Share

Bab 5

Author: Fitriyani
last update Last Updated: 2021-08-25 22:46:01

 

 

Pertikaian antara Rei juga Davin, tak bisa terelakan lagi. Amarah yang membuncah, membuat Davin seolah tak sadarkan diri. Hingga terus-menerus memukul sang Kakak, tanpa rasa belas kasihan.

 

Dua keluarga, juga orang-orang di sekitar Bandara. Menatap ngeri memandang mereka, Wira dan Putra tak berhenti putus asa untuk memisahkan Kakak Adik, yang entah sedang dirundung masalah apa!

 

Mey ikut tegang, tatkala pukulan demi pukulan terus Davin layangkan untuk sang tunangan. Ia sendiri tak bisa berbuat lebih, selain berteriak histeris meminta Davin berhenti melakukan aksinya.

 

"Davin ... Berhenti Nak! Kasian Kakakmu."  Bu Vita, memohon sambil menangis tersedu.

 

Permintaan itu jelas tak membuat Davin, berhenti begitu saja. Ia marah, kecewa, sekaligus merasa jika Kakaknya terlalu ikut campur!

 

"Kamu gila! Sebenarnya kamu ini kenapa sih?" tanya Rei, di sela-sela perkelahian mereka. Rei meringis, mengusap darah di ujung bibir yang terasa begitu nyeri.

 

Davin menatap Rei dengan perasaan benci, ini kali pertama mereka bertengkar hebat. Biasanya, mereka hanya meributkan hal-hal kecil. Namun, tak pernah berujung dengan darah!

 

Dengan napas tersenggal, juga fisik yang tak lagi kuat. Rei pasrah, membiarkan Davin menyakitinya. Hingga pria muda itu puas!

 

Wira dan Putra, orangtua yang tak lagi muda. Jelas kalah dengan tenaga Davin.

 

Mey berhitung dengan situasi, segera mencari petugas Bandara. Untuk menghentikan perkelahian, sebelum sang kekasih babak belur di tangan adiknya sendiri.

 

"Tahan emosi kamu Vin! Sebenarnya kamu ini kenapa? Kakakmu salah apa hah?" Putra bertanya, sambil memegang tangan Davin. Berharap agar dirinya lebih tenang, setelah melampiaskan segala amarah.

 

Ribuan pertanyaan, terus dilontarkan dari dua keluarga. Yang tadinya memang ingin mengantar Davin, namun, berakhir dengan rusuh oleh ulahnya sendiri.

 

Rei juga Davin, saling bersitatap satu sama lain. Napas mereka kian memburu, Rei sendiri merasakan kemarahan luar biasa dari adiknya. Yang entah kenapa, bisa memicu pertengkaran mereka.

 

"Bebb, kamu nggak papa 'kan? Mana yang sakit? Yuk, biar aku obati."

 

Ditanya begitu, membuat Rei mendengus kesal. Udah tau sakit, kenapa pula Mey masih bertanya. 

 

Beberapa petugas, juga orang-orang menatap penuh benci. Pada mereka yang membuat keributan, terlebih Davin juga Rei.

 

"Penerbangan untuk saudara Davin, terpaksa kami cancel. Sebab, dia sudah membuat kerusuhan. Mohon untuk tinggalkan tempat ini!" tukas seorang pria tua berseragam.

 

Dengan sangat terpaksa, akhirnya mereka bergegas pulang. Setelah meminta maaf atas kejadian yang tak pernah mereka duga sebelumnya.

 

Kakak dan adik, untuk sementara dipisahkan dalam mobil berbeda. Untuk menghindari kericuhan.

 

"Jujur sama Ayah dan Ibu, sebenarnya kamu kenapa? Kok, bisa semarah itu sama Kakakmu?" tanya Bu Vita, berharap mendapat jawaban pasti dari anak bungsunya.

 

Davin menghela napas dengan berat, tak mungkin jika ia bicara jujur saat ini. Rencananya untuk menikahi Alya, bisa jadi berantakan sebelum dirinya mampu membuat Alya jatuh hati.

 

"Hanya urusan pribadi, Bu," sahut Davin, membuat Ibu dan Ayah terperangah. 

 

"Hm, bisakah kamu cerita? Siapa tau, kami bisa membantu masalahmu Vin." 

 

Bu Vita mengelus kepala Davin, dengan lembut. Membuat Davin begitu nyaman, setelah rasa kesal terhadap Rei.

 

"Belum saatnya Bu, biar hanya aku dan Kakak yang tau. In Syaa Allah, kami pasti bisa menyelesaikan masalah ini."

 

Putra yang merupakan sang Ayah, menggeleng. Tak mengerti dengan jalan pikiran si bungsu.

 

"Lupakan masalah tadi! Walau pun, kamu udah sukses buat kita malu di sana. Sekarang, rencanamu apa? Kamu tetap dengan keputusan Ayah 'kan? Melanjutkan study di Negeri orang."

 

Davin menggeleng tegas, keputusannya mulai berubah semenjak pertemuannya dengan Alya.

 

"Terus kamu maunya gimana? Bisnis keluarga kita gimana nasibnya? Kalau kamu nggak mau belajar bisnis lebih dalam, seperti Kakakmu Rei."

 

Davin menelan saliva, sebelum menjawab pertanyaan sang Ayah, "Aku ... Lanjut kuliah di Indonesia aja yah."

 

Bu Vita dan Putra, kembali saling melempar pandangan. Masih tidak paham, dengan jalan pikirannya.

 

"Kesempatan ini nggak akan datang lagi Vin! Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan, nanti kami nyesel loh!" 

 

Nasehat Ibunya hanya ditanggapi dengan senyuman sinis, baginya Alya lebih penting. Ia bisa lanjut study di Indonesia, tanpa harus meninggalkan sang pujaan.

 

Bu Vita menghela napas dengan berat, tak dinyana jika anak bungsu yang selalu ia harapkan. Tak bisa mengikuti jejak kakaknya.

 

Putra sendiri masih berkecamuk dengan pikirannya, diam-diam akan mencari tau. Penyebab perkelahian dua anaknya, juga keputusan Davin yang membuat dirinya amat terpukul.

 

Cinta memang bisa membutakan segalanya, masalah usia, harta, kedudukan. Tak lagi menjadi hal penting.

 

Tapi, sekali lagi Davin sadar. Bahwa baginya semua itu memang tidaklah penting, berbanding terbalik dengan kedua orangtuanya.

 

"Bu ... Apa boleh, Davin menikah lebih dulu dibanding Kak Rei?" 

 

Putra dan Bu Vita, menatap Davin dengan sorot tajam. Usia baru 25, sudah berpikir untuk menikah. Sedang Rei yang sudah berumur, juga memiliki tunangan. Tak pernah sedikit pun, berniat untuk menikah.

 

"Kamu ini aneh, bertengkar tiba-tiba. Lantas, nggak mau study di luar Negeri. Nah, sekarang malah kepengen nikah." 

 

Bu Vita menunggu jawaban dari bungsunya, mulai paham jika Davin menjadi kalut karena hadirnya seorang wanita.

 

"Segera bawa wanita itu ke rumah, Ayah ingin mengenalnya lebih jauh!" Putra tersenyum sinis, ada banyak rencana dalam otaknya.

 

Mata Davin berbinar, sang Ayah memberi lampu hijau. Bahkan, ingin mengenal wanitanya.

 

"Ish, Ayah ini apaan sih? Davin masih muda, nggak seharusnya dia melangkahi kakaknya." 

 

Bu Vita berdecak, menatap sebal ke arah suami yang memberi keputusan tanpa menunggu persetujuan darinya.

 

"Biar saja Bu, kita lihat dulu. Wanita mana sih yang membuat anak kita sampai tergila-gila," sahut Putra, masih dengan susunan rencana terbaiknya.

 

Davin terus menyinggungkan senyum, amarah yang semula membuat diri tak tenang. Kini berangsur membaik.

 

"Boss nggak masuk ya? Aaah, sayang sekali. Padahal, aku mau nunjukin hasil skincare yang baru dibeli kemarin."

 

Dewi terus saja bercoloteh, tepat di dekat kursi Alya dan Santi. Sengaja, biar mereka dengar tentang harapannya hari ini.

 

"Emang, hasilnya gimana Wi? Kamu tambah cantik? Kayaknya nggak deh, masih sama kayak kemarin ... Kusut," seloroh Santi, membuat Alya tertawa terbahak. 

 

"Enak aja ... Kamu ngga lihat? Kalau aku udah glowing kayak gini?" Dewi bertanya, sambil berkacak pinggang.

 

"Jangan terlalu berharap sama si Boss, lagian dia 'kan udah punya tunangan Dewi. Cewek seksi, yang pastinya nggak bisa kamu geser gitu aja!" 

 

Dewi mendengus kesal, baru sadar jika wanita kemarin adalah musuh nyata. Yang harus ia singkirkan terlebih dulu.

 

Pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria jangkung bertubuh tegap. Namun, kali ini ada yang berbeda.

 

Wajah tampannya dipenuhi luka lebam, perbuatan sang adik. Yang tak bisa ia hapus begitu saja.

 

Semua Karyawan tampak prihatin dengan kondisi sang Direktur. Namun, tak ada satu pun dari mereka yang berani bertanya.

 

Alya sendiri hanya melirik sekilas, lantas kembali fokus dengan kerjaan. Ia sudah berjanji, untuk tidak mau perduli dengan pria jangkung yang telah menorehkan banyak luka di hati.

 

Mendapat perlakuan dingin dari Alya, membuat Rei meringis. Tak khawatirkah ia dengan kondisinya saat ini?

 

Ke mana cinta yang selalu Alya agungkan selama ini? Mungkin saja, perasaannya perlahan sirna. Seiring dengan luka yang sengaja Rei torehkan.

 

 

Related chapters

  • Dear Mantan   Bab 6

    Putra mendelik tajam, ke arah wanita yang kini tengah berdiri di hadapannya. Bagaimana mungkin jika Alyalah, wanita yang telah merebut hati Davin selama ini.Bohong jika ia tak kenal dengan Alya, calon pengantin yang sengaja Rei tinggal tepat di hari pernikahan mereka.Putra mengatur napasnya, berharap si bungsu Davin. Tak pernah tau perihal hubungan sang Kakak, dengan wanita yang kini menjadi tambatan hatinya.Senyum manis terus tercetak di bibir Davin, setelah susah payah membujuk si wanita untuk ikut ke rumah mewah milik keluarga Saputra."Hm, apa yang kamu punya? Sehingga berani menaruh hati pada anak saya, Davin," tanya Putra, menatap Alya dengan sinis.Mendengar hal itu, tentu saja Davin tak terima. Ayahnya terlalu lancang, padahal Alya belum memperkenalkan diri.

    Last Updated : 2021-08-27
  • Dear Mantan   Bab 7

    Pertemuan antara dua keluarga, dengan level sederajat. Kembali digelar, kali ini Putralah yang menjadi tuan rumah.Jangan tanya gimana perasaan Rei, berkali-kali ia mendengus kasar. Berharap pertemuan mereka segera berakhir!"Minggu depan, akan ada acara besar di rumah ini," tukas Putra, sambil bertukar pandang dengan si sulung.Enggan untuk bicara, Rei memilih bungkam. Sebab, ia pikir acara itu hanya pertemuan para pemegang saham."Acara apa itu?" Pertanyaan terlontar, justru bukan dari Rei.Davin merasa penasaran, rasanya sudah lama tak ada acara apa pun di rumah mewah milik mereka.Di sudut sana, seorang wanita cantik juga seksi. Terus mengulum senyum, kedua netranya tak pernah bosan tatkala memandang sang tunangan.Putra mengatur napasnya, sebelum menjaw

    Last Updated : 2021-08-29
  • Dear Mantan   Bab 8

    "Kamu, nggak risih makan di pinggir jalan?" tanya Alya, diam-diam mulai menyimpan rasa kagum terhadap sosok Davin.Pria muda berwajah tampan, hanya mengangkat bahu. Sambil asyik menyantap makan.Alya mengulum senyum, tak pernah menyangka jika mantan bosnya bisa sesederhana itu."Kamu belum makan? Kok, makannya lahap banget sih." Alya terkekeh pelan, mendapati pria yang begitu semangat menyantap makan.Davin mendongak, mengabaikan hidangan di depan mata, "Hem, sebenarnya aku udah makan sih. Cuma, belum kenyang aja."Davin kembali membuka mulut, semewah apa pun hidangan di rumah. Tetap rasanya berbeda, jika terus saja disuguhi dengan perdebatan juga ketegangan yang tak pernah berakhir."Kamu, lagi diet apa gimana? Nyampe nggak kenyang gitu?"

    Last Updated : 2021-08-29
  • Dear Mantan   Bab 9

    Sebuah undangan berwarna merah hati, cukup membuat Alya tercekat. Rasa bahagia yang tengah menyelimuti diri, perlahan sirna. Terlebih, yang memberikan undangan adalah si calon pengantin pria langsung.Rei menghela napas, masih tak percaya jika dirinya akan segera menikah dengan orang yang tak pernah ia cinta."Selamat Pak, In Syaa Allah. Saya dan teman-teman, akan menyempatkan diri untuk datang."Tenggorokan Alya, terasa kering. Berusaha tetap tegar, walau badai tengah menerjang hatinya.Rei menatap Alya dengan tatapan sendu, tak mau mendengar kata selamat atau apa pun. Yang berkenaan dengan pernikahannya."Ada yang perlu saya bicarakan, tolong nanti menghadap ke ruangan!" titah sang Direktur, lantas melenggang pergi.Santi, yang berada tidak jauh dari tempat Alya. Menemukan satu keganj

    Last Updated : 2021-08-31
  • Dear Mantan   Bab 10

    "Kamu, bisa 'kan menuruti segala permintaan kami?" tanya Vita, menunggu jawaban wanita ramping. Yang kini tengah duduk di hadapannya.Alya masih menimbang, keputusan apa yang akan dia ambil. Bahkan, mereka tidak memberi Alya waktu untuk berpikir lebih lama.Helaan napas terdengar berat, namun, baik Vita mau pun Putra tak peduli sama sekali. Mereka hanya ingin yang terbaik versi mereka, untuk kedua anaknya."Berapa pun yang kamu minta, akan kami beri. Asalkan, kamu segera meninggalkan Kantor juga Kota ini!" tukas Putra, yang sedari tadi menunjukkan ketidaksukaan.Sebuah amplop coklat, berukuran sedang. Teronggok membisu di tempat, menunggu seseorang membawanya.Alya menggeleng lemah, buliran bening jatuh tanpa diminta. Entah ada apa dengan hari ini? Kejadian tak mengenakan justru datang secara beruntun.&

    Last Updated : 2021-09-02
  • Dear Mantan   Bab 11

    Dua hari sudah, Davin mengurung diri di dalam kamar. Menolak untuk makan, hingga tubuhnya merasakan sakit luar biasa.Vita kehilangan ide untuk membujuk si bungsu, jangankan makan. Untuk menyentuhnya saja, Davin sudah tidak mau. Membuat seisi rumah dibuat kewalahan!Bagai anak kecil, pikir Vita. Bagaimana mungkin, diusianya yang sudah dewasa. Davin berkelakuan di luar dugaan, hanya karena cinta!Berkali-kali Putra mendengkus kasar, ikut repot mengurus Davin yang tak mau makan juga.Pernikahan sang Kakak, tinggal menghitung hari. Tapi, kondisi Davin malah semakin terpuruk.Helaan napas terdengar berat, sebagai seorang Ibu. Vita merasa kasihan, "Tak bisakah, kamu lupakan wanita itu Vin? Dia bukan yang terbaik, apalagi Alya adalah bekas Kakakmu. Emang kamu mau, dapet yang bekas?"

    Last Updated : 2021-09-03
  • Dear Mantan   Bab 12

    Pelukan hangat, terasa menjalar dalam tubuh Alya. Menangis sesenggukan, seolah tak ada hari esok untuk bisa bernapas dengan lega.Santi ikut terbawa suasana, mereka terus berpelukan. Tatkala para hadirin berucap kata 'sah'. Untuk pernikahan sang mantan, bersama wanita lain.Untuk masuk ke dalam rumah mewah milik Putra, tentu saja bukan perkara mudah. Banyak perjuangan, hingga Al dan Santi rela berpura-pura menjadi seorang pelayan.Santi melepas pelukan, menghapus air mata dengan kasar, "Pulang yuk? Aku nggak kuat ah, lihat kamu melow begini."Alya tertawa, namun, air mata tetap menggenang di pelupuk mata. Seolah sulit untuk disingkirkan!"Dasar wanita sok tegar! Ngapain coba kita ke sini? Hanya untuk, melihat Rei nikah dengan orang lain. Hati kamu terbuat dari apa sih?" desis Santi, sa

    Last Updated : 2021-09-04
  • Dear Mantan   Bab 13

    "Maaf ....," ucap Rei, menatap sang istri dengan penuh rasa bersalah.Helaan napas terdengar berat, bulir bening terus menerobos. Memaksa keluar bahkan tanpa diminta!Mey menggigit bibir, malam pertama yang menjadi impian. Perlahan sirna, seiring dengan perlakuan sang suami.Sejuta kata maaf, tidak akan pernah membuatnya lupa. Bagaimana Rei, menyebut nama Alya. Mendesah panjang, seolah tengah bercinta dengan wanita yang pernah menjadi masa lalu.Mey mendongak, menatap Rei. Lekat, mencari cinta di sana. Namun, nihil. Sorotan sang suami, masih sama. Dan, mungkin tidak akan pernah berubah sampai kapan pun!Seharusnya Mey sadar, bahwa cinta tidak akan pernah bisa dipaksa! Dua tahun mereka bersama, namun, sedikit pun Rei tidak menaruh hati padanya.Wanita bertubuh seksi, dengan k

    Last Updated : 2021-09-04

Latest chapter

  • Dear Mantan   Bab 34

    "Oooh, jadi ... kamu dan Alya, clbk? Memanfaatkan situasi di saat aku nggak ada, bravo! Kalian memang pasangan serasi, dilihat dari sisi mana pun." Davin, mendelik tajam. Tak sangka, hari kedua akan kepulangannya justru disambut dengan kabar duka.Sang Mama, menatap nanar. Ia mengusap wajah, takut kedua putranya akan kembali berkelahi. Seperti yang sudah-sudah, hanya karena wanita miskin di depannya."Davin, maafkan Kakak. Bagaimana pun, yang namanya cinta nggak bisa dipaksa. Biarkan kami bahagia!" Rei, menekan tiap kata. Ia sudah berjanji, akan mempertahankan hubungannya dengan sang pujaan walau apa yang terjadi nanti.Davin tersenyum getir, "Bagaimana bisa, kalian kembali berhubungan? Bukankah Alya, sudah menikah?"Rei menarik napas, bersiap merangkai kata. Apa pun tanggapan Davin, ia sama sekali tak peduli!"Mer

  • Dear Mantan   Bab 33

    "Lelah." Alya menghela napas panjang, menatap sekeliling rumah. Sepi, pastilah kedua orangtuanya sedang berada di luar.Rey ikut masuk, memejamkan mata akibat rasa lelah yang sama. Belum lagi untuk menghadapi kedua mempelai, amat mengesalkan."Eh, kamu kok, nggak pulang?" Alya bertanya, heran juga kesal."Santai dululah, aku juga capek. Bikinin minum atau apa kek!" Alya mendengkus, sikap bossynya muncul kembali. Meski begitu, ia tetap melangkah menuju dapur.Teringat akan Jimmy dan Risma, tampak serasi dilihat dari sisi manapun. Wajar jika ia cemburu, mereka belum lama bercerai. Terlebih dengan penolakan Laura, amat menikam hati."Nih," ujarnya. Meletakan segelas air putih, "Sorry, hanya ada itu."Rei tak peduli, menghabiskan minumannya dengan tandas. Begitu lega, bisa sedikit mengobati

  • Dear Mantan   Bab 32

    "Loh, kamu ... Ada undang mereka, sayang?" Jimmy bertanya, menatap Risma. Istri barunya, menuntut jawaban dengan rasa tak sabar.Alya berdiri tegak. Tangan ia biarkan bergelayut manja pada pria di sampingnya, Rei Saputra. Siapa sangka, takdir akan mempertemukan mereka kembali pada kondisi berbeda.Pesta megah. Dengan hingar-bingar musik, menjadi hal paling memuakan untuk Alya. Masih pantaskah ia cemburu? Wajarkah? Padahal, perceraian mereka belum lama. Jimmy berlaku seakan tak sabaran, ingin kembali mereguk indah seorang wanita."Iya dong, sayang. 'Kan Alya juga pernah jadi bagian kita," sahut Risma. Mengelus dada pujaan hati, yang akhirnya bisa ia dapatkan jua."Begitu, yasudahlah. Pastikan, pasangan khianat itu tidak berbuat kerusuhan." Ucapan Jimmy, cukup telak membuat hati Alya terkoyak bukan main.

  • Dear Mantan   Bab 31

    "Masih pagi, dan kamu ... Udah rajin banget buat datang ke sini? Ck!" Alya mendengkus sebal, terpaksa menyambut sang tamu yang tak diundang itu.Pria di depannya mengendikan bahu, cuek. Lantas meletakan dua plastik, yang berisi makanan dan minuman. Ia belum sarapan, itu sengaja dilakukan demi melakukan pendekatan.Tanpa malu, Rei menyantap sekotak makanan untuk dirinya. Mengabaikan tatapan tidak suka dari wanita, di depannya."Duduklah, temani aku makan!" titahnya, mendongak demi melihat sang pujaan.Alya memejam, merasa takdir amat kejam. Ia yang terus mencoba move on, justru terus-menerus dipertemukan dengan si tersangka utama."Aku nggak laper!" sahutnya, terpaksa duduk. Dengan mulut yang sesekali menguap."Yakin?" Rei bertanya, lantas membuka bungkusan plastik.

  • Dear Mantan   Bab 30

    Keluarga Mey masih berduka. Pria asing yang tak mereka sukai, bahkan memilih untuk tidak menunjukan diri. Demi menghindari pertikaian, apalagi Rei dan keluarganya selalu ada. Meski benci, kecewa, mereka tetap hadir karena ikatan yang masih jelas terukir.Air mata, menjadi satu-satunya bukti. Bahwa telah kehilangan orang yang dicinta, dan Mey. Amat menyesal, sempat memutukan kabur demi keegoisannya sendiri.Ia tahu betul, penyesalan tak akan bisa membuat sang Papa kembali. Kini, hanya untaian doa dan kata maaf. Untuk semua hal yang pernah terjadi, meski berat tetap harus dijalani bukan?"Setelah ini, apa rencanamu selanjutnya Rei?" tanya sang Mama, mendesah resah. Menatap anak, yang selalu ia kekang selama hidup."Entahlah, Ma. Kita pikirkan nanti, setelah duka ini berjalan lama." Ia hendak melangkah. Namun, dicegah Papanya yang heran a

  • Dear Mantan   Bab 29

    Tiga bulan pencarian, akhirnya Mey ditemukan dalam keadaan mengkhawatirkan. Dengan hanya mengenakan daster lusuh, ia duduk di rumah besar sang suami. Justru seperti orang asing, mereka yang menatap wanita itu seakan tak percaya akan perubahan tersebut.Bahkan, Mama Rei. Sempat berteriak histeris, meski akhirnya ia memeluk menantu tersayang. Menghujaninya dengan permintaan maaf, sebab mengabaikan segala kesakitan yang telah dirasa oleh seorang Mey."Cepat katakan, Mey. Siapa dia?" tunjuk sang suami sah, pada pria asing di sampingnya.Kini, semua tatapan memandang lekat pada pria yang disinyalir membawa Mey kabur. Mereka membenci, bahkan mengutuk!Mey, merasa tenggorokannya makin tercekat. Mimpi buruk saat anak buah Rei, bisa mempertemukan tempat persembunyiannya.Tubuhnya makin me

  • Dear Mantan   Bab 28

    "Ini ... Bukti resmi, bahwa kita sudah bercerai!" Jimmy berucap, mengabaikan rasa sakit yang berkecamuk pada Alya. Wanita yang dulu setengah mati ia puja!Kedatangannya tak hanya sendiri, melainkan bersama Risma. Wanita yang kerap kali ikut ke manapun, Jimmy melangkah.Ibu dan Bapak Alya. Tampak kecewa, menyesal sebab telah menitipkan sang anak pada pria yang salah. Kini, nasi sudah menjadi bubur. Kenyataan yang ada, mau tidak mau kudu diterima!"Saya pulangkan Alya, anak Ibu dan Bapak. Maaf, sebab tidak bisa mempertahankan rumah tangga ini." Setetes air mata jatuh, tanpa sadar Alya meremas surat perceraian mereka. Ada rasa tidak rela, meski tak bisa berbuat apa-apa."Bapak pikir, kamu akan tetap membersamai Alya. Ternyata Bapak salah," ungkap pria itu. Dengan sesak di dada, tak pernah menyangka anaknya akan menjadi seorang jan

  • Dear Mantan   Bab 27

    "Apa yang kamu lihat, itu nggak sesuai dengan apa yang ada dalam pikiranmu!" ucap Alya, tegas. Netranya menerawang jauh, tak memaksa pria di sampingnya untuk percaya.Jimmy memandang wanita, yang masih jadi istrinya. Rasa cemburu saat melihatnya bersama sang mantan, membuat pikirannya tak menentu.Mereka bicara hanya berdua, dengan Risma yang berlalu entah ke mana. Wanita itu terpaksa mengalah, sebab Jimmy sendiri yang meminta."Bisa jadi, kalian berdua janjian. Untuk merayakan pertemuan, atau hal indah lainnya. Aku, bukan pria yang bisa kamu bodohi!" Alya menarik napas panjang, ia tahu akan sulit menjelaskan kesalahpahaman ini.Kini ia pasrah, tak mau membuang waktu untuk orang yang sudah tak mempercayainya lagi."Aku ... Bicara jujur apa adanya, please jangan buat lebih r

  • Dear Mantan   Bab 26

    Hari keempat, Alya berada di kota di mana orangtuanya berada. Memutuskan untuk pergi seorang diri, menghabiskan waktu di dalam Mall sambil sesekali menikmati makanan ringan jua minuman yang membuat tenggorokan terasa segar.Ia melirik ponsel, yang tergeletak di atas meja. Selama kepergiaanya, Jimmy sama sekali tidak berniat untuk menghubunginya. Ahh, masih pantaskah ia berharap? Usai kabur, tanpa kata.Hingar-bingar musik, membuat kepalanya sesekali bergoyang. Entah kenapa pikirannya justru makin semrawut, berada di tempat ramai. Tapi, hatinya terasa sepi. Bagai tak bertuan, rindukah hatinya akan Jimmy?Di sudut lain, ada beberapa orang berbadan besar. Tengah menjadi bodyguard sang boss, tujuan mereka apalagi kalau bukan untuk mencari Mey.Pria tampan dengan kacamata hitam, berjalan santai dengan netra menatap ke sana-ke mari.

DMCA.com Protection Status