Kinan menatap Devan yang sedang bersiap di sampingnya. Setelah Devan berpamitan dengan Ayu, pria itu langsung membawa Kinan masuk ke dalam mobilnya. Kinan menatap lekat Devan."Om, om ini aneh ya." Ucapnya."Aneh gimana?""Ya aneh aja. di mana-mana itu, pasti mau calon istrinya itu pinter, lulusan terbaik, rajin dalam belajar biar bisa berguna bagi nusa dan bangsa. ini malah kebalik. masa disuruh bolos."Devan tertawa tipis. Pria itu menstater mobilnya dan mulai melajukan mobil tersebut secara perlahan."Sebenarnya sih Iya. tapi buat kamu itu pengecualian.""Ih apaan pengecualian. Om mau aku jadi gadis yang bodoh.?""Ya enggaklah.""Makanya, hari ini antar aku ke kampus. Aku mau kuliah. aku ada jadwal kuliah pagi ini. kalau nggak, aku bakalan digorok sama dosen aku."Devan mengernyit, "Sadis banget dosennya. Ya udah Mas anterin kamu ke kampus, tapi setelah pulang kuliah kamu harus ikut sama mas.""Ikut ke mana sih? bilang aja kenapa.""Anaknya Bu Ayu yang katanya cantik, tahu kata rah
Devan menghentikan mobilnya di sebuah resto yang berada cukup jauh dari pusat kota. sejak perjalanan menuju ke sini, Kinan sudah bertanya dan protes sedari tadi dengan arah tujuan Devan. dan sekarang, Gadis itu justru dibuat takjub dengan tempat yang Devan pilih. sebuah resto dengan konsep alam. balkon-balok yang diletakkan meja serta kursi untuk makan menghadap pada bukit kecil dengan sungai dangkal di dekatnya. benar-benar bernuansa alam. bahkan aroma dedaunan tercium begitu menyegarkan. tak hanya itu, di sekitaran resto juga ditanam bambu kuning yang berkelompok. jadi setiap daun bambu tertiup angin, akan menciptakan suara seperti dedaunan kering yang salin beradu satu sama lain. Kinan masih terpaku dengan pemandangan di depannya. bahkan ia sampai melupakan Devan yang berdiri di sampingnya."Kamu suka?" tanya Devan berbisik di telinga Kinan. spontan Kinan mengangguk lalu menatap Devan dan terseyum, "Bagus banget. kok om bisa tahu tempat ini?" Kinan melangkah ke depan. ia berjala
Satu bulan pun berlalu setelah Devan mengajak Kinan makan di resto bernuansa alam tersebut. Hubungan Kinan dan Devan sudah mulai membaik dan secara perlahan pria itu mulai mengerti bagaimana cara menghadapi Kinan. Tak hanya itu ia juga berhasil meyakinkan mamanya untuk menerima Kinan menjadi menantu. Hari ini Kinan baru saja selesai pada kuliah siangnya. Dan sudah sejak 5 menit yang lalu ia berdiri di parkiran kampus untuk menunggu Devan yang berjanji menjemputnya. Seperti sebelum-sebelumnya, Devan selalu mempunyai kejutan tak terduga untuknya dan kali ini ia tak tahu apa alasan Devan membawanya. Ia berharap tujuan Devan bukan untuk membuat jantungnya mendadak berhenti.Suara klakson mobil mengagetkan Kinan. Gadis itu langsung mendapati mobil Devan sudah berada tak jauh dari ia berdiri. Dengan cepat Kinan berlari dan masuk ke dalam mobil tersebut."Hari ini mau ke mana?" tanya Kinan sembari mengenakan seat belt. "Ke suatu tempat dan aku yakin kamu suka."Kinan hanya mengangguk. sete
Berdiam sendirian di ruangannya, otak Devan tiba-tiba berputar pada memori 3 bulan yang lalu sebelum ia menikahi Kinan. Di mana Ia yang berjuang untuk mendekati Kinan. memang beberapa geraknya adalah saran dari Riko, namun sebagian lagi adalah inisiatif dirinya sendiri. Termasuk mengajak Kinan makan malam di kuliner malam saat itu. Tapi kenapa saat ia sudah sah menjadi suami Kinan, semuanya berubah lagi? Bukan karena ia menyesal sudah menikahi Kinan, namun karena ia takut Kinan tak mau ia sentuh. Ia tak mau terburu-buru karena takut akan membuat Kinan marah padanya. Ia sangat yakin jika Kinan belum bisa sepenuhnya menerima dirinya sebagai seorang suami. Semua pikirannya ini didasari dengan Kinan yang masih muda, kuliah, dan harus rela melepaskan masa mudanya bersama teman-teman untuk mengabdi sebagai istrinya.Devan mengambil kembali cincin pernikahannya yang ia simpan dalam kantong celananya. Memandang cincin berlian tersebut lalu sebuah senyuman manis terbit di bibirnya."Aku baha
Devan baru saja keluar dari kamar mandi saat Kinan masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu baru saja selesai melepas teman-temannya pulang. Sebenarnya teman-teman Kinan masih ingin berlama-lama bersama Kinan, namun mereka sendiri juga tak menyangka jika Devan pulang secepat itu dari kantor."Mas Kenapa pulang cepat? apa ada masalah?" Tanya Kinan yang sebenarnya sudah penasaran Saya dari tadi."Nggak." "Terus kenapa pulangnya cepat? ""Apa tak boleh?""Bukannya nggak boleh, tapi.... ya udah deh terserah kamu saja. Susah kalau debat sama om-om." ucap Kinan memelankan suaranya pada kalimat terakhirnya.Kinan keluar dari kamar. Ia memilih untuk membereskan semua yang ditinggalkan oleh teman-temannya. membersihkan satu persatu peralatan makan yang kotor. sebenarnya Yuna tadi sudah menawarkan diri untuk membantu membersihkannya juga, namun Kinan melarangnya.15 menit waktu yang Kinan pakai untuk membereskan semuanya. Ia juga menyiapkan kopi hangat untuk Devan dan membawanya ke kamar."Kamu ikut
"Sini!" Devan memukul tempat tidur di sampingnya.Kinan menurut. Ia berjalan mendekati Devan dan ikut berbaring di samping suaminya tersebut. Devan menarik Kinan dalam pelukannya. Memeluk perempuan yang ia nikahi dengan cara perjodohan itu. Ia menepuk pelan punggung Kinan. "Jangan pernah menghilang lagi." Bisiknya."Aku menghilang bukan tanpa sebab mas.""Mas tahu. Semua ini karena apa yang ada di ruang kerja mas kan? Kamu tahu Kinan? Kamu menikahi seorang duda dimana status dudanya ia dapatkan dari kematian istrinya. Menemukan masa lalunya yang belum terbuang sempurna itu wajar. Tapi mas minta sama kamu, jika ada yang seperti ini lagi, kabari dan bicara. Jangan kabur seperti ini. Bagaimanapun juga, sekarang kamu adalah tanggung jawab mas." Kinan masih diam dalam pelukan Devan. Ia menghirup aroma tubuh Devan yang membuatnya nyaman. Devan menjangkau ponselnya. Ia telentang dengan Kinan yang ikut telentang berbantalkan lengannya Devan."Lihat ini." Devan membuka layar ponselnya. Kinan
Setelah perdebatan panjang, Kinan akhirnya pasrah dan menurut apa yang Devan perintahkan, yaitu ikut sang suami ke kantor. Tapi tak apa jugalah. Ia ingin melihat siapa yang jadi anak magang di kantor Devan.Ia turun dari mobil setelah Devan memarkirkan mobil tersebut."Selamat pagi pak Devan." Sapa security padanya."Pagi mas. Apa semuanya aman?""Alhamdulillah aman Pak. Saya selalu patroli dengan giat. Kopi pahit saya juga selalu tersedia dibuatkan neng Sulis yang cantik pisan." Devan tertawa mendengar lelucon pagi satpam kantornya yang memang terkenal di lingkungan kantor selalu menghibur."Ya sudah. Lanjutkan tugasnya, saya mau ke dalam dulu.""Siap pak bos. Buk bos semangat!" Pria itu tak lupa memberikan dukungan Kinan."Semangat pak." Balasnya. Kinan senyum senyum sendiri sembari berjalan mengikuti Devan memasuki sebuah lift yang dikhususkan untuk atasan.Selama di dalam lift, Kinan tak berhenti tersenyum. bahkan membuat Devan juga ikut tersenyum. "Apa pak Suryo selucu itu sampai
"kita bercinta."Kinan tercekat. Ia menatap Devan dengan mata melotot, "Bercinta? Bercinta apanya? Jangan ngaco om.""Mas tak bercanda sayang. Silahkan tanya Riko kalau tak percaya.""Kenapa bang Riko?""Karena otak Riko itu isinya selangkangan semua.""Ha? Sepertinya bukan Bang Riko saja. Mas juga begitu."Devan tertawa ia mencapit hidung Kinan dengan jemarinya. Rasa gemesnya semakin meningkat karena istri kecilnya tersebut. "Semua laki-laki pemikirannya seperti ini sayang.apalagi yang sudah punya istri. pengantin baru yang lebih berbahaya." Kinan menatap Devan horor. "Jadi, ngecas yang selama ini mas sebut itu adalah..""Yup. kamu mau?"Kinan sedikit diam. ia menatap lekat wajah Devan. tampan, sangat tampan. Kinan tertunduk lalu menggeleng. Gelengan Kinan membuat Devan terpaku. apa alasan Kinan menolak?."Kenapa?" tanya Devan."Mas belum cinta sama aku.""Ha?""Kinan tahu kalau sebenarnya Mas belum cinta sama Kinan.""Kenapa bisa menebak seperti itu?"Kinan terdiam sejenak. ia yang
Waktu pun berlalu. Hari berganti minggu minggu pun berganti bulan. Dan hari ini kemeriahan baru saja terjadi di kampung Harapan. Yuna dan Rama baru saja melangsungkan pernikahannya dan sudah sah menjadi sepasang suami istri. Pernikahan Yuna juga dihadiri oleh Riko. Dan sering berjalannya waktu juga Riko dan Rossa akhirnya berkomitmen untuk berpacaran. Dan hubungan mereka sudah berjalan 4 bulan. Tentu saja tanpa sepengetahuan keluarga Riko. Karena ia sendiri tak mau direkcoki lagi oleh orang tuanya. Rossa sendiri sudah mengetahui bagaimana hubungan Riko dengan kedua orang tuanya. Walaupun Rossa tidak menuntut namun Gadis itu selalu mengingatkan Riko untuk tetap menjalin hubungan baik dengan keluarga besar Riko. "Selamat ya." Ucap Riko pada Yuna dan Rama. "Lo jaga baik-baik Yuna. Awas kalau lu sakit tidur berhubungan sama gue." Ucap Riko membuat Rossa langsung cemberut."Tuh yayang bebeb kamu marah tuh."Riko langsung melirik ke arah Rossa yang merajuk menatapnya. "Hahahaha. Nggak ap
Sudah 1 jam Riko berada di Bandung. Dan sudah satu jam pula ia, Yuna dan Rama saling berbincang-bincang tentang banyak hal. Awalnya Yuna benar-benar merasa tidak enak dengan Rama , namun pria itu bisa meyakinkan Yuna kalau baginya tidak ada masalah tentang masa lalu Yuna dengan Riko. Masa lalu ya sebatas masa lalu, sekarang adalah masa depan dirinya dan Yuna, jadi tidak ada sakit hati atau kecewa dan sebagainya. Bahkan Riko pun tidak membahas lagi tentang masa lalunya dengan Yuna, Jadi mereka hanya bicara tentang sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang. "Di sini ada yang jual makanan gak sih, laper aku." Ucap Riko sembari bertanya. Karena memang dari pagi ia belum makan. "Lapar? Kamu belum makan?" "Belum. Didatangi pagi-pagi cuma buat digambar bikin nafsu makan hilang." Rutuknya ."Ck! Kasihan banget sih hidup lu bro. Ya udah ke rumah gue yuk. Kebetulan ibu gue tadi masak banyak.""Eh, nggak usah. gue beli makanan di luar aja." "Nggak apa-apa sekalian Lo kenalan sama i
Kinan masih terdiam di dalam ruang rawatnya. Mulai dari ia siuman tadi sampai sekarang, ia belum melihat kehadiran abangnya Riko datang ke sini. Apa sekecewa itu abangnya padanya. Bahkan sampai ia dirawat seperti ini pun Riko tak melihatnya sama sekali.Ia juga tak berniat bertanya kepada suaminya karena ia sudah yakin Apa jawaban yang akan Mas Devan berikan padanya. "Sayang..." Devan mengejutkan Kinan karena muncul secara tiba-tiba. "Mas, mas Devan dari mana?" "Mas dari ruangan dokter." Jawabnya, "Apa kamu butuh sesuatu?" Tanyanya lagi dengan khawatir. Kinan menggeleng, "enggak mas. Cuma lagi mikir aja kenapa Bang Riko nggak ke sini. Apa sebenci itu bang Riko sama aku.""Sssttt.. udah Mas bilang jangan dipikirin dulu. Nanti terjadi sesuatu lagi sama kandungan kamu. Dokter bilang kamu harus jaga kandungan kamu agar anak kita di dalam juga nggak ikutan stres. Kalau urusan Riko sudah diurus sama papa. Jadi biar papa Yang menyelesaikan semua masalah dengan Riko.""Tapi sampai kapan M
Riko Baru saja sampai di rumah adiknya. Ia cukup terkejut mendengar Yuna mengatakan jika dirinya harus memberitahu Kinan untuk tak datang lagi ke kontrakan Yuna. Apa maksud Yuna? Apa Kinan pernah ke tempat tinggal Yuna?.Langit sudah mulai gelap saat Riko sampai di kediaman adiknya itu. Ia langsung nyelonong masuk tanpa permisi. "Kinan!" Teriak Riko membuat Kinan yang tadinya sedang bersantai di ruang tv langsung terkejut."Bang Riko?""Oh, kebetulan kamu di sini. Sepertinya kita perlu bicara Kinan." Ucapnya cukup sinis pada adiknya itu. Kinan yang melihat raut wajah Riko mendadak ketakutan. Beruntung di rumah sudah ada suaminya."Riko? Ada perlu apa ke sini?" Tanya Devan yang keluar dari dalam kamar."Gue nggak mau basa-basi di sini. Karena gua masih banyak urusan." Ucapnya. Riko lalu kembali melirik ke arah Kinan, "Abang mau tanya sama kamu Kinan, sejauh mana kamu ikut campur urusan Abang dengan Yuna?"Kinan tergugu. Ia tak tahu harus menjawab pertanyaan Abangnya seperti apa."Hey b
Yuna masih terisak sedih. Ia benar-benar tak bisa mengontrol hatinya. Ia benar-benar terluka dengan apa yang tadi Riko lakukan padanya. Ia tak menyangka Riko akan seperti itu. Pria itu sangat jahat."Sudah. Jangan berpikir yang aneh-aneh lagi. Semua sudah selesai.""Tapi aku nggak nyangka Rama kalau dia sampai sejahat itu. Ngancam bongkar aib aku kalau aku nggak mau ikut dia." Isaknya.Rama menatap Yuna yang masih menunduk. Ia tersenyum lucu. Rama meletakkan tangannya di atas kepala Yuna dan sedikit menunduk untuk bisa mensejajarkan wajahnya dengan Yuna, "Jangan pikirkan lagi. Kamu tahu, aku nggak peduli soal dia. Tapi aku pastikan, dia tak akan berani lagi untuk seperti tadi sama kamu." Ucap Rama penuh yakin.Yuna menatap penuh mata Rama dan itu membuat kepercayaan diri-annya kembali lagi. Ia lalu mengangguk. "Sekarang, hapus air mata kamu, kita ke rumahku." Yuna kembali mengangguk. Ia mulai kembali melangkah, walaupun langkahnya ada sedikit keraguan namun ia mencoba meyakinkan diri
Seperti janjinya pada ibunya, pagi-pagi sekali Rama sudah bersiap untuk menjemput Yuna dan membawanya ke rumah. Tentu saja kegigihan Rama ini mendapat godaan dari orang tuanya. Dan fakta bahagia yang Rama terima lagi pagi ini adalah bahwa ayahnya juga tidak mempermasalahkan tentang status keluarga Yuna. Yang jelas yang mereka tahu Yuna adalah anak baik-baik. Yuna adalah gadis yang penuh dengan sopan santun. apalagi sapaan Yuna pada warga sekitar sangat ramah dan lembut. Jika Yuna tidak mau berhubungan lagi dengan masa lalunya, tidak apa-apa. mereka akan dengan senang hati menerima Yuna di kampung ini. Bahkan mereka akan senang hati menerima sebagai menantunya.Rama berjalan kaki untuk sampai di rumah Yuna. Bahkan pria itu tak menyadari jika Yuna masih tertidur. Rama mencoba menghubungi ponsel Yuna. "Halo..." Sapa Yuna dari seberang sana dengan suara yang masih serak membuat Rama tertawa. "Kamu masih tidur? ya ampun Maaf aku ganggu ya.""Siapa ini?"Tawar Rama kembali meledak. Bahka
PLAAKK!!"Kamu benar-benar kurang ajar Riko!!!" Teriakan Hartono pada Anak laki-laki semata wayangnya itu. Tamparan keras baru saja ia layangkan pada Riko yang kini sudah terlihat seperti orang gila. Sangat tak terurus.Sementara Ayu, wanita itu menatap anaknya dengan tatapan frustasi. Ia selalu menangis setiap Riko kembali dalam keadaan mabuk."Mau sampai kapan kamu seperti ini terus? Kamu ingin perusahaan ini hancur?" Teriak Hartono lagi.Riko yang tadi terdiam karena rasa panas dari tamparan keras itu belum hilang di pipinya, tiba-tiba tertawa menakutkan."Apa yang papa mau dari aku? Anak laki-laki yang sempurna? Bawa Yuna padaku dulu.""RIKO!!" Kali ini giliran Ayu yang berteriak. "Kamu jangan gila Riko. Mau dikemanain muka kami kalau kamu sama perempuan tak jelas itu!!""Ma, ini hidup Riko. Riko yang jalani semuanya. kenapa Mama dan papa yang ngatur. Riko berhak pilih masa depan Riko sendiri ma." "Kamu memang berhak Riko, tapi tidak dengan perempuan itu.""Emangnya kenapa? Yuna
Terkadang apa yang kita rencanakan dengan begitu matang tidak bisa kita realisasikan di dalam kehidupan kita. karena memang Tuhan yang tidak mengizinkan. Terkadang ada pula kita tidak menginginkan hal itu tapi Tuhan memberikan itu. Jadi mau tidak mau, kita harus menerimanya bagaimanapun kondisinya.Seperti yang saat ini Yuna rasakan. Ia tak menginginkan kehidupan seperti ini. Banyak kehidupan yang indah yang sudah ia khayalkan untuk masa depannya namun Tuhan tidak mengizinkan kehidupan indah itu masuk dalam hidupnya.Jadi mau tidak mau, ia harus menerima semua takdir yang Tuhan tuliskan untuknya. menerimanya dengan lapang dada tanpa protes apapun.Ini ia harus menatap ke depan. Menata kehidupannya untuk menjadi yang lebih baik. Walaupun nanti rintangan akan datang, ia harus bisa melalui semua itu. Mengakui kesalahan dihadapan Tuhan itu jauh lebih baik. Dan mau berubah agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Yuna kini menatap lurus pria yang saat ini mulai memetik beberapa straw
Pagi menyapa. Yuna masih asik bergelung nyaman dalam selimut tebalnya yang baru ia beli kemarin. Dan hari ini, ia ada janji bertemu dengan Rama. Oh ya, dua hari sudah berlalu sejak kejadian ciuman panas waktu subuh di teras kontrakan Yuna. Dan sejak saat itu juga, hubungan Yuna dan Rama kembali mencair. Rama bahkan semakin gencar memberikan perhatian pada Yuna walaupun sesekali pria itu juga terus mengatakan jika cintanya terluka karena Yuna. Tapi Yuna selalu menganggapnya sebagai lelucon dari Rama.Yuna menggeliat. Hari ini hari Minggu dan ia berencana untuk ke kebun strawberry milik Rama lagi. Ia ingin memetiknya kembali. Dan ia sudah janji dengan Rama ke sana pukul delapan nanti. Yuna melirik jam di ponsel kecilnya dan masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Tapi ia akan bersiap. Hari ini ia juga berencana akan ikut masak bersama dengan para ibu-ibu di sini karena nanti sore ada acara silaturahmi kampung. Kata Rama, acara itu biasanya akan dimeriahkan dengan karaoke kecil-kecilan di