Share

Bab 3

Author: Fitriyani
last update Huling Na-update: 2021-08-25 22:44:29

 

 

 

Dua keluarga dengan level sederajat tengah asyik, menikmati hidangan dari si empunya rumah. Semua tampak bahagia, kecuali Rei Saputra yang ingin segera mengakhiri pertemuan yang menurutnya tak pernah penting!

 

Duduk berdampingan dengan wanita yang tak pernah dicinta, membuatnya begitu muak! Pertunangan yang digelar dihari pernikahannya dengan Alya, mau tidak mau terjadi jua lantaran perintah sang Ayah.

 

Mey terus bergelayut manja di samping pria jangkung bertubuh tegap, pakaian seksi yang membalut tubuhnya sama sekali tak membuat si tunangan tertarik. Ia lebih menyukai Alya, apa adanya dan tidak dibuat-buat.

 

Rei mendengus kasar, lantas berbisik pada sang Ayah, "Rei udah kenyang, Yah. Kapan kita bisa pulang?"

 

Mendengar pertanyaan Rei, tentu saja membuat Ayahnya menatap penuh kesal.

 

"Tolong nikmati kebersamaan ini Rei!" Selalu begitu, dan Rei tak bisa membantah perintah dari orangtuanya tanpa alasan apa pun.

 

"Sudah setahun anak-anak kita bertunangan, kapan anakmu Rei. Berniat untuk menikahi anakku Mey?" Pak Wira bertanya, membuat Rei tersedak. Kaget bercampur tegang, entah jawaban apa yang harus Rei iontarkan agar bisa menunda lagi pernikahan mereka.

 

Putra menatap anaknya dengan lekat, sebelum menjawab pertanyaan dari rekan bisnis sekaligus calon besan.

 

"Secepatnya, kamu tenang saja Wir. Biarkan mereka menikmati masa pacaran terlebih dahulu, bukan begitu Rei dan kamu Mey?" 

 

Putra menatap mereka secara bergantian, berharap Rei menjawab pertanyaan si calon besan dengan baik.

 

"Tapi, Om. Mey ini udah 29 tahun loh, dan Rei juga 30 tahun. Udah saatnya menikah, bukan pacaran lagi. Iya 'kan sayang?" Pertanyaan Mey, membuat Rei menatap tak setuju. Baginya mengejar karier lebih penting, daripada menikah. 

 

Dua wanita yang tak lagi muda, ikut mendengarkan obrolan dengan takzim. Sepatah kata pun belum keluar dari mereka, memberi kesempatan pada kedua anak juga para Ayah untuk berbicara.

 

Davin memutuskan untuk bicara. Setelah ikut diam sedari tadi, "Rupanya Kakak ipar, udah nggak sabar ya untuk nikah sama Kak Rei."

 

Ucapan Davin, hanya ditanggapi senyuman sinis dari bibir Mey. Sama sekali tak tertarik dengan omongan si brondong, yang menurutnya tak penting.

 

"Rei belum siap, masih ingin mengejar karier. Kalau aku sukses, Mey juga 'kan yang senang?"  Pertanyaan darinya, membuat Mey begitu marah. Tak dinyana jika sang tunangan, masih saja berpikir tentang karier.

 

Dilepasnya tangan yang sedari tadi bergelayut manja, amarahnya semakin membuncah mendapat penolakan menikah secara berulang.

 

"Aku lelah menunggu kesiapan darimu, Bebb. Kamu ini udah sukses, mau nunggu apa lagi coba?" 

 

"Kamu yang sabar Mey, nggak tau kenapa aku emang belum siap untuk nikah," tukas Rei, berharap wanita yang kini berada di sampingnya mulai paham sekaligus berhenti bertanya tentang pernikahan.

 

"Cuiih! Apa maksud kamu bicara seperti itu Rei? Atau jangan-jangan, anakmu ini masih mengharapkan wanita masa lalunya. Benar begitu?"

 

Putra dibuat tegang dengan pertanyaan si calon besan, sekali lagi ia mengutuk atas apa yang telah dilakukan Rei.

 

Pak Wira masih berdiri dengan napas tak beraturan, setia menunggu jawaban dari Putra atau pun dari Rei. Jelas ia tak mau, melihat anaknya hanya memiliki status tunangan. Lantas tak pernah berniat untuk menikahi.

 

Semua orang yang berada di meja makan ikut tegang, merasakan amarah yang tidak biasa. Semua tentu tak akan terjadi, jika saja Rei tidak berbuat ulah. 

 

"Saya sebagai Ayah dari Rei, meminta maaf atas ketidaknyamanan ini. Secepatnya, akan kami beri kabar kapan persisnya Rei siap untuk menikahi Mey." 

 

Putra menatap penuh hormat, berharap ketegangan di antara mereka segera berakhir.

 

"Duduk Pah, jangan marah begitu. Nggak baik untuk kesehatan!" titah istrinya, sambil membantu Pak Wira untuk kembali duduk.

 

Mey kembali tersenyum, kesempatan untuk menikah dengan Rei akan segera terwujud. Ia jelas tau akan kelemahan dari calon mertuanya.

 

Davin yang tidak tega melihat Rei terus saja dipaksa menikah, memutuskan untuk membawanya pergi. Entah ke mana, setidaknya Davin tau. Bahwa pergi dari tempat Mey, akan membuatnya jauh lebih tenang.

 

Dalam hati Rei sangat berterima kasih pada Davin, yang telah menyelamatkan hidupnya. Walau hanya sementara, sebab ia tak tau hal apa yang akan terjadi di kemudian hari.

 

"Aku akan setia menunggu, Bebb. Kapan pun kamu siap untuk menikah denganku," ujar Mey, sesaat Rei juga Davin berpamitan untuk pulang terlebih dulu.

 

"Kalau boleh tau, siapa wanita masa lalu Kakak selama ini?" Davin bertanya, tatkala mereka sudah berada dalam satu mobil.

 

Rei tak menjawab, masih bungkam. Tak mungkin bicara jujur perihal Alya, wanita yang baru Davin temui kemarin di Kantin.

 

"Rahasia, entar kalau Kakak kasih tau. Kamu naksir lagi sama dia." Rei terkekeh pelan, sengaja agar Davin tak menyimpan curiga.

 

"Nggaklah, aku udah punya calon sendiri tau," tukas Davin, sambil tersenyum mengingat Alya.

 

"Oh ya? Siapa dia? Kok, nggak kamu kenalin sama Kakak?"

 

Davin mengulum senyum, seketika bayang Alya tampak jelas di memorinya.

 

"Seorang wanita di staff Kantor kita, Kak," sahut Davin, menoleh pada Rei yang sempat terperangah.

 

"Siapa dia? Dan dari keluarga seperti apa? Kamu jangan salah pilih, Ibu dan Ayah nggak akan setuju gitu aja. Sebelum tau bibit, bebet, juga bobotnya."

 

Mendengar hal itu, Davin merasa terpukul. Baru ingat jika orangtua mereka tidak akan setuju gitu aja, apalagi Alya yang sudah berumur dibanding dirinya.

 

"Namanya Alya, Kak."

 

Rei seolah tak percaya dengan pengakuan adiknya, bagaimana mungkin mereka mencintai wanita yang sama.

 

Rei meneguk saliva, tangan kanan mengepal dengan kuat. Tak rela jika ada pria lain yang ternyata diam-diam menaruh hati pada sang mantan.

 

"Alya Sahira maksud kamu?" tanya Rei, masih berharap jika Alya yang dimaksud Davin bukanlah mantan dirinya.

 

"Iya, Kakak kenal sama dia?" Davin tampak senang, jika ternyata Kakak sudah mengenal wanita yang tengah menjadi tambatan hati.

 

"Vin, Alya itu nggak pantas sama kamu. Dia udah 30 tahun loh, sedang kamu baru 25. Pasti Ayah dan Ibu nggak akan setuju," tukas Rei, berusaha membuka mata hati Davin.

 

"Perduli amat Kak! Aku udah jatuh hati banget sama dia, Alya tuh beda dengan wanita yang pernah aku temui."

 

Pandangan mereka saling bertemu satu sama lain, Davin tak tau saja jika saat ini Rei tengah dibakar api cemburu. 

 

Selain Ayah dan Ibu yang akan menentang hubungan mereka, Rei sendiri akan berbaris di garda terdepan!

 

Jika memang dirinya dan Alya tak berjodoh, ia masih bisa menerima. Dan ikhlas pula jika kelak wanita itu bersanding dengan pria lain, asal tidak dengan Davin!

 

Pikiran Rei terus berkecamuk, tetesan hujan di luar mobil. Membawa kembali ingatan dirinya tentang masa lalu bersama Alya.

 

Rei berkali-kali mengutuk diri, sebab tak bisa memperjuangkan cintanya pada Alya. Pasrah ketika sang Ayah, memintanya untuk bertunangan dengan Mey. Seorang putri dari rekan bisnis keluarga mereka.

 

Dalam diam, Davin melihat ketegangan dari Kakak. Lantas ikut sedih sebab tak mampu membela Rei, ketika terus dipaksa untuk menikahi orang yang sama sekali tak dicinta.

 

 

Kaugnay na kabanata

  • Dear Mantan   Bab 4

    "Bapak, manggil saya?" tanya Alya, begitu sampai di ruangan sang Direktur.Sebagai jawaban Rei, mengangguk lantas menatapnya dengan sekilas."Ada hal penting, yang perlu saya bicarakan," sahut Rei, sambil mengendurkan dasi yang terasa mencekik semenjak kedatangan Alya di hadapannya.Pandangan mereka kembali bersirobok, menyiratkan banyak cinta. Tapi sayangnya, cinta itu tak akan pernah bisa untuk disatukan seiring dengan berjalannya takdir."Tolong, jauhi Davin!" pinta Rei, masih menatap Alya.Permintaan Rei, membuat Alya terperangah. Seolah tak paham mengapa dirinya harus menjauhi Davin?"Memangnya kenapa Pak? Bukannya Davin, sudah pergi ke luar Negeri.""Kamu dan adik saya Davin, nggak cocok! Davin terlalu muda juga hampir sem

    Huling Na-update : 2021-08-25
  • Dear Mantan   Bab 5

    Pertikaian antara Rei juga Davin, tak bisa terelakan lagi. Amarah yang membuncah, membuat Davin seolah tak sadarkan diri. Hingga terus-menerus memukul sang Kakak, tanpa rasa belas kasihan.Dua keluarga, juga orang-orang di sekitar Bandara. Menatap ngeri memandang mereka, Wira dan Putra tak berhenti putus asa untuk memisahkan Kakak Adik, yang entah sedang dirundung masalah apa!Mey ikut tegang, tatkala pukulan demi pukulan terus Davin layangkan untuk sang tunangan. Ia sendiri tak bisa berbuat lebih, selain berteriak histeris meminta Davin berhenti melakukan aksinya."Davin ... Berhenti Nak! Kasian Kakakmu." Bu Vita, memohon sambil menangis tersedu.Permintaan itu jelas tak membuat Davin, berhenti begitu saja. Ia marah, kecewa, sekaligus merasa jika Kakaknya terlalu ikut campur!"Kamu gila! Sebenarn

    Huling Na-update : 2021-08-25
  • Dear Mantan   Bab 6

    Putra mendelik tajam, ke arah wanita yang kini tengah berdiri di hadapannya. Bagaimana mungkin jika Alyalah, wanita yang telah merebut hati Davin selama ini.Bohong jika ia tak kenal dengan Alya, calon pengantin yang sengaja Rei tinggal tepat di hari pernikahan mereka.Putra mengatur napasnya, berharap si bungsu Davin. Tak pernah tau perihal hubungan sang Kakak, dengan wanita yang kini menjadi tambatan hatinya.Senyum manis terus tercetak di bibir Davin, setelah susah payah membujuk si wanita untuk ikut ke rumah mewah milik keluarga Saputra."Hm, apa yang kamu punya? Sehingga berani menaruh hati pada anak saya, Davin," tanya Putra, menatap Alya dengan sinis.Mendengar hal itu, tentu saja Davin tak terima. Ayahnya terlalu lancang, padahal Alya belum memperkenalkan diri.

    Huling Na-update : 2021-08-27
  • Dear Mantan   Bab 7

    Pertemuan antara dua keluarga, dengan level sederajat. Kembali digelar, kali ini Putralah yang menjadi tuan rumah.Jangan tanya gimana perasaan Rei, berkali-kali ia mendengus kasar. Berharap pertemuan mereka segera berakhir!"Minggu depan, akan ada acara besar di rumah ini," tukas Putra, sambil bertukar pandang dengan si sulung.Enggan untuk bicara, Rei memilih bungkam. Sebab, ia pikir acara itu hanya pertemuan para pemegang saham."Acara apa itu?" Pertanyaan terlontar, justru bukan dari Rei.Davin merasa penasaran, rasanya sudah lama tak ada acara apa pun di rumah mewah milik mereka.Di sudut sana, seorang wanita cantik juga seksi. Terus mengulum senyum, kedua netranya tak pernah bosan tatkala memandang sang tunangan.Putra mengatur napasnya, sebelum menjaw

    Huling Na-update : 2021-08-29
  • Dear Mantan   Bab 8

    "Kamu, nggak risih makan di pinggir jalan?" tanya Alya, diam-diam mulai menyimpan rasa kagum terhadap sosok Davin.Pria muda berwajah tampan, hanya mengangkat bahu. Sambil asyik menyantap makan.Alya mengulum senyum, tak pernah menyangka jika mantan bosnya bisa sesederhana itu."Kamu belum makan? Kok, makannya lahap banget sih." Alya terkekeh pelan, mendapati pria yang begitu semangat menyantap makan.Davin mendongak, mengabaikan hidangan di depan mata, "Hem, sebenarnya aku udah makan sih. Cuma, belum kenyang aja."Davin kembali membuka mulut, semewah apa pun hidangan di rumah. Tetap rasanya berbeda, jika terus saja disuguhi dengan perdebatan juga ketegangan yang tak pernah berakhir."Kamu, lagi diet apa gimana? Nyampe nggak kenyang gitu?"

    Huling Na-update : 2021-08-29
  • Dear Mantan   Bab 9

    Sebuah undangan berwarna merah hati, cukup membuat Alya tercekat. Rasa bahagia yang tengah menyelimuti diri, perlahan sirna. Terlebih, yang memberikan undangan adalah si calon pengantin pria langsung.Rei menghela napas, masih tak percaya jika dirinya akan segera menikah dengan orang yang tak pernah ia cinta."Selamat Pak, In Syaa Allah. Saya dan teman-teman, akan menyempatkan diri untuk datang."Tenggorokan Alya, terasa kering. Berusaha tetap tegar, walau badai tengah menerjang hatinya.Rei menatap Alya dengan tatapan sendu, tak mau mendengar kata selamat atau apa pun. Yang berkenaan dengan pernikahannya."Ada yang perlu saya bicarakan, tolong nanti menghadap ke ruangan!" titah sang Direktur, lantas melenggang pergi.Santi, yang berada tidak jauh dari tempat Alya. Menemukan satu keganj

    Huling Na-update : 2021-08-31
  • Dear Mantan   Bab 10

    "Kamu, bisa 'kan menuruti segala permintaan kami?" tanya Vita, menunggu jawaban wanita ramping. Yang kini tengah duduk di hadapannya.Alya masih menimbang, keputusan apa yang akan dia ambil. Bahkan, mereka tidak memberi Alya waktu untuk berpikir lebih lama.Helaan napas terdengar berat, namun, baik Vita mau pun Putra tak peduli sama sekali. Mereka hanya ingin yang terbaik versi mereka, untuk kedua anaknya."Berapa pun yang kamu minta, akan kami beri. Asalkan, kamu segera meninggalkan Kantor juga Kota ini!" tukas Putra, yang sedari tadi menunjukkan ketidaksukaan.Sebuah amplop coklat, berukuran sedang. Teronggok membisu di tempat, menunggu seseorang membawanya.Alya menggeleng lemah, buliran bening jatuh tanpa diminta. Entah ada apa dengan hari ini? Kejadian tak mengenakan justru datang secara beruntun.&

    Huling Na-update : 2021-09-02
  • Dear Mantan   Bab 11

    Dua hari sudah, Davin mengurung diri di dalam kamar. Menolak untuk makan, hingga tubuhnya merasakan sakit luar biasa.Vita kehilangan ide untuk membujuk si bungsu, jangankan makan. Untuk menyentuhnya saja, Davin sudah tidak mau. Membuat seisi rumah dibuat kewalahan!Bagai anak kecil, pikir Vita. Bagaimana mungkin, diusianya yang sudah dewasa. Davin berkelakuan di luar dugaan, hanya karena cinta!Berkali-kali Putra mendengkus kasar, ikut repot mengurus Davin yang tak mau makan juga.Pernikahan sang Kakak, tinggal menghitung hari. Tapi, kondisi Davin malah semakin terpuruk.Helaan napas terdengar berat, sebagai seorang Ibu. Vita merasa kasihan, "Tak bisakah, kamu lupakan wanita itu Vin? Dia bukan yang terbaik, apalagi Alya adalah bekas Kakakmu. Emang kamu mau, dapet yang bekas?"

    Huling Na-update : 2021-09-03

Pinakabagong kabanata

  • Dear Mantan   Bab 34

    "Oooh, jadi ... kamu dan Alya, clbk? Memanfaatkan situasi di saat aku nggak ada, bravo! Kalian memang pasangan serasi, dilihat dari sisi mana pun." Davin, mendelik tajam. Tak sangka, hari kedua akan kepulangannya justru disambut dengan kabar duka.Sang Mama, menatap nanar. Ia mengusap wajah, takut kedua putranya akan kembali berkelahi. Seperti yang sudah-sudah, hanya karena wanita miskin di depannya."Davin, maafkan Kakak. Bagaimana pun, yang namanya cinta nggak bisa dipaksa. Biarkan kami bahagia!" Rei, menekan tiap kata. Ia sudah berjanji, akan mempertahankan hubungannya dengan sang pujaan walau apa yang terjadi nanti.Davin tersenyum getir, "Bagaimana bisa, kalian kembali berhubungan? Bukankah Alya, sudah menikah?"Rei menarik napas, bersiap merangkai kata. Apa pun tanggapan Davin, ia sama sekali tak peduli!"Mer

  • Dear Mantan   Bab 33

    "Lelah." Alya menghela napas panjang, menatap sekeliling rumah. Sepi, pastilah kedua orangtuanya sedang berada di luar.Rey ikut masuk, memejamkan mata akibat rasa lelah yang sama. Belum lagi untuk menghadapi kedua mempelai, amat mengesalkan."Eh, kamu kok, nggak pulang?" Alya bertanya, heran juga kesal."Santai dululah, aku juga capek. Bikinin minum atau apa kek!" Alya mendengkus, sikap bossynya muncul kembali. Meski begitu, ia tetap melangkah menuju dapur.Teringat akan Jimmy dan Risma, tampak serasi dilihat dari sisi manapun. Wajar jika ia cemburu, mereka belum lama bercerai. Terlebih dengan penolakan Laura, amat menikam hati."Nih," ujarnya. Meletakan segelas air putih, "Sorry, hanya ada itu."Rei tak peduli, menghabiskan minumannya dengan tandas. Begitu lega, bisa sedikit mengobati

  • Dear Mantan   Bab 32

    "Loh, kamu ... Ada undang mereka, sayang?" Jimmy bertanya, menatap Risma. Istri barunya, menuntut jawaban dengan rasa tak sabar.Alya berdiri tegak. Tangan ia biarkan bergelayut manja pada pria di sampingnya, Rei Saputra. Siapa sangka, takdir akan mempertemukan mereka kembali pada kondisi berbeda.Pesta megah. Dengan hingar-bingar musik, menjadi hal paling memuakan untuk Alya. Masih pantaskah ia cemburu? Wajarkah? Padahal, perceraian mereka belum lama. Jimmy berlaku seakan tak sabaran, ingin kembali mereguk indah seorang wanita."Iya dong, sayang. 'Kan Alya juga pernah jadi bagian kita," sahut Risma. Mengelus dada pujaan hati, yang akhirnya bisa ia dapatkan jua."Begitu, yasudahlah. Pastikan, pasangan khianat itu tidak berbuat kerusuhan." Ucapan Jimmy, cukup telak membuat hati Alya terkoyak bukan main.

  • Dear Mantan   Bab 31

    "Masih pagi, dan kamu ... Udah rajin banget buat datang ke sini? Ck!" Alya mendengkus sebal, terpaksa menyambut sang tamu yang tak diundang itu.Pria di depannya mengendikan bahu, cuek. Lantas meletakan dua plastik, yang berisi makanan dan minuman. Ia belum sarapan, itu sengaja dilakukan demi melakukan pendekatan.Tanpa malu, Rei menyantap sekotak makanan untuk dirinya. Mengabaikan tatapan tidak suka dari wanita, di depannya."Duduklah, temani aku makan!" titahnya, mendongak demi melihat sang pujaan.Alya memejam, merasa takdir amat kejam. Ia yang terus mencoba move on, justru terus-menerus dipertemukan dengan si tersangka utama."Aku nggak laper!" sahutnya, terpaksa duduk. Dengan mulut yang sesekali menguap."Yakin?" Rei bertanya, lantas membuka bungkusan plastik.

  • Dear Mantan   Bab 30

    Keluarga Mey masih berduka. Pria asing yang tak mereka sukai, bahkan memilih untuk tidak menunjukan diri. Demi menghindari pertikaian, apalagi Rei dan keluarganya selalu ada. Meski benci, kecewa, mereka tetap hadir karena ikatan yang masih jelas terukir.Air mata, menjadi satu-satunya bukti. Bahwa telah kehilangan orang yang dicinta, dan Mey. Amat menyesal, sempat memutukan kabur demi keegoisannya sendiri.Ia tahu betul, penyesalan tak akan bisa membuat sang Papa kembali. Kini, hanya untaian doa dan kata maaf. Untuk semua hal yang pernah terjadi, meski berat tetap harus dijalani bukan?"Setelah ini, apa rencanamu selanjutnya Rei?" tanya sang Mama, mendesah resah. Menatap anak, yang selalu ia kekang selama hidup."Entahlah, Ma. Kita pikirkan nanti, setelah duka ini berjalan lama." Ia hendak melangkah. Namun, dicegah Papanya yang heran a

  • Dear Mantan   Bab 29

    Tiga bulan pencarian, akhirnya Mey ditemukan dalam keadaan mengkhawatirkan. Dengan hanya mengenakan daster lusuh, ia duduk di rumah besar sang suami. Justru seperti orang asing, mereka yang menatap wanita itu seakan tak percaya akan perubahan tersebut.Bahkan, Mama Rei. Sempat berteriak histeris, meski akhirnya ia memeluk menantu tersayang. Menghujaninya dengan permintaan maaf, sebab mengabaikan segala kesakitan yang telah dirasa oleh seorang Mey."Cepat katakan, Mey. Siapa dia?" tunjuk sang suami sah, pada pria asing di sampingnya.Kini, semua tatapan memandang lekat pada pria yang disinyalir membawa Mey kabur. Mereka membenci, bahkan mengutuk!Mey, merasa tenggorokannya makin tercekat. Mimpi buruk saat anak buah Rei, bisa mempertemukan tempat persembunyiannya.Tubuhnya makin me

  • Dear Mantan   Bab 28

    "Ini ... Bukti resmi, bahwa kita sudah bercerai!" Jimmy berucap, mengabaikan rasa sakit yang berkecamuk pada Alya. Wanita yang dulu setengah mati ia puja!Kedatangannya tak hanya sendiri, melainkan bersama Risma. Wanita yang kerap kali ikut ke manapun, Jimmy melangkah.Ibu dan Bapak Alya. Tampak kecewa, menyesal sebab telah menitipkan sang anak pada pria yang salah. Kini, nasi sudah menjadi bubur. Kenyataan yang ada, mau tidak mau kudu diterima!"Saya pulangkan Alya, anak Ibu dan Bapak. Maaf, sebab tidak bisa mempertahankan rumah tangga ini." Setetes air mata jatuh, tanpa sadar Alya meremas surat perceraian mereka. Ada rasa tidak rela, meski tak bisa berbuat apa-apa."Bapak pikir, kamu akan tetap membersamai Alya. Ternyata Bapak salah," ungkap pria itu. Dengan sesak di dada, tak pernah menyangka anaknya akan menjadi seorang jan

  • Dear Mantan   Bab 27

    "Apa yang kamu lihat, itu nggak sesuai dengan apa yang ada dalam pikiranmu!" ucap Alya, tegas. Netranya menerawang jauh, tak memaksa pria di sampingnya untuk percaya.Jimmy memandang wanita, yang masih jadi istrinya. Rasa cemburu saat melihatnya bersama sang mantan, membuat pikirannya tak menentu.Mereka bicara hanya berdua, dengan Risma yang berlalu entah ke mana. Wanita itu terpaksa mengalah, sebab Jimmy sendiri yang meminta."Bisa jadi, kalian berdua janjian. Untuk merayakan pertemuan, atau hal indah lainnya. Aku, bukan pria yang bisa kamu bodohi!" Alya menarik napas panjang, ia tahu akan sulit menjelaskan kesalahpahaman ini.Kini ia pasrah, tak mau membuang waktu untuk orang yang sudah tak mempercayainya lagi."Aku ... Bicara jujur apa adanya, please jangan buat lebih r

  • Dear Mantan   Bab 26

    Hari keempat, Alya berada di kota di mana orangtuanya berada. Memutuskan untuk pergi seorang diri, menghabiskan waktu di dalam Mall sambil sesekali menikmati makanan ringan jua minuman yang membuat tenggorokan terasa segar.Ia melirik ponsel, yang tergeletak di atas meja. Selama kepergiaanya, Jimmy sama sekali tidak berniat untuk menghubunginya. Ahh, masih pantaskah ia berharap? Usai kabur, tanpa kata.Hingar-bingar musik, membuat kepalanya sesekali bergoyang. Entah kenapa pikirannya justru makin semrawut, berada di tempat ramai. Tapi, hatinya terasa sepi. Bagai tak bertuan, rindukah hatinya akan Jimmy?Di sudut lain, ada beberapa orang berbadan besar. Tengah menjadi bodyguard sang boss, tujuan mereka apalagi kalau bukan untuk mencari Mey.Pria tampan dengan kacamata hitam, berjalan santai dengan netra menatap ke sana-ke mari.

DMCA.com Protection Status