Share

Bab 8

Penulis: Fitriyani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-29 06:36:11

 

 

"Kamu, nggak risih makan di pinggir jalan?" tanya Alya, diam-diam mulai menyimpan rasa kagum terhadap sosok Davin.

 

Pria muda berwajah tampan, hanya mengangkat bahu. Sambil asyik menyantap makan.

 

Alya mengulum senyum, tak pernah menyangka jika mantan bosnya bisa sesederhana itu.

 

"Kamu belum makan? Kok, makannya lahap banget sih." Alya terkekeh pelan, mendapati pria yang begitu semangat menyantap makan.

 

Davin mendongak, mengabaikan hidangan di depan mata, "Hem, sebenarnya aku udah makan sih. Cuma, belum kenyang aja."

 

Davin kembali membuka mulut, semewah apa pun hidangan di rumah. Tetap rasanya berbeda, jika terus saja disuguhi dengan perdebatan juga ketegangan yang tak pernah berakhir.

 

"Kamu, lagi diet apa gimana? Nyampe nggak kenyang gitu?" 

 

Alya juga Davin, kembali saling bersitatap. Tatapan yang mulai membuat Alya nyaman, terlebih Davin begitu lembut dalam menjalin pertemanan dengannya.

 

"Ck," Davin berdecak, sebelum melanjutkan ucapannya, "Nggak gitu Al, orang rumah lagi pada rusuh. Sebab, Kak Rei selalu menolak untuk menikahi tunangannya."

 

"Uhuk ... Uhuk ....," Alya tersedak, saat mendengar fakta terbaru tentang sang mantan.

 

Dengan sigap, Davin mengambil minum. Kekhawatiran terpampang jelas di wajah tampannya.

 

"Kamu nggak papa Al? Maaf ya, udah buat kaget," ujar Davin, merasa bersalah sebab telah membuat wanitanya tersedak.

 

"Kakak kamu mau nikah? Terus, kenapa dia nolak? Bukannya mereka udah tunangan ya? Dan itu lama loh," cecar Alya, membuat Davin melongo.

 

"Uwooow, satu-satu dong keponya," tukas Davin, membuat Alya merenggut. 

 

Melihat tingkah sang pujaan, membuat Davin gemas. Ingin sekali mencubit pipinya, namun, Davin belum berani. Takut, jika Alya marah dan memutuskan pertemanan mereka.

 

Satu piring nasi dengan pecel ayam, habis tak tersisa. Membuat Davin semakin kenyang, juga bahagia sebab ditemani oleh pujaan hati.

 

Davin mengambil tisu, lantas membersihkan sisa makanan di sisi bibirnya. Alunan lagu dari para pengamen, menambah suasana baru di kedai makanan yang tak jauh dari rumah Alya.

 

Alya menggigit bibir, masih menunggu dengan sabar. Ingin tau, bagaimana kelanjutan kisah antara Rei dengan tunangannya.

 

"Intinya sih, Kak Rei nggak pernah cinta sama Kak Mey. Kakak terpaksa menerima tunangan itu, demi menyelamatkan bisnis keluarga," seloroh Davin, kedua netranya menerawang jauh. Rasa kasihan, begitu menikam hati.

 

"Dan, tadi pas kita makan malam. Tiba-tiba aja Ayah bilang, kalau minggu depan akan ada acara pernikahan di rumah."

 

Davin melanjutkan ucapannya, sambil menghela napas. Pasti saat ini sang Kakak, sedang dirundung kegamangan.

 

Alya mendongak, tak menyela sedikit pun ucapan dari Davin. Sepertinya, melupakan Rei adalah keputusan terbaik.

 

"Udah ah, jangan bahas Kakak lagi!" tukas Davin, tak mau larut dalam kesedihan.

 

"Terus, kita meski bahas apa dong?" tanya Alya, sambil menatapnya dengan lekat.

 

Davin mengulum senyum, "Bahas kita aja!" Kerlingan nakal Davin lempar untuk Alya, "Jadi, kapan kamu mau terima lamaran aku?"

 

"Kapan-kapan deh! Aku belum kepikiran ke arah sana, dan lagi. Orangtua kamu mana setuju sama aku," ujar Alya, masih mengingat akan tatapan sinis dari mereka.

 

"Maaf ya Al, aku jadi nggak enak sama kamu."

 

Alya menggeleng lemah, "Kenapa harus minta maaf? Mereka lebih tau, mana yang terbaik untuk kamu!"

 

Davin jelas tak setuju dengan ucapan Alya, buktinya Kak Rei selama dua tahun ini selalu menderita dan tertekan!

 

"Aku akan nunggu kamu, Al. Kapan pun itu," tukas Davin, mengangguk pasti akan ucapannya barusan.

 

Alya sendiri masih galau, niat untuk move on dari Rei memang sudah terpatri dalam hati. Namun, pertemuannya dengan Rei. Mengubah segala niat yang ada.

 

"Kamu kenapa Al? Lagi mikirin apa? Mikirin si Tiyo, yang barusan melamar kamu itu. Si anak Mami yang nggak banget," seloroh Davin, menahan tawa jika ingat kelakuan pria manja itu.

 

Bergegas Alya menutup mulut, masih tak percaya jika mantan bos yang dulu ia hormati. Kini, sedang duduk bersamanya.

 

Tawa lepas menghiasi bibir mereka, masih terekam jelas bagaimana Tiyo merengek. Sebab, penolakan dari Alya.

 

Rasanya sudah lama sekali Davin, tak merasakan hal seperti ini. Bahagia, tanpa beban. Berbeda jika sedang bersama keluarganya sendiri.

 

"Aku ... Boleh tanya sesuatu nggak?" Alya bertanya, dengan penuh kehati-hatian.

 

"Tentu aja boleh, kamu mau nanya apa? Tentang perasaan aku? Itu sih nggak usah ditanya, dari awal kita ketemu. Aku udah ada feeling sama kamu Al," jawab Davin, pede setengah mati.

 

Alya tersenyum geli, bukan itu yang ingin ia tanyakan. Perasaan yang memang, sudah Alya ketahui sedari awal.

 

Davin heran, kenapa wanitanya bertingkah aneh, "Jawaban aku salah ya? Atau kenapa?" Davin menggaruk kepala yang memang tidak gatal, "Jangan bikin aku penasaran Al, sebenarnya kamu mau nanya apa?"

 

"Dari sekian banyaknya wanita ... Kenapa, hanya aku yang kamu suka? Padahal, ada banyak loh gadis lain yang lebih dibanding aku."

 

Davin tak langsung menjawab pertanyaan Alya, ia memberikan selembar uang kepada para pengamen. Sudah tiga lagu yang mereka lantunkan, permintaan khusus dari Davin sendiri.

 

Alya tercengang, dengan mulut terbuka. Biasanya orang lain akan merasa sayang, jika memberi uang lebih. Namun, apa yang barusan dilakukan Davin. Cukup telak, menyentuh relung hatinya.

 

"Tutup mulutnya Al, kalau kamu nggak mau ada nyamuk masuk!" tutur Davin, melempar senyum termanisnya.

 

Repleks Alya menutup mulut, pipinya mendadak hangat. Senyuman Davin, entah kenapa membuatnya sedikit melayang.

 

"Oh ya, tadi kamu nanya. Kenapa dari sekian banyak wanita, hanya kamu yang aku suka betul?" Davin, mengulang pertanyaan Alya.

 

Wanita berumur tiga puluh tahun itu mengangguk, dengan sabar menanti jawaban dari pria muda yang tengah gencar mencuri hatinya.

 

"Kamu ... Itu cantik, baik, manis, nggak sombong, dan nggak caper kayak Karyawan lain. Kamu juga apa adanya, nggak dibuat-buat,"   puji Davin, masih menatap Alya dengan lekat.

 

"Hem, itu sih standar. Aku kira, kamu suka sama aku karena apa gitu." Alya kembali merenggut, sebab tak mendapat jawaban yang mampu membuat hatinya puas.

 

"Emang, cinta butuh alasan ya? Berarti kalau kamu nggak cantik, aku nggak jadi suka dong sama kamu!"

 

Alya tergelak, sambil melempar tisu ke arah Davin, "Hem, dasar brondong tukang gombal!" 

 

Davin terkekeh, rasa bahagia kian membuncah. Tak ingin segera mengakhiri malam ini dengan Alya, wanita yang teramat ia cintai.

 

 

Bab terkait

  • Dear Mantan   Bab 9

    Sebuah undangan berwarna merah hati, cukup membuat Alya tercekat. Rasa bahagia yang tengah menyelimuti diri, perlahan sirna. Terlebih, yang memberikan undangan adalah si calon pengantin pria langsung.Rei menghela napas, masih tak percaya jika dirinya akan segera menikah dengan orang yang tak pernah ia cinta."Selamat Pak, In Syaa Allah. Saya dan teman-teman, akan menyempatkan diri untuk datang."Tenggorokan Alya, terasa kering. Berusaha tetap tegar, walau badai tengah menerjang hatinya.Rei menatap Alya dengan tatapan sendu, tak mau mendengar kata selamat atau apa pun. Yang berkenaan dengan pernikahannya."Ada yang perlu saya bicarakan, tolong nanti menghadap ke ruangan!" titah sang Direktur, lantas melenggang pergi.Santi, yang berada tidak jauh dari tempat Alya. Menemukan satu keganj

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Dear Mantan   Bab 10

    "Kamu, bisa 'kan menuruti segala permintaan kami?" tanya Vita, menunggu jawaban wanita ramping. Yang kini tengah duduk di hadapannya.Alya masih menimbang, keputusan apa yang akan dia ambil. Bahkan, mereka tidak memberi Alya waktu untuk berpikir lebih lama.Helaan napas terdengar berat, namun, baik Vita mau pun Putra tak peduli sama sekali. Mereka hanya ingin yang terbaik versi mereka, untuk kedua anaknya."Berapa pun yang kamu minta, akan kami beri. Asalkan, kamu segera meninggalkan Kantor juga Kota ini!" tukas Putra, yang sedari tadi menunjukkan ketidaksukaan.Sebuah amplop coklat, berukuran sedang. Teronggok membisu di tempat, menunggu seseorang membawanya.Alya menggeleng lemah, buliran bening jatuh tanpa diminta. Entah ada apa dengan hari ini? Kejadian tak mengenakan justru datang secara beruntun.&

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Dear Mantan   Bab 11

    Dua hari sudah, Davin mengurung diri di dalam kamar. Menolak untuk makan, hingga tubuhnya merasakan sakit luar biasa.Vita kehilangan ide untuk membujuk si bungsu, jangankan makan. Untuk menyentuhnya saja, Davin sudah tidak mau. Membuat seisi rumah dibuat kewalahan!Bagai anak kecil, pikir Vita. Bagaimana mungkin, diusianya yang sudah dewasa. Davin berkelakuan di luar dugaan, hanya karena cinta!Berkali-kali Putra mendengkus kasar, ikut repot mengurus Davin yang tak mau makan juga.Pernikahan sang Kakak, tinggal menghitung hari. Tapi, kondisi Davin malah semakin terpuruk.Helaan napas terdengar berat, sebagai seorang Ibu. Vita merasa kasihan, "Tak bisakah, kamu lupakan wanita itu Vin? Dia bukan yang terbaik, apalagi Alya adalah bekas Kakakmu. Emang kamu mau, dapet yang bekas?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Dear Mantan   Bab 12

    Pelukan hangat, terasa menjalar dalam tubuh Alya. Menangis sesenggukan, seolah tak ada hari esok untuk bisa bernapas dengan lega.Santi ikut terbawa suasana, mereka terus berpelukan. Tatkala para hadirin berucap kata 'sah'. Untuk pernikahan sang mantan, bersama wanita lain.Untuk masuk ke dalam rumah mewah milik Putra, tentu saja bukan perkara mudah. Banyak perjuangan, hingga Al dan Santi rela berpura-pura menjadi seorang pelayan.Santi melepas pelukan, menghapus air mata dengan kasar, "Pulang yuk? Aku nggak kuat ah, lihat kamu melow begini."Alya tertawa, namun, air mata tetap menggenang di pelupuk mata. Seolah sulit untuk disingkirkan!"Dasar wanita sok tegar! Ngapain coba kita ke sini? Hanya untuk, melihat Rei nikah dengan orang lain. Hati kamu terbuat dari apa sih?" desis Santi, sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Dear Mantan   Bab 13

    "Maaf ....," ucap Rei, menatap sang istri dengan penuh rasa bersalah.Helaan napas terdengar berat, bulir bening terus menerobos. Memaksa keluar bahkan tanpa diminta!Mey menggigit bibir, malam pertama yang menjadi impian. Perlahan sirna, seiring dengan perlakuan sang suami.Sejuta kata maaf, tidak akan pernah membuatnya lupa. Bagaimana Rei, menyebut nama Alya. Mendesah panjang, seolah tengah bercinta dengan wanita yang pernah menjadi masa lalu.Mey mendongak, menatap Rei. Lekat, mencari cinta di sana. Namun, nihil. Sorotan sang suami, masih sama. Dan, mungkin tidak akan pernah berubah sampai kapan pun!Seharusnya Mey sadar, bahwa cinta tidak akan pernah bisa dipaksa! Dua tahun mereka bersama, namun, sedikit pun Rei tidak menaruh hati padanya.Wanita bertubuh seksi, dengan k

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Dear Mantan   Bab 14

    "Pergi kalian dari sini!" desis Rei, sambil menahan nyeri."Kami khawatir sama kamu Rei, dan tentu aja peduli," ucap Vita, mendapat anggukan setuju dari Putra dan juga Mey.Rei menggeleng lemah, rasa nyeri masih bisa ia rasakan di sekujur tubuh. Termasuk wajah tampan, yang sengaja Davin bubuhkan di sana.Bukan hanya fisik saja yang terluka, Rei merasakan nyeri bertubi-tubi di hatinya. Penyesalan kian membuncah, tatkala mengingat Alya Sahira. Mantan kekasih, yang tak pernah bisa ia lupakan hingga kini.Mey melangkah, menghampiri Rei yang terlihat babak belur. Perlahan ia mengusap wajah sang suami, laju tangisnya seolah tak bisa dihentikan.Rei menepis kasar tangan sang istri, ia benci. Dipaksa menikah dengan wanita seperti Mey, namun, nasi sudah menjadi bubur. Dan, tentu saja tak bisa d

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Dear Mantan   Bab 15

    Al terlonjak kaget, setibanya di rumah Jimmy. Dua kali lipat lebih mewah, dan lebih wah dibanding rumah milik keluarga Saputra.Berkali-kali meneguk saliva, mencubit pelan pipi tirusnya. Takut, jika apa yang dilihat hanyalah mimpi belaka.Jimmy terkekeh pelan, melihat tingkah lucu dari sang pujaan.Jimmy berdehem, mulai Membuka percakapan. Tatkala memasuki ruang tamu, "Kamu ... Kenapa? Rumahku jelek ya?"Al menggeleng tegas, bagaimana mungkin rumah semegah itu dikatakan jelek?"Papa ... Dia siapa?" seorang gadis cantik, berkuncir dua. Datang menghampiri, tampak heran dengan kedatangan Al.Senyum mengembang, terus tercetak dari bibir Jimmy."Hallo sayang," sapa Al, menatap Naura lekat.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Dear Mantan   Bab 16

    "Siapa dia?" tanya seseorang, yang tampak menahan diri untuk tidak meledak.Jimmy dan Alya saling berpandangan, ketegangan tengah menyelimuti mereka di bawah gelapnya malam.Helaan napas terdengar berat, Alya masih menimbang. Kata apa yang pantas ia lontarkan.Davin terus menatap Alya, penuh selidik. Kecurigaan semakin berkecamuk, terlebih Jimmy dan Al tampak serasi.Jimmy menyodorkan tangan, niat untuk memperkenalkan diri. Tak mendapat balasan baik dari Davin.Pria muda itu mendengkus kasar, menepis tangan Jimmy, "Baru ditinggal bentar, kamu ... Udah sama yang lain. Dasar tukang selingkuh!"Al menggigit bibir, menggeleng lemah atas tuduhan Davin.Davin tak peduli, hatinya sedang panas. Dibakar api cemburu, yang mela

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04

Bab terbaru

  • Dear Mantan   Bab 34

    "Oooh, jadi ... kamu dan Alya, clbk? Memanfaatkan situasi di saat aku nggak ada, bravo! Kalian memang pasangan serasi, dilihat dari sisi mana pun." Davin, mendelik tajam. Tak sangka, hari kedua akan kepulangannya justru disambut dengan kabar duka.Sang Mama, menatap nanar. Ia mengusap wajah, takut kedua putranya akan kembali berkelahi. Seperti yang sudah-sudah, hanya karena wanita miskin di depannya."Davin, maafkan Kakak. Bagaimana pun, yang namanya cinta nggak bisa dipaksa. Biarkan kami bahagia!" Rei, menekan tiap kata. Ia sudah berjanji, akan mempertahankan hubungannya dengan sang pujaan walau apa yang terjadi nanti.Davin tersenyum getir, "Bagaimana bisa, kalian kembali berhubungan? Bukankah Alya, sudah menikah?"Rei menarik napas, bersiap merangkai kata. Apa pun tanggapan Davin, ia sama sekali tak peduli!"Mer

  • Dear Mantan   Bab 33

    "Lelah." Alya menghela napas panjang, menatap sekeliling rumah. Sepi, pastilah kedua orangtuanya sedang berada di luar.Rey ikut masuk, memejamkan mata akibat rasa lelah yang sama. Belum lagi untuk menghadapi kedua mempelai, amat mengesalkan."Eh, kamu kok, nggak pulang?" Alya bertanya, heran juga kesal."Santai dululah, aku juga capek. Bikinin minum atau apa kek!" Alya mendengkus, sikap bossynya muncul kembali. Meski begitu, ia tetap melangkah menuju dapur.Teringat akan Jimmy dan Risma, tampak serasi dilihat dari sisi manapun. Wajar jika ia cemburu, mereka belum lama bercerai. Terlebih dengan penolakan Laura, amat menikam hati."Nih," ujarnya. Meletakan segelas air putih, "Sorry, hanya ada itu."Rei tak peduli, menghabiskan minumannya dengan tandas. Begitu lega, bisa sedikit mengobati

  • Dear Mantan   Bab 32

    "Loh, kamu ... Ada undang mereka, sayang?" Jimmy bertanya, menatap Risma. Istri barunya, menuntut jawaban dengan rasa tak sabar.Alya berdiri tegak. Tangan ia biarkan bergelayut manja pada pria di sampingnya, Rei Saputra. Siapa sangka, takdir akan mempertemukan mereka kembali pada kondisi berbeda.Pesta megah. Dengan hingar-bingar musik, menjadi hal paling memuakan untuk Alya. Masih pantaskah ia cemburu? Wajarkah? Padahal, perceraian mereka belum lama. Jimmy berlaku seakan tak sabaran, ingin kembali mereguk indah seorang wanita."Iya dong, sayang. 'Kan Alya juga pernah jadi bagian kita," sahut Risma. Mengelus dada pujaan hati, yang akhirnya bisa ia dapatkan jua."Begitu, yasudahlah. Pastikan, pasangan khianat itu tidak berbuat kerusuhan." Ucapan Jimmy, cukup telak membuat hati Alya terkoyak bukan main.

  • Dear Mantan   Bab 31

    "Masih pagi, dan kamu ... Udah rajin banget buat datang ke sini? Ck!" Alya mendengkus sebal, terpaksa menyambut sang tamu yang tak diundang itu.Pria di depannya mengendikan bahu, cuek. Lantas meletakan dua plastik, yang berisi makanan dan minuman. Ia belum sarapan, itu sengaja dilakukan demi melakukan pendekatan.Tanpa malu, Rei menyantap sekotak makanan untuk dirinya. Mengabaikan tatapan tidak suka dari wanita, di depannya."Duduklah, temani aku makan!" titahnya, mendongak demi melihat sang pujaan.Alya memejam, merasa takdir amat kejam. Ia yang terus mencoba move on, justru terus-menerus dipertemukan dengan si tersangka utama."Aku nggak laper!" sahutnya, terpaksa duduk. Dengan mulut yang sesekali menguap."Yakin?" Rei bertanya, lantas membuka bungkusan plastik.

  • Dear Mantan   Bab 30

    Keluarga Mey masih berduka. Pria asing yang tak mereka sukai, bahkan memilih untuk tidak menunjukan diri. Demi menghindari pertikaian, apalagi Rei dan keluarganya selalu ada. Meski benci, kecewa, mereka tetap hadir karena ikatan yang masih jelas terukir.Air mata, menjadi satu-satunya bukti. Bahwa telah kehilangan orang yang dicinta, dan Mey. Amat menyesal, sempat memutukan kabur demi keegoisannya sendiri.Ia tahu betul, penyesalan tak akan bisa membuat sang Papa kembali. Kini, hanya untaian doa dan kata maaf. Untuk semua hal yang pernah terjadi, meski berat tetap harus dijalani bukan?"Setelah ini, apa rencanamu selanjutnya Rei?" tanya sang Mama, mendesah resah. Menatap anak, yang selalu ia kekang selama hidup."Entahlah, Ma. Kita pikirkan nanti, setelah duka ini berjalan lama." Ia hendak melangkah. Namun, dicegah Papanya yang heran a

  • Dear Mantan   Bab 29

    Tiga bulan pencarian, akhirnya Mey ditemukan dalam keadaan mengkhawatirkan. Dengan hanya mengenakan daster lusuh, ia duduk di rumah besar sang suami. Justru seperti orang asing, mereka yang menatap wanita itu seakan tak percaya akan perubahan tersebut.Bahkan, Mama Rei. Sempat berteriak histeris, meski akhirnya ia memeluk menantu tersayang. Menghujaninya dengan permintaan maaf, sebab mengabaikan segala kesakitan yang telah dirasa oleh seorang Mey."Cepat katakan, Mey. Siapa dia?" tunjuk sang suami sah, pada pria asing di sampingnya.Kini, semua tatapan memandang lekat pada pria yang disinyalir membawa Mey kabur. Mereka membenci, bahkan mengutuk!Mey, merasa tenggorokannya makin tercekat. Mimpi buruk saat anak buah Rei, bisa mempertemukan tempat persembunyiannya.Tubuhnya makin me

  • Dear Mantan   Bab 28

    "Ini ... Bukti resmi, bahwa kita sudah bercerai!" Jimmy berucap, mengabaikan rasa sakit yang berkecamuk pada Alya. Wanita yang dulu setengah mati ia puja!Kedatangannya tak hanya sendiri, melainkan bersama Risma. Wanita yang kerap kali ikut ke manapun, Jimmy melangkah.Ibu dan Bapak Alya. Tampak kecewa, menyesal sebab telah menitipkan sang anak pada pria yang salah. Kini, nasi sudah menjadi bubur. Kenyataan yang ada, mau tidak mau kudu diterima!"Saya pulangkan Alya, anak Ibu dan Bapak. Maaf, sebab tidak bisa mempertahankan rumah tangga ini." Setetes air mata jatuh, tanpa sadar Alya meremas surat perceraian mereka. Ada rasa tidak rela, meski tak bisa berbuat apa-apa."Bapak pikir, kamu akan tetap membersamai Alya. Ternyata Bapak salah," ungkap pria itu. Dengan sesak di dada, tak pernah menyangka anaknya akan menjadi seorang jan

  • Dear Mantan   Bab 27

    "Apa yang kamu lihat, itu nggak sesuai dengan apa yang ada dalam pikiranmu!" ucap Alya, tegas. Netranya menerawang jauh, tak memaksa pria di sampingnya untuk percaya.Jimmy memandang wanita, yang masih jadi istrinya. Rasa cemburu saat melihatnya bersama sang mantan, membuat pikirannya tak menentu.Mereka bicara hanya berdua, dengan Risma yang berlalu entah ke mana. Wanita itu terpaksa mengalah, sebab Jimmy sendiri yang meminta."Bisa jadi, kalian berdua janjian. Untuk merayakan pertemuan, atau hal indah lainnya. Aku, bukan pria yang bisa kamu bodohi!" Alya menarik napas panjang, ia tahu akan sulit menjelaskan kesalahpahaman ini.Kini ia pasrah, tak mau membuang waktu untuk orang yang sudah tak mempercayainya lagi."Aku ... Bicara jujur apa adanya, please jangan buat lebih r

  • Dear Mantan   Bab 26

    Hari keempat, Alya berada di kota di mana orangtuanya berada. Memutuskan untuk pergi seorang diri, menghabiskan waktu di dalam Mall sambil sesekali menikmati makanan ringan jua minuman yang membuat tenggorokan terasa segar.Ia melirik ponsel, yang tergeletak di atas meja. Selama kepergiaanya, Jimmy sama sekali tidak berniat untuk menghubunginya. Ahh, masih pantaskah ia berharap? Usai kabur, tanpa kata.Hingar-bingar musik, membuat kepalanya sesekali bergoyang. Entah kenapa pikirannya justru makin semrawut, berada di tempat ramai. Tapi, hatinya terasa sepi. Bagai tak bertuan, rindukah hatinya akan Jimmy?Di sudut lain, ada beberapa orang berbadan besar. Tengah menjadi bodyguard sang boss, tujuan mereka apalagi kalau bukan untuk mencari Mey.Pria tampan dengan kacamata hitam, berjalan santai dengan netra menatap ke sana-ke mari.

DMCA.com Protection Status