Share

Bab 2

Penulis: Fitriyani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-25 22:43:49

 

 

 

"Rei Saputra, betul itu nama kamu?" Alya bertanya, berharap pria itu mengakui. Bahkan ingat akan kejadian dua tahun yang lalu, antara dia dan dirinya.

 

Pria jangkung bertubuh tegap, menatap Alya dengan lekat. Lantas mengernyit, seolah tidak paham dengan apa yang barusan didengar.

 

"Betul, memangnya kenapa?" 

 

Ditanya balik membuat hati Alya tercabik, hancur berkeping-keping. Bagaimana mungkin, pria itu masih bertanya kenapa? Apa dia lupa, sudah menorehkan luka yang teramat dalam pada Alya?

 

"Ap-apa kamu lupa, dengan kejadian dua tahun yang lalu Rei?" Alya masih menatap Rei, bohong jika dirinya sudah tak cinta. Sebab, hingga kini belum ada satu pun pria yang mampu mengganti nama Rei di hati. Meski telah disakiti bahkan dicampakan!

 

Pria itu masih terdiam, semua terjadi begitu saja. Tak pernah menyangka bahwa wanita masa lalunya malah bekerja di Perusahaan milik sang Ayah, ia bungkam. Tak punya ide brilian untuk berkelit dari Alya, yang masih menatap dengan penuh harap.

 

"Kenapa kamu diam Rei? Ke mana waktu itu? Kamu bahkan udah berhasil membuatku dan keluarga malu, tanpa kabar kamu pergi seenaknya saja!" 

 

Rei berhitung dengan situasinya kini, apalagi wanita di depannya mulai menitikan air mata. Laju tangis yang ia sendiri tak mampu untuk menghentikannya, sebab dialah tersangka utama.

 

Rei mendengus kasar, sebal terus diinterogasi seperti itu, "Tolong keluar dari ruangan saya! Sepertinya Anda, salah orang Miss." 

 

Alya tak mengindahkan jawaban dari Rei, lantas bergegas duduk menghampiri pria yang tengah tegang di kursi kekuasaannya.

 

"Dokumen ini sudah saya tanda tangan, Miss. Jadi, urusan Anda sudah selesai. Dan pintu keluar ada di sana!" 

 

Rei menelan saliva, tak sanggup lagi bersitatap dengan Alya. Wanita cantik yang telah ia tinggal, pasca pernikahan akan dilangsungkan.

 

"Kamu amnesia Rei? Atau pura-pura lupa dengan aku? Dengan cinta kita? Kalau tau ini Perusahaan milik kamu, mana sudi aku menginjakkan kaki di sini," tukas Alya, sambil melenggang pergi. Dengan perasaan sakit yang bertubi-tubi.

 

Rei memijat keningnya, hari pertama kerja malah mempertemukannya dengan masa lalu. Ia bahkan sudah tak mau lagi membahas perihal kepergiannya dua tahun yang lalu, sebab itu bukanlah keinginan sendiri.

 

Alya menghapus air mata dengan kasar, tak boleh ada yang tau bahwa ia habis menangis tatkala keluar dari ruangan Bos baru.

 

Santi berlari tergopoh-gopoh, menghampiri Alya dengan sembab di mata.

 

"Al, Pak Davin ingin bertemu katanya," ucap Santi, dengan napas tersenggal.

 

"Mau apa sih? Aku lagi nggak mood," sahut Alya, tak perduli dengan rasa lelah yang kini tengah mendera sang teman.

 

"Ayolah Al, ini hari terakhir dia kerja di sini. 'Kan dia resign digantiin sama Kakaknya," seloroh Santi, membuat Alya seketika terperangah.

 

"Jadi, mereka berdua saudara?" Alya bertanya, masih tak percaya dengan berita yang baru ia dengar.

 

Santi mengangguk, lantas segera menyuruh Alya menemui Davin di Kantin.

 

"Okelah," ucap Alya, sambil melenggang pergi menuju Kantin. Menemui seorang pria, yang sedari awal sudah menunjukkan ketertarikannya pada Alya.

 

Davin menatap kotak merah berukuran kecil, senyum manis terus menghiasi bibir. Tak sabar ingin bertemu sang pujaan.

 

Tatkala Alya datang, ia segera menyembunyikan kotak merah. Agar Alya tak segera tau tentang niat baiknya.

 

"Bapak manggil saya?" Alya bertanya, berharap pertemuan mereka tidak akan berlangsung lama.

 

"Iya Al, ada hal yang perlu saya bicarakan sama kamu." 

 

Davin menatap Alya, wanita cantik dengan tubuh ramping itu terus saja membuat dirinya makin jatuh hati.

 

"Bicaralah Pak! Kerjaan saya masih banyak, nggak enak sama Boss baru," sahut Alya, masih saja cuek terhadap Davin.

 

Davin menghembuskan napas secara perlahan, mulai tegang dengan situasi Kantin yang terlihat begitu sepi.

 

"Al, ap-apa kamu mau ....," tenggorokan Davin tercekat, pembicaraannya terhenti sebelum menyatakan maksud baiknya.

 

"Iya Bapak mau apa? Mau pamit karena besok udah nggak kerja lagi?" tanya Alya, menatap Davin dengan heran.

 

Sebagai jawaban Davin, menyodorkan kotak merah berisi cincin, "Ma-maukah kamu jadi istriku Al?"

 

Mendengar hal itu, tentu saja Alya tersedak. Bagaimana mungkin Davin, melamar dirinya begitu saja.

 

"Aduuuh Bapak, jangan bercanda deh! Saya lagi nggak mood, jadi tolong jangan permainkan saya seperti ini!"

 

Davin meraih tangan Alya, "Aku serius Al, menikahlah denganku. Nanti setelah aku menyelesaikan study di luar Negeri." 

 

Alya makin bingung, dengan lamaran Pak Direktur yang secara tiba-tiba. Terlebih Davin dan Rei bersaudara, apa Davin nggak tau perihal hubungan sang Kakak dengan Alya?

 

"Ini terlalu mendadak untuk saya Pak," tukas Alya, berharap sang Direktur mengerti dan tak memaksa!

 

Davin masih terdiam, seolah tau bahwa dari dulu cintanya memang hanya bertepuk sebelah tangan.

 

"Kamu yakin Al? Mau nolak Direktur gitu aja," tanya Davin, pura-pura menggunakan kekuasaannya.

 

"Aduuuh, saya belum kepikiran untuk nikah Pak. Jadi, mohon maaf. Saya tidak bisa," jawab Alya, menyerahkan kotak merah berisi cincin pada si empunya.

 

Davin menghela napas secara perlahan," Apa ada pria lain di hatimu Al? Atau karena usia kita yang terpaut jauh? Hanya lima tahun loh, dan itu bukan suatu hal yang perlu dipersulit!"

 

Alya menelan saliva, salah satu alasannya menolak Pak Direktur memang masalah usia. Davin brondong muda, sedang Alya cukup pantas untuk bersanding dengan Rei sang Kakak. Bukan dengan adiknya.

 

 

Memanggil Bapak, lantaran rasa hormat seorang bawahan kepada atasan. Aslinya Davin masih muda, brondong manis yang nggak kalah tampan dari Rei.

 

"Aku akan tunggu jawaban kamu Al, sepulang dari studyku nanti," ujar Davin, lantas berpamitan dengan wanita yang masih tak percaya dengan lamaran secara tiba-tiba.

 

Menunggu apa lagi? Bukankah dia sudah menolak secara halus? Lantas kenapa Davin masih kekeuh? Batin Alya meringis.

 

Masalahnya dengan Rei, jelas belum usai. Kini masalah baru seolah datang, tanpa tau harus berbuat apa.

 

Alya melangkah gontai, meninggalkan Kantin. Yang sudah menjadi saksi bisu tentang kejadian antara Davin dan dirinya.

 

"Dari mana kamu? Bukannya kerja, ini malah keluyuran nggak jelas!" tanya seseorang dengan jas hitam melekat di tubuhnya, dengan tangan bersidekap.

 

"Sa-saya dari Kantin, Pak." 

 

Susah payah Alya, menahan gejolak amarah yang begitu membuncah. Baru sehari kerja, boss baru sudah berlagak.

 

"Abis sarapan apa ngapain?" tanyanya, menatap Alya dengan penuh selidik.

 

Semua orang yang berada di ruangan nampak tegang, berbanding terbalik dengan sikap Alya. Selalu cuek sekali pun menghadapi sang Pimpinan.

 

"Saya diperintah untuk menemui Pak Davin, jadi kalau mau marah. Silakan sama dia!" sahut Alya, tak perduli dengan tatapan tajam dari Rei.

 

"Bicara apa dia?" tenggorokan Rei terasa kering, bicara dengan Alya. Membuat diri selalu tak tenang.

 

"Itu jelas bukan urusan Bapak!" 

 

Santi menepuk kening, berani sekali sang teman berlaku sombong terhadap Bigg Boss.

 

Yang lain ikut tegang, takut jika Boss baru marah sebab ulah Alya. 

 

Alya dan Rei saling bersitatap, pikiran mereka melayang ke masa lampau. Andai saja wanita itu tau bahwa dirinya, masih dan akan selalu berada di hatinya.

 

Namun, keadaan memaksa Rei untuk meninggalkan Alya. Tanpa penjelasan, dan tentu menorehkan luka batin hingga kini. Tepat dua tahun lamanya.

 

Alya benci saat pria itu berpura-pura tak mengenal dirinya, benci pula dengan kepergiannya di hari pernikahan.

 

Susah payah Rei menghapus cinta untuk sang mantan, tapi, malah dipertemukan di tempat yang tak pernah ia duga sebelumnya.

 

Kalau sudah begini, untuk move on pun rasanya sulit!

 

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yanyan
meninggalkan di hari pernikahan tanpa Ada alasan apa pun. Dan sekarang di pertemukan seolah tak kenal.. omygad.. mana di kenalim sama adik nya lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dear Mantan   Bab 3

    Dua keluarga dengan level sederajat tengah asyik, menikmati hidangan dari si empunya rumah. Semua tampak bahagia, kecuali Rei Saputra yang ingin segera mengakhiri pertemuan yang menurutnya tak pernah penting!Duduk berdampingan dengan wanita yang tak pernah dicinta, membuatnya begitu muak! Pertunangan yang digelar dihari pernikahannya dengan Alya, mau tidak mau terjadi jua lantaran perintah sang Ayah.Mey terus bergelayut manja di samping pria jangkung bertubuh tegap, pakaian seksi yang membalut tubuhnya sama sekali tak membuat si tunangan tertarik. Ia lebih menyukai Alya, apa adanya dan tidak dibuat-buat.Rei mendengus kasar, lantas berbisik pada sang Ayah, "Rei udah kenyang, Yah. Kapan kita bisa pulang?"Mendengar pertanyaan Rei, tentu saja membuat Ayahnya menatap penuh kesal."Tolon

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Dear Mantan   Bab 4

    "Bapak, manggil saya?" tanya Alya, begitu sampai di ruangan sang Direktur.Sebagai jawaban Rei, mengangguk lantas menatapnya dengan sekilas."Ada hal penting, yang perlu saya bicarakan," sahut Rei, sambil mengendurkan dasi yang terasa mencekik semenjak kedatangan Alya di hadapannya.Pandangan mereka kembali bersirobok, menyiratkan banyak cinta. Tapi sayangnya, cinta itu tak akan pernah bisa untuk disatukan seiring dengan berjalannya takdir."Tolong, jauhi Davin!" pinta Rei, masih menatap Alya.Permintaan Rei, membuat Alya terperangah. Seolah tak paham mengapa dirinya harus menjauhi Davin?"Memangnya kenapa Pak? Bukannya Davin, sudah pergi ke luar Negeri.""Kamu dan adik saya Davin, nggak cocok! Davin terlalu muda juga hampir sem

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Dear Mantan   Bab 5

    Pertikaian antara Rei juga Davin, tak bisa terelakan lagi. Amarah yang membuncah, membuat Davin seolah tak sadarkan diri. Hingga terus-menerus memukul sang Kakak, tanpa rasa belas kasihan.Dua keluarga, juga orang-orang di sekitar Bandara. Menatap ngeri memandang mereka, Wira dan Putra tak berhenti putus asa untuk memisahkan Kakak Adik, yang entah sedang dirundung masalah apa!Mey ikut tegang, tatkala pukulan demi pukulan terus Davin layangkan untuk sang tunangan. Ia sendiri tak bisa berbuat lebih, selain berteriak histeris meminta Davin berhenti melakukan aksinya."Davin ... Berhenti Nak! Kasian Kakakmu." Bu Vita, memohon sambil menangis tersedu.Permintaan itu jelas tak membuat Davin, berhenti begitu saja. Ia marah, kecewa, sekaligus merasa jika Kakaknya terlalu ikut campur!"Kamu gila! Sebenarn

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Dear Mantan   Bab 6

    Putra mendelik tajam, ke arah wanita yang kini tengah berdiri di hadapannya. Bagaimana mungkin jika Alyalah, wanita yang telah merebut hati Davin selama ini.Bohong jika ia tak kenal dengan Alya, calon pengantin yang sengaja Rei tinggal tepat di hari pernikahan mereka.Putra mengatur napasnya, berharap si bungsu Davin. Tak pernah tau perihal hubungan sang Kakak, dengan wanita yang kini menjadi tambatan hatinya.Senyum manis terus tercetak di bibir Davin, setelah susah payah membujuk si wanita untuk ikut ke rumah mewah milik keluarga Saputra."Hm, apa yang kamu punya? Sehingga berani menaruh hati pada anak saya, Davin," tanya Putra, menatap Alya dengan sinis.Mendengar hal itu, tentu saja Davin tak terima. Ayahnya terlalu lancang, padahal Alya belum memperkenalkan diri.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Dear Mantan   Bab 7

    Pertemuan antara dua keluarga, dengan level sederajat. Kembali digelar, kali ini Putralah yang menjadi tuan rumah.Jangan tanya gimana perasaan Rei, berkali-kali ia mendengus kasar. Berharap pertemuan mereka segera berakhir!"Minggu depan, akan ada acara besar di rumah ini," tukas Putra, sambil bertukar pandang dengan si sulung.Enggan untuk bicara, Rei memilih bungkam. Sebab, ia pikir acara itu hanya pertemuan para pemegang saham."Acara apa itu?" Pertanyaan terlontar, justru bukan dari Rei.Davin merasa penasaran, rasanya sudah lama tak ada acara apa pun di rumah mewah milik mereka.Di sudut sana, seorang wanita cantik juga seksi. Terus mengulum senyum, kedua netranya tak pernah bosan tatkala memandang sang tunangan.Putra mengatur napasnya, sebelum menjaw

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29
  • Dear Mantan   Bab 8

    "Kamu, nggak risih makan di pinggir jalan?" tanya Alya, diam-diam mulai menyimpan rasa kagum terhadap sosok Davin.Pria muda berwajah tampan, hanya mengangkat bahu. Sambil asyik menyantap makan.Alya mengulum senyum, tak pernah menyangka jika mantan bosnya bisa sesederhana itu."Kamu belum makan? Kok, makannya lahap banget sih." Alya terkekeh pelan, mendapati pria yang begitu semangat menyantap makan.Davin mendongak, mengabaikan hidangan di depan mata, "Hem, sebenarnya aku udah makan sih. Cuma, belum kenyang aja."Davin kembali membuka mulut, semewah apa pun hidangan di rumah. Tetap rasanya berbeda, jika terus saja disuguhi dengan perdebatan juga ketegangan yang tak pernah berakhir."Kamu, lagi diet apa gimana? Nyampe nggak kenyang gitu?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29
  • Dear Mantan   Bab 9

    Sebuah undangan berwarna merah hati, cukup membuat Alya tercekat. Rasa bahagia yang tengah menyelimuti diri, perlahan sirna. Terlebih, yang memberikan undangan adalah si calon pengantin pria langsung.Rei menghela napas, masih tak percaya jika dirinya akan segera menikah dengan orang yang tak pernah ia cinta."Selamat Pak, In Syaa Allah. Saya dan teman-teman, akan menyempatkan diri untuk datang."Tenggorokan Alya, terasa kering. Berusaha tetap tegar, walau badai tengah menerjang hatinya.Rei menatap Alya dengan tatapan sendu, tak mau mendengar kata selamat atau apa pun. Yang berkenaan dengan pernikahannya."Ada yang perlu saya bicarakan, tolong nanti menghadap ke ruangan!" titah sang Direktur, lantas melenggang pergi.Santi, yang berada tidak jauh dari tempat Alya. Menemukan satu keganj

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Dear Mantan   Bab 10

    "Kamu, bisa 'kan menuruti segala permintaan kami?" tanya Vita, menunggu jawaban wanita ramping. Yang kini tengah duduk di hadapannya.Alya masih menimbang, keputusan apa yang akan dia ambil. Bahkan, mereka tidak memberi Alya waktu untuk berpikir lebih lama.Helaan napas terdengar berat, namun, baik Vita mau pun Putra tak peduli sama sekali. Mereka hanya ingin yang terbaik versi mereka, untuk kedua anaknya."Berapa pun yang kamu minta, akan kami beri. Asalkan, kamu segera meninggalkan Kantor juga Kota ini!" tukas Putra, yang sedari tadi menunjukkan ketidaksukaan.Sebuah amplop coklat, berukuran sedang. Teronggok membisu di tempat, menunggu seseorang membawanya.Alya menggeleng lemah, buliran bening jatuh tanpa diminta. Entah ada apa dengan hari ini? Kejadian tak mengenakan justru datang secara beruntun.&

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02

Bab terbaru

  • Dear Mantan   Bab 34

    "Oooh, jadi ... kamu dan Alya, clbk? Memanfaatkan situasi di saat aku nggak ada, bravo! Kalian memang pasangan serasi, dilihat dari sisi mana pun." Davin, mendelik tajam. Tak sangka, hari kedua akan kepulangannya justru disambut dengan kabar duka.Sang Mama, menatap nanar. Ia mengusap wajah, takut kedua putranya akan kembali berkelahi. Seperti yang sudah-sudah, hanya karena wanita miskin di depannya."Davin, maafkan Kakak. Bagaimana pun, yang namanya cinta nggak bisa dipaksa. Biarkan kami bahagia!" Rei, menekan tiap kata. Ia sudah berjanji, akan mempertahankan hubungannya dengan sang pujaan walau apa yang terjadi nanti.Davin tersenyum getir, "Bagaimana bisa, kalian kembali berhubungan? Bukankah Alya, sudah menikah?"Rei menarik napas, bersiap merangkai kata. Apa pun tanggapan Davin, ia sama sekali tak peduli!"Mer

  • Dear Mantan   Bab 33

    "Lelah." Alya menghela napas panjang, menatap sekeliling rumah. Sepi, pastilah kedua orangtuanya sedang berada di luar.Rey ikut masuk, memejamkan mata akibat rasa lelah yang sama. Belum lagi untuk menghadapi kedua mempelai, amat mengesalkan."Eh, kamu kok, nggak pulang?" Alya bertanya, heran juga kesal."Santai dululah, aku juga capek. Bikinin minum atau apa kek!" Alya mendengkus, sikap bossynya muncul kembali. Meski begitu, ia tetap melangkah menuju dapur.Teringat akan Jimmy dan Risma, tampak serasi dilihat dari sisi manapun. Wajar jika ia cemburu, mereka belum lama bercerai. Terlebih dengan penolakan Laura, amat menikam hati."Nih," ujarnya. Meletakan segelas air putih, "Sorry, hanya ada itu."Rei tak peduli, menghabiskan minumannya dengan tandas. Begitu lega, bisa sedikit mengobati

  • Dear Mantan   Bab 32

    "Loh, kamu ... Ada undang mereka, sayang?" Jimmy bertanya, menatap Risma. Istri barunya, menuntut jawaban dengan rasa tak sabar.Alya berdiri tegak. Tangan ia biarkan bergelayut manja pada pria di sampingnya, Rei Saputra. Siapa sangka, takdir akan mempertemukan mereka kembali pada kondisi berbeda.Pesta megah. Dengan hingar-bingar musik, menjadi hal paling memuakan untuk Alya. Masih pantaskah ia cemburu? Wajarkah? Padahal, perceraian mereka belum lama. Jimmy berlaku seakan tak sabaran, ingin kembali mereguk indah seorang wanita."Iya dong, sayang. 'Kan Alya juga pernah jadi bagian kita," sahut Risma. Mengelus dada pujaan hati, yang akhirnya bisa ia dapatkan jua."Begitu, yasudahlah. Pastikan, pasangan khianat itu tidak berbuat kerusuhan." Ucapan Jimmy, cukup telak membuat hati Alya terkoyak bukan main.

  • Dear Mantan   Bab 31

    "Masih pagi, dan kamu ... Udah rajin banget buat datang ke sini? Ck!" Alya mendengkus sebal, terpaksa menyambut sang tamu yang tak diundang itu.Pria di depannya mengendikan bahu, cuek. Lantas meletakan dua plastik, yang berisi makanan dan minuman. Ia belum sarapan, itu sengaja dilakukan demi melakukan pendekatan.Tanpa malu, Rei menyantap sekotak makanan untuk dirinya. Mengabaikan tatapan tidak suka dari wanita, di depannya."Duduklah, temani aku makan!" titahnya, mendongak demi melihat sang pujaan.Alya memejam, merasa takdir amat kejam. Ia yang terus mencoba move on, justru terus-menerus dipertemukan dengan si tersangka utama."Aku nggak laper!" sahutnya, terpaksa duduk. Dengan mulut yang sesekali menguap."Yakin?" Rei bertanya, lantas membuka bungkusan plastik.

  • Dear Mantan   Bab 30

    Keluarga Mey masih berduka. Pria asing yang tak mereka sukai, bahkan memilih untuk tidak menunjukan diri. Demi menghindari pertikaian, apalagi Rei dan keluarganya selalu ada. Meski benci, kecewa, mereka tetap hadir karena ikatan yang masih jelas terukir.Air mata, menjadi satu-satunya bukti. Bahwa telah kehilangan orang yang dicinta, dan Mey. Amat menyesal, sempat memutukan kabur demi keegoisannya sendiri.Ia tahu betul, penyesalan tak akan bisa membuat sang Papa kembali. Kini, hanya untaian doa dan kata maaf. Untuk semua hal yang pernah terjadi, meski berat tetap harus dijalani bukan?"Setelah ini, apa rencanamu selanjutnya Rei?" tanya sang Mama, mendesah resah. Menatap anak, yang selalu ia kekang selama hidup."Entahlah, Ma. Kita pikirkan nanti, setelah duka ini berjalan lama." Ia hendak melangkah. Namun, dicegah Papanya yang heran a

  • Dear Mantan   Bab 29

    Tiga bulan pencarian, akhirnya Mey ditemukan dalam keadaan mengkhawatirkan. Dengan hanya mengenakan daster lusuh, ia duduk di rumah besar sang suami. Justru seperti orang asing, mereka yang menatap wanita itu seakan tak percaya akan perubahan tersebut.Bahkan, Mama Rei. Sempat berteriak histeris, meski akhirnya ia memeluk menantu tersayang. Menghujaninya dengan permintaan maaf, sebab mengabaikan segala kesakitan yang telah dirasa oleh seorang Mey."Cepat katakan, Mey. Siapa dia?" tunjuk sang suami sah, pada pria asing di sampingnya.Kini, semua tatapan memandang lekat pada pria yang disinyalir membawa Mey kabur. Mereka membenci, bahkan mengutuk!Mey, merasa tenggorokannya makin tercekat. Mimpi buruk saat anak buah Rei, bisa mempertemukan tempat persembunyiannya.Tubuhnya makin me

  • Dear Mantan   Bab 28

    "Ini ... Bukti resmi, bahwa kita sudah bercerai!" Jimmy berucap, mengabaikan rasa sakit yang berkecamuk pada Alya. Wanita yang dulu setengah mati ia puja!Kedatangannya tak hanya sendiri, melainkan bersama Risma. Wanita yang kerap kali ikut ke manapun, Jimmy melangkah.Ibu dan Bapak Alya. Tampak kecewa, menyesal sebab telah menitipkan sang anak pada pria yang salah. Kini, nasi sudah menjadi bubur. Kenyataan yang ada, mau tidak mau kudu diterima!"Saya pulangkan Alya, anak Ibu dan Bapak. Maaf, sebab tidak bisa mempertahankan rumah tangga ini." Setetes air mata jatuh, tanpa sadar Alya meremas surat perceraian mereka. Ada rasa tidak rela, meski tak bisa berbuat apa-apa."Bapak pikir, kamu akan tetap membersamai Alya. Ternyata Bapak salah," ungkap pria itu. Dengan sesak di dada, tak pernah menyangka anaknya akan menjadi seorang jan

  • Dear Mantan   Bab 27

    "Apa yang kamu lihat, itu nggak sesuai dengan apa yang ada dalam pikiranmu!" ucap Alya, tegas. Netranya menerawang jauh, tak memaksa pria di sampingnya untuk percaya.Jimmy memandang wanita, yang masih jadi istrinya. Rasa cemburu saat melihatnya bersama sang mantan, membuat pikirannya tak menentu.Mereka bicara hanya berdua, dengan Risma yang berlalu entah ke mana. Wanita itu terpaksa mengalah, sebab Jimmy sendiri yang meminta."Bisa jadi, kalian berdua janjian. Untuk merayakan pertemuan, atau hal indah lainnya. Aku, bukan pria yang bisa kamu bodohi!" Alya menarik napas panjang, ia tahu akan sulit menjelaskan kesalahpahaman ini.Kini ia pasrah, tak mau membuang waktu untuk orang yang sudah tak mempercayainya lagi."Aku ... Bicara jujur apa adanya, please jangan buat lebih r

  • Dear Mantan   Bab 26

    Hari keempat, Alya berada di kota di mana orangtuanya berada. Memutuskan untuk pergi seorang diri, menghabiskan waktu di dalam Mall sambil sesekali menikmati makanan ringan jua minuman yang membuat tenggorokan terasa segar.Ia melirik ponsel, yang tergeletak di atas meja. Selama kepergiaanya, Jimmy sama sekali tidak berniat untuk menghubunginya. Ahh, masih pantaskah ia berharap? Usai kabur, tanpa kata.Hingar-bingar musik, membuat kepalanya sesekali bergoyang. Entah kenapa pikirannya justru makin semrawut, berada di tempat ramai. Tapi, hatinya terasa sepi. Bagai tak bertuan, rindukah hatinya akan Jimmy?Di sudut lain, ada beberapa orang berbadan besar. Tengah menjadi bodyguard sang boss, tujuan mereka apalagi kalau bukan untuk mencari Mey.Pria tampan dengan kacamata hitam, berjalan santai dengan netra menatap ke sana-ke mari.

DMCA.com Protection Status