Share

Bab 3

Penulis: Marwa Safira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 13:12:41
Sambil mendengar suara air mengalir di kamar mandi, aku bergegas mengenakan pakaianku.

Untuk mencegah bagian tubuhku dari terlihat, aku memilih pakaian olahraga yang paling tertutup.

Saat Julian berjalan keluar dari kamar mandi ....

Wajahku memerah lagi. Dia bertelanjang dada dan hanya mengikatkan sebuah handuk putih dengan longgar di pinggangnya.

Rambutnya basah, tetesan air jatuh di pipinya yang tegas, tetesan air dari dadanya juga mengalir melalui otot tubuhnya yang jelas.

Aku menatapnya dengan terpana, hingga mendengar Julian tertawa dengan sinis.

Aku pun memalingkan wajahku dengan canggung.

Kemudian, aku merasakan hawa hangat dari belakang dan merasakan Julian mengembuskan napas hangat di telingaku. "Kalau sudah pulang, jangan berulah lagi, kamu harus patuh."

Dia seperti sedang membujuk seorang anak kecil.

Jantungku berdebar kencang. Tubuh ini menunjukkan rasa sukaku padanya dengan sangat jujur.

Aku menghindari napasnya dan berusaha untuk berkata dengan dingin, "Julian, aku hilang ingatan ...."

"Hah." Julian memeluk pinggangku dengan kedua tangannya dan menyentuh lingkar pinggangku yang ramping dengan santai.

Dia bertanya dengan suara yang terdengar malas dan lelah, "Luna, kamu nggak lelah, ya? Sudah kubilang, jangan berulah."

Entah mengapa, api amarah meluap dalam hatiku. Aku pun mendorongnya dengan kekuatan yang entah datang dari mana.

Aku berseru, "Berulah? Aku jatuh dari lantai dua dan harus masuk rumah sakit selama tiga hari. Tapi, kamu sama sekali nggak datang menjengukku!"

Julian menatapku dengan tenang dan bertanya, "Terus kenapa?"

Aku merasa kesal hingga aku ingin tertawa.

Bahkan jika aku sangat menyebalkan, aku setidaknya menyelamatkan perusahaannya Julian.

Hanya berdasarkan hal ini saja, Julian tetap harus pergi menjengukku di rumah sakit.

Namun, dia malah terlihat sangat tenang, seakan-akan aku adalah orang gila dengan gangguan mental.

Sambil melihat wajah yang sangat tampan di hadapanku ini, untuk pertama kalinya, aku merasa mual.

Aku melambaikan tanganku sambil berkata, "Nggak kenapa-kenapa. Julian, ayo bercerai."

Julian malah tertawa. "Luna, kamu masih saja belum menyerah, ya? Sudah kubilang, kita nggak akan bercerai. Kamu juga nggak perlu cemburu pada Chelsea, karena dia adalah dewi yang nggak akan bisa kamu tandingi seumur hidupmu."

Aku ingin muntah.

Aku mengernyit dengan kesal sambil berkata, "Julian, kamu nggak tuli, 'kan? Sudah kubilang, aku hilang ingatan, aku nggak mencintaimu lagi. Aku mau bercerai denganmu."

Aku menambahkan lagi, "Selain itu, aku nggak mengingat Chelsea. Jadi, sekarang, kita bukan bercerai karena dia."

Ekspresi Julian menjadi masam.

Dia meraih pergelangan tanganku dan menahanku di dinding.

Aku merasa kesakitan hingga mataku memerah.

Julian berada sangat dekat denganku, hingga napasnya yang panas menyembur di wajahku.

Wajahku pun kembali memerah.

Dadanya menempel denganku, tubuhnya yang tinggi dan kuat juga menahan tubuhku dengan erat.

Aku mencium aroma kayu yang samar-samar dari rambutnya dan juga aroma maskulin dari napasnya.

Tubuhku lagi-lagi mengkhianatiku. Tubuhku mulai bergetar dengan pelan, kakiku juga menjadi lemas.

Pikiran ingin mencium bibir Julian juga seketika muncul dalam benakku.

Julian tertawa lagi. Kali ini, dia mencium telingaku dengan lembut, membuat tubuhku bergetar layaknya tersetrum listrik.

"Luna, jangan kira aku akan marah kalau kamu bicara seperti itu. Kamu nggak mengingat Chelsea? Kalau begitu, selama dua tahun terakhir, kamu menghina dirinya dengan gila-gilaan di hadapanku setiap hari, bukankah artinya kamu sangat memedulikannya?" tanya Julian.

Aku menggertakkan gigiku sambil berseru, "Julian, lepaskan aku! Dasar nggak tahu malu!"

Julian menggigit telingaku dengan pelan, seakan-akan dia sedang menghukumku.

"Kenapa kamu mengenakan pakaian sejelek ini? Di mana kamu menyembunyikan pakaianmu yang biasanya? Seingatku, dulu kamu suka sekali mengenakan pakaian yang nggak pernah kulihat setelah aku mandi ... lalu merayuku dengan meniru gerakan yang kamu lihat di televisi," kata Julian.

Napasnya menjadi kasar. "Sudah tiga hari, Luna ...."

Aku merasa gugup, mulutku juga kering.

Dengan tubuhku yang sudah berusia 26 tahun, pikiranku sekarang masih berusia 18 tahun.

Aku sama sekali tidak tahu bahwa hubungan Julian dengan "aku" sudah seburuk ini, hingga dia bisa membicarakan hal itu dengan begitu terbuka.

Apakah akulah yang selalu mengambil inisiatif dalam bidang itu?

Gila, ya?!

Aku mendorong Julian dengan kuat, Julian yang sedang lengah pun hampir terjatuh.

Dia menatapku dengan tatapan gelap dan berkata, "Luna, kamu mendorongku? Kamu salah minum obat, ya?"

Aku tidak ingin berbicara dengan pria ini lagi.

Aku bergegas membuka pintu ruangan sambil berkata, "Aku mau makan di lantai bawah. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau."

...

Di lantai bawah, ada meja makan yang penuh akan makanan yang melimpah. Meskipun Julian pulang malam, mereka tetap memasak bagiannya.

Aku melihat makanan itu sekilas, tidak ada makanan yang aku sukai.

Setelah berpikir sejenak, aku menyadari bahwa makanan itu pasti makanan kesukaan Julian.

Huh, aku benar-benar sudah muak.

Aku duduk dan mulai makan. Setelah kelelahan untuk sangat lama, aku juga sudah lapar.

Saat aku sedang makan sendirian, Julian baru turun ke lantai bawah.

Setelah kejadian tadi, dia jelas-jelas marah.

Julian duduk sangat jauh dariku. Sambil mengambil nasi dan sup, dia sama sekali tidak melihat ke arahku.

Aku tentu saja lebih tidak ingin melihatnya.

Kami makan masing-masing, sehingga suasana di meja makan menjadi sangat tenang.

Julian tiba-tiba bertanya, "Bibi Wanti, kenapa nggak ada sup usus hari ini?"

Wanti adalah pembantu wanita paruh baya yang tadinya menyambut kepulanganku. Dia melirikku sekilas dan berkata dengan nada menyalahkan, "Hari ini, Nona Luna nggak memasaknya, jadi nggak ada sup usus. Pak Julian nggak bisa menyalahkan saya atas hal ini."

Aku mengernyit dan menatap pembantu bernama Wanti itu sambil bertanya, "Apa maksud Bibi Wanti? Memangnya memasak sup itu tugasku? Makanya kamu menyalahkanku?"

Julian meletakkan sendoknya dengan kuat di atas meja dengan ekspresi dingin dan bertanya, "Bukankah biasanya kamulah yang memasaknya? Bibi Wanti juga nggak bisa memasak sup usus."

Aku seketika tertawa dengan absurd.

Aku hanya meletakkan piringku dan menyeka mulutku dengan elegan, lalu berkata, "Pak Julian, ingatlah, aku hanya istrimu, bukan pembantumu. Kamu merasa nggak cukup dengan satu meja penuh akan makanan kesukaanmu, tapi masih menyuruhku untuk memasak sup untukmu?"

"Untuk apa? Memangnya aku berutang padamu?"

Julian mungkin tidak menyangka bahwa aku akan tiba-tiba mengucapkan kata-kata ini padanya.

Dia menatapku dengan tatapan terkejut dan juga kesal. "Luna, jangan berniat untuk membuatku jijik dengan sup yang aku sukai. Sebelumnya, kamu bersikeras untuk mempelajari cara memasaknya dari juru masak untuk memasakkannya untukku. Sekarang, kamu malah nggak bersedia untuk memasaknya. Apa maksudmu?"

"Kalau amarahmu belum reda, cerna saja sendiri. Jangan berulah di meja makan."

Aku tersenyum dengan dingin dan berkata, "Kamu masih belum mengerti maksud ucapanku, ya? Julian, aku nggak akan melayanimu lagi!"

Aku melemparkan serbet dan hendak naik ke lantai atas.

Aku benar-benar sudah muak dengan pria yang sombong dan egois ini.

Aku benar-benar tidak mengerti sebuta apa diriku sebelumnya, hingga aku bisa menyukai pria bajingan ini.

Julian sepertinya tidak menyangka bahwa aku akan bertindak seperti ini.

Dia seketika tercengang.

Sedangkan Wanti masih terus berkata, "Sebelumnya, Nona Luna selalu memasak makanan yang disukai Pak Julian secara pribadi, termasuk sup usus. Sekarang, Nona malah merajuk dan nggak mau melakukan apa yang seharusnya Nona lakukan. Sungguh terlalu ...."

Aku berusaha untuk menahan amarahku.

Pada saat ini, bel pintu berbunyi.

Aku pun melirik ke arah pintu.

Wanti sudah pergi membuka pintu.

Sebuah sosok yang elegan berjalan masuk.

Orang itu sangat cantik, dengan bentuk wajah yang jernih dan indah. Dia mengenakan sebuah gaun panjang berwarna biru muda, dengan sebuah kalung mutiara di lehernya yang putih dan mulus.

Dia memancarkan aura yang sangat baik sambil berjalan masuk dengan tenang.

Aku akui, seorang wanita sepertiku pun iri melihatnya.

Dia berjalan menghampiri Julian dan bertanya dengan lembut, "Julian, aku nggak mengganggu, 'kan?"

Ekspresi Julian yang tadinya masih sangat masam seketika menjadi lembut.

Dia mengambil barang dari tangan wanita itu dengan sangat alami dan bahkan mengambilkan sepasang sandal yang bersih untuk wanita itu dengan penuh perhatian.

Aku menyaksikan adegan ini dengan tatapan dingin, perasaanku sangat sinis.

Suamiku memelototiku karena aku tidak memasak sup usus kesukaannya, tetapi dia malah membungkukkan badannya dan memakaikan sandal untuk wanita cantik lainnya.

Bab terkait

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 4

    Aku berbalik dan naik ke lantai atas.Aku merasa sangat muak melihat Julian begitu merendahkan dirinya."Nona Luna, apakah lukamu sudah membaik?" tanya wanita di lantai bawah itu dengan lembut.Aku menoleh dan menjawab dengan enggan, "Sudah jauh membaik."Julian langsung menyela, "Dia baik-baik saja, hanya terbentur sedikit."Aku pun tertawa dengan sinis dan berkata, "Julian, selama aku terbaring di rumah sakit, kamu bahkan nggak pergi menjengukku. Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku baik-baik saja?"Dengan ekspresi masam, Julian berkata, "Luna, jangan berulah lagi.""Berulah?" Aku tertawa dan berkata, "Ucapanku memang nyata, kenapa malah dibilang berulah? Kalau aku membela diri, apakah itu namanya berulah bagimu?"Pada saat ini, aku benar-benar merasa sangat jijik pada pria ini.Aku yakin bahwa dalam ingatan tujuh tahun yang menghilang ini, aku pasti berkali-kali dibuat kesal oleh Julian yang mengataiku suka "berulah" dan "tak masuk akal".Jadi, wajar saja kalau aku naik darah.Jika ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 5

    Dari lantai atas, aku mendengar suara mesin mobil.Aku tidak bisa menahan diri dari melihat ke luar. Secara kebetulan, aku melihat Julian mengulurkan tangannya untuk merangkul Chelsea, seakan-akan dia sedang melindungi Chelsea.Entah karena koneksi batin atau bukan, Julian mengangkat kepalanya dan memandang ke arah lantai dua.Tatapannya pun bertemu dengan tatapanku.Aku melihat Julian mengernyit, bibirnya bergerak, seakan-akan dia ingin mengucapkan sesuatu.Aku hanya menatapnya dengan tenang.Julian tercengang sejenak. Dia mungkin tidak menyangka bahwa aku akan setenang ini."Julian?" Chelsea yang berada di sampingnya memanggilnya dengan pelan.Chelsea menatap ke arah tatapan Julian dan melihat sosokku di jendela."Julian ...." Dengan nada sedih, Chelsea berkata, "Kalau kamu mau menemani Nona Luna, pergi saja. Aku bisa pergi sendiri."Julian seketika tersadar. Dia menyingkirkan perasaan di tatapannya dan berkata dengan tenang, "Nggak apa-apa, ayo jalan."Chelsea sedikit mengangkat kep

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 6

    Keesokan paginya, saat aku bangun tidur, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.Aku meregangkan leherku yang pegal dan pergi mandi.Setelah merapikan penampilanku dan turun ke lantai bawah, ruang tamu kosong dan ada seseorang yang sedang sarapan di ruang makan.Aku berjalan mendekat dan menyadari bahwa itu Justin.Saat Justin melihatku, dia mendengus dengan kesal, lalu memalingkan wajahnya dariku.Dengan tatapan yang menggelap, aku pergi mengambil makanan di dapur.Namun, tidak ada makanan di dapur, selain bubur yang sudah dingin dan beberapa potong roti kering.Aku mengernyit sambil membuka kulkas untuk memanaskan segelas susu, sekaligus menggoreng dua butir telur untuk diriku sendiri.Saat aku keluar dari dapur dengan makananku, Justin menatapku dengan tatapan terkejut.Aku pun mengernyit dan bertanya, "Kenapa kamu melihatku seperti itu? Ada yang menempel di wajahku, ya?"Justin menunjuk makanan yang kubawa sambil bertanya, "Kamu bisa masak sendiri?"Nada bicaranya membuatku me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 7

    Akhirnya, Tania memercayai ucapanku.Dia menatapku dengan sedih sambil berkata, "Luna, kamu ... sudahlah, yang penting kamu sudah sadar. Selama tujuh tahun terakhir, kamu sudah mengalami terlalu banyak penderitaan demi Julian."Aku hanya diam.Tidak bisa mendapatkan orang yang dicintai adalah hal yang paling menyakitkan.Karena rasa sedih, kondisi mental menjadi tidak seimbang, sehingga seseorang menggila.Luna yang sombong sama sekali tidak pernah gagal, kecuali saat dia berusia 18 tahun.Aku tidak tahu apa yang sudah kualami dari usia 18 tahun hingga 25 tahun, tetapi jelas-jelas itu sangat buruk.Aku berkata secara perlahan, "Tania, tolong bantu aku. Aku mau kembali lagi ke Keluarga Winston."Tania menggeleng sambil membuang napas dan berkata, "Itu susah sekali .... Kamu sudah nggak berhubungan dengan Keluarga Winston selama lima tahun."Dia ragu-ragu untuk mengucapkan sesuatu, tatapannya penuh rasa simpati.Aku menundukkan kepalaku dengan perasaan masam dalam hatiku.Tubuh ini sedan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 8

    Satu jam kemudian, aku sudah berada di ruang gawat darurat di Departemen Ortopedi Rumah Sakit Harin.Seorang dokter tua dengan rambut putih dan wajah yang sangat baik hati sedang memeriksa kondisi lenganku.Dia menganggukkan kepalanya pada pria elegan yang berdiri di satu sisi sambil berkata, "Ini dislokasi tulang."Pria itu mengiakan ucapan si dokter, lalu berkata, "Pak Charles, kemampuan terapi tulang Anda sudah terkenal, bisakah Anda mengobatinya?"Charles menatapnya dengan tatapan penuh arti dan berkata, "Dasar anak ini, kamu selalu memanfaatkan hubunganku denganmu."Sambil berbicara, dia pelan-pelan memutar lenganku. "Nak, apakah bocah busuk ini menindasmu?"Aku diam-diam melirik pria itu, lalu bergegas menggeleng sambil berkata, "Bukan, bukan, aku ... aku nggak kenal dengannya."Charles tertawa dan bertanya, "Nggak kenal? Kalau kamu nggak kenal dengannya, kenapa dia begitu mengkhawatirkanmu?"Aku teringat akan tingkahku yang memalukan sepanjang perjalanan, saat aku mencengkeram k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 9

    Suasana hatiku yang baru menjadi tenang seketika menjadi sangat buruk.Aku bersikeras untuk tetap diam.Namun, Julian menjadi makin kesal. Dia mengulurkan tangannya untuk menarikku.Aku langsung berteriak, "Jangan sentuh aku!"Teriakanku menarik perhatian seluruh pasien yang sedang menunggu pengobatan.Semua orang menatap ke arah aku dan Julian, kelompok pasien lainnya pun seperti menonton keramaian.Ekspresi Julian menggelap. Dia mendekatiku dan mengancamku dengan suara rendah. "Cepat ikuti aku! Kalau ada apa-apa, kita bisa bicarakan di rumah!"Namun, aku tetap melangkah mundur sambil berseru, "Nggak mau!"Tatapan Julian menjadi makin gelap. "Luna, sudah hebat kamu, ya?! Percayalah, aku nggak akan memedulikanmu lagi!"Suara Julian yang meninggi terdengar penuh ancaman.Aku memalingkan wajahku sambil berkata, "Baguslah kalau begitu. Aku nggak memerlukanmu untuk memedulikanku."Julian masih ingin menarikku, tetapi saat dia menyentuh perban di bahuku, tangannya menjadi kaku.Pada saat in

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 10

    Julian dan Chelsea pun tercengang.Julian bertanya, "Kamu ngapain?"Chelsea juga merasa kebingungan.Aku menggoyangkan foto itu sambil berkata dengan santai, "Barang bukti, bukti Pak Julian berselingkuh. Aku nggak keberatan kalau kalian mau terus bermesraan di hadapanku, tapi jangan salahkan aku kalau aku mengambil foto dan merekam kalian."Julian baru menyadari keanehan dirinya dengan Chelsea, dia pun bergegas melepaskan tangannya dari tangan Chelsea.Ekspresi Chelsea terlihat canggung.Dia bergegas meminta maaf. "Maaf, maaf. Tadi, aku hanya mau menenangkan Julian. Aku bukan sengaja melakukannya."Sambil berbicara, dia berlinang air mata, membuatnya terlihat sangat kasihan.Aku membuang muka dengan kesal.Cara ini benar-benar rendahan.Seperti yang diduga, Julian terjebak oleh cara ini. Dia langsung merangkul bahu Chelsea sambil berseru dengan penuh amarah padaku, "Luna, cepat minta maaf!"Aku tersenyum dengan dingin dan berkata, "Kali ini, aku lagi yang harus minta maaf? Karena aku m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 11

    Saat aku hendak memanggil taksi, sebuah mobil berwarna hitam berhenti di hadapanku."Luna?" Jendela mobil diturunkan secara perlahan.Aku mendongak dengan perasaan pusing.Aku pun langsung melihat wajah seorang pria tampan.Aku tercengang sesaat sebelum bertanya, "Kak ... Pak Chris?"Chris turun dari mobil, membuka pintu mobil dan membantuku naik ke mobil.Sesaat kemudian, aku baru tersadar. "Kenapa Pak Chris masih ada di sini?"Sambil mengemudi, Chris menjawab dengan tenang, "Aku tebak, kamu mungkin masih berada di rumah sakit, jadi aku putar-putar di sekitar sini. Seperti dugaanku, kamu masih ada di sini."Dia mengeluarkan selembar tisu dengan penuh perhatian sambil bertanya, "Muntah, ya?"Aku menyeka mulutku sambil menjawab dengan suara rendah, "Ya, aku agak pusing, mungkin karena gegar otak."Chris pun mengernyit.Tatapan di balik kacamatanya sangat dingin dan serius.Pada saat ini, aku baru menyadari bahwa punggungku sudah basah karena keringat.Sambil mengemudi, Chris menghiburku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 50

    Dia mendekat padaku, sehingga aku samar-samar bisa mencium wangi bunga.Aku langsung memalingkan wajahku.Orang ini benar-benar memancarkan aura "menggoda" dari ujung kepala hingga ujung kakinya.Aku yakin, jika dia berusaha, akan ada banyak wanita yang luluh padanya.Aku menghindar sambil berkata, "Tuan Thomas, kamu salah paham. Aku bukan pacarnya kakakmu."Sambil mengucapkan kata-kata ini, wajahku memerah. Dalam ingatanku selama 18 tahun, ini pertama kalinya aku berbicara seperti ini.Selain itu, saat aku menghadapi pria tampan yang pandai berbicara dan genit seperti ini, aku sama sekali tidak tahu apa yang harus kulakukan.Thomas juga menyadari hal ini.Dia sengaja menunduk dan berbisik di telingaku, "Kalau kamu bukan pacar kakakku, bagaimana kalau kamu jadi pacarku saja?"Saat aku merasakan napasnya yang panas, tubuhku bergetar, aku pun bergegas bergerak mundur.Aku bisa merasakan wajahku memerah. "Tuan Thomas, tolong jaga sikapmu. Aku ... aku bukan datang untuk mencari partner sep

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 49

    Aku benar-benar sudah muak mendengar celotehannya. Aku pun menoleh dan berkata dengan sinis, "Aku nggak layak, tapi kamu layak, ya? Kamu pasti ingin menikah ke Keluarga Kody, 'kan?"Ucapanku tepat sasaran, sehingga Cherria merasa marah karena malu.Dia berseru, "Luna, dasar wanita jalang! Kamu kira semua orang nggak tahu malu sepertimu, ya?"Kepalaku sakit sekali, jantungku juga sangat tidak nyaman. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdebat dengan Cherria.Aku pun berbalik.Namun, Cherria menangkapku sambil berkata, "Jangan pergi, katakan dengan jelas."Tubuhku terhuyung-huyung, kerah gaunku juga ditarik olehnya, sehingga bahuku terekspos.Bahuku yang putih terpapar sinar matahari, sehingga aku bergegas menarik kembali gaunku.Aku berseru dengan penuh amarah, "Kamu ngapain?!"Cherria seketika terkejut.Dia masih merasa takut. Sebelumnya, setelah dia mendorongku, dia diusir dari Kediaman Kody. Sekarang, dia menjadi jauh lebih sungkan padaku, dia juga tidak berani main tangan lagi."Wah,

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 48

    Api amarah kembali meluap dalam hatiku. Dengan tatapan dingin, aku menatap mulut Chelsea yang dibalur lipstik dengan indah dibuka dan ditutup."Apa katamu?"Chelsea mendengus dan berkata, "Sekarang, kamu sudah bukan lagi nona muda dari Keluarga Winston. Lima tahun yang lalu, kamu sudah diusir dari Keluarga Winston secara terang-terangan."Seakan-akan sesuatu meledak dalam kepalaku, aku merasakan sakit kepala yang parah.Aku memegang kepalaku, napasku mulai terasa berat.Chelsea tidak menyadari ada yang aneh padaku, jadi dia berkata lagi dengan sinis, "Kamu nggak mendapatkan apa pun dari Keluarga Winston. Kamu hanya bisa bergantung pada pemberian Julian padamu. Jadi, Nona Luna, jangan begitu keras kepala.""Julian nggak mencintaimu. Dia nggak akan memberimu apa yang kamu mau, baik itu uang maupun cinta."Kepalaku terasa sangat sakit.Aku juga tidak bisa mendengar ucapan Chelsea dengan jelas lagi. Dalam pikiranku, hanya ada ucapan Chelsea yang mengatakan bahwa lima tahun yang lalu, aku s

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 47

    Keesokan harinya, saat aku bangun, Willy sudah menunggu di depan pintu dengan seorang perawat.Melihat luka baruku, dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau tahu begitu, aku nggak akan membiarkanmu keluar. Semalam, Pak Chris menegurku untuk sangat lama."Aku berkata dengan rasa bersalah, "Aku juga nggak menyangka kalau aku akan bertemu dengan Julian. Maaf sudah merepotkanmu."Willy menggeleng dan berkata, "Ya, aku hampir kehilangan pekerjaanku karena kamu. Kamu nggak bisa berkeliaran lagi."Aku pun mengangguk.Sebenarnya, aku juga tidak bisa berkeliaran karena kasus ini masih belum berakhir dan aku masih harus menjaga kondisiku.Kediaman Kody sangat luas. Terlebih lagi, terdapat sebuah taman bunga yang sangat indah. Selain itu, ada juga dinding bunga mawar.Hanya saja, saat aku sedang mengagumi dinding bunga itu, Cherria muncul dengan seseorang yang tidak ingin kulihat.Aku pun mengernyit sambil bertanya, "Nona Chelsea, kenapa kamu datang ke sini?"Cherria mengangkat dagunya dan

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 46

    Sambil terus menangis, aku menceritakan apa yang terjadi hari ini.Ekspresi Chris menjadi sangat dingin, menunjukkan kebenciannya terhadap Julian.Aku berkata dengan penuh penyesalan, "Kenapa aku bisa melupakan peninggalan nenekku? Kenapa aku bisa lupa? Kenapa otakku bisa lupa?"Sambil mengucapkan kata-kata ini, aku hendak memukul kepalaku sendiri.Chris langsung menangkap tanganku sambil berkata, "Karena kamu hilang ingatan. Luna, kamu hanya mengingat hal-hal sebelum kamu berusia 18 tahun dan melupakan semua hal setelah itu."Aku menunduk sambil menangis dan berkata, "Tapi, aku nggak seharusnya melupakan hal itu. Kenapa aku menaruh barang sepenting itu di tempat Julian? Aku benar-benar menyesal."Dia berkata dengan lembut, "Luna, jangan bersedih lagi. Gelang yang sudah pecah ini bisa diperbaiki, begitu juga dengan fotonya.""Serius?" Mataku langsung berkilau.Chris tersenyum sambil menjawab, "Serius. Memangnya aku pernah membohongimu?"Aku pun tersenyum. "Terima kasih, Kak Chris."Chr

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 45

    Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, aku menariknya dan berlari ke luar.Kami berlari bersama ke jalanan dan naik ke mobil. Seluruh tubuhku bergetar. Aku memegang gelang itu erat-erat tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Melihat keanehan pada diriku, Tania memukulku dengan kuat."Ada apa? Apa yang terjadi?"Aku menatap Tania dengan tercengang dan menangis sambil menunjukkan foto keluargaku yang sudah robek. "Julian merobek foto keluargaku. Dia merusak salah satu dari barang peninggalan Nenek."Ekspresi Tania seketika berubah.Dia terdiam sejenak, lalu berseru, "Dasar bajingan! Aku akan membunuhnya!"Dia mengambil tongkat golf itu, membuka pintu mobil dan menerjang kembali ke dalam vila.Mendengar suara benda dipecahkan, aku berusaha untuk menenangkan diri, lalu menghubungi seseorang dengan ponselnya Tania.Saat panggilannya terhubung, terdengar suara Chris yang sangat lembut."Halo? Ada apa, Nona Tania?" tanya Chris.Aku terisak tangis sambil berkata, "Kak Chris, ini aku. Bisakah kamu me

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 44

    "Nggak mau lagi, ya?"Dia menggoyangkan gelang giok di tangannya.Hatiku seperti disayat secara perlahan dengan pisau yang tidak terlihat.Aku pun berlutut.Chelsea yang berada di satu sisi berkata dengan sinis, "Aduh, patuh sekali, ya."Dia berkata pada Julian, "Julian, lihatlah, demi bercerai denganmu, dia benar-benar ...."Namun, Julian tiba-tiba berteriak pada Chelsea, "Memangnya masih ada urusanmu di sini? Keluar!"Chelsea seketika terkejut.Dia ingin menangis, tetapi dia tidak berani menangis saat dia melihat ekspresi Julian yang aneh.Dia memelototiku dan mengamatiku dari atas ke bawah dengan tatapan curiga.Sedangkan aku hanya bergerak ke luar ruangan secara perlahan, seakan-akan aku tidak melihat atau mendengar apa pun.Aku berlutut di atas karpet wol yang lembut, seharga 40 juta per meter persegi. Namun, aku seperti merasakan pecahan kaca di bawah lututku.Sakit, rasanya sakit sekali.Namun, aku menginginkan barang peninggalan nenekku.Aku menginginkan agar barang nenekku men

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 43

    Namun, saat aku berusia sekitar 10 tahun, Nenek meninggalkan dunia ini.Nenek pergi dengan sangat mendadak.Di rumah sakit, sebelum dia meninggal, dia memberiku gelang giok ini.Dia berbaring di ranjang sambil menatapku dengan tatapan tidak rela. "Nana, nggak ada yang bisa Nenek berikan padamu. Ini gelang yang sudah Nenek pakai sejak Nenek muda. Saat Nana menemukan pria yang Nana suka, pakailah gelang ini sebagai harta sesan Nana."Aku menangis hingga aku merasa sesak napas.Julian menindih tubuhku sambil berkata, "Luna, jangan pergi. Kita bisa baik-baik saja."Aku menamparnya dengan kuat dan memelototinya sambil berseru, "Nggak akan! Kamu sudah merobek foto Nenek!"Aku mengambil foto itu dengan tanganku yang gemetaran, air mataku terus mengalir.Pada saat ini, pintu kamar terbuka. Chelsea pun terkejut melihat kami di atas ranjang.Ekspresinya langsung berubah. "Julian, kamu ngapain?"Dengan kesempatan ini, aku merebut gelang giok itu dari tangan Julian.Aku langsung berlari ke luar, t

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 42

    Aku melihat sepasang gelang giok berwarna hijau itu.Pola gelang itu sangat familier, tetapi aku tidak bisa mengingat siapa pemilik gelang itu. Firasatku mengatakan bahwa gelang itu pasti merupakan benda yang sangat penting bagiku.Melihatku kebingungan, Julian mengeluarkan selembar foto yang sudah menguning.Begitu aku melihatnya, aku langsung terkejut.Foto itu adalah sebuah foto keluarga.Itu foto keluargaku, dengan mendiang nenekku, ayahku, ibuku, kakakku dan aku di dalamnya.Usiaku sekitar 10 tahun. Di foto itu, aku mengenakan gaun berwarna merah muda.Nenekku yang duduk di paling tengah mengenakan pakaian tradisional, dengan seulas senyuman yang ramah di wajahnya.Dia menatap ke depan dalam diam, seakan-akan dia bisa melihatku melalui foto itu.Aku hanya merasakan kepalaku berdengung dan sebuah ingatan muncul dalam benakku."Nenek!"Kakiku melemas, sehingga aku langsung terjatuh ke lantai.Julian menatapku dari posisi yang lebih tinggi, tatapannya sangat dingin.Aku melihat gelan

DMCA.com Protection Status