Di Balik Romantisnya Suamiku

Di Balik Romantisnya Suamiku

last updateLast Updated : 2025-01-21
By:  FransiscaroomCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
88Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Sejak dua tahun menikah, suamiku selalu memperlakukanku dengan baik dan romantis. Tapi siapa sangka, di balik manisnya perlakuan, pebisnis mapan itu menyimpan beberapa rahasia kelam yang secara perlahan terendus olehku?!

View More

Chapter 1

Bab 1

Di suatu pagi, dengan langit biru muda dan sinar matahari yang tidak terlalu terik, seorang wanita berusia 27 tahun tengah sibuk menyiapkan kotak bekal makan siang.

Dengan mengenakan celemek merah muda berhiaskan bunga-bunga putih, wanita dengan rambut hitam bergelombang tergerai itu berkutat dengan pisau dan beragam lauk yang dipotongnya berbentuk hati dan aneka bentuk lainnya. Setelah selesai, ia menata lauk-lauk tersebut di atas nasi daun jeruk yang sebelumnya sudah diletakkan ke dalam kotak bekal persegi empat berukuran tanggung.

"Bu Dina, apa bekalnya sudah siap?" tanya seorang wanita dengan daster berwarna hijau muda dan rambut yang digulung di atas. Wanita yang memiliki kulit sawo matang itu menanti jawaban dari majikannya yang biasa disapa sebagai 'Bu Dina' itu.

Lalu, sang majikan menanggapi, "Sudah, Mbak. ini tinggal dimasukin ke paper bag."

"Oke, Bu. Saya bookingkan ojek onlinenya ya?" tawar wanita berkulit sawo matang itu dengan senyum kecil sembari meraih ponsel dari kantung daster yang dikenakannya.

"Ah, engga perlu, Mbak Ratri. Habis ini, saya antar sendiri ke kantor Bapak," tolak Dina halus dengan senyum lembut yang tersemat pada wajah tirusnya yang rupawan.

Mendengar jawaban tersebut, wanita yang sudah bekerja sebagai pembantu di rumah itu cukup penasaran dengan perilaku sang nyonya rumah yang bersedia untuk mengantarkan makan siang di hari itu. Pasalnya, Dina terbilang cukup jarang jika harus mengantar makan siang ke kantor suaminya secara langsung. Wanita yang dulunya berprofesi sebagai customer service di salah satu bank swasta tersebut kini memilih untuk membuka bisnis rumahan yaitu Cake Custom yang cukup menyita waktu sehari-harinya di rumah.

"Bu Dina tumbenan mau antar makan siang ke kantor Bapak. Apa Ibu lagi pengen makan bareng berdua sama Bapak ya? biasanya beliau selalu fokus dengan pesanan custom cake yang engga begitu banyak. Hari ini juga ada beberapa pesanan yang harus dibuat, tapi kayanya Ibu santai banget." Wanita dengan daster hijau muda itu bertanya-tanya seraya berujar dalam hati tentang perilaku dari majikan perempuan yang sangat disegani dan dihargainya itu.

-**-

Dina Pov

Akhirnya, setelah merintis usaha sekitar satu tahun, aku bisa jauh lebih santai dalam menyeimbangkan waktu kerja dan rumah tangga. Memang, hari ini ada beberapa pesanan custom cake yang bisa saja ku tuntaskan.

Namun, pesanan-pesanan itu akan diambil di minggu depan. Hal tersebut tentunya membuatku sanggup untuk mengantar makan siang untuk suami di kantor.

Usai menata hidangan di dalam kotak bekal dan memasukkan kotak tersebut, aku langsung bergegas menuju kamar untuk berganti pakaian dan berdandan. Rencananya, aku akan memberikan kejutan pada Reza yang dalam dua bulan ini memang kurang ku perhatikan kebutuhannya. Selain itu, aku juga terlalu sibuk untuk meluangkan waktu berduaan. Sehingga, kali ini, ku anggap aku menebus setiap waktu dan perhatian yang pernah ku lewatkan untuknya.

Dengan mengenakan kardigan berwarna cream yang dipadukan dengan tanktop berwarna merah marun dan bawahan jeans gelap, aku melangkah keluar dari rumah sembari membawa kantong kain berisikan dua kotak bekal. Lalu, aku memasuki mobil putih dan mulai menyalakan mesin mobil perlahan.

Beberapa menit kemudian, aku melaju meninggalkan area perumahan yang berlokasi di jalan Boulevard, Surabaya Barat. Dengan hati yang tenang berselimutkan rasa antusias, aku mengemudi dan fokus pada keramaian jalan raya di siang hari yang terpantau lancar.

Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil yang ku tumpangi, mendarat di parkir basement. Dengan santai, aku keluar dari mobil dengan membawa kantung kain berisikan kotak bekal. Melalui pintu belakang, aku menaiki tangga dan memasuki elevator yang biasa membawaku menuju lantai sepuluh, tempat ruangan suamiku yang menjabat sebagai wakil direktur berada.

"TING.." Elevator yang ku tumpangi bersama beberapa pegawai lainnya terbuka. Saat semua penghuni berhambur keluar, aku pun turut serta.

Beberapa dari pegawai yang mengenal diriku sebagai istri dari wakil direktur di kantor menyapa. Bahkan, mereka melayangkan senyum manis sembari berbasa-basi di saat diriku melewati meja kerja mereka yang berderet dan berdekatan satu sama lain.

Beberapa menit kemudian, aku tiba di depan pintu ruang kerja Reza. Sembari mengulum senyum, aku bersiap untuk mengetuk pintu. Akan tetapi, niatku urung dikarenakan suara erangan dan desahan yang secara tiba-tiba terdengar dari dalam ruangan.

"Ahh, l-liarrhh.." Suara desahan dari laki-laki yang sangat ku cintai terdengar jelas. Aku yang masih terpaku di depan pintu menggelengkan kepala, berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang ku dengar bukan lah suara dari Mas Reza.

"Suara itu sangat mirip dengan suara Mas Reza, tapi untuk apa dia mendesah begitu? apa yang dilakukan Mas Reza di dalam sana? Ah, mungkin aku salah dengar. Aku harus bertanya sendiri pada Mas Reza sebelum menarik kesimpulan," ucapku dalam hati sembari menenangkan pikiran yang mulai memunculkan asumsi negatif tanpa bukti yang jelas.

Lalu, aku mulai mengetukkan buku jari tanganku pada pintu berwarna coklat tua di hadapanku perlahan, "TTOOKK..TOOKK..TOOKK.."

"Masuk, pintunya engga dikunci." Suara tenor milik Mas Reza berujar dari dalam.

"CKLEEKK.." Aku memutar knop pintu yang bergaya interior modern dengan kunci kuningan emas dan cover hitam berdesain minimalis.

Saat pintu terbuka, aku melihat sosok suami yang sangat ku hormati kini sedang duduk di balik meja kerja dengan senyum mengembang sembari melempar tatapan hangat pada diriku. "Eh, tumben kamu ke kantor, Din," ucapnya seraya mengembangkan senyum dan bangkit berdiri dari kursi kerja kesayangannya.

Aku memasuki ruangan dan menutup pintu perlahan sambil menanggapi, "Aku mau ajakin kamu makan siang bareng, Mas. Kebetulan, tadi, aku masakin menu kesukaan kamu."

Mas Reza pun dengan segera meraih tangan kiriku dan menuntunku untuk duduk di sofa yang berada di depan meja kerja. "Wah, kamu bisa baca pikiranku ya, Din. Udah lama banget aku pengen makan masakan kamu," tandasnya sembari mengusap punggung tanganku dan menciumnya lembut.

Mendapat perlakuan dan respon seperti itu membuat hati ini menghangat dan merasa sangat bersyukur. Aku yang notabene cukup sibuk dan jarang meluangkan waktu untuk suami sebaik Mas Reza masih diberi kesempatan untuk mengecap nikmatnya kesetiaan serta tanggung jawab dari seorang suami dan harmonisnya rumah tangga yang sedang berjalan.

Dalam kata lain, aku merasa sangat beruntung karena telah menerima Mas Reza sebagai partner hidup yang selalu mendukung serta mengarahkanku menjadi pribadi yang baik. Meski kami belum dikaruniai buah hati, kami tetap menjaga kehangatan dan komunikasi dalam rumah tangga di tengah kesibukan-kesibukan yang menerjang. Setiap harinya, aku terus berharap jika bahtera rumah tangga yang ku arungi bersama Mas Reza semakin manis meski waktu bermesraan di antara kami terbatas.

"Din? Dina??" Suara tenor milik Mas Reza memanggil namaku perlahan.

Aku yang tenggelam dalam pikiran sendiri tersadar dan mulai menatap wajah tirus suamiku dan menanggapi, "Eh, iya Mas? Ada apa?"

"Kita jadi makan 'kan? kamu lagi mikirin apa sih? Kok bengong gitu."

"A-anu, aku kepikiran soal kamu, Mas." Aku menanggapi dengan tergagap sembari melepas kaitan tangan Mas Reza dan mulai mengeluarkan dua kotak bekal beserta dua pasang peralatan makan yang ku siapkan dari rumah.

"Ada apa, hm?" Mas Reza kembali bertanya sembari melayangkan usapan lembut pada kepalaku, usapan yang selalu sukses membuat jantungku berdebar-debar layaknya mengikuti kegiatan lari marathon.

"Aku merasa bersalah aja sama Mas belakangan. Aku jarang ada waktu buat Mas dan lebih belain ngurus usaha." Aku berterus terang pada Mas Reza dengan tangan yang kini membuka penutup kotak bekal dan menyerahkan kotak tersebut padanya.

Mas Reza menerima kotak bekal dari tanganku dan menanggapi, "Udah, Din. Kamu engga usah terlalu mikirin yang udah lalu. Mas ngertiin kondisimu kok."

"Iya, aku paham, Mas. Aku cuman takut kalau Mas merasa kesepian dan cari hiburan di luar sana waktu aku sibuk." Aku kembali mengutarakan isi hati yang sempat bersemayam seminggu lalu. Isi hatiku itu bahkan sempat membuatku berimajinasi jika Mas Reza berselingkuh di saat aku tak bisa menemaninya di hari libur.

Usai diriku berujar secara gamblang, Mas Reza menatapku lekat. Kedua manik mata coklat yang menjadi daya tarik pria berusia tiga puluh tahunan itu kembali membius hati yang selalu mengobarkan rasa padanya.

TO BE CONTINUED.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Fransiscaroom
thank you buat ulasannya ...
2024-05-27 22:07:20
0
user avatar
Ocean Na Vinli
kasihan banget Dina, semangat upnya Thor
2024-05-27 21:57:39
1
88 Chapters
Bab 1
Di suatu pagi, dengan langit biru muda dan sinar matahari yang tidak terlalu terik, seorang wanita berusia 27 tahun tengah sibuk menyiapkan kotak bekal makan siang.Dengan mengenakan celemek merah muda berhiaskan bunga-bunga putih, wanita dengan rambut hitam bergelombang tergerai itu berkutat dengan pisau dan beragam lauk yang dipotongnya berbentuk hati dan aneka bentuk lainnya. Setelah selesai, ia menata lauk-lauk tersebut di atas nasi daun jeruk yang sebelumnya sudah diletakkan ke dalam kotak bekal persegi empat berukuran tanggung."Bu Dina, apa bekalnya sudah siap?" tanya seorang wanita dengan daster berwarna hijau muda dan rambut yang digulung di atas. Wanita yang memiliki kulit sawo matang itu menanti jawaban dari majikannya yang biasa disapa sebagai 'Bu Dina' itu.Lalu, sang majikan menanggapi, "Sudah, Mbak. ini tinggal dimasukin ke paper bag.""Oke, Bu. Saya bookingkan ojek onlinenya ya?" tawar wanita berkulit sawo matang itu dengan senyum kecil sembari meraih ponsel dari kantu
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more
Bab 2
Reza PovPagi ini, seperti biasa, ku jalani tugasku sebagai wakil direktur dari salah satu perusahaan yang bergerak di bidang retail makanan modern yang terkenal di Indonesia.Awalnya, aku sangat fokus dengan analisa laporan penjualan yang dikirimkan oleh staff marketing pada email kantor yang tampil di browser. Namun, di tengah kegiatan itu, konsentrasiku teralihkan pada sosok Naffa, sekretarisku yang berusia di kisaran dua puluhan dan memiliki paras manis bak bintang film dewasa.Naffa yang mengantarkan surat proposal proyek tampak menawan dengan kemeja putih formal dengan kerah tinggi yang dihiasi dengan dasi panjang berwarna senada pada bagian depan. Kemeja yang menampakkan lekuk tubuhnya tersebut juga dipadukan dengan bawahan kantor berwarna coklat muda yang stylish, membuat kharisma dari wanita anggun itu semakin terpancar jelas.Sembari menyerahkan proposal proyek padaku, wanita dengan rambut bergelombang berwarna kecoklatan itu menyunggingkan senyum dan berujar, "Silakan diper
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more
Bab 3
Setelah kegiatan makan siang di antara Reza dan Dina selesai, sang istri memutuskan untuk pulang dan berlalu keluar dari ruang kerja dari suami yang sangat dihormatinya itu. Dengan rasa lega yang tampak dari senyuman merekah di bibirnya, Dina berujar dalam hati, "Aku yakin kalau Mas Reza bukan tipikal laki-laki yang mudah bosan dan akan mencari hiburan di luar sana. Dia tidak sama seperti laki-laki hidung belang yang tak bermoral."Saat dirinya telah keluar dari gedung perusahaan, Dina melangkah menuju parkiran tempat mobilnya diparkir. Tanpa berlama-lama, ia segera memasuki kendaraan roda empat dan memutuskan untuk kembali ke rumah yang disinggahinya bersama Reza.Perjalanan yang memakan waktu setengah jam itu membuat Dina tiba di tujuan pada pukul 13.45. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi rumah, wanita dengan pikiran dan pribadi yang positif itu membereskan peralatan masak dan mencuci piring. Dengan sedikit rasa lelah dan penat yang mulai menghampiri, ia juga mulai mengurus pe
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more
Bab 4
Keesokan paginya, Dina dan Reza melangsungkan acara makan pagi seperti biasa. Awalnya, mereka tak bertukar kata dan lebih fokus pada hidangan ringan yang dimasak oleh Dina. Namun, beberapa menit berlalu, wanita dengan kepribadian mandiri dan kuat itu membuka topik obrolan. "Semalam, kamu pulang jam berapa, Mas?" tanya Dina sembari menyendokkan sayur lodeh ke piring dan mengaduknya dengan sisa nasi yang ada. "Jam dua belas kayanya." Reza mengira-ngira sambil melahap tempe dengan garpu yang digenggamnya dengan tangan kiri. Mendengar hal itu, Dina mulai mengingat waktu semalam, dimana dirinya menanti sang suami sekian lama namun tak kunjung hadir. Kala itu, ia sedang berada di kamar mandi untuk menuntaskan buang air kecil. Beberapa menit setelahnya, ia memeriksa ponsel yang menunjukkan waktu pukul setengah dua belas. Namun, di waktu sesudahnya, saat ia mulai memejamkan mata dan belum benar-benar terlelap, ia tak mendapati suara pintu dibuka, menandakan bahwa suaminya memasuki kamar.
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more
Bab 5
Reza PovAku yang kebingungan bercampur panik mau tidak mau menyerahkan kotak bekal yang masih utuh kepada Handi. Aku tahu bahwa apa yang dilakukan diriku ini terbilang tidak menghargai usaha istri, tapi akan lebih tidak menyenangkan jika aku membawa kotak bekal yang masih utuh saat sudah tiba di rumah. Lebih parahnya, istriku mengetahui jelas jika aku tak menyantap masakannya hingga tandas. "Lho, kok engga Bapak sendiri yang makan? Memang masakan Bu Dina engga enak?" Handi menanggapi ujaranku dengan tatapan penasaran tertuju ke arahku. "Saya sudah makan tadi di restoran. Bukan engga enak, tapi saya lupa kalau ada bekal yang dia bawakan." Aku memperjelas alasan mengapa diriku meminta Handi untuk melahap makan siang yang seh6arusnya diperuntukkan untukku itu. Mendengar alasan yang terlontar, Handi pun mengangguk, seolah memahami maksud yang ada di pikiranku. Lalu, ia berujar, "Oh gitu. Baik, Pak. Kalau begitu, saya permisi terlebih dahulu."Dalam beberapa detik, pegawaiku yang berku
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more
Bab 6
Sementara itu, di lain tempat, Dina sedang sibuk mengerjakan pesanan Custom Cake dari beberapa pelanggan setianya. Dengan mengenakan celemek berwarna cokelat muda, wanita bertubuh ramping dengan surai berwarna cokelat tua itu mengoleskan mentega putih pada adonan kue yang baru saja mendingin. Di saat mentega putih yang dioleskannya sudah hampir menutupi setengah dari adonan kue, ponselnya berdering. Secara perlahan, Dina menjeda kegiatannya, membersihkan kedua tangannya dengan serbet, dan mulai menjawab panggilan telepon yang masuk. "Iya, Mas Reza?" Dina menanggapi begitu mendengar suara bass milik suaminya yang sangat familiar. "Kamu nanti sore atau malam, ada acara engga?" Reza langsung bertanya guna memastikan jika jadwal istrinya kosong dan rencananya bisa berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkannya. "Kayanya engga deh. Ada apa sih, Mas? Tumbenan kamu telepon menjelang sore begini." Dina masih merasa penasaran dengan maksud dari suaminya yang mendadak menelepon.
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more
Bab 7
Dina Pov Aku memang terbiasa melakukan percakapan basa-basi dengan laki-laki yang resmi menyandang teman hidupku ini. Akan tetapi, selama dua tahun pernikahan bersama dengan Mas Reza, baru kali ini ku dapati informasi yang tak sesuai dengan fakta yang aku ketahui secara jelas. Memang tak seharusnya aku mempermasalahkan tentang dirinya yang tak begitu ingat dengan lauk pada kotak bekal yang aku sediakan untuknya. Namun, apa yang baru saja dikatakan oleh Mas Reza membuat pikiranku yang semula tenang berubah menjadi penuh asumsi. Secara jelas, di pagi hari, sebelum melaksanakan santap pagi bersama, aku tak menyiapkan minyak dan wajan untuk menggoreng. Ayam, yang sehari sebelumnya sudah aku marinasi dengan campuran bumbu halus dan aneka rempah-rempah, justru dipanggang di atas pemanggangan. Selain itu, aku juga sempat membuatkan sambal kecap untuk melengkapi menu kesukaan suamiku itu. Namun, sepertinya, Mas Reza mulai tak memperhatikan detail apa yang aku lakukan untuknya. Hal y
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more
Bab 8
Naffa Pov Di kala diriku baru saja bersenda gurau dan menyapa beberapa teman lamaku saat berada di bangku SMA, aku berpamitan pada mereka semua untuk menuntaskan buang air kecil di toilet yang lokasinya berdekatan dengan pintu menuju ruang outdoor dari restoran steak Tenderlova. Namun, saat diriku akan menuju toilet, perhatianku tersita pada sosok laki-laki yang kemarin malam mencumbu diriku dengan panas. Laki-laki dengan kemeja formal dan wajahnya yang terlihat bimbang itu memusatkan perhatian pada buku menu yang dipegangnya. Di kala itu, aku juga melihat keberadaan istrinya yang pernah aku lihat saat sedang mengantarkan makan siang beberapa waktu lalu. Sepintas, aku menelisik wajah wanita yang dinikahi oleh bosku itu memang menarik meski tak mengenakan riasan berlebih, seperti yang aku lakukan sehari-hari. Akan tetapi, hal itu tak membuat diriku merasa minder atau tak nyaman. Aku justru melangkah, menghampirinya, dan menyapa, "Pak Reza di sini juga ternyata. Wah, kebetula
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more
Bab 9
Dina Pov "Mohon ditunggu pesanannya, Mas, Mbak," ucap waitress yang melayaniku dan Mas Reza dengan senyum ramah. Sebelum ia berlalu, ia menempelkan struk berisikan daftar menu yang sudah dipesan pada pojok kanan meja. Setelah pelayan muda itu berlalu, Mas Reza menyisir pandang ke sekitar. Mimik wajahnya yang tadinya terlihat tegang kini berubah lebih rileks. Tentu, hal itu sangat berbanding terbalik, terutama saat beberapa menit lalu sekretarisnya muncul dan menyapa diriku dan dirinya. Dari sana lah, beberapa asumsi kembali bermunculan di kepalaku tentang Mas Reza dan sekretarisnya di kantor. Pertama, jika memang mereka hanya bertindak sebagai partner kerja, semestinya tak ada masablah jika bertemu di luar kantor dan menyapa, selayaknya teman. Namun, reaksi yang ditunjukkan oleh suamiku itu lebih ke arah jika dirinya canggung dan panik. Apakah ada sesuatu yang disembunyikan oleh Mas Reza dariku? Kedua, apa mungkin Mas Reza merasa kurang nyaman dengan kehadiran sekretaris yan
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more
Bab 10
Setibanya di rumah, Dina dan Reza segera menapaki tangga menuju kamar untuk berganti pakaian dan melepas penat. Perasaan dari antara pasangan suami-istri itu bertolak belakang meski sudah melangsungkan acara makan malam singkat. Reza yang sudah berganti pakaian dengan piyama berwarna biru muda terus menatap pada punggung sang istri yang kini sibuk mengenakan krim wajah sambil bercermin. Di dalam hati dan pikirannya, ada rasa bersalah sekaligus takut jika suatu saat istrinya itu mengetahui hubungan gelapnya bersama Naffa. Sedangkan, Dina yang terlihat lebih santai tak begitu memikirkan tentang rasa curiganya terhadap reaksi Naffa dan suaminya saat berada di restoran sekitar dua jam lalu. Ia justru menatap lurus pada pantulan dirinya di cermin dan berujar dalam hati, "Aku harus lebih bijak dalam menyikapi masalah apa pun yang terjadi, baik itu dalam hal bisnis, maupun keluarga." "Din." Reza memanggil istrinya di saat keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Dina pun me
last updateLast Updated : 2024-05-22
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status