Saved by Alpha Bastian
Margareth was shocked after she found out that her chosen mate, Xavier, flirted with his mistress at their party. However when she confronted him, Xavier refused to admit it! He also didn't want to reject Margareth as his mate. Frustrated and hurt, Margareth didn't know what to do until Alpha Bastian, the renowned and intimidating leader of the Red Iris Pack, stepped in. He proposed a bet: if Xavier's mistress was pregnant within a month, Xavier would be forced to reject Margareth as his mate. The stakes were high, but Margareth, desperate to escape the humiliation, agreed. Even though, she need her pack to join Bastian's!
Baca
Chapter: Part 70When the afternoon arrived, Margie decided to meet Jessie in the nearest cafe around Red Iris Mansion. Her sudden meeting was caused by her friend's announcement about several job vacancies she had listed. "Here are the lists of the vacancy. A few of them are from my company, while the others can be from certain companies in this pack." Jessie extended the folder where some papers were attached. Then, Margie took a look at them one by one. "They are pretty strict, especially when it comes about educational background," She commented with the bitterness in her words. She realized that she didn't have any magister degree that might support her resume. "No worries. You can also have a freelance job which is quite useful and paid." Jessie calmed her while sipping her caramel macchiato. At the same time, the waitress was serving a plate of parmigiana chicken wings and baked potato wedges with moza
Terakhir Diperbarui: 2025-03-08
Chapter: Part 69Margareth POV "Ehm.." I mumbled as I still closed my eyes. At the same time, my right hand was moving around the bedside table, grabbing my phone to turn off the morning alarm. Once I did it, I gradually opened my eyes. At the point, the dizziness conquered my head. "Sshh.." I hissed as the hurt in my head existed, just like it was nagging towards me who drunk so much the previous night. "KLEK.." The sound of the opened door knob whispered to my ears. Through the door, I could notice the Alpha coming with a tray which was completed with breakfast and a glass of yellow liquid that I didn't get familiar with. "Am I waking you up?" Bastian asked as he put the tray on the bedside table. "N-No.. hsss.." I replied and hissed, enduring the pain in my head. Then, Bastian approached me and sit at the corner of the bed. "Here is the gi
Terakhir Diperbarui: 2025-03-08
Chapter: Part 68Bastian POV As she complained, the strong scent of wine came out from her red plumpy lips. Therefore, I endured it while trying to make her body stay upright. "Why don't..you drink? hmm?" She uttered with lack of fluency as her left arm was still on my shoulder. With the careful steps and the balance of my body, I carried her out and said, "If I were drunk, how could I help you?" Margie chuckled and leaned on my body closer. She softly whispered to my ear, "Then, it means.. we are drunk to-gether.." I sighed and keep carrying her out. Once we reached the parking area, I put her on the front seat carefully. Without any other delays, I directly started the engine and spun the power steering, letting the car to escape from the parking area to the street which was not so crowded or even noisy. With the focus on the street, I drove carefully. Sometimes,
Terakhir Diperbarui: 2025-03-07
Chapter: Part 67Margareth POV When Bastian had not replied my utterance, I was stunned by one of the old friends I knew in high school, Elsa Muller. The only reason why I was amazed was her not aging visual. She was at the same age as me, but her looks were like young adults and teenagers. "Margie! It's really you!" She gladfully said and pulled me into her embrace. I then smiled and hugged her eagerly although I was not so close to her. "How have you been?" I released the hug and asked. "I'm fine, Margie, even though I'm quite busy nowadays. With whom are you here?" Elsa responded and began to observe Bastian's existence. She then got startled and inquired in whisper, "How can you go here with the Alpha?? He is such a picky. Don't you know that?" "Well, he invites me here anyway." I stated the truth so that there would not be misunderstanding.
Terakhir Diperbarui: 2025-03-07
Chapter: Part 66After the divorce trial was finished, all of the attendees were coming out from the trial room. Those two people, Xavier and Margie, walking with their own companions with contrary expressions. The tall figure walking next to Selena kept his stares at Margie, while the she-wolf herself confidently rolled her left hand on Bastian's arm. "I'll make sure she can't live peacefully! I know I already have Selena now, but the fact that Margie looks happier without me makes my blood boiled to the maximum temperature." Xavier spoke in his mind, describing that he was actually frustrated with the effect he received after his affair was discovered. In that case, Selena noticing the frowning forehead of her lover realized that he was unhappy after the divoce was finalized for real. "What's wrong, honey? Any problems bothered you around?" She dared to ask. "That's nothing. I just think of the confusing offers done by some certain
Terakhir Diperbarui: 2025-03-06
Chapter: Part 65Margareth POV This Alpha really mixed his favorite things with the important jobs and position. To me, it was unnecessary because it would divert his attention from the business he did. Yet, he didn't look bothered while explaining that he might drink in the office. Moreover, his gaze showed that the Alpha was confident enough to express how stressful it was at the working place. It was normal, and he drank with his Beta. However, my mind currently was on the image when he was drunk and might kiss any woman around him. My mind was really sassy from a day ago. I didn't know why, but I could not help myself not to think about wild dirty things about Bastian. Did I start to develop a thing for him? or it was just a sudden obsession towards the Alpha because he could considered as an ideal male-wolf. Although I kept wondering to myself, I still could not conclude it clearly. It happened all of a
Terakhir Diperbarui: 2025-03-06
Chapter: Part 88 (Ending)Dua tahun kemudian, tepatnya di bulan Februari 2026, Reza bersama dengan Naffa dan juga Armand sedang berakhir pekan di salah satu restoran di Malang yang cukup terkenal. Sembari duduk di meja VIP, Armand dengan tubuh mungilnya duduk seraya tersenyum senang saat melihat makanan penutup yang dipesan oleh sang mama datang. "Senang ya? es krimnya banyak," ucap Reza sambil mencolek hidung mungil milik putranya itu. Armand yang ditanya seperti itu oleh sang papa hanya bergumam dan menorehkan senyum riang. Di saat yang sama, Naffa berujar, "Dikasih dikit aja, Rez. Dia tadi 'kan udah minum susu. Takutnya kekenyangan." "Iya, engga apa-apa, Naf. Yang penting, Armand coba," ucap Reza dengan senyum lembut sembari mengusap punggung tangan Naffa perlahan. Lalu, sesuai dengan yang sudah dikatakannya, Naffa mengambil sendok kecil khusus bayi dan mulai menyendok sedikit es krim dengan rasa vanilla, serta menyuapkannya pada Armand. "Gimana? enak?" Reza mengusap lembut kepala Armand semba
Terakhir Diperbarui: 2025-01-21
Chapter: Part 87Beberapa bulan kemudian, Reza masih disibukkan dengan pekerjaan dan kegiatan merawat Naffa yang masih koma serta Armand yang masih kecil. Meski Sus Hani mendampingi putranya di kala ia masih berada di kantor atau di luar rumah, Reza sebagai seorang papa tak dapat tinggal diam dan langsung bersantai saat ia baru saja pulang dari kantor. Saat ia telah selesai membersihkan diri, ia harus bergantian dengan Sus Hani untuk menemani Armand minum susu dan bermain. Bahkan, di kala makanan khusus bayi telah selesai dikelola oleh baby sitter berpengalaman itu, ia harus menyuapi Armand dengan hati-hati dan tak terburu-buru. Di tengah kegiatan menyuapi putranya itu, ponselnya bergetar. Sejenak, ia menjeda aktifitas tersebut dan menjawab
Terakhir Diperbarui: 2025-01-20
Chapter: Part 86Akibat merasa iri pada nasib sang mantan istri, Reza pun memutuskan untuk menginap di apartemen milik Marni. Meski ia tahu bahwa putranya masih berada di rumah kedua orang tuanya, ia tak begitu mempermasalahkannya. Memang ia mengkhawatirkan kondisi Naffa dan putranya, namun untuk malam itu, ia tak dapat membiarkan egonya sebagai laki-laki terluka begitu saja. Dengan nafsu yang membara dalam dirinya, ia melampiaskan rasa kesalnya itu dengan bercumbu dan bercinta dengan Marni, untuk kesekian kalinya. Setelah pergumulan terlarang itu usai, Reza yang seharusnya memadu kasih di sisi Marni malah mengenakan pakaiannya kembali dengan air muka datar. Marni yang masih mengenakan selimut pun bertanya dengan air muka keheranan, "Mas, bukannya mas mau tidur di sini?" "Sebentar aja, Mar. Aku engga bisa lama-lama. Naffa lagi koma di rumah sakit. Maaf ya," jelas Reza yang baru saja mengenakan celana kain dan sabuk secara berurutan. Di saat yang sama, Marni merasa tak dihargai oleh bos seka
Terakhir Diperbarui: 2025-01-19
Chapter: Part 85Di situasi lain, yang lebih membahagiakan, Dina dan Khandra sedang berada di Bandara Internasional Juanda. Dengan tiga travel bag yang mereka bawa, mereka sedang mengantri untuk check-in tiket pesawat, jurusan Surabaya-Thailand. "Selanjutnya," ucap pramugari yang mengurus bagian check-in di counter dengan senyum ramah tersemat. Khandra dan Dina pun menghampiri counter dan mulai menunjukkan bukti pemesanan tiket pesawat pada pramugari yang bertugas. Lalu, beberapa menit kemudian pramugari tersebut meminta Khandra dan Dina untuk menaikkan koper yang ingin diletakkan pada bagasi yang tersedia. "Ini boarding passnya. Bisa ditunggu di pintu keberangkatan yang tertera ya," ucap
Terakhir Diperbarui: 2025-01-18
Chapter: Part 84Halimah pov Seakan disambar petir di malam hari, aku yang mendengar informasi dari dokter pun menitikkan air mata. Aku selaku ibu kandung dari Naffa merasa terpukul dan tak terima. Penyebab utama yang paling jelas terlihat saat ini adalah menantuku sendiri, Reza. Begitu dokter yang mengoperasi putriku berlalu, aku dengan emosi yang memuncak di kepala mendorong Reza pelan dan menegur, "Puas kamu sekarang, hah?! Reza pun terdiam dan tak berani beradu pandang denganku. Lalu, aku kembali bersuara dengan air mata berlinang, "Gara-gara kamu, anak saya engga sadarkan diri! Puas?! Memang kamu, laki-laki yang engga tahu diuntung!!" Bersama dengan ucapanku yanf mengiris hati itu, aku pun hendak melayangkan tamparan berikut pada wajahnya karena merasa geram. Namun, sebelum telapak tanganku mendarat tepat di wajah Reza, suamiku menahan dan berujar, "Bu, udah. Jangan bertengkar di sini. Malu karena didengar orang-orang." Aku yang kembali mendengar peringatan itu menepis pegangan tangan
Terakhir Diperbarui: 2025-01-17
Chapter: Part 83Sementara itu, di rumah Reza, Naffa yang tengah sibuk memotong-motong sayuran mendadak merasakan sakit pada bagian pinggang. "Awh," erangnya sembari memejamkan kedua mata dan memegangi pinggang bagian belakang. Di beberapa menit awal, rasa sakit itu masih bisa ditahan oleh Naffa. Namun, di sekian menit berikutnya, rasa sakit itu menajam dan tak lagi bisa ditahannya. Hal tersebut membuatnya sedikit panik dan menjeda kegiatannya seraya duduk di kursi. "Sshh, sepertinya, a-aku harus.." Naffa yang hendak menghubungi Reza mengalihkan pandangan pada sosok yang sangat dibutuhkannya saat ini.
Terakhir Diperbarui: 2025-01-16
Chapter: Bab 25 (Ending)Hari berganti hari, April dengan pekerjaan dan kesibukannya dalam menangani client yang memiliki masalah asmara dan hubungan awalnya berpikir jika saran dan solusi darinya tak membuahkan hasil apa pun. Bahkan, di kala blog tempat curhat miliknya mulai sepi dan tak begitu banyak pengunjung, ia berminat untuk menutup blog tersebut. Namun, di bulan keenam, saat April kembali membuka blog website miliknya, kedua matanya melebar dengan sorot tak yakin. Pasalnya, aneka ucapan terima kasih serta review positif yang dituliskan oleh para client berderet rapi di kolom komentar. Selain itu, kedua manik indahnya juga menangkap jumlah tips yang nilainya hampir mendekati dua ribu dollar. "Apa aku sedang bermimpi? atau jumlah tips yang tertera ini hanya sebatas halusinasi, mengingat aku sangat terobsesi untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari jasa dadakan yang sedikit memakan tabunganku ini?" April bertanya-tanya sambil memeriksa cara penarikan uang tips melalui bank. Setelah memakan wak
Terakhir Diperbarui: 2025-01-29
Chapter: Bab 24April pov "Selamat sore. Selamat datang di Lockey Brewery. Dengan April, ada yang bisa dibantu?" Aku menyapa pelanggan laki-laki dengan rambut hitam bergaya potongan fox hawk. Di saat yang sama, aku meneliti alis tebal yang melengkapi kedua mata hitamnya, dari wajah orientalnya yang terbilang memikat. Sepertinya, laki-laki ini baru pertama kali kemari. "Pesan ice espresso shaken ukuran medium ya." Laki-laki dengan kaos polo putih yang membalut tubuh tegap dan tinggi itu berujar. "Gula dan esnya normal?" Aku kembali memastikan. "Gulanya sedikit, tapi esnya normal ya," ucapnya seraya mengeluarkan kartu kredit dari dalam dompet kulitnya yang berwarna hitam. "Baik," tandasku sambil mendata pesanan pada mesin kasir. Kemudian, aku bertanya untuk kesekian kalinya, "Atas nama?" "Dave," ujarnya singkat. Nama tersebut segera aku tuliskan dengan pena pada cup plastik yang berada di genggaman tangan kiriku. "Pembayaran dengan credit card bisa?" suara tenor yang terbilang kon
Terakhir Diperbarui: 2025-01-28
Chapter: Bab 23Jacob pov Sepintas, aku pernah membayangkan bagaimana bila suatu hari April tak lagi merasa nyaman denganku. Penyebabnya adalah sifatku yang cemburuan dan sangat posesif padanya. Namun, bayangan tersebut hanya melintas sekilas di pikiran. Selebihnya, aku tak pernah berharap jika hal itu menjadi kenyataan. Akan tetapi, di malam ini, waktu yang paling aku harapkan untuk meminta maaf dan mencari solusi dengan orang yang sangat aku pentingkan berubah menjadi malam yang kelabu. Kata-kata bermakna tak menyenangkan itu terlontar dari bibir wanita yang selalu aku dambakan kehadirannya. Di saat yang sama, aku dapat merasakan rasa perih di hati ini. Rasa tak terima juga turut muncul, seakan aku telah melakukan kesalahan fatal terhadap dirinya. Maka dari itu, aku melayangkan protes, "Tapi kenapa? apa karena masalah-masalah yang datang silih berganti?" Wanita dengan rambut cokelat keemasan itu menatapku dingin dan menanggapi, "Bukan tentang masalahnya, Jac, tapi sifat posesif dan cembur
Terakhir Diperbarui: 2025-01-27
Chapter: Bab 22Sementara itu, di Gunung Olympus, Zeus sebagai dewa tertinggi mengawasi pergerakan April alias Aphrodite melalui monitor yang terinstal di ruang kerjanya. Monitor itu menampilkan setiap kejadian yang dialami oleh sang dewi cinta. Di saat yang sama, dewa Dyonisus turut hadir sembari membawa beberapa botol anggur untuk dinikmati oleh Yang Mulia Dewa Zeus. Sembari mengecap rasa asam dari anggur merah yang baru saja diteguknya, Dyonisus berkomentar setelah melihat adegan yang menampilkan Aphrodite di monitor, "Sepertinya, dia memang tak ingin pulang. Lihat lah, dia terlihat senang membaur dengan makhluk fana, khususnya laki-laki." Lalu, Zeus mengusap kumis putih yang menyelimuti dagu serta rahangnya perlahan dan berkata, "Apa pun itu. Kalau memamg dia tak ingin pulang kemari, dia akan tetap berada di bumi, tanpa kekuatannya sebagai seorang dewi." Dyonisus mengulum senyum simpul dan menanggapi, "Tapi dia tahu sendiri 'kan bahwa hidup di bumi sangat berbeda dengan di sini. Harusnya A
Terakhir Diperbarui: 2025-01-26
Chapter: Bab 21April pov Seminggu kemudian, aku dan Jacob sudah mulai berinteraksi seperti biasa. Bahkan, kami berdua terlihat bersenda-gurau saat istirahat makan siang tiba. Hal itu tentunya mengundang sejumlah pasang mata dari orang-orang yang berlalu lalang. "Lebih baik, kita tuntaskan makanan di piring masing-masing, Jac," pintaku seraya menyikut lengan Jacob perlahan. Jacob pun menanggapi seraya berbisik, "Santai saja, April. Masih ada dua puluh menit lagi kok." Bersama dengan ucapannya itu, laki-laki dengan rahang tegas ini melahap sisa sup macaroni di mangkuknya dengan lahap. Lalu, aku menjelaskan, "Kamu engga takut kalau kita disangka memiliki hubungan?" "Kenapa harus takut? ditambah lagi, hal yang biasa bagi seorang atasan memiliki hubungan dengan sekretarisnya. Bukan sesuatu yang mengherankan, April." Jacob memaparkan. Meski aku adalah seorang dewi, tak berarti aku mudah dikelabuhi. Selain itu, aku sudah cukup membaur dengan manusia, khususnya dengan sejumlah pekerja di per
Terakhir Diperbarui: 2025-01-25
Chapter: Bab 20Di ruang meeting, pukul 08.10 AM Dengan suasana serius dan terarah, seluruh karyawan dari J Company mendengarkan penjelasan dari Louis selaku perwakilan dari Benoit Enterprise. Setiap kata dan lafal yang diujarkan oleh laki-laki berusia dua puluh enam tahun itu menambah daya tarik dan kharismanya. Hal itu lah yang membuat April terus memusatkan pandangan pada pria yang notabene baru ditemuinya sebagai rekan bisnis Jacob. "Sekian presentasi dari saya. Jika ada yang mau ditanyakan, kalian bisa bertanya satu per satu dengan tertib." Louis mulai menekan tombol pause pada laptop miliknya agar slide presentasi dari komputernya tidak berganti menjadi background desktop. Kemudian suasana yang semula hening di ruang meeting berubah menj
Terakhir Diperbarui: 2025-01-24