Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan

Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan

By:  Marwa SafiraOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
100Chapters
9.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Luna Winston yang sombong mengejar Julian Simmons, sosok bagaikan dewa yang dingin, dan berhasil menjadi istrinya. Demi Julian, tuan putri yang sombong ini menundukkan kepalanya. Namun, setelah mereka menikah, Luna menyadari bahwa Julian masih tidak bisa melupakan cinta pertamanya. Luna pun menjadi bahan tertawaan di kalangan keluarga kaya. Pertengkaran yang histeris dan keributan yang membuat Luna melompat dari bangunan direkam oleh seseorang dan disebarkan ke internet. Semua orang pun mentertawakan Luna. Akan tetapi, saat Luna siuman, dia malah kehilangan ingatannya tentang Julian. Luna bertanya, "Permisi, kamu siapa, ya?" Julian menjawab, "Luna, pura-pura hilang ingatan sudah basi. Aku nggak akan bercerai denganmu." Tanpa menoleh sama sekali, Luna langsung berbalik dan pergi. Tiga tahun kemudian. Seorang anak perempuan yang cantik tidak sengaja menerjang ke pelukan Julian. Melihat sosok yang membekas dalam ingatannya berjalan menghampirinya, Julian berkata, "Luna, anak kita ...." Luna merangkul lengan pria tampan di sampingnya sambil berkata, "Pak Julian, biar kuperkenalkan padamu, ini ayah dari anakku!"

View More

Chapter 1

Bab 1

"Sakit! Julian, lepaskan aku!"

"Apakah kamu akan menyesal kalau aku sudah mati?!"

"Julian, jangan pergi dengan Chelsea, ya? Aku mencintaimu ...."

Aku tiba-tiba terbangun dengan napas yang terengah-engah, layaknya ikan yang terdampar di tepi pantai.

Aku merasa sesak napas dan tenggorokanku terasa sangat sakit.

Aku berusaha untuk membuka mataku. Aku pun melihat cahaya lampu pijar yang sangat silau dan mendengar suara mesin yang terus berbunyi di sampingku.

"Pak Julian, Nyonya sudah siuman. Kata dokter, Nyonya hanya jatuh pingsan karena kepalanya terbentur, nggak ada masalah lainnya."

Seseorang di sisi ranjang sedang bertelepon dengan suara rendah.

Akhirnya, aku menyadari bahwa aku sedang berada di rumah sakit. Apakah aku sakit?

Dari ujung telepon lainnya, terdengar suara seseorang yang sangat dingin.

"Baguslah kalau nggak ada masalah. Aku masih ada rapat video, jadi aku nggak bisa ke sana."

Orang yang bertelepon itu membuang napas. Saat dia berbalik, dia terkejut melihatku.

"Nyonya sudah bangun, ya?"

Aku membuka mulutku untuk menanyakan sesuatu.

Namun, wanita yang berpakaian formal itu langsung berkata, "Hari ini, Pak Julian masih harus menghadiri sebuah rapat video, jadi Pak Julian nggak bisa datang. Kalau Nyonya Luna memerlukan bantuan, Nyonya bisa beri tahu aku."

Aku pun bertanya dengan kebingungan, "Siapa Pak Julian? Aku bukan seorang nyonya, namaku Luna Winston."

Wanita itu tercengang sejenak, lalu dia tertawa dan berkata dengan sinis, "Nyonya, Pak Julian sangat sibuk, begitu pula dengan aku. Kami nggak punya waktu untuk bermain-main denganmu. Kepalamu hanya terbentur, jadi kamu nggak usah pura-pura hilang ingatan."

Dia tertawa lagi, lalu berkata, "Jangan baca terlalu banyak novel yang nggak-nggak di internet. Cara seperti ini nggak ada gunanya bagi Pak Julian."

Aku mengernyit sambil berkata, "Aku nggak baca novel. Selain itu, ucapanmu membuatku merasa nggak nyaman."

Dari awal, wanita itu sama sekali tidak bersikap baik padaku, jadi aku juga tidak memiliki kesan baik terhadapnya.

Tanpa menghiraukan ucapanku, wanita itu melemparkan sebuah ponsel padaku sambil berkata, "Ini ponselmu. Kalau ada apa-apa, hubungi aku. Aku harus kembali bekerja."

Seusai berbicara, dia langsung berbalik dan hendak pergi dengan sombong.

Pada saat ini, pintu ruangan terbuka dan seorang wanita dengan rambut berantakan memasuki ruangan dengan terburu-buru.

"Luna, ada apa denganmu?"

Melihat pendatang ini, aku bertanya dengan terkejut, "Tania, kenapa kamu jadi seperti ini?"

Wanita di hadapanku adalah sahabatku. Kami sudah berteman sejak kecil dan bersekolah di TK, SD, SMP dan SMA yang sama, hingga masuk ke universitas yang sama. Hubungan kami sangat dekat.

Hanya saja, mengapa Tania Shawn menjadi begitu dewasa?

Rambutnya diwarnai warna cokelat kemerahan dan dia mengenakan gaun hitam ketat yang menunjukkan lekuk tubuhnya.

Tania terlihat asing, tetapi juga familier.

Melihatku seperti ini, mata Tania memerah. Kemudian, dia langsung menegurku. "Luna, dasar bodoh! Sudah kusuruh kamu untuk meninggalkan Julian si bajingan itu, tapi kamu nggak mau."

"Lihatlah kamu sekarang! Kamu hampir kehilangan nyawamu sendiri! Bisa-bisanya kamu membuatku ketakutan seperti ini. Huhuhu ...."

Akhirnya, Tania menangis.

Entah mengapa, aku jelas-jelas tidak mengerti maksud ucapannya, tetapi mataku juga ikut berlinang air mata.

Pada saat ini, wanita berpakaian formal itu kembali lagi sambil berkata dengan kesal, "Hei, Nona Tania, ini rumah sakit, harap jaga ketenangan."

Tania sepertinya kenal dekat dengan wanita itu, dia langsung menunjuk wanita itu sambil berseru tanpa sungkan-sungkan, "Telepon Pak Julian-mu itu, suruh dia datang ke rumah sakit! Istrinya terluka hingga masuk rumah sakit, tapi dia masih tega menemani Chelsea untuk menghadiri jamuan amal!"

"Ini namanya penindasan! Dulu, Chelsea si wanita jalang itu meremehkan Julian yang sudah hampir jatuh bangkrut dan melarikan diri ke luar negeri. Pada saat itu, siapa yang menyelamatkan perusahaan Julian? Itu Keluarga Winston! Sekarang, setelah Julian mencapai kejayaannya kembali, Chelsea malah datang mendekatinya lagi."

"Satunya bajingan yang nggak tahu berterima kasih, satunya lagi wanita jalang yang mata duitan!"

"Mereka serasi sekali!"

Mendengar teriakan Tania, wajah wanita itu memerah.

Pada saat ini, perawat yang mendengar suara teriakan Tania datang untuk membujuk Tania, sedangkan wanita itu bergegas meninggalkan tempat ini.

Setelah ruangan ini menjadi tenang kembali, Tania menyeka wajahnya dan berkata dengan marah, "Luna, dengarkanlah nasihatku. Kamu sudah terjerat dengan Julian selama tujuh tahun. Tapi, dia sama sekali nggak mencintaimu, juga sama sekali nggak menghargaimu dan Keluarga Winston."

"Ada banyak sekali pria di luar sana, kenapa kamu bersikeras untuk bergantung pada dirinya? Hari ini, kamu melompat dari bangunan. Besok, kamu mungkin saja menyayat pergelangan tanganmu sendiri. Julian sudah nggak memercayaimu lagi ...."

Dia terdiam sejenak, lalu berkata dengan kecewa, "Luna, kamu kaya dan juga cantik, kenapa kamu begitu buta karena cinta?"

Akhirnya, aku mendapatkan kesempatan untuk bertanya, "Tania, Julian itu siapa? Aku nggak ingat."

Tania tercengang sejenak, lalu tertawa dan berkata, "Asistennya Julian sudah pergi, kamu nggak usah akting lagi. Aku tahu kamu lagi pura-pura hilang ingatan."

Aku meraba bagian belakang kepalaku yang masih bengkak dan tersenyum getir sambil berkata, "Tania, aku benar-benar hilang ingatan. Aku sama sekali nggak kenal dengan Julian yang kamu bicarakan."

Tania seketika terdiam sambil menatapku dengan tatapan bengong.

Setelah kami bertatapan untuk sejenak, dia berteriak dengan histeris, "Ahhh .... Akhirnya! Luna, akhirnya kamu melupakan Julian si bajingan itu!"

...

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa aku mungkin mengalami amnesia sementara.

Bagaimanapun, otak sangat penting, sedangkan katanya, aku jatuh dari puluhan anak tangga di vila. Saat kepalaku terbentur, mungkin ada fungsi otakku yang terganggu.

Aku menatap wajahku melalui cermin.

Wajah berbentuk oval yang familier, hidung yang mancung dan bibir yang sangat pucat.

Inilah wajahku, terasa familier, tetapi juga sangat asing.

Dalam ingatanku, aku sangat bersemangat dan selalu hidup senang setiap hari. Sedangkan mata bayanganku di cermin terlihat hampa dan bahkan menyimpan sejenis dendam yang sangat dalam.

Jangan-jangan ucapan Tania benar?

Aku benar-benar sudah terjerat dengan pria bernama Julian Simmons itu selama tujuh tahun?

Selain itu, aku sudah menikah?

Aku tidak memercayai hal ini.

Namun, Tania membuktikan bahwa aku sudah menikah dengan foto dan video di ponselnya. Terlebih lagi, aku menikah dengan Julian Simmons, pria dingin dambaan semua orang di Universitas Harin pada masanya.

Melihat diriku yang tersenyum sangat lebar di foto dan video pernikahan itu, aku membuang napas.

Tania berkata, "Pada tahun kedua kita kuliah, kamu tergila-gila pada Julian, hingga kamu bahkan nggak mau masuk kuliah lagi. Kamu pergi ke lantai bawah gedung asramanya tiap hari untuk membawakan sarapan untuknya dan mentraktirnya makan. Saat dia main bola, kamu memberikan sekotak minuman untuk semua anggota timnya."

"Pada hari ulang tahunnya, kamu menyewa orang untuk menyusun balon dan spanduk, untuk menyatakan perasaanmu padanya di kampus. Saat Julian jatuh sakit, kamu merawatnya selama 24 jam di rumah sakit ...."

Aku berkata dengan susah payah, "Jangan lanjutkan lagi ...." Sungguh memalukan.

Namun, Tania sepertinya tidak berniat untuk melepaskanku, dia berkata lagi, "Untuk mendekati Julian, kamu bahkan menyuap anggota Badan Eksekutif Mahasiswa agar mereka menyingkirkan orang-orang lain yang bekerja paruh waktu di organisasi kecerdasan buatan. Tapi, kamu nggak mengerti apa pun tentang pemrograman, hingga kamu menjadi seperti tenaga kerja gratis di organisasi itu."

"Pada ulang tahun ke-20, kamu kembali mengungkapkan perasaanmu pada Julian ...."

Aku menutup telingaku.

Tania membuang napas dan berkata, "Kamu menghabiskan uang 400 juta untuk memasang iklan di gedung tertinggi di Kota Harin dan menyiarkan iklan yang meminta agar Julian menikahimu selama 24 jam. Iklan itu menggemparkan seluruh Kota Harin."

Aku membuang napas dan menunduk sambil bertanya, "Apa yang terjadi pada akhirnya?"

Ekspresi Tania menjadi sangat aneh. "Julian menerima lamaranmu," jawabnya.

Aku terdiam sejenak sebelum bertanya, "Karena Keluarga Simmons hampir jatuh bangkrut, ya? Kalau nggak, dia sepertinya nggak mencintaiku, jadi nggak mungkin dia akan menikahiku."

Tania sepertinya tidak tega melihatku bersedih, jadi dia berkata, "Sebenarnya, nggak tentu begitu, dia mungkin merasa tersentuh karena kamu mendekatinya dengan begitu nggak tahu malu ... deh?"

Suasana di dalam ruangan kembali menjadi sunyi.

Aku membuang napas dan berkata, "Memalukan sekali ...."

Aku melihat wajahku yang pucat dan tertawa dengan sinis, lalu berkata, "Nggak kusangka, putri Keluarga Winston yang bermartabat akan menjadi lelucon terbesar di Kota Harin."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
Wimu
kpn d update nih ceritanya
2025-02-22 20:04:20
0
user avatar
Rhia Ville
ini gak di-update lg
2025-02-16 10:26:25
0
default avatar
yusnilambau
lanjut thor, seru ceritany...
2025-01-11 13:16:29
2
user avatar
Dessy Hernawan
kereen kak
2025-01-10 12:16:36
0
100 Chapters
Bab 1
"Sakit! Julian, lepaskan aku!""Apakah kamu akan menyesal kalau aku sudah mati?!""Julian, jangan pergi dengan Chelsea, ya? Aku mencintaimu ...."Aku tiba-tiba terbangun dengan napas yang terengah-engah, layaknya ikan yang terdampar di tepi pantai.Aku merasa sesak napas dan tenggorokanku terasa sangat sakit.Aku berusaha untuk membuka mataku. Aku pun melihat cahaya lampu pijar yang sangat silau dan mendengar suara mesin yang terus berbunyi di sampingku."Pak Julian, Nyonya sudah siuman. Kata dokter, Nyonya hanya jatuh pingsan karena kepalanya terbentur, nggak ada masalah lainnya."Seseorang di sisi ranjang sedang bertelepon dengan suara rendah.Akhirnya, aku menyadari bahwa aku sedang berada di rumah sakit. Apakah aku sakit?Dari ujung telepon lainnya, terdengar suara seseorang yang sangat dingin."Baguslah kalau nggak ada masalah. Aku masih ada rapat video, jadi aku nggak bisa ke sana."Orang yang bertelepon itu membuang napas. Saat dia berbalik, dia terkejut melihatku."Nyonya sudah
Read more
Bab 2
Setelah aku beristirahat selama dua hari di rumah sakit, Tania mengantarkanku pulang.Aku ingin pergi dengan Tania.Namun, Tania langsung mengunci pintu mobil, lalu mendengus dan berkata, "Sebaiknya kamu pulang saja. Kalau ingatanmu kembali, kamu akan menangis dan merendahkan dirimu lagi pada Julian, aku nggak mau jadi orang jahat."Dia masih merasa takut. Jelas-jelas, selama beberapa tahun terakhir, dia sudah sering tersakiti karena aku terlalu buta akan cinta, sehingga meninggalkan trauma dalam hatinya.Aku melihat mobil Tania melaju pergi, lalu mengernyit sambil berjalan memasuki vila yang besar.Rumah ini sangat luas, tetapi sangat kosong dan asing.Namun, melihat foto pernikahan yang tergantung di dinding, aku tahu bahwa aku tidak salah masuk.Seorang wanita yang terlihat seperti pembantu datang mengambil koperku sambil berkata, "Nona Luna, hari ini, Pak Julian ada perjalanan bisnis, jadi nggak akan pulang. Nona nggak perlu menunggu Pak Julian untuk makan malam."Aku menganggukkan
Read more
Bab 3
Sambil mendengar suara air mengalir di kamar mandi, aku bergegas mengenakan pakaianku.Untuk mencegah bagian tubuhku dari terlihat, aku memilih pakaian olahraga yang paling tertutup.Saat Julian berjalan keluar dari kamar mandi ....Wajahku memerah lagi. Dia bertelanjang dada dan hanya mengikatkan sebuah handuk putih dengan longgar di pinggangnya.Rambutnya basah, tetesan air jatuh di pipinya yang tegas, tetesan air dari dadanya juga mengalir melalui otot tubuhnya yang jelas.Aku menatapnya dengan terpana, hingga mendengar Julian tertawa dengan sinis.Aku pun memalingkan wajahku dengan canggung.Kemudian, aku merasakan hawa hangat dari belakang dan merasakan Julian mengembuskan napas hangat di telingaku. "Kalau sudah pulang, jangan berulah lagi, kamu harus patuh."Dia seperti sedang membujuk seorang anak kecil.Jantungku berdebar kencang. Tubuh ini menunjukkan rasa sukaku padanya dengan sangat jujur.Aku menghindari napasnya dan berusaha untuk berkata dengan dingin, "Julian, aku hilang
Read more
Bab 4
Aku berbalik dan naik ke lantai atas.Aku merasa sangat muak melihat Julian begitu merendahkan dirinya."Nona Luna, apakah lukamu sudah membaik?" tanya wanita di lantai bawah itu dengan lembut.Aku menoleh dan menjawab dengan enggan, "Sudah jauh membaik."Julian langsung menyela, "Dia baik-baik saja, hanya terbentur sedikit."Aku pun tertawa dengan sinis dan berkata, "Julian, selama aku terbaring di rumah sakit, kamu bahkan nggak pergi menjengukku. Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku baik-baik saja?"Dengan ekspresi masam, Julian berkata, "Luna, jangan berulah lagi.""Berulah?" Aku tertawa dan berkata, "Ucapanku memang nyata, kenapa malah dibilang berulah? Kalau aku membela diri, apakah itu namanya berulah bagimu?"Pada saat ini, aku benar-benar merasa sangat jijik pada pria ini.Aku yakin bahwa dalam ingatan tujuh tahun yang menghilang ini, aku pasti berkali-kali dibuat kesal oleh Julian yang mengataiku suka "berulah" dan "tak masuk akal".Jadi, wajar saja kalau aku naik darah.Jika ak
Read more
Bab 5
Dari lantai atas, aku mendengar suara mesin mobil.Aku tidak bisa menahan diri dari melihat ke luar. Secara kebetulan, aku melihat Julian mengulurkan tangannya untuk merangkul Chelsea, seakan-akan dia sedang melindungi Chelsea.Entah karena koneksi batin atau bukan, Julian mengangkat kepalanya dan memandang ke arah lantai dua.Tatapannya pun bertemu dengan tatapanku.Aku melihat Julian mengernyit, bibirnya bergerak, seakan-akan dia ingin mengucapkan sesuatu.Aku hanya menatapnya dengan tenang.Julian tercengang sejenak. Dia mungkin tidak menyangka bahwa aku akan setenang ini."Julian?" Chelsea yang berada di sampingnya memanggilnya dengan pelan.Chelsea menatap ke arah tatapan Julian dan melihat sosokku di jendela."Julian ...." Dengan nada sedih, Chelsea berkata, "Kalau kamu mau menemani Nona Luna, pergi saja. Aku bisa pergi sendiri."Julian seketika tersadar. Dia menyingkirkan perasaan di tatapannya dan berkata dengan tenang, "Nggak apa-apa, ayo jalan."Chelsea sedikit mengangkat kep
Read more
Bab 6
Keesokan paginya, saat aku bangun tidur, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.Aku meregangkan leherku yang pegal dan pergi mandi.Setelah merapikan penampilanku dan turun ke lantai bawah, ruang tamu kosong dan ada seseorang yang sedang sarapan di ruang makan.Aku berjalan mendekat dan menyadari bahwa itu Justin.Saat Justin melihatku, dia mendengus dengan kesal, lalu memalingkan wajahnya dariku.Dengan tatapan yang menggelap, aku pergi mengambil makanan di dapur.Namun, tidak ada makanan di dapur, selain bubur yang sudah dingin dan beberapa potong roti kering.Aku mengernyit sambil membuka kulkas untuk memanaskan segelas susu, sekaligus menggoreng dua butir telur untuk diriku sendiri.Saat aku keluar dari dapur dengan makananku, Justin menatapku dengan tatapan terkejut.Aku pun mengernyit dan bertanya, "Kenapa kamu melihatku seperti itu? Ada yang menempel di wajahku, ya?"Justin menunjuk makanan yang kubawa sambil bertanya, "Kamu bisa masak sendiri?"Nada bicaranya membuatku me
Read more
Bab 7
Akhirnya, Tania memercayai ucapanku.Dia menatapku dengan sedih sambil berkata, "Luna, kamu ... sudahlah, yang penting kamu sudah sadar. Selama tujuh tahun terakhir, kamu sudah mengalami terlalu banyak penderitaan demi Julian."Aku hanya diam.Tidak bisa mendapatkan orang yang dicintai adalah hal yang paling menyakitkan.Karena rasa sedih, kondisi mental menjadi tidak seimbang, sehingga seseorang menggila.Luna yang sombong sama sekali tidak pernah gagal, kecuali saat dia berusia 18 tahun.Aku tidak tahu apa yang sudah kualami dari usia 18 tahun hingga 25 tahun, tetapi jelas-jelas itu sangat buruk.Aku berkata secara perlahan, "Tania, tolong bantu aku. Aku mau kembali lagi ke Keluarga Winston."Tania menggeleng sambil membuang napas dan berkata, "Itu susah sekali .... Kamu sudah nggak berhubungan dengan Keluarga Winston selama lima tahun."Dia ragu-ragu untuk mengucapkan sesuatu, tatapannya penuh rasa simpati.Aku menundukkan kepalaku dengan perasaan masam dalam hatiku.Tubuh ini sedan
Read more
Bab 8
Satu jam kemudian, aku sudah berada di ruang gawat darurat di Departemen Ortopedi Rumah Sakit Harin.Seorang dokter tua dengan rambut putih dan wajah yang sangat baik hati sedang memeriksa kondisi lenganku.Dia menganggukkan kepalanya pada pria elegan yang berdiri di satu sisi sambil berkata, "Ini dislokasi tulang."Pria itu mengiakan ucapan si dokter, lalu berkata, "Pak Charles, kemampuan terapi tulang Anda sudah terkenal, bisakah Anda mengobatinya?"Charles menatapnya dengan tatapan penuh arti dan berkata, "Dasar anak ini, kamu selalu memanfaatkan hubunganku denganmu."Sambil berbicara, dia pelan-pelan memutar lenganku. "Nak, apakah bocah busuk ini menindasmu?"Aku diam-diam melirik pria itu, lalu bergegas menggeleng sambil berkata, "Bukan, bukan, aku ... aku nggak kenal dengannya."Charles tertawa dan bertanya, "Nggak kenal? Kalau kamu nggak kenal dengannya, kenapa dia begitu mengkhawatirkanmu?"Aku teringat akan tingkahku yang memalukan sepanjang perjalanan, saat aku mencengkeram k
Read more
Bab 9
Suasana hatiku yang baru menjadi tenang seketika menjadi sangat buruk.Aku bersikeras untuk tetap diam.Namun, Julian menjadi makin kesal. Dia mengulurkan tangannya untuk menarikku.Aku langsung berteriak, "Jangan sentuh aku!"Teriakanku menarik perhatian seluruh pasien yang sedang menunggu pengobatan.Semua orang menatap ke arah aku dan Julian, kelompok pasien lainnya pun seperti menonton keramaian.Ekspresi Julian menggelap. Dia mendekatiku dan mengancamku dengan suara rendah. "Cepat ikuti aku! Kalau ada apa-apa, kita bisa bicarakan di rumah!"Namun, aku tetap melangkah mundur sambil berseru, "Nggak mau!"Tatapan Julian menjadi makin gelap. "Luna, sudah hebat kamu, ya?! Percayalah, aku nggak akan memedulikanmu lagi!"Suara Julian yang meninggi terdengar penuh ancaman.Aku memalingkan wajahku sambil berkata, "Baguslah kalau begitu. Aku nggak memerlukanmu untuk memedulikanku."Julian masih ingin menarikku, tetapi saat dia menyentuh perban di bahuku, tangannya menjadi kaku.Pada saat in
Read more
Bab 10
Julian dan Chelsea pun tercengang.Julian bertanya, "Kamu ngapain?"Chelsea juga merasa kebingungan.Aku menggoyangkan foto itu sambil berkata dengan santai, "Barang bukti, bukti Pak Julian berselingkuh. Aku nggak keberatan kalau kalian mau terus bermesraan di hadapanku, tapi jangan salahkan aku kalau aku mengambil foto dan merekam kalian."Julian baru menyadari keanehan dirinya dengan Chelsea, dia pun bergegas melepaskan tangannya dari tangan Chelsea.Ekspresi Chelsea terlihat canggung.Dia bergegas meminta maaf. "Maaf, maaf. Tadi, aku hanya mau menenangkan Julian. Aku bukan sengaja melakukannya."Sambil berbicara, dia berlinang air mata, membuatnya terlihat sangat kasihan.Aku membuang muka dengan kesal.Cara ini benar-benar rendahan.Seperti yang diduga, Julian terjebak oleh cara ini. Dia langsung merangkul bahu Chelsea sambil berseru dengan penuh amarah padaku, "Luna, cepat minta maaf!"Aku tersenyum dengan dingin dan berkata, "Kali ini, aku lagi yang harus minta maaf? Karena aku m
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status