Lily berharap segera menghilang dari dunia ini. Dunia yang tidak Lily harapkan. Lily hanya ingin bahagia disisa hidupnya. Disatu sisi Lily merasa beruntung memiliki teman-teman yang sangat menyayanginya dan selalu ada disaat Lily susah. Rachel dan Reyhan adalah sahabat terbaik yang pernah Lily miliki. Reyhan salah satu sahabat Lily diam-diam menyukai Lily, sosok yang baik, berhati lembut, dan kuat. Disaat Lily mengalami keterpurukan akan dunia nya gelap, muncul seseorang yang membawanya keluar dari keterpurukan. Hingga dialah alasan Lily untuk bertahan. Dia adalah Albara, sosok laki-laki yang mencintainya dan pernah menolongnya 10 tahun yang lalu. Apa Albara bisa membuat Lily bahagia?. Disaat itu juga, kebenaranpun terungkap. Ibu yang selama ini selalu menghakimi dan membencinya ternyata bukanlah ibu kandungnya. Kebahagian satu persatu mulai muncul menghampiri Lily. Tapi apakah semua kebahagian itu datang tepat waktu? ataukah sudah terlambat?. Lily harus bisa bertahan sampai dia mendapatkan donor jantung yang cocok dan bisa menjalani hari-harinya kembali bersama orang-orang yang dia sayangi. Cr cover by : canva
Lihat lebih banyakSeorang perempuan sedang tergesa-gesa membawa kopernya untuk menuju ke gate yang tertulis ditiket pesawat. Perempuan itu berlari dan tidak peduli menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di Bandara, seketika koper yang dirinya dorong memperlambat jalannya dan semakin lama pula dirinya tiba di gate yang diinstruksikan. Sedangkan di sisi lain seorang perempuan sedang menunggu salah satu sahabatnya dengan perasaan marah dan kesal. Sebentar lagi gate akan ditutup dan pesawat akan take off. "Rachel lama banget datangnya, padahal sebentar lagi gate akan ditutup,” ucap Lily. Rachel pasti kesiangan karena begadang menonton drama korea. Lily akan memarahi sahabatnya itu kalau sudah sampai nanti. Lily daritadi sudah mulai kesal dan ingin menyumpahi sahabatnya itu, tapi gadis itu takut dosa. Lily gadis baik jadi harus sabar tapi Lily sudah terlanjur kesal dengan sahabatnya itu.
"Hah ... rasanya kaki aku lelah. Aku tidak terlambat kan Li?" tanya Rachel dengan nafas yang tersenggal-senggal.
"Kamu darimana aja sih, sebentar lagi pesawat akan take off jam 10.00. Kamu justru jam 09.40 baru datang. Aku tinggal daritadi kalau kamu bukan sahabatku," kata Lily.
"Sorry sahabat tersayangku tadi banggunnya terlambat," sahut Rachel dengan tersenyum memperlihatkan gigi putihnya.
"Sudahlah. Ayo kita harus segera masuk ke pesawat," kesal Lily sambil merotasikan kedua matanya.
Di dalam pesawat mereka langsung duduk di tempat masing-masing. Lily masih kesal dengan sahabatnya itu dan orang yang sedang membuatnya kesal tidak merasa bersalah sama sekali. Orang itu bahkan dengan santainya duduk dan menghirup udara sebanyak-banyaknya karena selesai berlari. Temannya yang satu ini memang tidak merasa bersalah sama sekali dan hal itu membuat Lily semakin kesal. Lily yakin pasti temannya itu tadi malam begadang karena menonton drama Korea. "Kamu jangan marah ya Li. Aku bangun terlambat karena begadang semalam lihat Song Jong Ki,” kata Rachel sambil menampilkan senyumnya yang secerah mentari. Lily sudah menduga jika sahabatnya itu pasti begadang. Dirinya lebih baik tidur saja daripada harus mendegarkan alasan sahabatnya itu. Lagipula perjalanannya sangat jauh dan membutuhkan waktu yang lama. Setibanya di Bandara John F. Kennedy mereka langsung pegi ke hotel tempat mereka menginap dengan menggunakan taksi.
"Ah capek banget rasanya pengen rebahan aja," kata Rachel.
"Sshhshsh ... Chel," lirih Lily sambil memegang dada sebelah kirinya.
"Kamu kenapa Li? kambuh lagi? obat kamu mana?" pinta Rachel dengan wajah kebingungan.
"Obatnya ada di tas, tolong ambilkan Chel," pinta Lily dengan suara yang lirih.
Rachel segera mengambil obat didalam tas Lily dan memberikannya ke Lily. "Ini Li, cepat diminum!" kata Rachel. Lily segera meminum obat itu dan rasa sakit di dadanya semakin berkurang. Lily akhirnya merebahkan dirinya diatas sofa sambil memejamkan kedua matanya. Lily sangat lelah dengan semua ini. Rachel sebagai sahabat yang baik mencoba untuk menguatkan Lily dan menyakinkan Lily bahwa semua akan baik-baik saja. Rachel pasti akan terus berada di samping Lily sampai mendapatkan donor jantung. Donor jantung adalah hal yang dibutuhkan Lily sekarang untuk bisa sembuh dari penyakit kelainan jantung. Penyakit yang terus bersama Lily dari kecil yang sampai sekarang masih enggan menghilang dari tubuh Lily. Hanya donor jantung yang dapat menyembuhkan Lily, namun sampai sekarang belum ada donor jantung yang cocok dengan Lily.
"Buat apa Chel, tidak ada yang mengharapkanku," jawab Lily sambil menyeka air mata yang tanpa permisi membasahi pipi Lily.
“Aku dan Reyhan yang akan menemani kamu. Oke, mungkin Ibu kamu tidak bisa diharapkan tapi ada aku dan Reyhan. Bunda juga selalu ada membantu kamu sembuh dari penyakitmu." kata Rachel.
"Sudahlah Chel kita pernah membahas ini. Lupakan sejenak. Kita di sini untuk liburan, jadi nikmati saja sebelum kita kembali ke Jakarta," kata Lily.
"Oke, terserah kamu. Kita istirahat dulu saja. Nanti malam Aunty Sera akan mengajak kita makan malam di restoran terenak di New York,” jawab Rachel.
Malam hari di Restoran Eleven Madison Park. Lily, Rachel dan Aunty Sera sedang melaksakan makan malam. Makanan di sini sangat enak membuat Rachel ketagihan dan ingin membawanya ke Jakarta. Tiba-tiba ketika mereka berdua sedang asyik berbincang mengenai makanan, Lily sedang meringis menahan sakit di dadanya. Beberapa hari ini Lily sering merasakan sakit. Dulu memang seperti ini tetapi tidak pernah sesering sekarang. "Lily kamu baik-baik saja?" tanya Aunty Sera. Lily tidak menjawab, lidah nya terasa kelu dan bibirnya sulit untuk mengucapkan sepatah kata. Tiba-tiba saja pandangannya gelap dan semua terjadi begitu saja. Lily mengerjapkan kedua matanya pelan saat menyadari dirinya berada disebuah ruangan asing yang bercat putih. Setelah menyadari jika dirinya berada di sebuah rumah sakit, pintu tiba-tiba terbuka dan menampakkan Rachel yang masuk ke dalam ruangan.
"Oh ... kamu sudah sadar Li. Aku dan Aunty Sera tadi panik tiba-tiba saja kamu pingsan dan untung saja tadi ada laki-laki yang menolongmu. Laki-laki itu ternyata seorang Dokter. Dia juga yang membantu membawamu kemari," jelas Rachel.
"Maafkan aku sudah membuat kalian khawatir, tapi sekarang aku baik-baik saja," kata Lily.
"Ah iya, kamu sudah boleh pulang tapi setelah di Jakarta kamu harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut," kata Rachel.
"Bagaimana kalau besok kita pulang ke Jakarta Li?” lanjut Rachel.
Mengingat Lily dalam kondisi tidak baik dan belakangan ini penyakitnya sering kambuh, membuat Rachel merasa khawatir dengan kondisi sahabatnya itu. "Oh tidak Rachel. Kita sudah jauh-jauh datang kesini dan besok langsung pulang. Tidak, aku tidak mau Rachel. Aku baik-baik saja, lagipula besok kita harus pergi ke butik aunty Sera yang ada di kawasan Times Square kan?" kata Lily. Aku dan Rachel baru tiba di New York kemarin dan barusan Rachel berkata akan kembali ke Jakarta besok. Hah, yang benar saja aku tidak akan mau. Lagipula selain belum pergi ke butik Aunty Sera aku juga ingin jalan-jalan ke beberapa tempat di New York.
"Oke, fine. Tapi kali ini jangan menolak untuk melakukan pemeriksaan setelah sampai di Jakarta!" seru Rachel.
"Baiklah, sepertinya aku tidak punya alasan untuk menolak," jawab Lily.
Keesokan harinya Lily dan Rachel berencana untuk pergi ke butik Aunty Sera yang berada di Times Square. Kedua gadis itu bekerja di sebuah butik yang terkenal di ibu kota dan tepat nya mereka bekerja di butik milik Aunty Rachel yaitu Aunty Sera. Iya, Aunty Sera yang kemarin mengajak mereka makan malam. Beliau memiliki cabang butik di New York dan beberapa kota di Indonesia, salah satunya di tempat Lily dan Rachel bekerja. Setelah dari butik, rencananya mereka akan pergi jalan-jalan di Times Square. Times Square adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh wisatawan jika berlibur ke New York. Tempat yang selalu ramai pengunjung dengan kerlap kerlip lampu menyinari di sepanjang Times Square. Ah iya, kondisi Lily sekarang sudah lebih baik dibandingkan dengan kemarin. Entah, besok atau seterusnya kondisi gadis itu masih baik-baik saja atau tidak. Apakah Lily masih bisa bertahan dengan penyakitnya itu? semoga saja sekarang dan seterusnya kondisi Lily baik-baik saja.
Kedua pasangan itu tampak tergugu setelah mendengarkan perkataan wanita paruh baya itu. Salah tingkah yang kini Bara rasakan. Sedangkan Lily pun juga sama tapi ada hal lain yang mengganggunya. Tentu saja gadis itu mencoba untuk menutupinya. “Apa mama salah bicara?” tanya mama Bara. Bukan tanpa alasan mama Bara bertanya seperti itu, karena kedua pasangan itu langsung diam setelah dirinya bertanya seperti itu. “Bukan seperti itu ma, hanya saja kami belum punya pikiran seperti itu,” jelas Bara. “Ohh begitu .... sudah saatnya kalian memikirkan masa depan, ingat! umur kalian tidak muda lagi, lagipula mama juga ingin cepat-cepat punya cucu,” papar mama Bara. “Astaga, tadi ditanya nikah sekarang cucu! Bisa gila dirinya,” batin Bara. Disisi lain Lily tertawa canggunng melihat anak dan ibu itu. Entahlah dirinya merasa aneh karena mereka membicarakan mengenai masa depan. Lily saja merasa pesimis dengan masa depannya. Andai penyakitnya tidak hadir dalam hidupnya, mungkin ia akan merancang mas
Sosok perempuan yang baru saja menghampiri meja mereka membuat suasana hening seketika. “Hai,apa kabar kalian?” sapa perempuan itu lagi. Perkataan perempuan itu membuat mereka tersadar kembali. Rayhan menolehkan kepalanya ke arah Dany, seolah meminta penjelasan mengenai perempuan itu. Dany yang ditatap hanya meringis kecil.“Ekhem ... hai juga Kiara!” balas Dany dengan senyum yang terkesan dipaksa. Kiara memandang keduanya dengan tatapan senang, sedangkan salah satu sosok laki-laki di depannya itu sepertinya tidak begitu menyukai keberadaannya. Terlihat jelas tatapan datar yang ditujukan padanya. Padahal dulu hanya tatapan memuja yang sering didapatkannya dari sosok laki-laki itu.Jauh sebelum Kiara mengenal Bara dan Dany, ia mengenal Rayhan lebih dulu. Sosok sahabat yang selalu mendukungnya dan selalu ada disampingnya. Namun, semua itu musnah saat Rayhan menyatakan perasaannya pada Kiara. Tidak ada yang murni dari persahabatan antara perempuan dan laki-laki. Entah salah satu atau ked
Cahaya matahari sudah mulai nampak yang menandakan hari telah berganti. Seorang perempuan menatap langit-langit kamar dengan mata sayunya. Sejak semalam kedua mata itu belum menutup sama sekali. Entah seperti apa penampilannya sekarang. Ia yakin pasti rupanya sudah seperti zombie.Sambil mendengus kesal, ia menyampirkan selimut yang sejak semalam bertengger manis menutupi kedua kakinya. Kaki kecilnya mulai menginjak lantai yang dingin karena pendingin ruangan yang menyala di kamarnya. Berjalan sampai di depan pintu balkon, ia menyibak gorden yang menutupi pintu balkon yang terbuat dari kaca itu.Terlihat orang sedang berlalu lalang di jalanan. Banyak orang yang sudah melakukan aktivitasnya. Apalagi matahari sudah mulai terik, tandanya para pekerja akan kembali memulai pekerjaan mereka. Begitu juga dengan Lily, dengan semangat yang membara ia memasuki kamar mandi unuk membersihkan diri.Ia meringis melihat penampilannya di cermin. Sangat menyedihkan! Kantung mata yang menghitam, wajah
Dany berusaha menyadarkan Bara yang sejak tadi termenung memandangi wanita paruh baya yang ada di depan mereka. Dany mengakui jika wanita itu sangat cantik, bahkan masih terlihat muda meskipun usianya sama dengan kedua orang tuanya. Tapi, tetap saja yang dilakukan Bara terlihat memalukan. Apalagi sahabatnya itu sudah punya kekasih.Tunggu! Berbicara mengenai Lily, mengapa wajah wanita paruh baya di depannya terlihat mirip dengan Lily. Dany terus saja memindai wanita di depannya dengan intens. Dirinya seperti melihat Lily dalam versi tua. Tapi, apakah Lily memiliki hubungan dengan klien mereka kali ini?Saat asyik memikirkan itu di kepalanya, suara deheman dari wanita itu menyadarkan mereka berdua. “Apa ada masalah dengan penampilan saya? Sepertinya sejak tadi kalian terus saja memperhatikan saya,” ujar Wanita paruh baya itu. Mereka berdua yang mendengar itu jadi salah tingkah. Betapa memalukannya mereka!“Bukan begitu Bu Liana, hanya saja saat
Suasana di dalam restoran itu sangat ramai berbeda dengan meja yang ditempati oleh Lily dan Bara. Keheningan tercipta diantara keduanya setelah Kiara yang kebetulan sedang berada di sana ikut makan di meja mereka. Sebenarnya Lily tidak keberatan, meskipun di dalam hatinya ia sedikit tidak rela jika waktu berduanya dengan sang kekasih diganggu. Apalagi yang mengganggu adalah Kiara yang merupakan perempuan masa lalu kekasihnya.Tidak ingin dianggap sebagai kekasih yang agresf dan posesif, ia mencoba untuk acuh dengan keberadaan Kiara. Jujur saja ini bukan sifatnya sama sekali. Entahlah semenjak Bara menjadi kekasihnya sifat itu muncul begitu saja. Ia hanya tidak ingin kehilangan Bara. Tidak bisa dibayangkan hidupnya tanpa Bara, pasti hambar.“Maaf, jika aku menganggu kalian,” ujar Kiara dengan wajah menyesal. Baiklah ia keterlaluan! Lily bisa melihat raut wajah Kiara yang tulus. Seperti benar-benar menyesal karena menganggu waktunya dengan sang kekasih. Hati
Seorang perempuan sedang berlari tergesa-gesa di koridor rumah saki. Terlihat juga seorang laki-laki yang mengikuti perempuan itu dari belakang. Mereka menghiraukan orang-orang yang menatap dengan aneh. Namun, ada juga yang memaklumi karena pasti ada sesuatu yang membuat mereka berlari seperti itu. Mereka berhenti di ruang UGD, di sana terlihat Bi Asih yang duduk di kursi depan ruangan tersebut.“Bi, bagaimana keadaan ibu?” tanya Lily dengan gusar. Keringat membasahi dahi Lily setelah berlari menuju ke UGD. Bi Asih yang menelepon Lily tadi mengabari jika ibunya terpeleset di kamar mandi. Parahnya kepala ibunya terbentur wastafel sampai berdarah. Hal itu yang membuat Lily khawatir dan takut jika terjadi sesuatu terhadap ibunya.“Ibu sudah ditangani oleh dokter dan bibi disuruh menunggu di sini,” balas Bi Asih.Lily menghembuskan napas dengan lega, setidaknya ibunya sudah ditangani oleh pihak medis. Sekarang ia juga ikut duduk di samping Bi
Hari ini Lily masih belum beranjak dari kasurnya. Padahal matahari sudah menjulang tinggi. Tandanya hari sudah mulai siang. Bukan tanpa alasan ia masih berada di kamarnya, karena sejak kemarin fisik dan pikirannya terkuras habis. Sekarang ia berbaring tidak berdaya di kasurnya.Untungnya ia tadi sudah meminta izin pada Aunty Sera untuk tidak masuk kerja hari ini. Sungguh ia tidak sanggup jika harus berangkat kerja. Sekedar berjalan untuk pergi ke kamar mandi saja kepalanya sudah pusing. Jika dipaksakan ia bisa pingsan di kantor dan itu tidak boleh terjadi. Lily tidak ingin merepotkan orang lain.Tubuhnya yang semakin lemas membuatnya tidak bisa bergerak lebih leluasa. Ia kembali membaringkan tubuhnya dan mulai tertidur. Bagaimana tubuhnya tidak lemas jika sejak tadi ia belum makan apa pun. Lily terlalu malas untuk membuat makanan. Padahal sekarang zaman sudah modern dan bisa memesan makanan lewat online. Tapi, entah mengapa ia malas walau hanya sekedar memesan lewat te
Bara langsung menghempas tangan Kiara yang seenaknya saja memegang tangannya. Lily yang sudah terlanjur kecewa segera berbalik dan berjalan menjauh dari unit apartemen Bara. Tentu saja Bara tidak akan tinggal diam. Lelaki itu berlari mengejar pujaan hatinya. Jangan sampai hubungannya berantakan karena masalah ini.Beruntung Lily tidak pergi jauh. Gadis itu pergi ke taman yang ada di belakang apartemen. Bara langsung memeluk Lily dari belakang. Lily meronta di dalam pelukan Bara. Ia masih kecewa dengan Bara dan ingin menyendiri. Namun, kekuatan Bara jauh lebih besar dibanding dirinya. Hingga akhirnya Lily menyerah dan pasrah berada dipelukan Bara.‘Maaf,” lirih Bara dengan menenggelamkan wajahnya di bahu Lily.Lily diam tidak berkutip mendengar perkataan Bara. Ia bingung ingin berkata apa. Air matanya masih saja membasahi pipinya. “Aku mohon jangan menangis, aku minta maaf,” gumam Bara pelan. Hati lelaki itu sakit melihat kekasihnya menete
Dany berjalan dengan cepat menuju ke unit apartemen Bara sambil sesekali melihat ke belakang. Berharap tidak ada yang mengikutinya. Begitu sampai di depan pintu unit apartemen Bara, ia langsung menekan pascode unit apartemen bosnya itu. Setelah terbuka ia langsung masuk ke dalam dan menutup pintu dengan cepat.“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Bara. Pemilik kamar apartemen itu merasa heran dengan perilaku sekertarisnya yang seperti dikejar seseorang.Sedangkan Dany yang mendengar itu langsung terkejut mendengar suara Bara. Rasanya jantungnya seakan ingin lepas dari tubuhnya. Belum juga ia bernapas lega karena ingin menghindari kekasih sang bos, sekarang justru dikagetkan dengan suara si bos. Dany mencoba bernapas dengan pelan-pelan. Suara hembusan napas terdengar nyaring di dalam apartemen itu.Setelah dirasa cukup, Dany mulai menceritakan kenapa ia berjalan dengan terburu-buru ke unit apartemen Bara. “Aku tahu bos semalam dirimu bertemu de
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen