"Siapa dia?" tanya seseorang, yang tampak menahan diri untuk tidak meledak.Jimmy dan Alya saling berpandangan, ketegangan tengah menyelimuti mereka di bawah gelapnya malam.Helaan napas terdengar berat, Alya masih menimbang. Kata apa yang pantas ia lontarkan.Davin terus menatap Alya, penuh selidik. Kecurigaan semakin berkecamuk, terlebih Jimmy dan Al tampak serasi.Jimmy menyodorkan tangan, niat untuk memperkenalkan diri. Tak mendapat balasan baik dari Davin.Pria muda itu mendengkus kasar, menepis tangan Jimmy, "Baru ditinggal bentar, kamu ... Udah sama yang lain. Dasar tukang selingkuh!"Al menggigit bibir, menggeleng lemah atas tuduhan Davin.Davin tak peduli, hatinya sedang panas. Dibakar api cemburu, yang mela
Semua mata menatap Alya dengan iri, terlebih Wulan. Tampak geram, menyaksikan keromantisan di antara mereka.Jimmy tak segan menautkan tangan pada Alya, seutas senyum terus tercetak dari bibir mereka."Ciyeeee ... Pasangan baru, hebat kamu Al. Gimana caranya sih, menggaet cowok tajir kayak Pak Jimmy?" tanya salah seorang Karyawan wanita, mengedip centil sambil terkekeh pelan.Alya tak mampu menjawab, sebab ia sendiri tak tau harus menjawab apa. Terlebih, seseorang bisa saja dibutakan karena cinta.Wulan masih menatap sengit, butuh penjelasan lebih tentang apa yang dilihat saat ini."Hm, permisi Pak. Boleh saya bicara sebentar dengan Alya? Kebetulan ada sedikit keperluan." Wulan menghadang jalan mereka, membuat keduanya mendengkus kesal.
Ruang tamu tampak sunyi, seolah tak ada yang mau membuka mulut. Ketegangan memang biasa tercipta, di rumah mewah milik keluarga Saputra.Hingga pada akhirnya datang seseorang, menambah suasana baru. Amarah kian membuncah, tatkala saling bertukar pandang dengan kedua orangtua yang selama ini ia hormati.Persis seperti Mey, kali ini Davin membuang semua barang-barang. Termasuk vas bunga mahal, kesayangan Nyonya besar.Ia lampiaskan semua, namun, tak bisa memukuli Ayah terlebih Ibunya. Jadilah, semua barang menjadi korban amarahnya.Semua orang mengelus dada, bergidik ngeri. Belum berani menyapa atau menghentikan perbuatan Davin, membiarkan ruang tamu hancur lebur!Davin menghela napas, tampak lelah dengan aksinya, "Aku ... Benci Ibu dan Ayah, ternyata kalianlah penyebab Alya
Jimmy terus berlari tergopoh-gopoh, dua cup minuman. Terjatuh dari tangan, tatkala dirinya tak menemukan Alya di sudut mana pun.Berbagai dugaan terus berkecamuk, menyelimuti hatinya yang tengah gundah gulana."Dasar wanita aneh, nangis sambil lari-lari. Doi pikir, ini India apa!" desis remaja perempuan, sambil terus mengumpat. Bahunya masih terasa sakit, ditabrak oleh seseorang.Samar, Jimmy mendengar umpatan itu. Berharap, ada titik terang atas pencariannya."Maaf Dek, yang Adek maksud itu siapa ya?" tanya Jimmy, menunggu dengan tak sabar.Remaja cantik itu mendengkus kesal, menatap sengit ke arah Jimmy."Ih Om kepo!" selorohnya, sambil mengendikkan bahu.Jimmy merasa geram, dipermainkan oleh anak kecil seperti itu
Acara pernikahan Alya dengan Jimmy, digelar dengan mewah. Semua tampak hadir, menyaksikan dua sejoli yang tengah dimabuk asmara.Hanya orang-orang terpilih, yang dapat menghadiri acara tersebut. Sebab, Alya dan Jimmy sudah sepakat untuk tidak mengundang keluarga Davin nun jauh di sana.Wajah Alya kembali merona, tatkala Jimmy terus mencuri pandang. Mengulum senyum, melihat bidadari cantik yang kini telah resmi menjadi istri.Orang-orang tampak sibuk, hingga tak menyadari. Akan sosok seseorang, yang tak pernah sang pengantin harapkan kedatangannya.Pria muda itu mendengkus kesal, menatap iri kepada Alya dan Jimmy.Balutan baju pelayan, ditambah topi yang tak memperlihatkan wajah membuat Davin semakin leluasa untuk melancarkan aksinya."Sekarang .
Risma mendelik tajam ke arah Alya, ia merasa geram bagaimana mungkin sosok sang adik digantikan dengan wanita yang sangat tidak pantas dikedua netranya.Berkali-kali Alya menelan ludah, berharap ada seseorang yang mampu menyelamatkan hidupnya. Tapi, sayang seribu sayang. Semua orang, sibuk dan tidak sedang berada di rumah.Risma menghempaskan diri di sofa empuk juga mahal, ia menyilangkan kaki dan menjentikkan kuku indahnya."Tolong, buatkan saya minuman." Risma berucap, seolah sibuk dengan kuku hasil nyalon sebelum datang ke rumah Jimmy."Jus Alpukat, esnya yang banyak. Dan, gulanya dikit aja. Kebetulan, saya sedang diet."Alya mengangguk lemah, lantas berlari kecil menuju dapur. Kebetulan yang amat miris, Bik Inah tengah keluar jadi tak ada yang bisa membantu.Beruntung, beberapa buah alpukat ten
Suasana pagi ini, begitu menyedihkan. Seisi rumah menatap prihatin kepada Davin dan Rei, dua pria yang sedang patah hati.Mendesah resah, Mey mencoba terus menikmati sarapan yang amat hambar di mulut. Apa kurangnya ia? Hingga selalu kalah dari Alya, dulu bahkan sekarangpun fakta tersebut makin mengiris ketenangan hati.Vita berdecak kesal, ia menaruh pisau dan garpu dengan sedikit kasar. "Rei, Davin. Kalian ini kenapa sih? Susah sekali buat move on, dan kamu Rei. Mungkin Davin wajar, tapi, kamu sudah menikah. Dan kalau kamu tidak lupa, istrimu ada di sini!"Mendengar hal itu, Mey tersenyum getir. Jutaan kalimat apapun tak akan bisa membuat suaminya sadar, kini ia hanya bisa memenangkan raganya dan bukan hatinya.Putra mendelik tajam, napasnya makin tak beraturan. Ia pikir, masalah sudah usai. Tap
Tubuh Jimmy menegang. Emosi yang memuncak begitu menguasai diri, hampir tak percaya dengan pemandangan miris di sudut sana. Bagaimana sang istri tercinta, diperlakukan sebagai babu bukan nyonya!Menghela napas panjang. Buru-buru ia berjalan, berdehem kecil. Agar semua orang tahu, bahwa ia datang tak jadi keluar kota."Jim-Jimmy ... Ka-mu," ucap Risma. Gugup sekaligus tegang, repleks berdiri agar perangai buruknya tak diketahui. Padahal, adik iparnya sudah tahu jelas."Tega sekali kamu, Mbak." Berucap dengan ketus, Jimmy menatapnya tajam. "Dia istriku, dan ini juga bukan rumahmu! Tapi, kamu bersi