Share

Bab 7

Author: Fitriyani
last update Last Updated: 2021-08-29 06:35:11

 

Pertemuan antara dua keluarga, dengan level sederajat. Kembali digelar, kali ini Putralah yang menjadi tuan rumah.

 

Jangan tanya gimana perasaan Rei, berkali-kali ia mendengus kasar. Berharap pertemuan mereka segera berakhir!

 

"Minggu depan, akan ada acara besar di rumah ini," tukas Putra, sambil bertukar pandang dengan si sulung.

 

Enggan untuk bicara, Rei memilih bungkam. Sebab, ia pikir acara itu hanya pertemuan para pemegang saham.

 

"Acara apa itu?" Pertanyaan terlontar, justru bukan dari Rei. 

 

Davin merasa penasaran, rasanya sudah lama tak ada acara apa pun di rumah mewah milik mereka.

 

Di sudut sana, seorang wanita cantik juga seksi. Terus mengulum senyum, kedua netranya tak pernah bosan tatkala memandang sang tunangan.

 

Putra mengatur napasnya, sebelum menjawab pertanyaan dari Davin," Acara nikahan Kakakmu dan tentu saja dengan Mey." 

 

"Damn!" Rei memaki secara spontan, "Maksud Ayah apa sih?" 

 

Putra masih bersikap tenang, seolah tau jika Rei pasti akan melempar amarahnya, "Kamu dan Mey, akan menikah Rei."

 

Rei mendelik tajam, bagaimana bisa pernikahan dilaksanakan tanpa pernah meminta persetujuan darinya.

 

"Aku nggak mau, Yah. Kenapa sih, kalian itu selalu memaksakan kehendak sendiri? Tanpa diskusi terlebih dulu," cecar Rei, masih tak menerima dengan keputusan Ayah secara tiba-tiba.

 

Ketegangan antar dua keluarga, kembali terjadi. Putra seolah kehilangan kata, malu juga dengan calon besan sebab penolakan dari Rei berkali-kali.

 

Davin sendiri mengangkat bahu, kali ini setuju terhadap keputusan Ayah. Sudah dua tahun mereka tunangan, tapi, untuk melangkah ke jenjang pernikahan terasa begitu sulit bagi sang kakak.

 

Kemarahan tak hanya dirasa oleh Rei, Wira sebagai Ayah dari Mey. Ikut marah, lantas menggebrak meja makan. Matanya menyiratkan banyak kekecewaan di sana.

 

"Saya merasa terhina dengan penolakan ini, dua tahun kamu menggantung Mey. Tanpa berniat untuk menikahinya, kamu pikir kamu ini siapa hah? Berani sekali menolak keluarga Wira!"

 

Semua ikut bungkam, tak berani bersuara. Masih menimbang, kata apa yang mampu mereka lontarkan untuk merendam amarah si calon besan.

 

Rei menghela napas, sebelum kembali angkat bicara, "Kalau gitu, pernikahan ini kita batalkan saja Om!"

 

"Cukup Rei! Sepertinya kamu butuh istirahat, masalah ini bisa kita bahas lain kali!" tukas Vita, Ibu Rei berharap suasana makan malam kembali tenang.

 

Rei mendongak, tak setuju dengan ucapan sang Ibu, "Nggak perlu Bu! Sedari awal, Rei emang nggak niat untuk menikahi Mey. Kalian saja yang sok tau, sekarang biarkan aku memgejar kembali cinta yang dulu pernah ditinggal!"

 

"Urus anakmu Put! Pokoknya, aku nggak mau tau. Minggu depan pernikahan mereka harus berjalan dengan mulus, kalau kamu menolak. Tau sendiri akibatnya!"

 

Wira menggandeng sang istri, lantas melirik Mey. Memberi kode agar mereka segera meninggalkan rumah milik Putra, yang selalu dipenuhi ketegangan.

 

Putra mengangguk, lantas menghempaskan diri. Kekecewaan bercampur amarah, kian bercampur menjadi satu.

 

Ia memijat kening, yang terasa begitu membuat pusing, "Ayah capek Rei, berdebat denganmu selalu tak pernah menemukan ujung penyelesaian."

 

"Nasib keluarga kita, ada di tanganmu. Pikirkan dengan matang, sebelum mengambil keputusan!" Putra kembali berucap, sebelum beranjak pergi meninggalkan ruang makan.

 

Vita mengekor di belakang, kepalanya dibuat pusing. Dengan kelakuan Rei.

 

"Aku jadi penasaran, sebenarnya. Siapa sih wanita masa lalu Kakak? Udah dua tahun loh, tapi, kehadiran Kak Mey. Sama sekali nggak bisa buat Kakak move on dari wanita itu," tanya Davin, sambil asyik menyantap makanan tanpa rasa beban.

 

Rei mendelik, menatap sinis pada sang adik. Kejadian tempo lalu, masih terekam jelas dalam ingatan. Bagaimana Davin, memukulnya habis-habisan tanpa belas kasihan.

 

"Itu bukan urusanmu!" sahut Rei, ikut pergi meninggalkan ruang makan. 

 

Davin meringis, keharmonisan keluarga mereka selalu saja diambang kehancuran. Hanya karena keluarga Wira, si penanam saham terbesar di Kantor mereka.

 

"Atur pertemuan dengan wanita bernama Alya, besok!" titah seorang pria, sambil menatap istrinya dengan lekat.

 

Vita menghela napas, "Seharusnya, kita nggak usah berhubungan lagi dengan wanita itu."

 

"Terpaksa! Demi keluarga kita Bu, emangnya Ibu mau kalau kita jatuh miskin? Jika sampai Pak Wira memutuskan kerjasama dengan Kantor kita," ujar Putra, mulai merencanakan sesuatu di otaknya.

 

"Apa, kita nggak egois Yah? Dua tahun loh, Rei berkorban demi kita. Mengubur cintanya terhadap Alya, eh sekarang. Wanita itu malah muncul lagi, jadi gagal move on deh!"

 

"Nah itulah Bu, padahal tinggal selangkah lagi. Wanita itu seolah menghancurkan segalanya, apalagi Davin. Mulai menyukai Alya juga, Ayah heran. Apa sih yang mereka lihat dari Alya? Wanita kurus kering juga," seloroh Putra, tak sadar telah menghina ciptaan Allah.

 

"Meski pun dia kurus, dia itu cantik Yah. Sopan lagi, sesuatu yang nggak semua wanita bisa miliki."

 

Putra mendengus kasar, tak percaya bila sang istri memuja wanita yang telah membuat keluarganya runyam, "Cuih! Ayah nggak setuju, pokoknya Ayah nggak akan biarin Rei juga Davin bersanding dengan wanita itu!"

 

Hening. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari Vita, walau sekadar mempertahankan pujiannya untuk Alya.

 

Davin sendiri memutuskan untuk menemui Alya, sengaja datang tanpa memberi kabar. Biar suprise katanya.

 

Sepanjang perjalanan, Davin terus bersenandung. Dalam hati berjanji, akan terus berusaha untuk membuat sang pujaan. Membuka hati, lantas membalas cintanya.

 

Davin masih ingat betul, bagaimana awal pertemuan mereka. Alya terlihat lebih muda, dari usia yang sebenarnya.

 

Alya mampu menembus hatinya, membuat Davin jatuh hati pada pandangan pertama. 

 

Tanpa seleksi apa pun, Alya diterima dengan mudah di Kantor. Sikapnya yang manis, membuat Davin makin menyukai wanita ramping dengan rambut panjang terurai.

 

Davin segera menepis pikirannya, kembali fokus pada jalanan. Tentu dengan senyum yang terus mengembang.

 

Rumah sederhana milik Alya, menjadi pemandangan utama bagi Davin. Namun, tidak biasanya rumah itu terlihat ramai.

 

Rasa ingin tau, membuat Davin bergegas menuju pintu rumah. Dengan mengendap, berharap segera tau tentang obrolan mereka.

 

"Bagaimana Al, apa kamu mau menikah dengan Tiyo?" tanya seorang Bapak tua, menatap lekat pada Alya.

 

Di bawah tatapan sendu miliknya, Alya menggeleng dengan tegas!

 

"Sombong banget sih! Udah untung ada pria yang mau melamar kamu, eh malah ditolak. Ingat umur Al, sampai kapan kamu jadi perawan tua kayak gini!" Seorang Ibu, berkacak pinggang sambil memarahi Alya. Persis seperti anak kecil, yang sedang merengek ingin dibelikan mainan.

 

Alya memenjamkan mata, hinaan demi hinaan terus terlontar untuk dirinya. Dan, ia sama sekali tak bisa berkutik.

 

Apa salahnya jika di usia 30 tahun, belum mau menikah? Apalagi, rasa trauma akan kejadian tempo dulu membuatnya enggan untuk berkomitmen.

 

"Mih, Alya nolak aku. Pokoknya aku nggak terima, aku harus nikah sama dia Mih!" rengek Tiyo, si anak Mamih yang katanya mau menikahi Alya.

 

Alya bergidik, tak mungkin jika dirinya pasrah begitu saja. Daripada menikah dengan Tiyo, ia lebih baik bersama Davin.

 

Pria muda dengan wajah tampan, juga pembawaannya yang begitu lembut. Jauh sekali dengan Tiyo!

 

Davin sendiri mengulum senyum, tak menyangka jika yang melamar sang pujaan. Bukanlah saingan berat.

 

Dalam hati terus bersorak riang, apalagi mendengar penolakan Alya untuk pria yang sama sekali tak pantas bersanding dengan wanitanya.

 

Related chapters

  • Dear Mantan   Bab 8

    "Kamu, nggak risih makan di pinggir jalan?" tanya Alya, diam-diam mulai menyimpan rasa kagum terhadap sosok Davin.Pria muda berwajah tampan, hanya mengangkat bahu. Sambil asyik menyantap makan.Alya mengulum senyum, tak pernah menyangka jika mantan bosnya bisa sesederhana itu."Kamu belum makan? Kok, makannya lahap banget sih." Alya terkekeh pelan, mendapati pria yang begitu semangat menyantap makan.Davin mendongak, mengabaikan hidangan di depan mata, "Hem, sebenarnya aku udah makan sih. Cuma, belum kenyang aja."Davin kembali membuka mulut, semewah apa pun hidangan di rumah. Tetap rasanya berbeda, jika terus saja disuguhi dengan perdebatan juga ketegangan yang tak pernah berakhir."Kamu, lagi diet apa gimana? Nyampe nggak kenyang gitu?"

    Last Updated : 2021-08-29
  • Dear Mantan   Bab 9

    Sebuah undangan berwarna merah hati, cukup membuat Alya tercekat. Rasa bahagia yang tengah menyelimuti diri, perlahan sirna. Terlebih, yang memberikan undangan adalah si calon pengantin pria langsung.Rei menghela napas, masih tak percaya jika dirinya akan segera menikah dengan orang yang tak pernah ia cinta."Selamat Pak, In Syaa Allah. Saya dan teman-teman, akan menyempatkan diri untuk datang."Tenggorokan Alya, terasa kering. Berusaha tetap tegar, walau badai tengah menerjang hatinya.Rei menatap Alya dengan tatapan sendu, tak mau mendengar kata selamat atau apa pun. Yang berkenaan dengan pernikahannya."Ada yang perlu saya bicarakan, tolong nanti menghadap ke ruangan!" titah sang Direktur, lantas melenggang pergi.Santi, yang berada tidak jauh dari tempat Alya. Menemukan satu keganj

    Last Updated : 2021-08-31
  • Dear Mantan   Bab 10

    "Kamu, bisa 'kan menuruti segala permintaan kami?" tanya Vita, menunggu jawaban wanita ramping. Yang kini tengah duduk di hadapannya.Alya masih menimbang, keputusan apa yang akan dia ambil. Bahkan, mereka tidak memberi Alya waktu untuk berpikir lebih lama.Helaan napas terdengar berat, namun, baik Vita mau pun Putra tak peduli sama sekali. Mereka hanya ingin yang terbaik versi mereka, untuk kedua anaknya."Berapa pun yang kamu minta, akan kami beri. Asalkan, kamu segera meninggalkan Kantor juga Kota ini!" tukas Putra, yang sedari tadi menunjukkan ketidaksukaan.Sebuah amplop coklat, berukuran sedang. Teronggok membisu di tempat, menunggu seseorang membawanya.Alya menggeleng lemah, buliran bening jatuh tanpa diminta. Entah ada apa dengan hari ini? Kejadian tak mengenakan justru datang secara beruntun.&

    Last Updated : 2021-09-02
  • Dear Mantan   Bab 11

    Dua hari sudah, Davin mengurung diri di dalam kamar. Menolak untuk makan, hingga tubuhnya merasakan sakit luar biasa.Vita kehilangan ide untuk membujuk si bungsu, jangankan makan. Untuk menyentuhnya saja, Davin sudah tidak mau. Membuat seisi rumah dibuat kewalahan!Bagai anak kecil, pikir Vita. Bagaimana mungkin, diusianya yang sudah dewasa. Davin berkelakuan di luar dugaan, hanya karena cinta!Berkali-kali Putra mendengkus kasar, ikut repot mengurus Davin yang tak mau makan juga.Pernikahan sang Kakak, tinggal menghitung hari. Tapi, kondisi Davin malah semakin terpuruk.Helaan napas terdengar berat, sebagai seorang Ibu. Vita merasa kasihan, "Tak bisakah, kamu lupakan wanita itu Vin? Dia bukan yang terbaik, apalagi Alya adalah bekas Kakakmu. Emang kamu mau, dapet yang bekas?"

    Last Updated : 2021-09-03
  • Dear Mantan   Bab 12

    Pelukan hangat, terasa menjalar dalam tubuh Alya. Menangis sesenggukan, seolah tak ada hari esok untuk bisa bernapas dengan lega.Santi ikut terbawa suasana, mereka terus berpelukan. Tatkala para hadirin berucap kata 'sah'. Untuk pernikahan sang mantan, bersama wanita lain.Untuk masuk ke dalam rumah mewah milik Putra, tentu saja bukan perkara mudah. Banyak perjuangan, hingga Al dan Santi rela berpura-pura menjadi seorang pelayan.Santi melepas pelukan, menghapus air mata dengan kasar, "Pulang yuk? Aku nggak kuat ah, lihat kamu melow begini."Alya tertawa, namun, air mata tetap menggenang di pelupuk mata. Seolah sulit untuk disingkirkan!"Dasar wanita sok tegar! Ngapain coba kita ke sini? Hanya untuk, melihat Rei nikah dengan orang lain. Hati kamu terbuat dari apa sih?" desis Santi, sa

    Last Updated : 2021-09-04
  • Dear Mantan   Bab 13

    "Maaf ....," ucap Rei, menatap sang istri dengan penuh rasa bersalah.Helaan napas terdengar berat, bulir bening terus menerobos. Memaksa keluar bahkan tanpa diminta!Mey menggigit bibir, malam pertama yang menjadi impian. Perlahan sirna, seiring dengan perlakuan sang suami.Sejuta kata maaf, tidak akan pernah membuatnya lupa. Bagaimana Rei, menyebut nama Alya. Mendesah panjang, seolah tengah bercinta dengan wanita yang pernah menjadi masa lalu.Mey mendongak, menatap Rei. Lekat, mencari cinta di sana. Namun, nihil. Sorotan sang suami, masih sama. Dan, mungkin tidak akan pernah berubah sampai kapan pun!Seharusnya Mey sadar, bahwa cinta tidak akan pernah bisa dipaksa! Dua tahun mereka bersama, namun, sedikit pun Rei tidak menaruh hati padanya.Wanita bertubuh seksi, dengan k

    Last Updated : 2021-09-04
  • Dear Mantan   Bab 14

    "Pergi kalian dari sini!" desis Rei, sambil menahan nyeri."Kami khawatir sama kamu Rei, dan tentu aja peduli," ucap Vita, mendapat anggukan setuju dari Putra dan juga Mey.Rei menggeleng lemah, rasa nyeri masih bisa ia rasakan di sekujur tubuh. Termasuk wajah tampan, yang sengaja Davin bubuhkan di sana.Bukan hanya fisik saja yang terluka, Rei merasakan nyeri bertubi-tubi di hatinya. Penyesalan kian membuncah, tatkala mengingat Alya Sahira. Mantan kekasih, yang tak pernah bisa ia lupakan hingga kini.Mey melangkah, menghampiri Rei yang terlihat babak belur. Perlahan ia mengusap wajah sang suami, laju tangisnya seolah tak bisa dihentikan.Rei menepis kasar tangan sang istri, ia benci. Dipaksa menikah dengan wanita seperti Mey, namun, nasi sudah menjadi bubur. Dan, tentu saja tak bisa d

    Last Updated : 2021-09-04
  • Dear Mantan   Bab 15

    Al terlonjak kaget, setibanya di rumah Jimmy. Dua kali lipat lebih mewah, dan lebih wah dibanding rumah milik keluarga Saputra.Berkali-kali meneguk saliva, mencubit pelan pipi tirusnya. Takut, jika apa yang dilihat hanyalah mimpi belaka.Jimmy terkekeh pelan, melihat tingkah lucu dari sang pujaan.Jimmy berdehem, mulai Membuka percakapan. Tatkala memasuki ruang tamu, "Kamu ... Kenapa? Rumahku jelek ya?"Al menggeleng tegas, bagaimana mungkin rumah semegah itu dikatakan jelek?"Papa ... Dia siapa?" seorang gadis cantik, berkuncir dua. Datang menghampiri, tampak heran dengan kedatangan Al.Senyum mengembang, terus tercetak dari bibir Jimmy."Hallo sayang," sapa Al, menatap Naura lekat.

    Last Updated : 2021-09-04

Latest chapter

  • Dear Mantan   Bab 34

    "Oooh, jadi ... kamu dan Alya, clbk? Memanfaatkan situasi di saat aku nggak ada, bravo! Kalian memang pasangan serasi, dilihat dari sisi mana pun." Davin, mendelik tajam. Tak sangka, hari kedua akan kepulangannya justru disambut dengan kabar duka.Sang Mama, menatap nanar. Ia mengusap wajah, takut kedua putranya akan kembali berkelahi. Seperti yang sudah-sudah, hanya karena wanita miskin di depannya."Davin, maafkan Kakak. Bagaimana pun, yang namanya cinta nggak bisa dipaksa. Biarkan kami bahagia!" Rei, menekan tiap kata. Ia sudah berjanji, akan mempertahankan hubungannya dengan sang pujaan walau apa yang terjadi nanti.Davin tersenyum getir, "Bagaimana bisa, kalian kembali berhubungan? Bukankah Alya, sudah menikah?"Rei menarik napas, bersiap merangkai kata. Apa pun tanggapan Davin, ia sama sekali tak peduli!"Mer

  • Dear Mantan   Bab 33

    "Lelah." Alya menghela napas panjang, menatap sekeliling rumah. Sepi, pastilah kedua orangtuanya sedang berada di luar.Rey ikut masuk, memejamkan mata akibat rasa lelah yang sama. Belum lagi untuk menghadapi kedua mempelai, amat mengesalkan."Eh, kamu kok, nggak pulang?" Alya bertanya, heran juga kesal."Santai dululah, aku juga capek. Bikinin minum atau apa kek!" Alya mendengkus, sikap bossynya muncul kembali. Meski begitu, ia tetap melangkah menuju dapur.Teringat akan Jimmy dan Risma, tampak serasi dilihat dari sisi manapun. Wajar jika ia cemburu, mereka belum lama bercerai. Terlebih dengan penolakan Laura, amat menikam hati."Nih," ujarnya. Meletakan segelas air putih, "Sorry, hanya ada itu."Rei tak peduli, menghabiskan minumannya dengan tandas. Begitu lega, bisa sedikit mengobati

  • Dear Mantan   Bab 32

    "Loh, kamu ... Ada undang mereka, sayang?" Jimmy bertanya, menatap Risma. Istri barunya, menuntut jawaban dengan rasa tak sabar.Alya berdiri tegak. Tangan ia biarkan bergelayut manja pada pria di sampingnya, Rei Saputra. Siapa sangka, takdir akan mempertemukan mereka kembali pada kondisi berbeda.Pesta megah. Dengan hingar-bingar musik, menjadi hal paling memuakan untuk Alya. Masih pantaskah ia cemburu? Wajarkah? Padahal, perceraian mereka belum lama. Jimmy berlaku seakan tak sabaran, ingin kembali mereguk indah seorang wanita."Iya dong, sayang. 'Kan Alya juga pernah jadi bagian kita," sahut Risma. Mengelus dada pujaan hati, yang akhirnya bisa ia dapatkan jua."Begitu, yasudahlah. Pastikan, pasangan khianat itu tidak berbuat kerusuhan." Ucapan Jimmy, cukup telak membuat hati Alya terkoyak bukan main.

  • Dear Mantan   Bab 31

    "Masih pagi, dan kamu ... Udah rajin banget buat datang ke sini? Ck!" Alya mendengkus sebal, terpaksa menyambut sang tamu yang tak diundang itu.Pria di depannya mengendikan bahu, cuek. Lantas meletakan dua plastik, yang berisi makanan dan minuman. Ia belum sarapan, itu sengaja dilakukan demi melakukan pendekatan.Tanpa malu, Rei menyantap sekotak makanan untuk dirinya. Mengabaikan tatapan tidak suka dari wanita, di depannya."Duduklah, temani aku makan!" titahnya, mendongak demi melihat sang pujaan.Alya memejam, merasa takdir amat kejam. Ia yang terus mencoba move on, justru terus-menerus dipertemukan dengan si tersangka utama."Aku nggak laper!" sahutnya, terpaksa duduk. Dengan mulut yang sesekali menguap."Yakin?" Rei bertanya, lantas membuka bungkusan plastik.

  • Dear Mantan   Bab 30

    Keluarga Mey masih berduka. Pria asing yang tak mereka sukai, bahkan memilih untuk tidak menunjukan diri. Demi menghindari pertikaian, apalagi Rei dan keluarganya selalu ada. Meski benci, kecewa, mereka tetap hadir karena ikatan yang masih jelas terukir.Air mata, menjadi satu-satunya bukti. Bahwa telah kehilangan orang yang dicinta, dan Mey. Amat menyesal, sempat memutukan kabur demi keegoisannya sendiri.Ia tahu betul, penyesalan tak akan bisa membuat sang Papa kembali. Kini, hanya untaian doa dan kata maaf. Untuk semua hal yang pernah terjadi, meski berat tetap harus dijalani bukan?"Setelah ini, apa rencanamu selanjutnya Rei?" tanya sang Mama, mendesah resah. Menatap anak, yang selalu ia kekang selama hidup."Entahlah, Ma. Kita pikirkan nanti, setelah duka ini berjalan lama." Ia hendak melangkah. Namun, dicegah Papanya yang heran a

  • Dear Mantan   Bab 29

    Tiga bulan pencarian, akhirnya Mey ditemukan dalam keadaan mengkhawatirkan. Dengan hanya mengenakan daster lusuh, ia duduk di rumah besar sang suami. Justru seperti orang asing, mereka yang menatap wanita itu seakan tak percaya akan perubahan tersebut.Bahkan, Mama Rei. Sempat berteriak histeris, meski akhirnya ia memeluk menantu tersayang. Menghujaninya dengan permintaan maaf, sebab mengabaikan segala kesakitan yang telah dirasa oleh seorang Mey."Cepat katakan, Mey. Siapa dia?" tunjuk sang suami sah, pada pria asing di sampingnya.Kini, semua tatapan memandang lekat pada pria yang disinyalir membawa Mey kabur. Mereka membenci, bahkan mengutuk!Mey, merasa tenggorokannya makin tercekat. Mimpi buruk saat anak buah Rei, bisa mempertemukan tempat persembunyiannya.Tubuhnya makin me

  • Dear Mantan   Bab 28

    "Ini ... Bukti resmi, bahwa kita sudah bercerai!" Jimmy berucap, mengabaikan rasa sakit yang berkecamuk pada Alya. Wanita yang dulu setengah mati ia puja!Kedatangannya tak hanya sendiri, melainkan bersama Risma. Wanita yang kerap kali ikut ke manapun, Jimmy melangkah.Ibu dan Bapak Alya. Tampak kecewa, menyesal sebab telah menitipkan sang anak pada pria yang salah. Kini, nasi sudah menjadi bubur. Kenyataan yang ada, mau tidak mau kudu diterima!"Saya pulangkan Alya, anak Ibu dan Bapak. Maaf, sebab tidak bisa mempertahankan rumah tangga ini." Setetes air mata jatuh, tanpa sadar Alya meremas surat perceraian mereka. Ada rasa tidak rela, meski tak bisa berbuat apa-apa."Bapak pikir, kamu akan tetap membersamai Alya. Ternyata Bapak salah," ungkap pria itu. Dengan sesak di dada, tak pernah menyangka anaknya akan menjadi seorang jan

  • Dear Mantan   Bab 27

    "Apa yang kamu lihat, itu nggak sesuai dengan apa yang ada dalam pikiranmu!" ucap Alya, tegas. Netranya menerawang jauh, tak memaksa pria di sampingnya untuk percaya.Jimmy memandang wanita, yang masih jadi istrinya. Rasa cemburu saat melihatnya bersama sang mantan, membuat pikirannya tak menentu.Mereka bicara hanya berdua, dengan Risma yang berlalu entah ke mana. Wanita itu terpaksa mengalah, sebab Jimmy sendiri yang meminta."Bisa jadi, kalian berdua janjian. Untuk merayakan pertemuan, atau hal indah lainnya. Aku, bukan pria yang bisa kamu bodohi!" Alya menarik napas panjang, ia tahu akan sulit menjelaskan kesalahpahaman ini.Kini ia pasrah, tak mau membuang waktu untuk orang yang sudah tak mempercayainya lagi."Aku ... Bicara jujur apa adanya, please jangan buat lebih r

  • Dear Mantan   Bab 26

    Hari keempat, Alya berada di kota di mana orangtuanya berada. Memutuskan untuk pergi seorang diri, menghabiskan waktu di dalam Mall sambil sesekali menikmati makanan ringan jua minuman yang membuat tenggorokan terasa segar.Ia melirik ponsel, yang tergeletak di atas meja. Selama kepergiaanya, Jimmy sama sekali tidak berniat untuk menghubunginya. Ahh, masih pantaskah ia berharap? Usai kabur, tanpa kata.Hingar-bingar musik, membuat kepalanya sesekali bergoyang. Entah kenapa pikirannya justru makin semrawut, berada di tempat ramai. Tapi, hatinya terasa sepi. Bagai tak bertuan, rindukah hatinya akan Jimmy?Di sudut lain, ada beberapa orang berbadan besar. Tengah menjadi bodyguard sang boss, tujuan mereka apalagi kalau bukan untuk mencari Mey.Pria tampan dengan kacamata hitam, berjalan santai dengan netra menatap ke sana-ke mari.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status