepat Kinan berlari dan masuk ke dalam mobil tersebut."Hari ini mau ke mana?" tanya Kinan sembari mengenakan seat belt. "Ke suatu tempat dan aku yakin kamu suka."Kinan hanya mengangguk. sete
Waktu pun berlalu. Hari berganti minggu minggu pun berganti bulan. Dan hari ini kemeriahan baru saja terjadi di kampung Harapan. Yuna dan Rama baru saja melangsungkan pernikahannya dan sudah sah menjadi sepasang suami istri. Pernikahan Yuna juga dihadiri oleh Riko. Dan sering berjalannya waktu juga Riko dan Rossa akhirnya berkomitmen untuk berpacaran. Dan hubungan mereka sudah berjalan 4 bulan. Tentu saja tanpa sepengetahuan keluarga Riko. Karena ia sendiri tak mau direkcoki lagi oleh orang tuanya. Rossa sendiri sudah mengetahui bagaimana hubungan Riko dengan kedua orang tuanya. Walaupun Rossa tidak menuntut namun Gadis itu selalu mengingatkan Riko untuk tetap menjalin hubungan baik dengan keluarga besar Riko. "Selamat ya." Ucap Riko pada Yuna dan Rama. "Lo jaga baik-baik Yuna. Awas kalau lu sakit tidur berhubungan sama gue." Ucap Riko membuat Rossa langsung cemberut."Tuh yayang bebeb kamu marah tuh."Riko langsung melirik ke arah Rossa yang merajuk menatapnya. "Hahahaha. Nggak ap
Sudah 1 jam Riko berada di Bandung. Dan sudah satu jam pula ia, Yuna dan Rama saling berbincang-bincang tentang banyak hal. Awalnya Yuna benar-benar merasa tidak enak dengan Rama , namun pria itu bisa meyakinkan Yuna kalau baginya tidak ada masalah tentang masa lalu Yuna dengan Riko. Masa lalu ya sebatas masa lalu, sekarang adalah masa depan dirinya dan Yuna, jadi tidak ada sakit hati atau kecewa dan sebagainya. Bahkan Riko pun tidak membahas lagi tentang masa lalunya dengan Yuna, Jadi mereka hanya bicara tentang sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang. "Di sini ada yang jual makanan gak sih, laper aku." Ucap Riko sembari bertanya. Karena memang dari pagi ia belum makan. "Lapar? Kamu belum makan?" "Belum. Didatangi pagi-pagi cuma buat digambar bikin nafsu makan hilang." Rutuknya ."Ck! Kasihan banget sih hidup lu bro. Ya udah ke rumah gue yuk. Kebetulan ibu gue tadi masak banyak.""Eh, nggak usah. gue beli makanan di luar aja." "Nggak apa-apa sekalian Lo kenalan sama i
Kinan masih terdiam di dalam ruang rawatnya. Mulai dari ia siuman tadi sampai sekarang, ia belum melihat kehadiran abangnya Riko datang ke sini. Apa sekecewa itu abangnya padanya. Bahkan sampai ia dirawat seperti ini pun Riko tak melihatnya sama sekali.Ia juga tak berniat bertanya kepada suaminya karena ia sudah yakin Apa jawaban yang akan Mas Devan berikan padanya. "Sayang..." Devan mengejutkan Kinan karena muncul secara tiba-tiba. "Mas, mas Devan dari mana?" "Mas dari ruangan dokter." Jawabnya, "Apa kamu butuh sesuatu?" Tanyanya lagi dengan khawatir. Kinan menggeleng, "enggak mas. Cuma lagi mikir aja kenapa Bang Riko nggak ke sini. Apa sebenci itu bang Riko sama aku.""Sssttt.. udah Mas bilang jangan dipikirin dulu. Nanti terjadi sesuatu lagi sama kandungan kamu. Dokter bilang kamu harus jaga kandungan kamu agar anak kita di dalam juga nggak ikutan stres. Kalau urusan Riko sudah diurus sama papa. Jadi biar papa Yang menyelesaikan semua masalah dengan Riko.""Tapi sampai kapan M
Riko Baru saja sampai di rumah adiknya. Ia cukup terkejut mendengar Yuna mengatakan jika dirinya harus memberitahu Kinan untuk tak datang lagi ke kontrakan Yuna. Apa maksud Yuna? Apa Kinan pernah ke tempat tinggal Yuna?.Langit sudah mulai gelap saat Riko sampai di kediaman adiknya itu. Ia langsung nyelonong masuk tanpa permisi. "Kinan!" Teriak Riko membuat Kinan yang tadinya sedang bersantai di ruang tv langsung terkejut."Bang Riko?""Oh, kebetulan kamu di sini. Sepertinya kita perlu bicara Kinan." Ucapnya cukup sinis pada adiknya itu. Kinan yang melihat raut wajah Riko mendadak ketakutan. Beruntung di rumah sudah ada suaminya."Riko? Ada perlu apa ke sini?" Tanya Devan yang keluar dari dalam kamar."Gue nggak mau basa-basi di sini. Karena gua masih banyak urusan." Ucapnya. Riko lalu kembali melirik ke arah Kinan, "Abang mau tanya sama kamu Kinan, sejauh mana kamu ikut campur urusan Abang dengan Yuna?"Kinan tergugu. Ia tak tahu harus menjawab pertanyaan Abangnya seperti apa."Hey b
Yuna masih terisak sedih. Ia benar-benar tak bisa mengontrol hatinya. Ia benar-benar terluka dengan apa yang tadi Riko lakukan padanya. Ia tak menyangka Riko akan seperti itu. Pria itu sangat jahat."Sudah. Jangan berpikir yang aneh-aneh lagi. Semua sudah selesai.""Tapi aku nggak nyangka Rama kalau dia sampai sejahat itu. Ngancam bongkar aib aku kalau aku nggak mau ikut dia." Isaknya.Rama menatap Yuna yang masih menunduk. Ia tersenyum lucu. Rama meletakkan tangannya di atas kepala Yuna dan sedikit menunduk untuk bisa mensejajarkan wajahnya dengan Yuna, "Jangan pikirkan lagi. Kamu tahu, aku nggak peduli soal dia. Tapi aku pastikan, dia tak akan berani lagi untuk seperti tadi sama kamu." Ucap Rama penuh yakin.Yuna menatap penuh mata Rama dan itu membuat kepercayaan diri-annya kembali lagi. Ia lalu mengangguk. "Sekarang, hapus air mata kamu, kita ke rumahku." Yuna kembali mengangguk. Ia mulai kembali melangkah, walaupun langkahnya ada sedikit keraguan namun ia mencoba meyakinkan diri
Seperti janjinya pada ibunya, pagi-pagi sekali Rama sudah bersiap untuk menjemput Yuna dan membawanya ke rumah. Tentu saja kegigihan Rama ini mendapat godaan dari orang tuanya. Dan fakta bahagia yang Rama terima lagi pagi ini adalah bahwa ayahnya juga tidak mempermasalahkan tentang status keluarga Yuna. Yang jelas yang mereka tahu Yuna adalah anak baik-baik. Yuna adalah gadis yang penuh dengan sopan santun. apalagi sapaan Yuna pada warga sekitar sangat ramah dan lembut. Jika Yuna tidak mau berhubungan lagi dengan masa lalunya, tidak apa-apa. mereka akan dengan senang hati menerima Yuna di kampung ini. Bahkan mereka akan senang hati menerima sebagai menantunya.Rama berjalan kaki untuk sampai di rumah Yuna. Bahkan pria itu tak menyadari jika Yuna masih tertidur. Rama mencoba menghubungi ponsel Yuna. "Halo..." Sapa Yuna dari seberang sana dengan suara yang masih serak membuat Rama tertawa. "Kamu masih tidur? ya ampun Maaf aku ganggu ya.""Siapa ini?"Tawar Rama kembali meledak. Bahka
PLAAKK!!"Kamu benar-benar kurang ajar Riko!!!" Teriakan Hartono pada Anak laki-laki semata wayangnya itu. Tamparan keras baru saja ia layangkan pada Riko yang kini sudah terlihat seperti orang gila. Sangat tak terurus.Sementara Ayu, wanita itu menatap anaknya dengan tatapan frustasi. Ia selalu menangis setiap Riko kembali dalam keadaan mabuk."Mau sampai kapan kamu seperti ini terus? Kamu ingin perusahaan ini hancur?" Teriak Hartono lagi.Riko yang tadi terdiam karena rasa panas dari tamparan keras itu belum hilang di pipinya, tiba-tiba tertawa menakutkan."Apa yang papa mau dari aku? Anak laki-laki yang sempurna? Bawa Yuna padaku dulu.""RIKO!!" Kali ini giliran Ayu yang berteriak. "Kamu jangan gila Riko. Mau dikemanain muka kami kalau kamu sama perempuan tak jelas itu!!""Ma, ini hidup Riko. Riko yang jalani semuanya. kenapa Mama dan papa yang ngatur. Riko berhak pilih masa depan Riko sendiri ma." "Kamu memang berhak Riko, tapi tidak dengan perempuan itu.""Emangnya kenapa? Yuna
Terkadang apa yang kita rencanakan dengan begitu matang tidak bisa kita realisasikan di dalam kehidupan kita. karena memang Tuhan yang tidak mengizinkan. Terkadang ada pula kita tidak menginginkan hal itu tapi Tuhan memberikan itu. Jadi mau tidak mau, kita harus menerimanya bagaimanapun kondisinya.Seperti yang saat ini Yuna rasakan. Ia tak menginginkan kehidupan seperti ini. Banyak kehidupan yang indah yang sudah ia khayalkan untuk masa depannya namun Tuhan tidak mengizinkan kehidupan indah itu masuk dalam hidupnya.Jadi mau tidak mau, ia harus menerima semua takdir yang Tuhan tuliskan untuknya. menerimanya dengan lapang dada tanpa protes apapun.Ini ia harus menatap ke depan. Menata kehidupannya untuk menjadi yang lebih baik. Walaupun nanti rintangan akan datang, ia harus bisa melalui semua itu. Mengakui kesalahan dihadapan Tuhan itu jauh lebih baik. Dan mau berubah agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Yuna kini menatap lurus pria yang saat ini mulai memetik beberapa straw
Pagi menyapa. Yuna masih asik bergelung nyaman dalam selimut tebalnya yang baru ia beli kemarin. Dan hari ini, ia ada janji bertemu dengan Rama. Oh ya, dua hari sudah berlalu sejak kejadian ciuman panas waktu subuh di teras kontrakan Yuna. Dan sejak saat itu juga, hubungan Yuna dan Rama kembali mencair. Rama bahkan semakin gencar memberikan perhatian pada Yuna walaupun sesekali pria itu juga terus mengatakan jika cintanya terluka karena Yuna. Tapi Yuna selalu menganggapnya sebagai lelucon dari Rama.Yuna menggeliat. Hari ini hari Minggu dan ia berencana untuk ke kebun strawberry milik Rama lagi. Ia ingin memetiknya kembali. Dan ia sudah janji dengan Rama ke sana pukul delapan nanti. Yuna melirik jam di ponsel kecilnya dan masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Tapi ia akan bersiap. Hari ini ia juga berencana akan ikut masak bersama dengan para ibu-ibu di sini karena nanti sore ada acara silaturahmi kampung. Kata Rama, acara itu biasanya akan dimeriahkan dengan karaoke kecil-kecilan di