Home / Romansa / Calon Ipar Kesayanganku / Bab 7 - Mendengar Masa Lalu

Share

Bab 7 - Mendengar Masa Lalu

Author: Tirsa Andrea
last update Last Updated: 2025-02-17 16:11:45

Kirana membuka mata dan mengedarkan padangannya perlahan. Dimana dia saat ini? Apakah dia berada di Rumah Sakit? Tapi melihat kondisi ruangan ini, sepertinya Kirana berada di kamar seseorang. Ah... Kepalanya masih terasa berat untuk duduk, untung saja perutnya sudah mendingan sekarang. Gadis itu sedikit mendorong tubuhnya, untuk meraih tas yang berada di nakas kemudian mengambil ponselnya. Kirana membulatkan mata melihat deretan panggilan tak terjawab dari Ibunya dan Chandra, juga puluhan pesan yang belum dibacanya. Pasti mereka sedang cemas mencari Kirana sekarang.

Dengan sekuat tenaga Kirana duduk di tempat tidur. Gadis itu lantas meneguk segelas air yang berada di atas nakas layaknya orang yang berhari-hari telah berjalan di padang pasir.

"Ahhh.... " Air itu kandas tak bersisa. Rasanya tubuh Kirana sudah segar kembali.

"Aku harus pulang sekarang" gadis itu membatin.

Kirana segera menyambar tasnya dan bergerak untuk keluar kamar. Apa mungkin tempat ini adalah apartemen Kaivan? Kirana berjalan perlahan menyusuri ruangan bergaya klasik dengan cat kombinasi abu-abu dan putih. Ruangan itu minim pencahayaan dan minim perabotan, hanya ada sebuah sofa beludru hitam, televisi didepannya dan sebuah standing lamp yang sedikit menerangi.

Sunyi. Bahkan Kaivanpun tak kelihatan batang hidungnya. Kalau begitu tak ada alasan lagi dia menunggu di apartemen ini. Masih ada banyak kesempatan untuk Kirana mengucapkan terimakasih.

"Ah..itu pasti pintu keluarnya" Kirana bergegas menuju pintu bercat hitam yang dia yakini sebagai jalan keluar.

"Mau kemana lagi kamu?"

Kirana menahan napas ketika mendengar suara dari belakangnya. Keadaan ruangan itu juga beralih menjadi terang benderang. Dengan masih mengelus dada Kirana berbalik dan menatap seorang pria yang sedang bersandar santai di dinding.

"Kaivan" gadis itu gelagapan seperti pencuri yang tertangkap basah. "Aku-aku cuma mau pulang kok"

"Jadi begini cara kamu berterimakasih sama kaka ipar yang sudah menolong kamu?" ujar Kaivan sembari menyilangkan tangannya di dada.

"Maaf.. aku gak lihat kamu tadi. Aku pikir aku sendiri disini. Well, makasih yah Kai" Gadis itu tersenyum singkat. "Kalo gitu aku pergi dulu" ujar Kirana segera berbalik dan membuka pintu. Namun sebelum pintu terbuka sempurna Kaivan telah dengan cepat melangkah dan menutup kembali pintu itu. Kirana yang kaget segera balik badan dan mendapati Kaivan yang tepat berdiri di depannya. Begitu dekat, sampai Kirana bisa mendengar hembusan nafas pria itu.

"Kamu pikir bantuan aku tadi gratis?" Kaivan menyeringai

"Mau apa kamu, hah!" ujar Kirana dengan dahi yang berkerut. Jantungnya bergegup kencang. Bagaimana tidak? Posisi Kirana sekarang masih terhimpit antara pintu dan dada bidang Kaivan. Pria sialan itu bahkan tidak beranjak satu sentimerpun untuk menjauhi Kirana. Diam-diam Kirana memperhatikan wajah Kaivan yang terlihat lebih dewasa dan mempesona dibanding 6 tahun yang lalu, tubuhnya juga tampak lebih atletis dan kekar. Ahh... Kirana mengerjapkan mata berusaha kembali berpikir jernih. Dia tidak boleh mengagumi Kaivan yang sekarang. Tidak boleh.

"Aku sudah persiapkan sesuatu yang spesial untuk kita berdua malam ini" bisik Kaivan tepat ditelinga Kirana. Entah setan apa yang merasuki Kaivan.

Gadis itu bergidik ngeri. "Gak, biarin aku pulang sekarang" dia memberontak, berusaha keluar dari lengan Kaivan yang sedari tadi mengurungnya.

"Gadis keras kepala" ujar Kaivan seraya menggendong Kirana dipundaknya seperti sekarung beras.

"Lepasin aku! Lepasin! Dasar laki-laki buaya brengsek!!!"

Tentu saja gadis itu meronta dan memukul-mukul punggung Kaivan. Namun Kaivan hanya tertawa terbahak-bahak. Dasar gila. Sepertinya pria ini sedang mempermainkan Kirana.

"Duduk" Kaivan menjatuhkan Kirana di sebuah kursi ruang makan dengan berbagai macam hidangan yang ditata diatas meja. "Emang kamu pikir aku mau ngapain kamu, hah? Kotor banget sih otaknya" Kaivan tertawa geli sembari menjentikan jarinya pelan di dahi Kirana

Gadis itu mengaduh memegangi dahi, wajahnya sudah merah menahan malu. Tapi bukankah Kaivan yang memancingnya? Gadis mana yang tidak akan salah paham dengan ucapan Kaivan didepan pintu barusan. Menyebalkan.

"Makan dulu"

"Gak usah, aku mau pulang, nanti aku makan dirumah aja" Kirana memalingkan wajah gengsi.

"Yakin kamu? kalau kamu gak mau, aku simpan aja semua makanannya"

Kirana menelan salivanya sambil menatap hidangan dimeja makan itu. Semua kelihatan enak. Jujur Kirana kelaparan saat ini, dia tidak makan sebutir nasipun dari siang tadi, tapi disisi lain Kirana tak tahan berlama-lama bersama Kaivan. Entah kenapa jantungnya berdetak kencang saat berada di dekat pria tampan ini.

Tiba-tiba suara gemuruh terdengar jelas diruangan itu. Sontak Kaivan menatap Kirana yang yang sudah tertunduk sambil memegangi perutnya.

"BWUAAA.. HAH.. HAH.. HAH.. HAH !" Kaivan terpingkal-pingkal. "Tuh perut kamu yang jawab pertanyaan aku" Kaivan masih terus tertawa sampai terengah-engah membiarkan Kirana yang membatu ditempat karena menahan malu.

"Tuhan tolong aku mau hilang jadi abu saat ini juga" doa Kirana. Malu sampai ke ubun-ubun.

"Gak usah gengsi, Kiraaan" Kaivan mengambil kursi dan duduk berhadapan dengan Kirana.

Kiran. Hanya Kaivan yang sering memanggilnya Kiran. Hati Kirana agak ngilu mendengarnya. Seperti mendengar masa lalu.

"Aku makan, tapi kamu berhenti tertawa dulu" Kirana melemparkan tatapan tajam pada Kaivan.

"Iya.. iya" Kaivan mengatur nafas dan mempersilahkan Kirana untuk mengambil makanan terlebih dulu.

"Sejak kapan kamu punya penyakit lambung?" tanya Kaivan sembari melahap sepotong wortel. Setahu Kaivan dulu Kirana tak pernah mengeluh tentang sakit lambung sama sekali. "Untung tadi dokter Herry bisa visit kesini untuk periksa kamu"

"Kamu panggil dokter?" tanya Kirana tanpa menjawab pertanyaan Kaivan sebelumnya.

Kaivan mengangguk. Pria itu memilih membawah Kirana ke apartemen karena jaraknya lebih dekat dibanding harus membawanya ke rumah sakit. Syukurlah malam itu Dokter Herry - dokter keluarga Bagaskara, bersedia langsung meluncur untuk menangani Kirana.

"Lalu Bella?" Kirana tiba-tiba teringat sahabatnya. "Kamu kesana karena mau jemput Bella kan? Trus Bella gimana?"

"Sudah dijemput sama supir" jawab Kaivan singkat.

"Harusnya kamu pentingkan tunangan kamu" tutur Kirana setengah berbisik.

Kaivan hanya tersenyum miris. Lima belas menit waktu makan bersama mereka selanjutnya hanya diisi dengan keheningan. Keduanya sibuk dengan makanan dan pikiran masing-masing.

"Selesai" Kirana meletakan alat makannya dan menghabiskan segelas air. "Trimakasih makanannya Kai, aku mau pulang" ujarnya sembari berdiri dan menggantung tasnya di pundak.

"Gak boleh. Aku gak izinin kamu pulang"

-------------------------------------------------------------------

Pukul 01.35 dini hari.

Kirana masih bergelut di kasur king size aparteman mantan kekasihnya, Kaivan Mavendra Bagaskara. Mau tidak mau dia akhirnya memutuskan menginap disana karena gadis itu tak cukup bernyali untuk berkeliaran di Ibu Kota pada malam hari sedangkan Kaivan menolak mengantarnya pulang dengan alasan mengantuk. Sungguh menyebalkan.

Jari-jari lentik Kirana bergerak dilayar ponselnya untuk menonton video-video pendek di media sosial. Dia berharap bisa secepatnya diserang rasa kantuk. Tiba-tiba sorot matanya terpaku menatap video seorang pria yang tampak sedang menyusuri sebuah koridor panjang dengan mengenakan setelan serba hitam dengan gaya rambut undercut. Siapapun pasti tak bisa tahan dengan pesonanya. Tak heran tayangan pendek itu menuai ratusan ribu like dan ribuan komentar. Chandra Aditya Bagaskara, tunangannya. Kirana hanya tersenyum kecut, membayangkan pria ini dengan sisi gelapnya.

Ketika Kirana sudah setengah tertidur, mendadak dia dikejutkan dengan suara bel pintu aparteman yang ditekan berkali-kali. "Siapa sih yang bertamu malam-malam begini?" Kirana membatin dan membiarkan Kaivan yang tidur di kamar sebelah membuka pintu untuk tamunya.

Tak berselang lama terdengar keributan kecil dari arah luar kamar yang membuat Kirana penasaran. Kirana lantas bergegas keluar untuk memastikan keadaan.

"Oh, jadi benar ternyata kamu disini??"

Kirana membulatkan matanya memandang pria yang berdiri di depan pintu apartemen dengan penuh amarah. Disampingnya ada Kaivan yang diam dengan ekspresi menyesal.

"Ka-kamu kok bisa kesini?" ujar Kirana terbata-bata disambut gelak tawa Chandra yang terdengar seperti merendahkan Kirana.

"Pertanyaan lucu" Chandra melotot. "Harusnya aku tanya kamu! Kamu ngapain disini??! Pulang sekarang!!" ujar Chandra dengan penekanan pada setiap katanya.

Kirana diam tak bergeming. Dia mulai bergetar ketakutan. Gadis itu hanya tak ingin membayangkan apa yang akan dilakukan Chandra padanya setelah ini. "

"Gue yang bawah dia kesini, Chan. Kita bisa jelasin semua" Kaivan berusaha menengahi situasi itu. Bagaimanapun Kaivan merasa bersalah karena dia yang membawa wanita itu ke apartemennya dalam keadaan tidak sadarkan diri. "Lu jangan salahin dia, dia gak tahu apa-apa"

"Diem lu Brengsek!" Bentak Chandra seraya mengarahkan telunjuknya tepat di wajah Kaivan. "Gue lagi ngomong sama si wanita jalang ini!

Kaivan sontak melotot menatap Chandra seakan tak percaya apa yang baru didengarnya. "Kasar banget lu sama cewek, banci lu yah!!!"

Chandra tertawa kecil kemudian dengan cepat mendaratkan tinjunya ke pipi Kaivan hingga pria itu terpental. "Gue bilang diam lu!! Dia itu tunangan gue, milik gue, jangan pernah lu lewati batas itu, dasar pecundang"

"Bangsat lu" Kaivan yang tersulut emosinya telah bersiap untuk membalas pukulan adiknya barusan kalau saja tidak dihalangi Kirana yang lebih dulu pasang badan diantara kakak beradik itu.

"Stop kalian berdua!!!!" Jerit Kirana sembari menutup matanya. Hampir saja tinju Kaivan mendarat diwajahnya. "A-aku akan ikut kamu pulang Chan.. "

Mendengar itu, Kaivan refleks menggenggam pergelangan tangan Kirana dan menggeleng. Perasaan Kaivan benar-benar tak enak dengan keputusan Kirana untuk pulang bersama tunangannya.

"Gak apa-apa Kai" ucap Kirana sambil melepaskan genggaman tangan Kaivan.

Tak menunggu lama Chandra segera mencengkram lengan Kirana dan memberikan senyum kemenangan.

Kaivan mengepalkan tangannya erat menahan gejolak emosi yang serasa ingin meledak apalagi dia sempat mendengar gadis itu meringis kesakitan sebelum Chandra menyeretnya cepat keluar dari apartemennya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 8 - Tolong lepaskan aku

    Kirana berpegang erat pada dashboard dan jok mobil sementara Chandra melajukan kendaraan itu dengan kecepatan tinggi seperti orang kesetanan. Sudah setengah perjalanan mereka tempuh dalam diam. Kiranapun tak berani bersuara dan menghentikan kegilaan tunangannya. Untung saja saat ini jalanan ibu kota sudah lenggang karena telah memasuki waktu subuh. "Brengsek! Brengsek!!" Chandra berteriak memecah keheningan kemudian semakin menginjak pedal gas hingga kandas pada kecepatan penuh. "Kamu gila Chan!! STOPP!" Jerit Kirana. "Kita berdua bisa mati!!!" "Aku mau mati berdua sama kamu malam ini" Chandra tersenyum menyeringai. Kirana terbelalak dengan nafas yang memburu. Pria ini sudah sinting rupanya. Dalam hati dia berulang kali memanjatkan doa untuk keselamatan dirinya malam ini. "Please Chan, kamu jangan begini, aku minta maaf" Kirana menangis memohon. Chandra tertawa puas melihat Kirana memohon-mohon. Sangat menyenangkan buatnya mempermainkan gadis ini. "Chandra!!! AWASS!!

    Last Updated : 2025-02-18
  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 9 - Sejauh langit dan Bumi

    Kirana memulai hari ini dengan bersemangat. Tiga hari telah berlalu semenjak peristiwa kecelakaannya bersama Chandra, dan selama tiga hari inipun tunanganya itu hilang bagai ditelan bumi. Biasanya setiap jam Kirana harus membalas rentetan pesan Chandra yang menanyakan dimana posisinya, sedang bersama siapa, sampai semua detail aktivitas yang Kirana kerjakan. Jadi beginilah rasanya kebebasan. Apa mungkin Chandra ingin melepaskan Kirana setelah peristiwa kecelakaan itu? "Mbak Kirana, ada paket lagi" Teriak seorang karyawan dari pintu depan toko. "Pacar mbak sweet banget sih" karyawan tersebut cekikikan. Kirana hanya tersenyum simpul. "Kapan-kapan pacarnya diajak main di toko dong mbak" "Asik banget deh mbak punya pacar artis""Iya mbak, supaya kita bisa sekalian foto-foto kan. Siapa sih yang gak mau foto sama kak Chandra Aditya" ucap Desty, seorang karyawati toko dengan mata berbinar."Hush apaan sih kalian norak banget" potong Naya. "Lagian siapa juga yang artis, kak Chandra itukan

    Last Updated : 2025-02-20
  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 1 - Hari Penting

    Kirana memandang bayangan dirinya dicermin dengan tatapan nanar. Sesekali tangannya bergerak untuk menyeka butiran air mata yang lolos begitu saja. Wajah yang telah dipoles make up gaya western dan gaun malam berwarna merah maroon karya desainer ternama itu bahkan tak dapat menyembunyikan ronah kesedihan diwajah Kirana.“Aku harus kabur dari sini…” bisiknya dalam keheningan Tak perlu menunggu lama Kirana segera memasukan barang-barang penting ke dalam tas ransel miliknya sembari memikirkan cara bagaimana untuk keluar dari kamarnya sendiri yang berada dilantai dua.“Hallo Bell, 30 menit lagi tolong jemput aku di depan gerbang rumahku yah” ucap kirana sambil menjepit ponsel diantara telinga dan bahu kanannya.“Kamu mau kabur dihari penting begini?? Udah sinting kamu !!” Terdengar suara dari ujung telepon.“Nanti aku jelasin, percaya sama aku” ujar kirana sambil terus mengisi penuh tas ranselnya, “Pokoknya 30 menit lagi depan gerbang”Sambungan telepon ditutup sepihak. Kirana tidak pedu

    Last Updated : 2025-01-30
  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 2 - Bertemu kembali

    Kirana berdiri kikuk dia atas panggung sembari menyalami tamu yang datang silih berganti. Kebanyakan tamu yang hadir malam ini adalah rekan bisnis keluarga Bagaskara yang Kirana sendiri tidak kenal. Alih-alih mengadakan pesta meriah, gadis itu malah bersikukuh untuk menyelenggarakan privat party saja dirumah. Semakin sedikit yang hadir, semakin besar peluangnya untuk kabur pikirnya. Bertahun-tahun Kirana berusaha mengulur waktu untuk perjodohan ini dengan berbagai alasan, mulai dari ingin melanjutkan studi dan meraih gelar doktornya dalam ilmu manajemen, sampai alasan ingin fokus menjalankan toko florist miliknya. Semua hanya demi tidak terikat dengan Pria yang berdiri disampingnya sekarang. Namun Kirana sendiri tau bahwa dia tak bisa selamanya lari dari takdir, karena perjodohan ini berhubungan dengan kelangsungan bisnis dan pekerjaan orang tuanya. Gadis malang. "Sweetheart...senyum dong" Chandra mencubit kecil lengan Kirana hingga lamunan gadis itu buyar digantikan dengan senyuman

    Last Updated : 2025-01-30
  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 3 - Berbahagialah Kaivan

    "Kai... look at me" "Gue sibuk, Bell" jawab Kaivan datar. "Tapi ini waktunya lunch loh Kai, emang kamu gak lapar? " Ujar Bella manjaKaivan diam tak bergeming, bola matanya bahkan tetap fokus pada layar laptop. Tak menyerah, gadis cantik berbalut dress merah itu perlahan bergerak duduk di pangkuan Kaivan sambil menangkup pipi lelaki itu, sehingga mereka sekarang saling berpandangan. "Benar-benar tampan" Batinnya. Mata cokelat hazel dan garis wajah yang tegas membuat Bella semakin terpesona pada calon tunangannya ini. Bella dan Kaivan juga dijodohkan. Tepatnya, 3 tahun yang lalu saat orang tua mereka bertemu di New York untuk urusan bisnis, namun tak hanya soal bisnis, pertemuan itu juga membahas soal masa depan anak-anak mereka. Kaivan dan Bella. Perlahan tapi pasti Bella mendekatkan wajahnya. Terus menerus menatap bibir sexy lelaki ini membuat pikiran Bella semakin liar. Apalagi selama mereka dijodohkan hanya 2 kali saja Bella bertandang ke New York untuk menemui kekasihnya.Na

    Last Updated : 2025-01-30
  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 4 - Luka yang tertutup waktu

    Kirana setengah berlari keluar dari gedung Pasific Textile, dia tidak mau orang-orang melihat matanya yang sembab dan merah sekarang. Apalagi di perusahaan ini Kirana bukanlah orang asing sebenarnya, anak dari Operasional Manajer dan tunangan dari keluarga pemilik perusahaan. Sebagian besar pegawai disini pasti mengenali wajahnya. Kirana hanya tidak ingin menjadi bahan gosip. "Kirana..!" Sontak gadis itu berbalik begitu mendengar suara yang sangat dikenalnya. Suara yang sebetulnya tak ingin dia dengar. "Chandra??""Iya, Chandra tunangan kamu, memang kamu berharap siapa?" Ujar pria itu dengan sorot mata tajam yang membuat Kirana takut. "Kamu ngapain disini?" ujar Kirana"Aku?!" Chandra menatap gadis itu dengan mata melotot. "Harusnya aku yang tanya, kamu ngapain disini?" ucap pria itu dengan penekanan disetiap kata-katanya. Kirana tertegun. Benar juga. Gedung perkantoran ini adalah milik keluarga Bagaskara, yang mana bukanlah suatu hal yang mengejutkan jika Chandra ada disini. "I

    Last Updated : 2025-01-30
  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 5 - Are you Okay?

    "Dasar cowok brengsek!!! Gak punya otak!!! Nyesel banget aku pernah ngefans sama dia, mbak", Naya tesengal-sengal mengatur nafasnya. " Amit-amit kalo sampai mbak Kirana jadi nikah sama itu psikopat""Makasih yah kamu mau dengerin cerita aku lagi" Kirana tersenyum sambil sambil mengeringkan wajahnya yang basah oleh air mata."Anytime mbak, kapan aja kamu butuh teman cerita cari Naya aja" ujar Naya sambil mengedipkan mata berulang kali. Kirana tertawa kecil. Lega rasanya punya teman berbagi cerita. Naya Adista Putri adalah salah satu karyawan toko Florist Kirana yang sudah bekerja kurang lebih 3 tahun. Gadis mungil dan ceria itu sudah seperti adik perempuan bagi Kirana, bahkan entah mengapa Kirana bisa terbuka untuk menceritakan pahit manis kehidupannya pada Naya. "Udah mbak, gak usah ditangisin, hempas ke laut aja cowok toxic kayak si Chandra-Chandra itu, kesel kan aku jadinya.." ujar Naya sambil memanyunkan bibirnya. Awalnya Naya memang tak begitu percaya saat Kirana menceritakan se

    Last Updated : 2025-01-30
  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 6 - Persahabatan

    Kirana duduk sendirian disebuah kafe sambil menyeruput segelas es kopi. Dia termenung dan membiarkan pikirannya melalangbuana menemukan memori-memori indah dan juga pedih di masa lalu. Kirana tersenyum tipis. Rasanya dia harus memberikan penghargaan pada dirinya sendiri karena masih bertahan sampai detik ini. Ah.. hidup memang ibarat minum kopi, ada manis dan pahit, tapi tetap bisa dinikmati. "Kirana, maaf aku telat, kamu sudah lama disini yah?" Kirana menengada, memandang seorang gadis cantik dengan raut wajah gelisah dihadapannya. "It's okay dear, aku memang datang lebih awal kok" Kirana menyunggingkan senyum. "Duduk Bell" "Kamu mau pesan apa?" "Ouh...gak usah Ki" tolak Bella. "Aku gak bisa lama-lama soalnya" Perasaan canggung apa ini? bukankah gadis dihadapan Kirana ini adalah orang yang dia sebut sahabat selama 10 tahun? Namun entah kenapa pertemuan hari ini malah mengisyaratkan jurang yang sebentar lagi akan membentang diantara keduanya. "Ki, aku yakin kamu sudah t

    Last Updated : 2025-02-14

Latest chapter

  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 9 - Sejauh langit dan Bumi

    Kirana memulai hari ini dengan bersemangat. Tiga hari telah berlalu semenjak peristiwa kecelakaannya bersama Chandra, dan selama tiga hari inipun tunanganya itu hilang bagai ditelan bumi. Biasanya setiap jam Kirana harus membalas rentetan pesan Chandra yang menanyakan dimana posisinya, sedang bersama siapa, sampai semua detail aktivitas yang Kirana kerjakan. Jadi beginilah rasanya kebebasan. Apa mungkin Chandra ingin melepaskan Kirana setelah peristiwa kecelakaan itu? "Mbak Kirana, ada paket lagi" Teriak seorang karyawan dari pintu depan toko. "Pacar mbak sweet banget sih" karyawan tersebut cekikikan. Kirana hanya tersenyum simpul. "Kapan-kapan pacarnya diajak main di toko dong mbak" "Asik banget deh mbak punya pacar artis""Iya mbak, supaya kita bisa sekalian foto-foto kan. Siapa sih yang gak mau foto sama kak Chandra Aditya" ucap Desty, seorang karyawati toko dengan mata berbinar."Hush apaan sih kalian norak banget" potong Naya. "Lagian siapa juga yang artis, kak Chandra itukan

  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 8 - Tolong lepaskan aku

    Kirana berpegang erat pada dashboard dan jok mobil sementara Chandra melajukan kendaraan itu dengan kecepatan tinggi seperti orang kesetanan. Sudah setengah perjalanan mereka tempuh dalam diam. Kiranapun tak berani bersuara dan menghentikan kegilaan tunangannya. Untung saja saat ini jalanan ibu kota sudah lenggang karena telah memasuki waktu subuh. "Brengsek! Brengsek!!" Chandra berteriak memecah keheningan kemudian semakin menginjak pedal gas hingga kandas pada kecepatan penuh. "Kamu gila Chan!! STOPP!" Jerit Kirana. "Kita berdua bisa mati!!!" "Aku mau mati berdua sama kamu malam ini" Chandra tersenyum menyeringai. Kirana terbelalak dengan nafas yang memburu. Pria ini sudah sinting rupanya. Dalam hati dia berulang kali memanjatkan doa untuk keselamatan dirinya malam ini. "Please Chan, kamu jangan begini, aku minta maaf" Kirana menangis memohon. Chandra tertawa puas melihat Kirana memohon-mohon. Sangat menyenangkan buatnya mempermainkan gadis ini. "Chandra!!! AWASS!!

  • Calon Ipar Kesayanganku   Bab 7 - Mendengar Masa Lalu

    Kirana membuka mata dan mengedarkan padangannya perlahan. Dimana dia saat ini? Apakah dia berada di Rumah Sakit? Tapi melihat kondisi ruangan ini, sepertinya Kirana berada di kamar seseorang. Ah... Kepalanya masih terasa berat untuk duduk, untung saja perutnya sudah mendingan sekarang. Gadis itu sedikit mendorong tubuhnya, untuk meraih tas yang berada di nakas kemudian mengambil ponselnya. Kirana membulatkan mata melihat deretan panggilan tak terjawab dari Ibunya dan Chandra, juga puluhan pesan yang belum dibacanya. Pasti mereka sedang cemas mencari Kirana sekarang. Dengan sekuat tenaga Kirana duduk di tempat tidur. Gadis itu lantas meneguk segelas air yang berada di atas nakas layaknya orang yang berhari-hari telah berjalan di padang pasir. "Ahhh.... " Air itu kandas tak bersisa. Rasanya tubuh Kirana sudah segar kembali. "Aku harus pulang sekarang" gadis itu membatin.Kirana segera menyambar tasnya dan bergerak untuk keluar kamar. Apa mungkin tempat ini adalah apartemen Kaivan? K

  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 6 - Persahabatan

    Kirana duduk sendirian disebuah kafe sambil menyeruput segelas es kopi. Dia termenung dan membiarkan pikirannya melalangbuana menemukan memori-memori indah dan juga pedih di masa lalu. Kirana tersenyum tipis. Rasanya dia harus memberikan penghargaan pada dirinya sendiri karena masih bertahan sampai detik ini. Ah.. hidup memang ibarat minum kopi, ada manis dan pahit, tapi tetap bisa dinikmati. "Kirana, maaf aku telat, kamu sudah lama disini yah?" Kirana menengada, memandang seorang gadis cantik dengan raut wajah gelisah dihadapannya. "It's okay dear, aku memang datang lebih awal kok" Kirana menyunggingkan senyum. "Duduk Bell" "Kamu mau pesan apa?" "Ouh...gak usah Ki" tolak Bella. "Aku gak bisa lama-lama soalnya" Perasaan canggung apa ini? bukankah gadis dihadapan Kirana ini adalah orang yang dia sebut sahabat selama 10 tahun? Namun entah kenapa pertemuan hari ini malah mengisyaratkan jurang yang sebentar lagi akan membentang diantara keduanya. "Ki, aku yakin kamu sudah t

  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 5 - Are you Okay?

    "Dasar cowok brengsek!!! Gak punya otak!!! Nyesel banget aku pernah ngefans sama dia, mbak", Naya tesengal-sengal mengatur nafasnya. " Amit-amit kalo sampai mbak Kirana jadi nikah sama itu psikopat""Makasih yah kamu mau dengerin cerita aku lagi" Kirana tersenyum sambil sambil mengeringkan wajahnya yang basah oleh air mata."Anytime mbak, kapan aja kamu butuh teman cerita cari Naya aja" ujar Naya sambil mengedipkan mata berulang kali. Kirana tertawa kecil. Lega rasanya punya teman berbagi cerita. Naya Adista Putri adalah salah satu karyawan toko Florist Kirana yang sudah bekerja kurang lebih 3 tahun. Gadis mungil dan ceria itu sudah seperti adik perempuan bagi Kirana, bahkan entah mengapa Kirana bisa terbuka untuk menceritakan pahit manis kehidupannya pada Naya. "Udah mbak, gak usah ditangisin, hempas ke laut aja cowok toxic kayak si Chandra-Chandra itu, kesel kan aku jadinya.." ujar Naya sambil memanyunkan bibirnya. Awalnya Naya memang tak begitu percaya saat Kirana menceritakan se

  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 4 - Luka yang tertutup waktu

    Kirana setengah berlari keluar dari gedung Pasific Textile, dia tidak mau orang-orang melihat matanya yang sembab dan merah sekarang. Apalagi di perusahaan ini Kirana bukanlah orang asing sebenarnya, anak dari Operasional Manajer dan tunangan dari keluarga pemilik perusahaan. Sebagian besar pegawai disini pasti mengenali wajahnya. Kirana hanya tidak ingin menjadi bahan gosip. "Kirana..!" Sontak gadis itu berbalik begitu mendengar suara yang sangat dikenalnya. Suara yang sebetulnya tak ingin dia dengar. "Chandra??""Iya, Chandra tunangan kamu, memang kamu berharap siapa?" Ujar pria itu dengan sorot mata tajam yang membuat Kirana takut. "Kamu ngapain disini?" ujar Kirana"Aku?!" Chandra menatap gadis itu dengan mata melotot. "Harusnya aku yang tanya, kamu ngapain disini?" ucap pria itu dengan penekanan disetiap kata-katanya. Kirana tertegun. Benar juga. Gedung perkantoran ini adalah milik keluarga Bagaskara, yang mana bukanlah suatu hal yang mengejutkan jika Chandra ada disini. "I

  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 3 - Berbahagialah Kaivan

    "Kai... look at me" "Gue sibuk, Bell" jawab Kaivan datar. "Tapi ini waktunya lunch loh Kai, emang kamu gak lapar? " Ujar Bella manjaKaivan diam tak bergeming, bola matanya bahkan tetap fokus pada layar laptop. Tak menyerah, gadis cantik berbalut dress merah itu perlahan bergerak duduk di pangkuan Kaivan sambil menangkup pipi lelaki itu, sehingga mereka sekarang saling berpandangan. "Benar-benar tampan" Batinnya. Mata cokelat hazel dan garis wajah yang tegas membuat Bella semakin terpesona pada calon tunangannya ini. Bella dan Kaivan juga dijodohkan. Tepatnya, 3 tahun yang lalu saat orang tua mereka bertemu di New York untuk urusan bisnis, namun tak hanya soal bisnis, pertemuan itu juga membahas soal masa depan anak-anak mereka. Kaivan dan Bella. Perlahan tapi pasti Bella mendekatkan wajahnya. Terus menerus menatap bibir sexy lelaki ini membuat pikiran Bella semakin liar. Apalagi selama mereka dijodohkan hanya 2 kali saja Bella bertandang ke New York untuk menemui kekasihnya.Na

  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 2 - Bertemu kembali

    Kirana berdiri kikuk dia atas panggung sembari menyalami tamu yang datang silih berganti. Kebanyakan tamu yang hadir malam ini adalah rekan bisnis keluarga Bagaskara yang Kirana sendiri tidak kenal. Alih-alih mengadakan pesta meriah, gadis itu malah bersikukuh untuk menyelenggarakan privat party saja dirumah. Semakin sedikit yang hadir, semakin besar peluangnya untuk kabur pikirnya. Bertahun-tahun Kirana berusaha mengulur waktu untuk perjodohan ini dengan berbagai alasan, mulai dari ingin melanjutkan studi dan meraih gelar doktornya dalam ilmu manajemen, sampai alasan ingin fokus menjalankan toko florist miliknya. Semua hanya demi tidak terikat dengan Pria yang berdiri disampingnya sekarang. Namun Kirana sendiri tau bahwa dia tak bisa selamanya lari dari takdir, karena perjodohan ini berhubungan dengan kelangsungan bisnis dan pekerjaan orang tuanya. Gadis malang. "Sweetheart...senyum dong" Chandra mencubit kecil lengan Kirana hingga lamunan gadis itu buyar digantikan dengan senyuman

  • Calon Ipar Kesayanganku   BAB 1 - Hari Penting

    Kirana memandang bayangan dirinya dicermin dengan tatapan nanar. Sesekali tangannya bergerak untuk menyeka butiran air mata yang lolos begitu saja. Wajah yang telah dipoles make up gaya western dan gaun malam berwarna merah maroon karya desainer ternama itu bahkan tak dapat menyembunyikan ronah kesedihan diwajah Kirana.“Aku harus kabur dari sini…” bisiknya dalam keheningan Tak perlu menunggu lama Kirana segera memasukan barang-barang penting ke dalam tas ransel miliknya sembari memikirkan cara bagaimana untuk keluar dari kamarnya sendiri yang berada dilantai dua.“Hallo Bell, 30 menit lagi tolong jemput aku di depan gerbang rumahku yah” ucap kirana sambil menjepit ponsel diantara telinga dan bahu kanannya.“Kamu mau kabur dihari penting begini?? Udah sinting kamu !!” Terdengar suara dari ujung telepon.“Nanti aku jelasin, percaya sama aku” ujar kirana sambil terus mengisi penuh tas ranselnya, “Pokoknya 30 menit lagi depan gerbang”Sambungan telepon ditutup sepihak. Kirana tidak pedu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status