Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin

Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin

last updateLast Updated : 2024-11-13
By:  Kharamiza   Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 ratings. 6 reviews
235Chapters
58.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ocha terpaksa menerima permintaan menikah dengan Aksa--atasannya yang sudah beristri demi memberi pria itu keturunan karena sang istri tak bisa hamil. Namun, sebelum pernikahan, Ocha membuat surat perjanjian yang harus dipenuhi oleh Aksa selama 365 hari. Lantas, apakah Aksa menerima perjanjian tersebut ataukah justru mereka akan terjebak dalam hubungan yang selamanya?

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1 - Anak Tiri

“Gak mau, Mbak!” “Ocha, ayolah. Apa susahnya, sih?” “Mbak, Pak Aksa itu sudah menikah. Aku gak mungkin merusak rumah tangga mereka!” “Kamu hanya perlu menikah dan melahirkan anak untuk Pak Aksa, Ocha. Setelah melahirkan, kamu bisa bercerai dengannya. Mamanya Pak Aksa yang jamin semuanya. Jadi–” Brak! Mendengar ucapan sang kakak, gadis berkuncir satu itu berdiri setelah menggebrak meja “Pernikahan bukan mainan, Mbak! Lagian, aku bukan mesin pencetak anak,” tegas Ocha cepat. Dia sungguh tak habis pikir dengan pikiran sang kakak. Bagaimana bisa wanita di depannya ini bisa sesantai itu meminta Ocha menikah dengan sosok Aksa yang tidak lain adalah bosnya sendiri di kantor? Jelas-jelas, semua tahu bahwa pria tampan itu beristri. Apakah kakaknya ini tak ada hati sebagai sesama perempuan? “Gak ada yang mempermainkan pernikahan, Cha. Pak Aksa hanya ingin punya keturunan, tetapi istrinya gak bisa memberikannya.” Ocha menggelengkan kepalanya. “Mereka baru menikah 2 tahun, M

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Kharamiza
Halo, Dear. Terima kasih sudah mampir di cerita ini, ya. Jangan lupa tap rate dan ulasannya yang membangun :)
2024-11-14 19:30:34
0
user avatar
Shofie Sabilla
ceritanya bagus
2024-11-12 03:38:58
1
user avatar
Shofie Sabilla
bagus ceritanya
2024-11-12 03:38:37
1
user avatar
Piemar
hadir Otw baca Kak Ocha and Kak Aksa
2024-08-05 23:24:26
1
user avatar
Emy Rusnawati
bagus sekali, smg bs update setiap hari
2024-08-01 10:39:44
2
user avatar
Karlina
tolong si ocha lucu bangat......... semangat update kakak...nanti lanjut baca lagi
2024-06-01 11:06:51
1
235 Chapters

Bab 1 - Anak Tiri

“Gak mau, Mbak!” “Ocha, ayolah. Apa susahnya, sih?” “Mbak, Pak Aksa itu sudah menikah. Aku gak mungkin merusak rumah tangga mereka!” “Kamu hanya perlu menikah dan melahirkan anak untuk Pak Aksa, Ocha. Setelah melahirkan, kamu bisa bercerai dengannya. Mamanya Pak Aksa yang jamin semuanya. Jadi–” Brak! Mendengar ucapan sang kakak, gadis berkuncir satu itu berdiri setelah menggebrak meja “Pernikahan bukan mainan, Mbak! Lagian, aku bukan mesin pencetak anak,” tegas Ocha cepat. Dia sungguh tak habis pikir dengan pikiran sang kakak. Bagaimana bisa wanita di depannya ini bisa sesantai itu meminta Ocha menikah dengan sosok Aksa yang tidak lain adalah bosnya sendiri di kantor? Jelas-jelas, semua tahu bahwa pria tampan itu beristri. Apakah kakaknya ini tak ada hati sebagai sesama perempuan? “Gak ada yang mempermainkan pernikahan, Cha. Pak Aksa hanya ingin punya keturunan, tetapi istrinya gak bisa memberikannya.” Ocha menggelengkan kepalanya. “Mereka baru menikah 2 tahun, M
Read more

Bab 2 - Perjanjian Pernikahan

“Dok, gimana keadaan putri saya?” tanya Paul begitu melihat dokter yang menangani Ocha keluar dari ruangan. Jelas sekali, pria itu khawatir sakit Ocha akan parah. Selama ini, jarang-jarang Paul melihat putrinya terbaring lemah tak berdaya. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Pak. Pasien hanya demam biasa. Sekarang perubahan cuaca memang rentan membuat tubuh menjadi demam, flu, sampai pilek. Dan mungkin pasien habis hujan-hujanan juga. Setelah minum obat penurun demam, nanti demamnya akan turun, Pak. Hanya saja, untuk malam ini saya sarankan agar pasien dirawat inap agar kami lebih mudah mengontrol keadaannya.” “Baik, Dokter.” Setelah Ocha dipindahkan ke ruang rawat, Paul menyusulnya. Sementara, Nathan sudah pulang karena diminta sang Papa agar menemani Laras dan Fafa di rumah saja. Untuk Ocha, ia sendiri akan menjaganya. Melihat anak gadisnya terbaring lemah, Paul menghembuskan napas berat. Mendekatinya, lalu menyentuh dahinya. Demamnya memang sudah turun seperti ka
Read more

Bab 3 - Tidak Punya Pilihan

“Benar, Pak. Sekalipun hasil tes kesehatan saya tidak ada masalah, tapi tidak ada yang bisa menjamin ke depannya. Jadi, saya rasa waktu 1 tahun sudah cukup untuk tahu apakah saya bisa hamil anak Bapak atau tidak?” Hening, Aksa kembali menatap selembar kertas di tangannya. Melanjutkan membaca. “Tiga, status pernikahan akan tetap menjadi rahasia.” “Kenapa dirahasiakan?” tanya Aksa menatap Ocha, dingin. “Di kantor tidak ada larangan poligami dan menjalin hubungan, yang dilarang hanya perselingkuhan.” “Saya mengerti, Pak. Tapi....” “Kamu menganggap menjadi istri kedua sebagai aib?” Ocha tersenyum simpul. “Secara agama bukan, Pak. Tapi, secara sudut pandang objektif orang-orang tentu saja itu... aib.” Beralih bersandar pada kursi kebesarannya. Dari sana, Aksa memperhatikan Ocha dari ujung kaki hingga kepala, membuat gadis itu mendadak kikuk dan membisu. “Baik, saya setuju,” kata Aksa sambil membubuhkan tanda tangan di atas kertas tersebut. Dalam diam, Ocha meremas roknya.
Read more

Bab 4 - Menikah

“Hah?!” Karena kaget, Lala melongo, bola matanya nyaris keluar. Di sudut lain, Yaya yang tengah menyeruput minuman tak sengaja menyemburkannya. “Njir! Jorok banget sih lu, Ya!” sembur Lala. “Maaf. Terkejoud gue.” “Harusnya gak usah kaget gitu juga kali. Kan kalian sendiri yang selalu curiga kalau gue ini jangan-jangan cuma anak tiri karena diperlakukan gak lazim sama Ibu. Sekarang, terbukti kan? Gue emang anak tiri. Kalian benar, gue yang gak menyadari? Dan....” Ocha menatap sendu Lala dan Yaya bergantian. “Gue gak tau di mana Ibu kandung gue sekarang.” “Waktu itu kami bercanda, Cha.” Yaya melirih, menyesal. “Gue tau.” “Ocha.” Lala menatap Ocha penuh iba. “Gue gak bisa bayangin, seberat apa jadi lu?” “Jangan dibayangin. Dan jangan mengasihaniku. Gue baik-baik aja.” Hening, Lala mencoba memahami keadaan Ocha. Baik Lala dan Yaya, tahu persisi jika seorang Ocha memang tak suka dikasihani. Karena kapan dikasihani, ia tak akan bisa menahan air matanya. Lebih tepatnya,
Read more

Bab 5 - Malam Pertama

“Mbak, saya minta maaf. Saya....” “Ngomongnya biasa aja, Ocha. Gak usah terlalu formal,” potong Dewi, “anggap saja kita Adik Kakak.” Ocha menatap Dewi sendu, penuh rasa bersalah. “Iya, Mbak. Tapi, serius... aku benar-benar minta maaf ke Mbak” “Kamu gak salah apa-apa, Ocha. Kenapa minta maaf segala?” “Mbak....” “Sudahlah. Ini sudah jadi takdir buat kita bertiga. Jalani saja penuh keikhlasan.” “Tapi, Mbak. Aku menyakitimu,” cicit Ocha. Dewi menggeleng sebagai respons. Senyumnya mengambang dengan tangan yang kemudian terulur menggenggam tangan Ocha. “Aku gak apa-apa, Ocha. Aku ikhlas. Sekarang pergilah bersiap, nanti Mas Aksa mencarimu. Kalau butuh sesuatu, jangan sungkan menghubungi aku, ya.” Dengan sangat terpaksa, Ocha berlalu meninggalkan Dewi. Sesekali menoleh ke arah istri pertama suaminya yang terus tersenyum ke arahnya. Namun, saat hendak menaiki tangga menuju kamar, ia tak sengaja melihat ibu tirinya, Fafa, berada di dalam kamar yang terbuka sedikit bersama d
Read more

Bab 6 - Sukarela atau Paksa?

Netra Ocha melebar begitu menyadari kalau tangannya dengan lancang meraba wajah sang suami yang saat ini ternyata sedang menatapnya tanpa ekspresi. “Bapak ngapain?” tanya Ocha panik. Suaranya sedikit serak khas bangun tidur. “Kamu yang ngapain di atas tubuh saya?” “Hah?!” Ocha kaget, kelimpungan hendak menjauh. Namun, nahasnya karena saat berusaha berdiri kakinya tak sengaja tersangkut di antara kaki Aksa membuatnya kembali terjatuh menimpa tubuh pria itu. Dan apesnya lagi karena bibirnya mendarat sempurna di pipi Aksa. Detak jantung keduanya berpacu cepat dalam keheningan. Saling beradu pandang dengan isi pikiran masing-masing. Buru-buru Ocha memutus komunikasi mata itu dan bangkit dengan jantung yang hampir saja bertukar tempat dengan paru-paru. “Ma—maaf, Pak, gak sengaja,” ucapnya terbata. Salah tingkah, juga sedikit malu dengan insiden yang terjadi barusan. ‘Malam pertama macam apa yang sangat memalukan ini? Kenapa bisa-bisanya gue gak bisa ninggalin sifat cer
Read more

Bab 7 - Ingus?

“Ck!” Aksa berdecak sebal, seringai sinis dari sudut bibirnya tersungging sejenak mendengar pengakuan Ocha. Meski perkataan wanita yang berada di bawah kungkungannya itu terdengar lugas dan begitu yakin, tapi Aksa tak langsung percaya begitu saja. Bisa saja kan, Ocha hanya menghindarinya saja untuk mengulur-ulur waktunya. Tatapan Aksa yang tajam gencar mengamati wajah cantik Ocha untuk sekadar mencari sepercik kebohongan di sana. Namun, tak ditemukannya hal itu. Justru, tatapan sendu Ocha begitu tenang, tak terbebani sedikit pun sehingga Aksa harus menarik napas pasrah dan sontak berguling ke samping. Suasana berubah hening, dan tak lama kemudian mereka tertidur dalam posisi yang saling membelakangi. Keduanya terbangun kembali saat Azan subuh berkumandang. Begitu pagi telah menyingsing, Ocha melipir ke dapur dengan maksud dan tujuan untuk memasak sarapan buat sang suami. Hanya saja, saat hendak mencuci beras, pergerakan tangannya mendadak berhenti. Ia termangu
Read more

Bab 8

BRAK! Spontan, Ocha menendang kaki Aksa membuat pria pemilik alis tebal itu mengangkat satu kaki sambil meringis pelan. “Apa maksudnya bawa-bawa ingus segala, hah?!” bentak Ocha. “Bercanda,” ucap Aksa cepat sebagai pembelaan dirinya. Dia tak menyangka Ocha akan se-brutal itu sampai menendangnya. Untungnya, taksi online yang dipesan untuk istrinya di apartemen tadi sudah datang karena tak ingin berangkat bersama. Segera dibukakan pintu bagian penumpang begitu mobil berhenti sempurna. Hanya saja, bukannya masuk mobil, Ocha tetap bergeming dengan tangan menyilang di depan dada. Tatapan tajamnya menghakimi Aksa yang seolah tak punya rasa bersalah sama sekali. Bukan apa-apa, tapi Ocha kini seakan mengingat kisah kelam masa lalunya yang jadi korban bully, dan pelaku adalah suaminya sendiri. “Kita ada meeting, kau lupa?” tanya Aksa geram. “Gak!” “Terus? mau tinggal di situ?” Detik berikutnya Aksa menarik lengan Ocha karena geram dengan tabiat wanita dengan sifat ngam
Read more

Bab 9

Sepulang dari kerja, Ocha duduk sendirian di ruang tamu, sibuk membaca novel dengan kaki di atas meja, kerap membalikkan halaman buku sambil sesekali menatap ke arah jendela. Suasana terasa hening dan sunyi. Dasarnya, Ocha menyukai sepi, tapi bukan berarti kesepian. Hanya saja, pendengarannya yang memang agak sensitif terhadap suara-suara, tiba-tiba terganggu oleh suara yang persis seseorang menekan PIN dari luar. Tit... tit... tit! Bilamana benar adanya, gerangan siapa yang berani menjadi penyusup di apartemen suaminya? Bukankah sistem pengamanan di apartemen itu cukup ketat? Seingat Ocha, Aksa juga pernah bilang kalau tidak ada yang tahu PIN apartemen itu selain mereka berdua. Ocha mulai was-was, takut ada seseorang yang sudah lama menguntitnya dan tahu kalau saat ini ia sedang sendirian di rumah, seperti halnya novel yang barusan dibaca. Kalau sudah begini, ingin rasanya dia menyamar jadi sister ghost alias Kuntilanak biar penyusupnya ketakutan sendiri. Tak la
Read more

Bab 10

Refleks, Aksa sontak menjauhkan badan dari Ocha karena sedikit malu tak bisa menahan diri untuk tidak menjerit tadinya. Hancurlah reputasinya di hadapan istri sekaligus sekretarisnya sebagai presiden direktur yang tegas terhadap hal kecil, tapi pada hewan kecil tak berbisa begitu saja takut. Bukan takut katanya, tapi lebih pada geli. Kekesalan Aksa semakin bertumbuh saat melihat kucing berwarna putih itu memasang wajah sok imut di ujung karpet sambil menatap dari kejauhan seolah menantang dirinya. Belum lagi ekor panjangnya yang bergoyang sana-sini. “Kenapa tiba-tiba ada kucing masuk ke sini? Lewat di mana dia?” cecarnya berusaha menetralkan jantung yang hampir terjengkang bertukar posisi dengan paru-paru. “Mas takut sama kucing?” tanya Ocha penasaran. Aksa sedikit salah tingkah. Bahkan, untuk menjawab saja gelagapan. Dalam hati, ia mencecar dirinya sendiri. ‘Sekalipun takut, jika dipertemukan dengan situasi seperti ini pun, aku gak boleh bilang takut.’ “Gak taku
Read more
DMCA.com Protection Status