SUMMER TRIANGLE

SUMMER TRIANGLE

last updateLast Updated : 2021-11-10
By:  Reira.97Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
43Chapters
4.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

“Can i trust you?” gumam Aquila sedikit terisak. Ada ketakutan yang besar pada sang gadis untuk mengijinkan orang lain masuk sepenuhnya ke dalam hidupnya. Ia takut jika ia mempercayai orang lain maka orang itu akan berbalik menghianatinya. Ia begitu takut akan penghianatan. Dan sekarang saat Altair menawarkan cinta yang begitu tulus dan lembut, ia tak tahu bisa mempercayai sepenuhnya atau tidak. Ia takut suatu hari pria yang kini menjadi kekasihnya itu akan pergi darinya karena sebuah penghianatan. Jangan salahkan Aquila yang tidak bisa mempercayai orang lain sepenuhnya, itu bukan kemauannya. Namun, lingkungan yang membuat dia menjadi seperti itu. Ia bukan gadis yang tumbuh dengan dongeng cinta sejati yang berakhir bahagia selamanya, melainkan gadis yang tumbuh dengan dongeng cinta yang penuh duri kemunafikan, penghianatan, pertengkaran dan air mata. Ia yang sudah membangun tembok tinggi bertahun-tahun untuk memagari hatinya agar tak merasakan cinta, kini dengan mudahnya dirobohkan oleh Altair hanya dalam hitungan bulan, tentu saja itu membuatnya bingung. Pertanyaan ‘bisakah aku mempercayaimu’ selalu menghantui gadis cantik itu.

View More

Chapter 1

Kucing Kecil

Create Chapter

“Arata, apa kakak sepupumu bukan manusia? Kenapa aku tidak bisa menemukan makanan di sini, hanya ada air putih dan beer.” ucap seorang gadis ayu yang tengah mengobrak-abrik dapur seseorang. Matanya yang bulat dan jernih memindai seluruh dapur untuk mencari makanan yang bisa ia santap, sialnya ia tetap tak bisa menemukan satupun.

“Memang bukan, dia seorang vampire.” jawab pemuda yang bernama Arata dari arah ruang tengah sambil menatap gadis itu sekilas, sebelum perhatiannya kembali beralih ke arah layar besar di hadapannya, sibuk mencari-cari siaran televisi yang menarik untuknya.

“Tadaima!”

Suara pintu terbuka, menampilkan sosok pemuda berperawakan tinggi tegap dengan surai hitam kecoklatan berombak, wajah perpaduan antara Jepang dan Australianya terbingkai apik oleh garis-garis rahang yang tegas, badan jenjangnya terbungkus oleh kulit putih mulus cenderung pucat hingga uratnya bisa terlihat dengan jelas di beberapa bagian, jangan lupakan sorot tajam juga lembut yang memancar dari iris kuning kecoklatan yang dihiasi bulu mata yang berjajar rapih mengelilinginya.

“Ada kucing tersesat rupanya.” ucapnya kalem sembari mengganti sepatu kerjanya dengan sandal khusus untuk dalam rumah. Sama sekali tidak terkejut ada orang lain yang masuk ke apartemennya tanpa ijin. Pria itu berjalan dan mendudukkan dirinya di samping Arata. 

“Kak, selamat datang.. apa semua pekerja kantoran memang akan pulang lebih dari pukul sepuluh?” tanya Arata tidak mengerti kenapa kakak sepupunya itu selalu pulang larut. Tidak menjawab hanya membalas ucapan Arata dengan menyunggingkan senyum kecil. 

“Selamat datang kak!” sapa tamu lain yang dari tadi tengah sibuk mencari makanan di dapur. Ia membawa tiga kaleng beer yang berhasil ia dapatkan dari kulkas pemilik rumah. Pemuda tadi mengernyit heran, tidak biasanya Arata membawa seorang perempuan bersamanya.

“Oh iya.. perkenalkan ini temanku Aquila Minami. Dan Aquila, ini kakak sepupuku Altair Ryu Sato.” Arata memperkenalkan mereka.

“Halo.. kau bisa memanggilku Aquila, senang bertemu denganmu kak!” ucap gadis yang bernama Aquila. Senyum manis yang dipamerkan gadis di hadapannya sanggup mencuri atensi Altair sekilas.

“Altair.. Altair Ryu Sato, senang bertemu denganmu Aquila-san!” balas Altair sopan. Keduanya berjabat tangan sebentar.

“Rumah.” Batin Altair tanpa ia sadari.

Tatapan Altair dan Aquila bertemu dan untuk alasan yang belum jelas jantung keduanya saling berpacu, membuat si empunya kesusahan untuk menetralkan detak jantungnya ke ritme yang normal.

“Kenapa tidak bilang kalau mau kesini, aku bisa membawakan kalian makanan tadi.” lanjut Altair yang sudah bisa menetralkan detak jantungnya.

“Belum terlambat kak, kau bisa orderkan kita makan sekarang.” ucap Arata.  Altair memutar bola matanya malas mendengar jawaban dari Arata. Memangnya jawaban apa yang Altair harapkan dari adik sepupunya itu? ‘Tidak usah repot-repot kak’ begitu? Itu tidak mungkin.

Altair berlalu pergi ke kamarnya sembari menelpon jasa pesan makanan online untuk tamu tak diundang.

“Uwaaa.. kakakmu dingin sekali.” ujar Aquila sedikit berbisik. Ekor mata gadis manis itu masih memperhatikan punggung kokoh Altair yang menjauh.

“Dia memang seperti itu, tapi kau tenang saja, dia aslinya orang yang sangat baik, hangat, lembut dan pengertian.” jelas Arata menenangkan Aquila yang terlihat tidak tenang.

“Sepertinya kau sangat menghormatinya, bahkan lebih menghormatinya dari pada ibumu.” cibir Aquila dengan mengerucutkan mulutnya lucu. Arata tersenyum kecil melihat raut lucu wanita di hadapannya ini, tidak tahan untuk tidak mengacak pelan rambutnya.

“Kau membuat rambutku berantakan!” Aquila menyingkirkan tangan Arata sebal.

Arata meraih beer yang ada di tangan Aquila lalu kembali fokus pada film bagus yang ia temukan tadi. Tidak lama setelah itu smartphone yang ada pada saku celananya berdering. Melihat nama sang penelepon membuat raut wajah Arata berubah muram.

“Ya, ma.. ada apa?” tanya Arata malas.

“Baiklah.” Lanjutnya. Ia menyimpan kembali smartphone miliknya ke saku celana. 

“Ada apa?” tanya Aquila, ia tidak tenang melihat perubahan raut muka sahabatnya itu.

Okaa-san menyuruhku pulang.” jawab Arata singkat.

“Kalau begitu pulanglah, ibumu pasti sudah menunggu.” ujar Aquila tenang. Sesungguhnya dia tidak ingin Arata pulang dan meninggalkan dirinya sendiri di apartemen milik Altair, bagaimanapun ia belum mengenal sosok pemuda dingin itu, tapi ia juga tidak mungkin memaksa Arata untuk tinggal.

“Kau tenanglah, aku bisa menjamin Altair akan menjagamu, aku akan bicara padanya sekarang kau tidurlah, ini sudah larut.” ucap Arata yang melihat raut tidak tenang Aquila. Ia mengantarkan gadis manis itu ke kamar tamu, menyuruh sahabatnya untuk istirahat. Aquila menurut saja karena dia memang sudah mengantuk dan lelah.

Setelah menghantarkan Aquila, Arata bergegas ke kamar sang kakak. Mengetuk pintunya pelan, tidak lama Altair membukakan pintu. Dilihatnya sang kakak yang hanya menggunakan celana hitam pendek dan handuk putih kecil tersampir di lehernya. Buliran air masih mengalir dari rambutnya yang kini terlihat lurus.

Tidak mengucapkan apa-apa, Altair hanya menunggu Arata untuk bicara. Ah sungguh jika orang yang tidak mengenal Altair secara dekat pasti menyangka pemuda ini adalah orang yang sangat dingin.

Okaa-san menyuruhku pulang, aku titip Aquila di sini ya kak. Ada sesuatu yang membuat dia tidak bisa pulang ke rumahnya untuk sementara.” jelas Arata. Pemuda itu menatap Altair penuh harap.

“Dia bukan barang jadi kau tidak bisa menitipkannya begitu saja, aku juga tidak menerima penitipan orang, lagipula kenapa kau tidak membawa kekasihmu pulang ke rumahmu saja?” balas Altair.

“Kau tahu seperti apa ibuku, dan juga dia bukan kekasihku meskipun aku berharap seperti itu.” Arata menggantung kata-katanya.

“Aku akan menjaganya, kau tenang saja!” Altair menepuk pundak adik sepupunya itu. Mengerti dengan keadaan yang mungkin dialami Arata.

“Terima kasih, kalau begitu aku pulang dulu.” Arata berlalu pergi setelah mendapat anggukan kepala dari Altair, dia tahu kakak sepupunya itu bisa diandalkan oleh karena itu dia mempercayakan Aquila, gadis yang ia cintai untuk tinggal sementara dengan Altair.

Dia tidak akan menyangka jika keputusannya kali ini akan membuatnya menyesal kelak dikemudian hari.

Jam menunjukkan pukul dua dini hari saat Altair keluar kamar untuk sekedar mengambil minum, sebelum netranya menemukan sosok sahabat Arata tengah duduk termenung sendiri di meja makan dapur. Pandangannya kosong, dan raut wajahnya menggambarkan kesedihan.

“Kau belum tidur?” sapa Altair membuyarkan lamunan Aquila.

“Rasa haus membangunkanku.” Aquila memperlihatkan gelas yang setengah terisi air mineral ke arah Altair.

Menganggukan kepala sedikit Altair lalu menuangkan air mineral untuk dirinya dan duduk di hadapan Aquila. Setelahnya mereka berdua terdiam, asik dengan pikiran mereka masing-masing.

“Kau teman seangkatan Arata?” tanya Altair memecah keheningan.

“Ya kami seangkatan tapi beda jurusan. Arata mengambil jurusan desain grafis dan aku mengambil jurusan Bisnis.”

“Lalu darimana kalian bisa saling mengenal?” tanya Altair penasaran.

“Kami kenal saat orientasi mahasiswa baru.” jawab Aquila sopan.

“Bagaimana persiapan skripsinya, kalian tingkat akhirkan?” 

“Sejauh ini lancar.”

“Apa kau sudah punya rencana setelah lulus?”

“Entahlah, saat ini aku hanya fokus untuk lulus dulu.” jawab Aquila asal. Ia belum bisa memikirkan masa depan, semua fokusnya ia curahkan untuk masalah yang ia hadapi sekarang.

“Kau bisa bekerja di perusahaanku.” Tawar Altair. Entah apa yang ada di otaknya saat ini karena biasanya dia sangat selektif dalam memilih orang yang akan bekerja dengannya tetapi anak ini yang bahkan belum lulus kuliah sudah ia ajak bergabung.

Obrolan demi obrolan menemani mereka berdua, tidak ada lagi rasa canggung di antara mereka, seolah mereka sudah kenal bertahun-tahun. Kesan dingin yang sempat Aquila rasakan pada Altair menguap begitu saja. Ia setuju dengan perkataan Arata tadi, bahwa kakak sepupunya ini adalah orang yang baik dan hangat, ia juga seorang pendengar yang baik menurut Aquila.

Altair memandang Aquila yang sudah tertidur bersandarkan meja makan di depannya.

Wajah manis yang ia miliki tak luntur sedikit pun saat ia terpejam bahkan terlihat lebih manis, tanpa sadar Altair menyibakkan beberapa helai rambut Aquila yang menutupi sebagian matanya. Halus. Surai gadis di depannya ini begitu halus.

“Okaa-sama.. Aquila rindu.” Aquila mengigau dalam tidur dan hal itu tidak luput dari pendengaran Altair, ia bisa lihat bulir kristal yang jatuh dari netra yang tertutup itu, dengan sangat pelan Altair mengusapnya lembut.

Hey lil’ girl, apa yang sudah kau alami hmm?” tanya Altair lirih yang tentu saja tidak akan bisa di dengar oleh orang yang sudah tertidur di depannya itu. Lama Altair menunggu Aquila untuk bangun tetapi gadis itu tak memberi tanda akan bangun sama sekali. Akhirnya mau tidak mau Altair menggendong Aquila masuk ke kamar tamu, ia tidak tega membayangkan gadis itu akan sakit leher esok hari.

***

Aquila terbangun dari tidur, ia amati sekelilingnya yang terasa sedikit asing, ia sibakkan selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya. Mengingat-ingat apa yang terjadi semalam, ia ingat semalam dia berbincang dengan kakak sepupu Arata dan setelahnya tidak ingat.

“Tunggu.. inikan kamar tamu apartemen kak Altair, apa dia menggendongku? Tidak mungkinkan aku tidur sambil berjalan? Arrrgghh..apa yang sudah aku lakukan?” gumamnya pada diri sendiri, menutupi wajahnya yang sudah merah padam.

“Kau mau coklat hangat atau susu hangat?” tanya Altair yang melihat Aquila baru saja keluar dari kamar tamu.

“Coklat hangat.” Altair mengangguk kecil. Dengan lihai pemuda itu membuatkan coklat hangat dan memanggangkan Aquila roti tawar dengan telur mata sapi di atasnya.

“Kak.. maaf jadi merepotkan dirimu, apa semalam kakak yang memindahkan aku ke kamar?” Aquila menggaruk lehernya yang tidak gatal.

“Ah iya.. aku yakin kau tidak akan bisa menggerakkan lehermu jika aku tidak memindahkan mu semalam.” gurau Altair. Ia menyerahkan sarapan Aquila.

Thanks kak” ujar Aquila ramah.

Anytime

Sudah tengah hari saat Altair melihat Aquila keluar kamar dengan sudah berpakaian rapih. Dress pendek warna biru pastel dengan potongan off shoulder yang bermotif bunga daisy kecil-kecil membungkus tubuh putihnya. Surai coklat panjangnya ia biarkan tergerai, ada jepit bunga daisy kecil bertengger manis di sisi kanan kepalanya. Sepatu kets putihnya juga terdapat motif bunga daisy di masing-masing sisinya. ‘Daisy freak’ pikir Altair.

Manis dan anggun kata yang tepat untuk mewakili penampilan Aquila saat ini.

“Kau mau pergi?” tanya Altair mencoba mengalihkan pandangannya dari gadis cantik itu.

“Ya, aku mengambil part time di akhir pekan.” jawab Aquila.

“Kalau begitu tunggu sebentar” Altair berlari ke kamarnya dan tidak lama kembali dengan memakai hoodie dan topi hitam.

“Ayo!” ajaknya.

“Ehh..” Aquila tidak mengerti.

“Aku antar, lagi pula aku tidak ada kegiatan hari ini dan aku tidak mau mati bosan di apartemen.” Tanpa menunggu persetujuan Aquila, Altair sudah mengambil kunci mobilnya dan berjalan ke arah pintu, mau tidak mau akhirnya Aquila hanya mengekor saja di belakang pria kekar itu.

‘Black Whale’ nama yang

terpampang di depan kedai tersebut, nama yang cukup unik untuk sebuah kedai kopi pikir Altair. Beberapa orang yang Altair yakini adalah rekan kerja Aquila menyapa mereka saat memasuki kedai yang bernuansa semi outdoor tersebut.

Kedai itu cukup ramai sampai Altair kesulitan mencari tempat yang kosong. Ia mengedarkan matanya keseluruh penjuru kedai, terlihat seluruh meja sudah terisi pengunjung.

Reflek Aquila menggandeng tangan Altair menuju meja di pojok kafe yang dikhususkan untuk karyawan, terletak pas di samping panggung kecil tempat biasa diadakan live music di akhir pekan.

“Apa tidak apa-apa di sini?” tanya Altair yang ragu untuk menempati meja tersebut, ia tidak mau tiba-tiba diusir oleh pemilik kafe ini.

“Tenang saja kak, malam ini pasti semua karyawan sibuk dan tidak punya waktu untuk bersantai.”

“Apa memang selalu seramai ini?” Altair mengedarkan kembali matanya keseluruh kafe.

Aquila menggeleng pelan, “hanya di akhir pekan karena kami mengadakan live music.”

“Kalau begitu aku tinggal dulu ya.” ucap Aquila pelan, membungkukkan badan sedikit lalu meninggalkan Altair sendiri.

Tidak begitu lama Aquila kembali sudah dengan pakaian kerja, kemeja putih dengan apron hitam, ada name tag merah bertuliskan nama ‘Aquila’ di sisi kirinya, membawakan secangkir macchiato dan satu slice red velvet ke meja yang Altair tempati.

“My treat for you.” Sebelum Altair memprotesnya ia sudah berlalu pergi.

Sudah empat jam Altair menemani Aquila bekerja, untungnya tadi dia membawa laptop kerjanya sehingga waktu empat jam tidak terasa lama. Sambil sesekali memperhatikan Aquila yang dengan cekatan melayani tamu tanpa rasa lelah.

Lelah tentu ada tapi gadis itu tutupi dengan senyum yang selalu tersungging di wajah manisnya. Membuat yang disenyumi ikut tersenyum. Bukan senyum palsu, senyumnya terlihat begitu tulus. Altair ikut tersenyum simpul dari kejauhan.

“Apa dia memesan minum lagi?” tanya Aquila pada rekan kerjanya melihat nampan yang berisi tiga cangkir kopi itu, seingatnya Altair sudah menghabiskan satu cangkir kopi dan satu cup iced coffee.

Sebenarnya ia merasa bersalah karena membuat Altair menunggunya bekerja meski pria itu sendiri yang berinisiatif.

“Kurasa untuk teman-temannya.” Aquila mengikuti arah pandang rekan kerjanya itu. Di sana Altair terlihat tengah bercengkerama dengan dua orang temannya.

“Baiklah biar aku yang antarkan, oh ya Emilia bisa tolong kau telepon band yang akan mengisi acara hari ini? Ini sudah hampir jam delapan dan mereka belum datang” ucap Aquila pada temannya yang bernama Emilia yang dijawab dengan anggukan.

“Pesananmu kak.” Aquila meletakkan kopi itu di meja yang Altair tempati, tidak lupa membungkukkan badannya sebagai salam pada kedua sahabat Altair.

“Aquila.. kenalkan mereka adalah sahabatku, Lee Naoki dan yang ini Ryota Takashi.” Altair memperkenalkan sahabatnya satu persatu. 

Hajimemashite.. Lee-san, Takashi-san, Aquila desu.” ucap Aquila sopan.

“Kau tidak perlu seformal itu Aquila.” Altair mengingatkan gadis manis itu.

“Ya, Altair betul.. kau bisa memanggil kami Naoki dan Ryota.” Naoki mengiyakan ucapan Altair.

“Kau terlihat gelisah Aquila, ada apa?” 

words

Save

Preview

Publish

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
43 Chapters
Kucing Kecil
  --> We're sorry but website doesn't work properly without JavaScript enabled. Please enable it to continue.
last updateLast Updated : 2021-09-08
Read more
Kediaman Minami
“Band yang akan mengisi live music belum datang padahal acaranya dimulai lima belas menit lagi dan kami tidak menyiapkan cadangannya.” Aquila mengacak rambutnya kasar.    “Kau tau, Altair sangat bagus dalam bernyanyi” ucap Ryota yang dihadiahi tatapan tidak suka dari Altair. “Benarkah itu? Kak aku mohon bantu aku kak..”  “Boss akan memecatku jika acara ini berantakan karena aku penanggung jawabnya.” Lanjut Aquila memelas, memberi tatapan puppy eyes ke arah Altair yang tentu saja tidak akan bisa ditolak oleh orang berbadan kekar tersebut. Dan Altair hanya mengangguk tanda persetujuan. Ia sudah tidak pernah bernyanyi setelah sibuk mengurus perusahaannya jadi Altair merasa aneh untuk bernyanyi, tetapi mendengar Aquila mungkin akan dipecat oleh bossnya membuat dirinya tidak tega. Menyanyi satu dua lagu sepertinya bukan masalah.  “L
last updateLast Updated : 2021-09-08
Read more
Lebih Dekat
Cukup lama keduanya bertatapan tanpa sadar dan bunyi smartphone dari saku celana Altair membuyarkan keduanya. Sedikit panik Altair berjalan mejauh dari Aquila. “Ha.. hallo, Ryota?” Altair tergagap, mencoba menetralkan detak jantungnya. “Altair.. apa kau baru saja melalukan hal yang tidak pantas, kenapa suaramu gugup sekali?” goda Ryota seakan bisa melihat apa yang baru saja terjadi. “Apa maksudmu, aku hanya kaget tadi.. Untuk apa kau menelpon?” Altair tidak terima. “Aku dan Naoki sudah berada di apartemenmu, sekarang kau di mana?” Ryota menjelaskan. “Apa? untuk apa?” “Apa kau lupa besok pagi kita ada meeting penting dan kita harus menyiapkan semua materinya.” Ryota sedikit heran karena sahabatnya itu belum pernah melupakan schedule kerja sebelumnya. “Ahh.. aku a
last updateLast Updated : 2021-09-08
Read more
Badai Pertama
Mereka berdua sudah di supermarket, Altair mendorong troli sementara Aquila yang akan mengambil bahan makanan yang mereka butuhkan tepatnya yang Aquila inginkan.Altair tidak keberatan tentang itu, ia menyukainya, ia menyukai wajah Aquila yang bersemangat tiap kali mengambil satu persatu makanan yang dia suka atau wajah memelasnya saat Altair melarangnya mengambil barang yang hanya terlihat lucu untuk Aquila. Tingkah keduanya membuat orang-orang disekitar mereka merasa iri karena menurut pandangan orang lain, mereka terlihat begitu mesra, juga serasi. Altair dengan tinggi diatas rata-rata sementara tinggi Aquila hanya sebatas pundak Altair. Altair yang begitu menawan, Aquila yang begitu menarik. “Kau bekerja nanti malam?” tanya Altair. Ia ingat Aquila harus bekerja setiap akhir pekan. “Tidak, hari ini aku cuti.”  “Bagaimana jika nanti malam kita mengadakan pe
last updateLast Updated : 2021-09-12
Read more
Pria itu bernama Aki
Semua terdiam mendengar pertanyaan yang lolos dari mulut Altair. Tentu semua tahu pertanyaan itu di arahkan untuk siapa meski Altair tidak menyebutkan nama. “Siapa pria itu.. Aquila Minami?” desis Altair merendahkan suaranya. “Di.. dia sahabatku.” gumam Aquila lirih tidak berani menatap Altair. Gadis manis itu takut mendengar nada rendah pria yang beberapa bulan ini tinggal bersamanya. Selama mereka tinggal bersama belum pernah sekalipun Altair menggunakan nada rendah untuk berbicara padanya, sekalipun Aquila membuat kesalahan Altair tak pernah marah padanya. Nada rendah Altair benar-benar mengintimidasi Aquila. “Jadi kami semua yang ada disini boleh mencium bibirmu seperti tadi, bukankah kami juga sahabatmu?” Hening. Semua orang terdiam mendengar pertanyaan Altair. Aquila menatap Altair tak percaya. Entahlah, tapi pertanyaan Altair membuatnya
last updateLast Updated : 2021-09-12
Read more
Berdamai
“Aki bilang dia akan menjauh dariku tapi sebelumnya dia ingin berciuman sekali saja dan bodohnya aku menyetujui dan sialnya Altair melihatnya!” gerutu Aquila frustasi. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri.  “Kenapa.. kenapa kau takut saat Altair mengetahuinya?” Pertanyaan Emilia membuat Aquila terdiam. Ia tidak tahu kenapa ia merasa menyesal karena Altair melihatnya. “Lain kali saja kau beri jawabannya.” Emilia menepuk pundak Aquila pelan. Emilia tahu Aquila sendiri belum menemukan jawaban atas perasaannya sendiri.  “Ayo keluar, sepertinya live music sudah selesai!” Ajak Emilia. *** “Aquila.. kau bisa mengambil cuti besok, aku tidak tega melihatmu seperti ini.” ucap Emilia di parkiran apartemen Aquila atau lebih tepatnya apartemen Altair. Mereka berdua baru saja pulang bekerja. Emilia mengant
last updateLast Updated : 2021-09-12
Read more
Perhatian Altair
“Aquila, kau ingin makan sesuatu?” tanya Altair setelah sampai di apartemen mereka. “Aku ingin langsung istirahat saja kak.” jawab Aquila lemah. Ia masih merasa pusing, badanpun masih terasa berat. Altair hanya mengangguk, ia memapah Aquila ke kamarnya. Terlihat sekali raut lelah di wajah gadis itu. Altair menidurkan Aquila pelan, menyelimutinya sampai sebatas dada, tidak lupa mengelus surainya lembut. “Tidurlah!” ucap Altair sembari mengusap-usap kuping Aquila pelan. Matanya menatap Aquila lekat. Gadis itu menuruti perkataan pria di sampingnya, ia mencoba memejamkan mata. Aquila yang begitu merasa nyaman akan perlakuan Altair langsung terbawa ke alam mimpi. Ia tidak pernah diperlakukan selembut ini oleh orang lain. Yakin Aquila telah tertidur Altair keluar menuju balkon lalu meraih handphonenya untuk menghubungi seseorang. “Halo Tsuyu, bisakah kau ke apartemenku sekarang? Temank
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more
Awal Masalah
Altair bersiap secepat yang dia bisa, dari ucapa Ryota pasti ada hal penting yang terjadi di kantor. Tentu Altair tidak ingin sesuatu terjadi pada perusahaan yang dia dan sahabatnya bangun dengan susah payah. Selesai bersiap Altair menghampiri Aquila yang masih berada di dapur, gadis itu terlihat tengah menyesap teh chamomile kesukaannya, “Aquila, aku berangkat ya.” Altair berucap cepat. “Tunggu, aku sudah menyiapkan bento untukmu.” Aquila mengejar Altair yang sedikit lagi mencapai pintu. Ia menyerahkan bungkusan makan siang yang ia siapkan saat menunggu Altair bersiap tadi. “Thanks! Ittekimasu!” ucap Altair, ia menerima bento dari Aquila. “Itterashai!” jawab Aquila, ia perhatikan punggung lebar Altair yang mulai menjauh. Dengan kecepatan tinggi Altair melajukan mobil Audi hitamnya menuju kantor,
last updateLast Updated : 2021-09-17
Read more
Segitiga Musim Panas
“Tadaima!” ucap Altair seraya membuka pintu apartemennya setelah pulang dari kantor. Penasaran karena tidak ada jawaban dari Aquila ia lirik jam yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul sembilan malam, tidak mungkinkan gadis itu sudah tidur seawal ini.“Aquila?” Panggilnya lagi.“Kak Altair.. okaeri!” Aquila keluar dari arah dapur dengan celemek yang terpasang.“Maaf aku tidak dengar, aku sedang fokus memasak.” Jelas Aquila. Altair berjalan mendekatinya.“Memangnya sudah sembuh? Kita bisa membeli makanan saja agar kau tidak perlu repot seperti ini.” ucap Altair lembut. Ia usap-usap kepala Aquila pelan. “Kak.. aku pingsan karena kelelahan, bukan karena penyakit mematikan jadi berhentilah terlalu mengkhawatirkanku.” Aquila berkata lembut.  Altair hanya mengangguk-anggukkan kepala. “Sudahlah lebih baik k
last updateLast Updated : 2021-09-28
Read more
Orihime Yamada
Hari berganti, Aquila sudah sembuh dari sakitnya dan sekarang dia sudah tidak bekerja fulltime di kafe lagi, Altair benar-benar melarangnya sejak insiden Aquila jatuh pingsan karena kelelahan. Altair yang akan membiayai kuliah Aquila. Tentu saja Aquila menolak pada awalnya. Dia tidak mau merepotkan siapapun, selagi dia masih bisa bekerja dia akan bekerja hingga akhirnya Altair memberikan penawaran yang menurut gadis itu masuk akal.   Setelah Aquila lulus kuliah dia harus bekerja untuk perusahaan Altair sebagai cara untuk membayar biaya hidup dan biaya kuliah Aquila yang sudah Altair keluarkan. Sebenarnya Altair tidak mempermasalahkan uang yang harus ia keluarkan untuk Aquila tapi mengingat gadis manis itu tidak akan menerima  bantuan nya secara cuma-cuma akhirnya dia memberikan penawaran tersebut.   Hubungan mereka berdua pun semakin dekat. Sudah tidak ada lagi rasa canggung di antara mereka. Keduanya sudah seperti kakak beradi
last updateLast Updated : 2021-09-29
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status