Dear Mantan

Dear Mantan

By:  Fitriyani  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
34Chapters
9.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Siapa sangka jika Alya, akan bertemu sang mantan justru di tempat kerjanya. Perubahan sesemantan membuatnya berdecak kagum, serta sebuah fakta yang membuatnya sulit untuk percaya. Sebuah pertemuan yang akan membawa dirinya, pada sebuah masalah besar. Dan apakah Alya akan kembali dengan sang mantan? Atau justru, tak pernah bisa kembali sebab terhalang oleh hadirnya seseorang.

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
-heztieprast-
ini belum tamat kan ya????
2021-12-16 22:05:25
2
34 Chapters

Bab 1

  Desas-desus tentang kabar akan datangnya si pemilik Perusahaan, membuat suasana Kantor begitu ramai. Bukannya sibuk bekerja, mereka malah asyik berbincang. Membuat Alya, merasa geram dibuatnya. Di ruangan itu rupanya hanya dia sendiri, yang tidak perduli dengan kedatangan si Tuan rumah. Bagi Alya, semua nampak biasa tak usah dibuat rusuh! "Dasar wanita dingin!" cecar Santi, sambil menepuk bahu sang teman. Yang tengah sibuk dengan beberapa dokumen di tangan. "Apaan sih? Aku tuh lagi sibuk tau, nggak kayak kalian. Rusuh di pagi yang cerah ini," sahut Alya, tak mau kalah dari Santi. "Hei, si empunya Perusahaan mau datang loh. Dan kabarnya, doi cakep. Mapan pula, emang kamu nggak tertarik gitu?" Santi bertanya, berharap sang teman mulai serius menanggapinya. "Nggak perduli! Cakep doang mah percuma," timpal
Read more

Bab 2

   "Rei Saputra, betul itu nama kamu?" Alya bertanya, berharap pria itu mengakui. Bahkan ingat akan kejadian dua tahun yang lalu, antara dia dan dirinya. Pria jangkung bertubuh tegap, menatap Alya dengan lekat. Lantas mengernyit, seolah tidak paham dengan apa yang barusan didengar. "Betul, memangnya kenapa?"  Ditanya balik membuat hati Alya tercabik, hancur berkeping-keping. Bagaimana mungkin, pria itu masih bertanya kenapa? Apa dia lupa, sudah menorehkan luka yang teramat dalam pada Alya? "Ap-apa kamu lupa, dengan kejadian dua tahun yang lalu Rei?" Alya masih menatap Rei, bohong jika dirinya sudah tak cinta. Sebab, hingga kini belum ada satu pun pria yang mampu mengganti nama Rei di hati. Meski telah disakiti bahkan dicampakan! Pria itu masih terdiam, semua terjadi begitu saja. Tak
Read more

Bab 3

   Dua keluarga dengan level sederajat tengah asyik, menikmati hidangan dari si empunya rumah. Semua tampak bahagia, kecuali Rei Saputra yang ingin segera mengakhiri pertemuan yang menurutnya tak pernah penting! Duduk berdampingan dengan wanita yang tak pernah dicinta, membuatnya begitu muak! Pertunangan yang digelar dihari pernikahannya dengan Alya, mau tidak mau terjadi jua lantaran perintah sang Ayah. Mey terus bergelayut manja di samping pria jangkung bertubuh tegap, pakaian seksi yang membalut tubuhnya sama sekali tak membuat si tunangan tertarik. Ia lebih menyukai Alya, apa adanya dan tidak dibuat-buat. Rei mendengus kasar, lantas berbisik pada sang Ayah, "Rei udah kenyang, Yah. Kapan kita bisa pulang?" Mendengar pertanyaan Rei, tentu saja membuat Ayahnya menatap penuh kesal. "Tolon
Read more

Bab 4

  "Bapak, manggil saya?" tanya Alya, begitu sampai di ruangan sang Direktur. Sebagai jawaban Rei, mengangguk lantas menatapnya dengan sekilas. "Ada hal penting, yang perlu saya bicarakan," sahut Rei, sambil mengendurkan dasi yang terasa mencekik semenjak kedatangan Alya di hadapannya. Pandangan mereka kembali bersirobok, menyiratkan banyak cinta. Tapi sayangnya, cinta itu tak akan pernah bisa untuk disatukan  seiring dengan berjalannya takdir. "Tolong, jauhi Davin!" pinta Rei, masih menatap Alya.  Permintaan Rei, membuat Alya terperangah. Seolah tak paham mengapa dirinya harus menjauhi Davin? "Memangnya kenapa Pak? Bukannya Davin, sudah pergi ke luar Negeri."  "Kamu dan adik saya Davin, nggak cocok! Davin terlalu muda juga hampir sem
Read more

Bab 5

  Pertikaian antara Rei juga Davin, tak bisa terelakan lagi. Amarah yang membuncah, membuat Davin seolah tak sadarkan diri. Hingga terus-menerus memukul sang Kakak, tanpa rasa belas kasihan. Dua keluarga, juga orang-orang di sekitar Bandara. Menatap ngeri memandang mereka, Wira dan Putra tak berhenti putus asa untuk memisahkan Kakak Adik, yang entah sedang dirundung masalah apa! Mey ikut tegang, tatkala pukulan demi pukulan terus Davin layangkan untuk sang tunangan. Ia sendiri tak bisa berbuat lebih, selain berteriak histeris meminta Davin berhenti melakukan aksinya. "Davin ... Berhenti Nak! Kasian Kakakmu."  Bu Vita, memohon sambil menangis tersedu. Permintaan itu jelas tak membuat Davin, berhenti begitu saja. Ia marah, kecewa, sekaligus merasa jika Kakaknya terlalu ikut campur! "Kamu gila! Sebenarn
Read more

Bab 6

  Putra mendelik tajam, ke arah wanita yang kini tengah berdiri di hadapannya. Bagaimana mungkin jika Alyalah, wanita yang telah merebut hati Davin selama ini. Bohong jika ia tak kenal dengan Alya, calon pengantin yang sengaja Rei tinggal tepat di hari pernikahan mereka.  Putra mengatur napasnya, berharap si bungsu Davin. Tak pernah tau perihal hubungan sang Kakak, dengan wanita yang kini menjadi tambatan hatinya. Senyum manis terus tercetak di bibir Davin, setelah susah payah membujuk si wanita untuk ikut ke rumah mewah milik keluarga Saputra. "Hm, apa yang kamu punya? Sehingga berani menaruh hati pada anak saya, Davin," tanya Putra, menatap Alya dengan sinis. Mendengar hal itu, tentu saja Davin tak terima. Ayahnya terlalu lancang, padahal Alya belum memperkenalkan diri. 
Read more

Bab 7

 Pertemuan antara dua keluarga, dengan level sederajat. Kembali digelar, kali ini Putralah yang menjadi tuan rumah. Jangan tanya gimana perasaan Rei, berkali-kali ia mendengus kasar. Berharap pertemuan mereka segera berakhir! "Minggu depan, akan ada acara besar di rumah ini," tukas Putra, sambil bertukar pandang dengan si sulung. Enggan untuk bicara, Rei memilih bungkam. Sebab, ia pikir acara itu hanya pertemuan para pemegang saham. "Acara apa itu?" Pertanyaan terlontar, justru bukan dari Rei.  Davin merasa penasaran, rasanya sudah lama tak ada acara apa pun di rumah mewah milik mereka. Di sudut sana, seorang wanita cantik juga seksi. Terus mengulum senyum, kedua netranya tak pernah bosan tatkala memandang sang tunangan. Putra mengatur napasnya, sebelum menjaw
Read more

Bab 8

  "Kamu, nggak risih makan di pinggir jalan?" tanya Alya, diam-diam mulai menyimpan rasa kagum terhadap sosok Davin. Pria muda berwajah tampan, hanya mengangkat bahu. Sambil asyik menyantap makan. Alya mengulum senyum, tak pernah menyangka jika mantan bosnya bisa sesederhana itu. "Kamu belum makan? Kok, makannya lahap banget sih." Alya terkekeh pelan, mendapati pria yang begitu semangat menyantap makan. Davin mendongak, mengabaikan hidangan di depan mata, "Hem, sebenarnya aku udah makan sih. Cuma, belum kenyang aja." Davin kembali membuka mulut, semewah apa pun hidangan di rumah. Tetap rasanya berbeda, jika terus saja disuguhi dengan perdebatan juga ketegangan yang tak pernah berakhir. "Kamu, lagi diet apa gimana? Nyampe nggak kenyang gitu?"  
Read more

Bab 9

 Sebuah undangan berwarna merah hati, cukup membuat Alya tercekat. Rasa bahagia yang tengah menyelimuti diri, perlahan sirna. Terlebih, yang memberikan undangan adalah si calon pengantin pria langsung. Rei menghela napas, masih tak percaya jika dirinya akan segera menikah dengan orang yang tak pernah ia cinta. "Selamat Pak, In Syaa Allah. Saya dan teman-teman, akan menyempatkan diri untuk datang." Tenggorokan Alya, terasa kering. Berusaha tetap tegar, walau badai tengah menerjang hatinya. Rei menatap Alya dengan tatapan sendu, tak mau mendengar kata selamat atau apa pun. Yang berkenaan dengan pernikahannya. "Ada yang perlu saya bicarakan, tolong nanti menghadap ke ruangan!" titah sang Direktur, lantas melenggang pergi.  Santi, yang berada tidak jauh dari tempat Alya. Menemukan satu keganj
Read more

Bab 10

 "Kamu, bisa 'kan menuruti segala permintaan kami?" tanya Vita, menunggu jawaban wanita ramping. Yang kini tengah duduk di hadapannya. Alya masih menimbang, keputusan apa yang akan dia ambil. Bahkan, mereka tidak memberi  Alya waktu untuk berpikir lebih lama. Helaan napas terdengar berat, namun, baik Vita mau pun Putra tak peduli sama sekali. Mereka hanya ingin yang terbaik versi mereka, untuk kedua anaknya. "Berapa pun yang kamu minta, akan kami beri. Asalkan, kamu segera meninggalkan Kantor juga Kota ini!" tukas Putra, yang sedari tadi menunjukkan ketidaksukaan. Sebuah amplop coklat, berukuran sedang. Teronggok membisu di tempat, menunggu seseorang membawanya. Alya menggeleng lemah, buliran bening jatuh tanpa diminta. Entah ada apa dengan hari ini? Kejadian tak mengenakan justru datang secara beruntun.&
Read more
DMCA.com Protection Status