Share

Bab 3

Author: Fransiscaroom
last update Last Updated: 2024-05-02 16:07:30

Setelah kegiatan makan siang di antara Reza dan Dina selesai, sang istri memutuskan untuk pulang dan berlalu keluar dari ruang kerja dari suami yang sangat dihormatinya itu.

Dengan rasa lega yang tampak dari senyuman merekah di bibirnya, Dina berujar dalam hati, "Aku yakin kalau Mas Reza bukan tipikal laki-laki yang mudah bosan dan akan mencari hiburan di luar sana. Dia tidak sama seperti laki-laki hidung belang yang tak bermoral."

Saat dirinya telah keluar dari gedung perusahaan, Dina melangkah menuju parkiran tempat mobilnya diparkir. Tanpa berlama-lama, ia segera memasuki kendaraan roda empat dan memutuskan untuk kembali ke rumah yang disinggahinya bersama Reza.

Perjalanan yang memakan waktu setengah jam itu membuat Dina tiba di tujuan pada pukul 13.45. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi rumah, wanita dengan pikiran dan pribadi yang positif itu membereskan peralatan masak dan mencuci piring.

Dengan sedikit rasa lelah dan penat yang mulai menghampiri, ia juga mulai mengurus pesanan yang masuk dari toko online miliknya yang bergerak di bidang Custom Cake itu. Bersama dengan kesibukan, perhatian dan pikiran Dina tentang Reza pun teralihkan. Bahkan, ia juga mulai membuat sejumlah pesanan kue yang akan dikirim keesokan harinya.

-**-

Waktu terus bergulir. Langit yang semula ditemani oleh sinar matahari menghangatkan berangsur berubah menjadi langit hitam yang bertahtakan gemintang.

Kala itu, waktu menunjukkan pukul 17.30, saat bagi para pekerja kantor dan petingginya pulang dan melepas rasa lelah dengan mampir di kedai kopi terdekat atau hanya sekadar mencari makanan ringan untuk mengisi perut yang didera rasa lapar. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi Reza dan Naffa.

Dua insan dengan status strata sosial yang berbeda itu memutuskan pulang bersama dengan menggunakan mobil pajero milik Reza. Sebelum mereka melajukan mobil menuju hotel terdekat, Reza terlebih dahulu mengirim pesan pada Dina. Ia menyatakan jika dirinya mungkin pulang larut dikarenakan adanya tambahan kerja lembur yang wajib diselesaikan.

Setelahnya, tanpa basa-basi, Reza pun melajukan mobil hitam kesayangannya itu sembari bertukar kata dengan Naffa, sekretaris sekaligus selingkuhan yang menurutnya jauh lebih menarik dan memahami dirinya dibanding Dina, sang istri sah.

Sekitar dua puluh menit kemudian, dua insan tanpa status resmi itu tiba di gedung apartemen yang dibeli oleh Reza dua bulan lalu tanpa sepengetahuan istrinya.

"TING.." Pintu elevator yang membawa keduanya terbuka, mempersilakan mereka untuk keluar mengingat balok tersebut sudah mendarat di lantai yang dituju.

"Malam ini, kita punya banyak waktu untuk bersenang-senang, sayang." Reza memeluk pinggang ramping Naffa seraya tersenyum nakal.

Naffa hanya bisa mengulas senyum senang. Yang ada di pikirannya saat ini hanya lah bermesraan dengan bosnya yang notabene merupakan pria beristri. Dalam hatinya, wanita berparas manis itu berujar, "Memang engga seharusnya aku sama Pak Reza seperti ini, tapi mau gimana lagi? Aku engga mungkin nolak tawaran ini karena dapat tambahan bonus."

Beberapa menit kemudian, pasangan tersebut tiba di unit apartement berukuran studio milik Reza dengan interior vintage-minimalis. Tanpa menunda waktu, keduanya langsung bercumbu panas di kamar. Tak ada satu pun jarak di antara mereka tatkala keduanya bertukar hasrat ketika menanggalkan pakaian masing-masing.

Dari cumbuan-cumbuan itu, terdengar desahan-desahan kecil dari bibir merah Naffa yang sensual. Setelahnya, Reza yang sudah dikuasai nafsu benar-benar tak lagi memikirkan resiko ke depan melakukan penyatuan tubuh dengan wanita yang selalu membangkitkan gairahnya di tempat kerja. Pada situasi tersebut, erangan mereka berdua saling bersahutan di sela penyampaian gairah yang terjadi.

Sekitar hitungan menit kemudian, Reza mencapai puncaknya dan merebahkan tubuhnga di sisi kiri Naffa. Kala itu, sang wanita tersenyum, menatap atasannya yang terlihat lelah dan berkata, "Kamu hebat, Mas."

"Kamu juga sama, Naf." Reza berujar sembari memeluk tubuh mungil Naffa dari samping dan memejamkan kedua matanya.

Naffa pun menyandarkan kepalanya pada dada bidang laki-laki itu dan menanggapi, "Tapi, kalau istrimu tahu tentang kita gimana? Kamu engga takut?"

"Takut? Buat apa? Palingan dia marah, terus minta aku buat jauhin kamu." Reza mengusap wajah wanita yang menjabat sebagai sekretarisnya itu sembari meremehkan istrinya.

Menerima perlakuan lembut tersebut, Naffa mengulas senyum simpul. Rupanya, ada rasa senang dalam hatinya saat mendengat tanggapan dari laki-laki yang kerap menyentuh dirinya ini. Bahkan, di dalam benaknya, mulai muncul harapan jika suatu hari Reza mungkin saja menceraikan istri sahnya untuk bisa bersanding dengannya.

Oleh sebab itu, Naffa memastikan, "Mas, kalau dia tahu tentang kita, akankah kamu menyingkirkannya untukku?"

Reza mengulum senyum saat mendengar pertanyaan yang meluncur dari bibir manis Naffa. Ia pun menanggapi, "Akan ada masa itu, tapi bukan sekarang."

Dalam hitungan detik, senyuman di bibir wanita bertubuh sintal itu memudar. Sepertinya, pikirannya mulai dikuasai oleh ambisi untuk merebut laki-laki yang sedang mendekapnya itu dari istri sahnya. "Tapi, kita engga mungkin terus kucing-kucingan begini, Mas. Aku juga takut kalau tertangkap basah suatu hari," timpalnya lalu mengerucutkan bibir.

Reza yang masih mendekap Naffa mengusap surai cokelat gelap milik sang sekretaris dan meyakinkan, "Kamu tenang saja. Istriku bukan tipikal wanita yang mudah curiga meski terlihat tegas di luar. Yang penting, kita nikmati waktu-waktu bersama jika sempat."

Mendengar hal itu, kekesalan di hati Naffa tak kunjung pudar. Ia malah menggerutu dalam hati, "Aku tunggu hari dimana istri dari Pak Reza tersingkir. Jika tidak, aku yang akan bergerak sendiri."

-**-

Sementara itu, di sisi lain, Dina yang sedang berbaring di atas kasur di kamarnya tak dapat menutup mata dengan nyaman. Setiap kali ia berusaha untuk terlelap, selalu saja ada pikiran negatif tentang suaminya yang berdatangan.

"Mas Reza? Kamu kok sampai tengah malam gini belum juga pulang? Meski aku paham dia menunaikan tugas lembur, tapi entah mengapa, aku merasa dia memang sengaja tak pulang karena ada urusan lain. Perasaanku terus mengatakan akan hal itu meski berulang kali ku tepis." Dina berujar dalam hatinya.

Lalu, dengan berbalut piyama lengan pendek berwarna violet, Dina bangkit dari posisi rebah dan meraih ponselnya yang terletak di nakas sebelah kiri. Dengan rasa gundah, ia memeriksa aplikasi instant messaging yang menampilkan kontak sang suami.

"Tulisan terakhir dilihatnya empat jam yang lalu. Ditambah lagi, pesanku belum juga terbaca dan dibalas olehnya. Apa Mas Reza sengaja mengabaikan pesanku? Atau memang terlalu banyak chat yang masuk di ponselnya hingga pesanku tergeser dan tak terlihat olehnya?" Dina kembali berujar dan bertanya-tanya dalam hatinya.

Kemudian, wanita dengan surai sebahu itu mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap pada foto pernikahannya yang tergantung di dinding seberang, bersampingan dengan lemari pakaian berwarna putih gading.

"Aku mungkin tak bisa beranggapan tanpa bukti seperti ini. Apalagi, menuduh Mas Reza berlaku yang bukan-bukan, sama saja, aku menyakiti hatinya. Toh, dia juga bukan tipikal laki-laki mata keranjang yang gemar tebar pesona meski ia tampan dan memiliki kuasa." Dina berusaha berpikiran positif meski kecurigaan masih menyelimuti pikiran dan hatinya.

TO BE CONTINUED..

Related chapters

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 4

    Keesokan paginya, Dina dan Reza melangsungkan acara makan pagi seperti biasa. Awalnya, mereka tak bertukar kata dan lebih fokus pada hidangan ringan yang dimasak oleh Dina. Namun, beberapa menit berlalu, wanita dengan kepribadian mandiri dan kuat itu membuka topik obrolan. "Semalam, kamu pulang jam berapa, Mas?" tanya Dina sembari menyendokkan sayur lodeh ke piring dan mengaduknya dengan sisa nasi yang ada. "Jam dua belas kayanya." Reza mengira-ngira sambil melahap tempe dengan garpu yang digenggamnya dengan tangan kiri. Mendengar hal itu, Dina mulai mengingat waktu semalam, dimana dirinya menanti sang suami sekian lama namun tak kunjung hadir. Kala itu, ia sedang berada di kamar mandi untuk menuntaskan buang air kecil. Beberapa menit setelahnya, ia memeriksa ponsel yang menunjukkan waktu pukul setengah dua belas. Namun, di waktu sesudahnya, saat ia mulai memejamkan mata dan belum benar-benar terlelap, ia tak mendapati suara pintu dibuka, menandakan bahwa suaminya memasuki kamar.

    Last Updated : 2024-05-03
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 5

    Reza PovAku yang kebingungan bercampur panik mau tidak mau menyerahkan kotak bekal yang masih utuh kepada Handi. Aku tahu bahwa apa yang dilakukan diriku ini terbilang tidak menghargai usaha istri, tapi akan lebih tidak menyenangkan jika aku membawa kotak bekal yang masih utuh saat sudah tiba di rumah. Lebih parahnya, istriku mengetahui jelas jika aku tak menyantap masakannya hingga tandas. "Lho, kok engga Bapak sendiri yang makan? Memang masakan Bu Dina engga enak?" Handi menanggapi ujaranku dengan tatapan penasaran tertuju ke arahku. "Saya sudah makan tadi di restoran. Bukan engga enak, tapi saya lupa kalau ada bekal yang dia bawakan." Aku memperjelas alasan mengapa diriku meminta Handi untuk melahap makan siang yang seh6arusnya diperuntukkan untukku itu. Mendengar alasan yang terlontar, Handi pun mengangguk, seolah memahami maksud yang ada di pikiranku. Lalu, ia berujar, "Oh gitu. Baik, Pak. Kalau begitu, saya permisi terlebih dahulu."Dalam beberapa detik, pegawaiku yang berku

    Last Updated : 2024-05-04
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 6

    Sementara itu, di lain tempat, Dina sedang sibuk mengerjakan pesanan Custom Cake dari beberapa pelanggan setianya. Dengan mengenakan celemek berwarna cokelat muda, wanita bertubuh ramping dengan surai berwarna cokelat tua itu mengoleskan mentega putih pada adonan kue yang baru saja mendingin. Di saat mentega putih yang dioleskannya sudah hampir menutupi setengah dari adonan kue, ponselnya berdering. Secara perlahan, Dina menjeda kegiatannya, membersihkan kedua tangannya dengan serbet, dan mulai menjawab panggilan telepon yang masuk. "Iya, Mas Reza?" Dina menanggapi begitu mendengar suara bass milik suaminya yang sangat familiar. "Kamu nanti sore atau malam, ada acara engga?" Reza langsung bertanya guna memastikan jika jadwal istrinya kosong dan rencananya bisa berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkannya. "Kayanya engga deh. Ada apa sih, Mas? Tumbenan kamu telepon menjelang sore begini." Dina masih merasa penasaran dengan maksud dari suaminya yang mendadak menelepon.

    Last Updated : 2024-05-16
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 7

    Dina Pov Aku memang terbiasa melakukan percakapan basa-basi dengan laki-laki yang resmi menyandang teman hidupku ini. Akan tetapi, selama dua tahun pernikahan bersama dengan Mas Reza, baru kali ini ku dapati informasi yang tak sesuai dengan fakta yang aku ketahui secara jelas. Memang tak seharusnya aku mempermasalahkan tentang dirinya yang tak begitu ingat dengan lauk pada kotak bekal yang aku sediakan untuknya. Namun, apa yang baru saja dikatakan oleh Mas Reza membuat pikiranku yang semula tenang berubah menjadi penuh asumsi. Secara jelas, di pagi hari, sebelum melaksanakan santap pagi bersama, aku tak menyiapkan minyak dan wajan untuk menggoreng. Ayam, yang sehari sebelumnya sudah aku marinasi dengan campuran bumbu halus dan aneka rempah-rempah, justru dipanggang di atas pemanggangan. Selain itu, aku juga sempat membuatkan sambal kecap untuk melengkapi menu kesukaan suamiku itu. Namun, sepertinya, Mas Reza mulai tak memperhatikan detail apa yang aku lakukan untuknya. Hal y

    Last Updated : 2024-05-18
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 8

    Naffa Pov Di kala diriku baru saja bersenda gurau dan menyapa beberapa teman lamaku saat berada di bangku SMA, aku berpamitan pada mereka semua untuk menuntaskan buang air kecil di toilet yang lokasinya berdekatan dengan pintu menuju ruang outdoor dari restoran steak Tenderlova. Namun, saat diriku akan menuju toilet, perhatianku tersita pada sosok laki-laki yang kemarin malam mencumbu diriku dengan panas. Laki-laki dengan kemeja formal dan wajahnya yang terlihat bimbang itu memusatkan perhatian pada buku menu yang dipegangnya. Di kala itu, aku juga melihat keberadaan istrinya yang pernah aku lihat saat sedang mengantarkan makan siang beberapa waktu lalu. Sepintas, aku menelisik wajah wanita yang dinikahi oleh bosku itu memang menarik meski tak mengenakan riasan berlebih, seperti yang aku lakukan sehari-hari. Akan tetapi, hal itu tak membuat diriku merasa minder atau tak nyaman. Aku justru melangkah, menghampirinya, dan menyapa, "Pak Reza di sini juga ternyata. Wah, kebetula

    Last Updated : 2024-05-20
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 9

    Dina Pov "Mohon ditunggu pesanannya, Mas, Mbak," ucap waitress yang melayaniku dan Mas Reza dengan senyum ramah. Sebelum ia berlalu, ia menempelkan struk berisikan daftar menu yang sudah dipesan pada pojok kanan meja. Setelah pelayan muda itu berlalu, Mas Reza menyisir pandang ke sekitar. Mimik wajahnya yang tadinya terlihat tegang kini berubah lebih rileks. Tentu, hal itu sangat berbanding terbalik, terutama saat beberapa menit lalu sekretarisnya muncul dan menyapa diriku dan dirinya. Dari sana lah, beberapa asumsi kembali bermunculan di kepalaku tentang Mas Reza dan sekretarisnya di kantor. Pertama, jika memang mereka hanya bertindak sebagai partner kerja, semestinya tak ada masablah jika bertemu di luar kantor dan menyapa, selayaknya teman. Namun, reaksi yang ditunjukkan oleh suamiku itu lebih ke arah jika dirinya canggung dan panik. Apakah ada sesuatu yang disembunyikan oleh Mas Reza dariku? Kedua, apa mungkin Mas Reza merasa kurang nyaman dengan kehadiran sekretaris yan

    Last Updated : 2024-05-21
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 10

    Setibanya di rumah, Dina dan Reza segera menapaki tangga menuju kamar untuk berganti pakaian dan melepas penat. Perasaan dari antara pasangan suami-istri itu bertolak belakang meski sudah melangsungkan acara makan malam singkat. Reza yang sudah berganti pakaian dengan piyama berwarna biru muda terus menatap pada punggung sang istri yang kini sibuk mengenakan krim wajah sambil bercermin. Di dalam hati dan pikirannya, ada rasa bersalah sekaligus takut jika suatu saat istrinya itu mengetahui hubungan gelapnya bersama Naffa. Sedangkan, Dina yang terlihat lebih santai tak begitu memikirkan tentang rasa curiganya terhadap reaksi Naffa dan suaminya saat berada di restoran sekitar dua jam lalu. Ia justru menatap lurus pada pantulan dirinya di cermin dan berujar dalam hati, "Aku harus lebih bijak dalam menyikapi masalah apa pun yang terjadi, baik itu dalam hal bisnis, maupun keluarga." "Din." Reza memanggil istrinya di saat keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Dina pun me

    Last Updated : 2024-05-22
  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Bab 11

    Reza Pov "Aku berangkat dulu ya, Din," ucapku sambil mendaratkan kecupan lembut pada kening istriku. "Hati-hati di jalan ya, Mas." Dina berpesan sambil melambaikan tangan kanannya padaku dengan senyum manis terurai pada bibir merahnya. "Oh iya. Nanti, kamu mau dibawain apa?" Aku yang belum beranjak pergi dari hadapannya menawarkan sesuatu hal yang mungkin saja diperlukan. Meski ini hanya inisiatifku yang impulsif, hal ini juga merupakan saran yang aku dapat dari Defan untuk berlaku manis dan romantis pada istri sahku. "Apa ya?" Dina menatap dengan kening berkerut dan mulai berpikir. "Mie jawa atau mungkin camilan manis?" Aku memberikan pilihan untuk mempermudah dirinya dalam memutuskan akan membeli makanan atau sekadar makanan kecil. "Kalau martabak telur aja gimana?" Dina mulai memutuskan pilihannya dengan binar yang terpancar dari kedua mata bulatnya yang indah. "Wah, boleh banget. Itu kesukaan, Mas." Aku menjentikkan ibu jari dan jari telunjukku secara bersamaan

    Last Updated : 2024-05-23

Latest chapter

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 88 (Ending)

    Dua tahun kemudian, tepatnya di bulan Februari 2026, Reza bersama dengan Naffa dan juga Armand sedang berakhir pekan di salah satu restoran di Malang yang cukup terkenal. Sembari duduk di meja VIP, Armand dengan tubuh mungilnya duduk seraya tersenyum senang saat melihat makanan penutup yang dipesan oleh sang mama datang. "Senang ya? es krimnya banyak," ucap Reza sambil mencolek hidung mungil milik putranya itu. Armand yang ditanya seperti itu oleh sang papa hanya bergumam dan menorehkan senyum riang. Di saat yang sama, Naffa berujar, "Dikasih dikit aja, Rez. Dia tadi 'kan udah minum susu. Takutnya kekenyangan." "Iya, engga apa-apa, Naf. Yang penting, Armand coba," ucap Reza dengan senyum lembut sembari mengusap punggung tangan Naffa perlahan. Lalu, sesuai dengan yang sudah dikatakannya, Naffa mengambil sendok kecil khusus bayi dan mulai menyendok sedikit es krim dengan rasa vanilla, serta menyuapkannya pada Armand. "Gimana? enak?" Reza mengusap lembut kepala Armand semba

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 87

    Beberapa bulan kemudian, Reza masih disibukkan dengan pekerjaan dan kegiatan merawat Naffa yang masih koma serta Armand yang masih kecil. Meski Sus Hani mendampingi putranya di kala ia masih berada di kantor atau di luar rumah, Reza sebagai seorang papa tak dapat tinggal diam dan langsung bersantai saat ia baru saja pulang dari kantor. Saat ia telah selesai membersihkan diri, ia harus bergantian dengan Sus Hani untuk menemani Armand minum susu dan bermain. Bahkan, di kala makanan khusus bayi telah selesai dikelola oleh baby sitter berpengalaman itu, ia harus menyuapi Armand dengan hati-hati dan tak terburu-buru. Di tengah kegiatan menyuapi putranya itu, ponselnya bergetar. Sejenak, ia menjeda aktifitas tersebut dan menjawab

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 86

    Akibat merasa iri pada nasib sang mantan istri, Reza pun memutuskan untuk menginap di apartemen milik Marni. Meski ia tahu bahwa putranya masih berada di rumah kedua orang tuanya, ia tak begitu mempermasalahkannya. Memang ia mengkhawatirkan kondisi Naffa dan putranya, namun untuk malam itu, ia tak dapat membiarkan egonya sebagai laki-laki terluka begitu saja. Dengan nafsu yang membara dalam dirinya, ia melampiaskan rasa kesalnya itu dengan bercumbu dan bercinta dengan Marni, untuk kesekian kalinya. Setelah pergumulan terlarang itu usai, Reza yang seharusnya memadu kasih di sisi Marni malah mengenakan pakaiannya kembali dengan air muka datar. Marni yang masih mengenakan selimut pun bertanya dengan air muka keheranan, "Mas, bukannya mas mau tidur di sini?" "Sebentar aja, Mar. Aku engga bisa lama-lama. Naffa lagi koma di rumah sakit. Maaf ya," jelas Reza yang baru saja mengenakan celana kain dan sabuk secara berurutan. Di saat yang sama, Marni merasa tak dihargai oleh bos seka

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 85

    Di situasi lain, yang lebih membahagiakan, Dina dan Khandra sedang berada di Bandara Internasional Juanda. Dengan tiga travel bag yang mereka bawa, mereka sedang mengantri untuk check-in tiket pesawat, jurusan Surabaya-Thailand. "Selanjutnya," ucap pramugari yang mengurus bagian check-in di counter dengan senyum ramah tersemat. Khandra dan Dina pun menghampiri counter dan mulai menunjukkan bukti pemesanan tiket pesawat pada pramugari yang bertugas. Lalu, beberapa menit kemudian pramugari tersebut meminta Khandra dan Dina untuk menaikkan koper yang ingin diletakkan pada bagasi yang tersedia. "Ini boarding passnya. Bisa ditunggu di pintu keberangkatan yang tertera ya," ucap

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 84

    Halimah pov Seakan disambar petir di malam hari, aku yang mendengar informasi dari dokter pun menitikkan air mata. Aku selaku ibu kandung dari Naffa merasa terpukul dan tak terima. Penyebab utama yang paling jelas terlihat saat ini adalah menantuku sendiri, Reza. Begitu dokter yang mengoperasi putriku berlalu, aku dengan emosi yang memuncak di kepala mendorong Reza pelan dan menegur, "Puas kamu sekarang, hah?! Reza pun terdiam dan tak berani beradu pandang denganku. Lalu, aku kembali bersuara dengan air mata berlinang, "Gara-gara kamu, anak saya engga sadarkan diri! Puas?! Memang kamu, laki-laki yang engga tahu diuntung!!" Bersama dengan ucapanku yanf mengiris hati itu, aku pun hendak melayangkan tamparan berikut pada wajahnya karena merasa geram. Namun, sebelum telapak tanganku mendarat tepat di wajah Reza, suamiku menahan dan berujar, "Bu, udah. Jangan bertengkar di sini. Malu karena didengar orang-orang." Aku yang kembali mendengar peringatan itu menepis pegangan tangan

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 83

    Sementara itu, di rumah Reza, Naffa yang tengah sibuk memotong-motong sayuran mendadak merasakan sakit pada bagian pinggang. "Awh," erangnya sembari memejamkan kedua mata dan memegangi pinggang bagian belakang. Di beberapa menit awal, rasa sakit itu masih bisa ditahan oleh Naffa. Namun, di sekian menit berikutnya, rasa sakit itu menajam dan tak lagi bisa ditahannya. Hal tersebut membuatnya sedikit panik dan menjeda kegiatannya seraya duduk di kursi. "Sshh, sepertinya, a-aku harus.." Naffa yang hendak menghubungi Reza mengalihkan pandangan pada sosok yang sangat dibutuhkannya saat ini.

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 82

    Marni pov Sekitar pukul 18.40, aku dan Mas Reza tiba di unit apartement yang aku tempati. Saat pintu telah selesai dibuka, aku dan Mas Reza masuk ke dalam dan memutuskan untuk duduk di sofa, bersampingan. "Mar." Mas Reza memanggil seraya menatapku dari samping. "Hmm?" Aku berdeham tanpa menatap wajah Mas Reza secara langsung. "Kalau Mas punya perasaan sama kamu, kamu gimana?" Mas Reza mendadak melemparkan pertanyaan yang membuatku melebarkan kedua mata.

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 81

    Sementara itu, Reza yang baru saja selesai menerima surat dan contoh bahan produksi, tak sengaja berpapasan dengan Marni yang sedang mengobrol dengan beberapa office boy lain di dekat tempat peralatan kebersihan. Melihat Marni bersenda-gurau dan tertawa lepas dengan teman-teman satu pekerjaannya, Reza mengerutkan kening dengan sorot mata heran. Menurutnya, ia tak pernah membayangkan jika mantan ARTnya itu adalah tipikal gadis yang senang bergaul, mengingat Marni lebih sering ada di rumah dan tak begitu membaur dengan ART lain yang tinggal bersama tetangga sebelah. "Jadi, ini sifat aslinya si Marni? Kelihatannya pendiam, aslinya social butterfly, dan entah kenapa aku merasa dia agak genit ke cowok lain. Lebih engga masuk akal lagi, aku yang sudah beristri, merasa terganggu kalo lihat dia

  • Di Balik Romantisnya Suamiku   Part 80

    Dua hari, setelah resmi menyandang status suami-istri, Dina dan Khandra menjalani aktifitas masing-masing, sesuai dengan peran yang digeluti. Namun, sebelumnya, mereka menikmati sarapan pagi yang dimasak oleh Dina dan salah satu ART di rumah baru Khandra, Bi Jah. "Nanti siang, kamu ada acara, Din?" tanya Khandra sembari menambahkan lauk di atas piringnya. "Engga kayanya. Belakangan toko agak sepi, Khan." Dina menanggapi sambil memotong daging di piringnya perlahan. "Aku jemput ya kalo gitu." Khandra menyatakan niatnya meski belum menyebutkan tujuan secara jelas.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status