Kirana memandang bayangan dirinya dicermin dengan tatapan nanar. Sesekali tangannya bergerak untuk menyeka butiran air mata yang lolos begitu saja. Wajah yang telah dipoles make up gaya western dan gaun malam berwarna merah maroon karya desainer ternama itu bahkan tak dapat menyembunyikan ronah kesedihan diwajah Kirana.
“Aku harus kabur dari sini…” bisiknya dalam keheningan Tak perlu menunggu lama Kirana segera memasukan barang-barang penting ke dalam tas ransel miliknya sembari memikirkan cara bagaimana untuk keluar dari kamarnya sendiri yang berada dilantai dua. “Hallo Bell, 30 menit lagi tolong jemput aku di depan gerbang rumahku yah” ucap kirana sambil menjepit ponsel diantara telinga dan bahu kanannya. “Kamu mau kabur dihari penting begini?? Udah sinting kamu !!” Terdengar suara dari ujung telepon. “Nanti aku jelasin, percaya sama aku” ujar kirana sambil terus mengisi penuh tas ranselnya, “Pokoknya 30 menit lagi depan gerbang” Sambungan telepon ditutup sepihak. Kirana tidak peduli pada sahabatnya yang masih terus mengoceh untuk menghentikan rencana gilanya itu. Bagaimanapun, Kirana telah mengenal Bella lebih dari 10 tahun dan gadis itu adalah satu-satunya orang yang bisa dipercaya dan harapannya saat ini. Setelah beberapa menit berkutat dengan otak sendiri akhirnya Kirana memutuskan satu-satunya cara untuk keluar dari penjara ini adalah dengan melompat dari lantai dua. Sepertinya terlalu bodoh jika Kirana harus keluar kamar sekarang, dan berpikir bisa melewati ramainya orang yang sedang mempersiapkan acara pertunangannya dilantai bawah dengan selamat. Jadi, jika sekarang harus memilih menjadi bodoh atau menjadi gila, Kirana lebih baik menjadi gila. "Auww... " Kirana mengaduh pelan sambil mengelus-ngelus bokongnya yang menghantam jalan paving taman dengan sempurna. Benar, Kirana sekarang berada di taman samping rumahnya setelah sukses bergelantungan pada selimut dan sprai yang disambung, diikat dan menjuntai dari jendela kamarnya. Sambil mengedarkan pandangannya penuh antisipasi Kirana berlari-lari kecil menuju gerbang yang masih berjarak sekitar 100 meter dari tempatnya. Maklum saja rumah Kirana memiliki pekarangan yang luas. "Mau kemana kamu sayang ? " Kirana membeku seketika saat mendengar suara pria yang tidak asing ditelinganya itu. Sialan. Kemana Bella ? Harusnya Bella yang gadis itu temukan saat membuka gerbang. ********** Semua karyawan menunduk hormat sambil tersenyum ramah sekaligus tegang. Sang Putra Mahkota kembali. Ada kabar burung yang beredar bahwa Putra pertama dari pemilik perusahaan tekstil terbesar di Indonesia ini adalah seorang pria berdarah dingin. Berbekal kecerdasan juga kelicikannya dia berhasil mengembangkan sayap Pasific Textile - perusahaan milik keluarganya di kancah international. Kaivan Mavendra Bagaskara namanya. Lelaki itu melangkah pasti dan cepat menuju ruangan yang telah disiapkan sebelumnya diikuti sekretaris pribadinya. Tampan dan sexy. Para karyawan wanita langsung memuja Kaivan begitu melihatnya pertama kali. Lelaki itu punya sejuta pesona. Hanya gadis bodoh sepertinya yang tidak akan tersihir dengan wajah rupawan, garis rahang yang tegas, serta ukiran tubuh yang sempurna milik pria berdarah Indonesia-Kanada ini. Tatapan tajam pria ini sekarang sedang tertuju pada laptop dihadapannya dengan beberapa lembar kertas berserakan dimeja. "Hei van, masih disini aja lu? bukannya lu punya acara penting yah" Ujar Gama sedikit mengagetkan Kaivan. "Gak.. lu aja kesana, wakili gue" jawab Kaivan dingin sambil tetap berkutat dengan layar didepannya Gama mendengus sedikit kesal, "Oh come on man, lu belum ada sehari balik dari Amerika setelah 6 tahun pergi, tetap aja yang lu pandangin laptop lagi laptop lagi.. " Gama menatap Bos sekaligus sahabatnya itu dalam-dalam, "Emang lu gak mau ketemu dia gitu?" Hening. Tidak ada yang bersuara setelahnya. Gama menggaruk kepalanya pelan, apa mungkin dia telah menyinggung hati mungil Bos Besar didepannya. Sepertinya Gama harus mulai mencari pekerjaan baru kali ini. "Ayo.. Jalan ! " Kaivan mendadak berdiri sambil membereskan laptop dan berkas-berkas dimejanya, kemudian berjalan menuju pintu. "Gak salah tebakan gue, pasti lu kangen kan?" sindir Gama sambil mengekor dibelakang bosnya itu. "Gue mau balas dendam... " ucap Kaivan dingin. ************* "Halo guys, gue punya kabar gembira, hari ini gue sama Kirana mau tunangan" Ujar Chandra di depan layar ponsel-nya sambil menampilkan deretan gigi putihnya dengan ceria. "Mohon doanya supaya kita langgeng dan bahagia sampai Kakek Nenek!" tambah pria itu diikuti dengan rentetan komentar netizen yang mendoakan dan mengamini ucapannya barusan. "Amin.. amin, makasih doa-doanya yah" balas Chandra sambil merapihkan rambutnya didepan kamera. "Sayang, senyum dong, jangan gugup gitu ah.." Kirana yang sedari tadi ikut serta dalam live-streaming calon tunangannya itu, hanya bisa menyunggingkan senyum kaku dihadapan ratusan penonton Chandra yang didominasi oleh gadis muda belia. Siapa yang kini tak kenal Chandra Aditya Bagaskara? Seorang Influenser dengan ratusan ribu pengikut di media sosial. Chandra telah berhasil mem-branding dirinya sebagai pria yang tampan, romantis dan berkharisma. Dia juga gemar membagikan kehidupan sehari-harinya yang bergelimang harta bagaikan Pangeran dari Negeri dongeng. Tentu saja lelaki ini dengan mudah menghipnotis ribuan kaum hawa dari berbagai kalangan untuk menjadi penggemar setianya. "Oke guys, sampai disini dulu yah, Acara pertunangannya sebentar lagi mau mulai" ucap Chandra. "sampai jumpa next time" Live streaming singkat itu akhirnya berakhir. Kirana mendengus kasar, "You lost your mind, udah gila.." Gadis itu beranjak dari tempat duduk untuk keluar dari ruangan itu. Muak rasanya. "Mau kemana kamu, hah!" Chandra meraih tangan Kirana sebelum dia berhasil membuka pintu. "Kamu baru aja melanggar kesepakatan kita" Kirana menghentak tangannya agar terbebas dari genggaman Chandra. "Aku udah bilang kan, aku gak mau pertunangan kita di publish, kamu udah melanggar privasi aku. Udahlah... bicara sama kamu tuh gak ada gunanya" "Kamu yang duluan melanggarnya Kirana, udah berapa kali kamu berusaha kabur dari aku?" Chandra mendorong tubuh Kirana ke tembok dan mencengkram kedua lengannya. "Dan di hari penting ini, di hari pertunangan kita kamu masih berusaha kabur?? Kamu yang udah gila!!!" Pria itu tampak berusaha keras untuk menahan amarahnya terlihat dari wajahnya yang berubah merah dan urat-urat dilehernya yang tampak menegang. Mungkin dia tak mau membuat keributan mengingat diluar ruangan ada banya orang lalu lalang. "Untung aja si Gunawan dan Widia gak tau perbuatan kamu barusan. Kamu mau orang tua kamu menanggung malu di acara besar seperti ini ?" "Dasar perempuan jalang"Kirana berdiri kikuk dia atas panggung sembari menyalami tamu yang datang silih berganti. Kebanyakan tamu yang hadir malam ini adalah rekan bisnis keluarga Bagaskara yang Kirana sendiri tidak kenal. Alih-alih mengadakan pesta meriah, gadis itu malah bersikukuh untuk menyelenggarakan privat party saja dirumah. Semakin sedikit yang hadir, semakin besar peluangnya untuk kabur pikirnya. Bertahun-tahun Kirana berusaha mengulur waktu untuk perjodohan ini dengan berbagai alasan, mulai dari ingin melanjutkan studi dan meraih gelar doktornya dalam ilmu manajemen, sampai alasan ingin fokus menjalankan toko florist miliknya. Semua hanya demi tidak terikat dengan Pria yang berdiri disampingnya sekarang. Namun Kirana sendiri tau bahwa dia tak bisa selamanya lari dari takdir, karena perjodohan ini berhubungan dengan kelangsungan bisnis dan pekerjaan orang tuanya. Gadis malang. "Sweetheart...senyum dong" Chandra mencubit kecil lengan Kirana hingga lamunan gadis itu buyar digantikan dengan senyuman
"Kai... look at me" "Gue sibuk, Bell" jawab Kaivan datar. "Tapi ini waktunya lunch loh Kai, emang kamu gak lapar? " Ujar Bella manjaKaivan diam tak bergeming, bola matanya bahkan tetap fokus pada layar laptop. Tak menyerah, gadis cantik berbalut dress merah itu perlahan bergerak duduk di pangkuan Kaivan sambil menangkup pipi lelaki itu, sehingga mereka sekarang saling berpandangan. "Benar-benar tampan" Batinnya. Mata cokelat hazel dan garis wajah yang tegas membuat Bella semakin terpesona pada calon tunangannya ini. Bella dan Kaivan juga dijodohkan. Tepatnya, 3 tahun yang lalu saat orang tua mereka bertemu di New York untuk urusan bisnis, namun tak hanya soal bisnis, pertemuan itu juga membahas soal masa depan anak-anak mereka. Kaivan dan Bella. Perlahan tapi pasti Bella mendekatkan wajahnya. Terus menerus menatap bibir sexy lelaki ini membuat pikiran Bella semakin liar. Apalagi selama mereka dijodohkan hanya 2 kali saja Bella bertandang ke New York untuk menemui kekasihnya.Na
Kirana setengah berlari keluar dari gedung Pasific Textile, dia tidak mau orang-orang melihat matanya yang sembab dan merah sekarang. Apalagi di perusahaan ini Kirana bukanlah orang asing sebenarnya, anak dari Operasional Manajer dan tunangan dari keluarga pemilik perusahaan. Sebagian besar pegawai disini pasti mengenali wajahnya. Kirana hanya tidak ingin menjadi bahan gosip. "Kirana..!" Sontak gadis itu berbalik begitu mendengar suara yang sangat dikenalnya. Suara yang sebetulnya tak ingin dia dengar. "Chandra??""Iya, Chandra tunangan kamu, memang kamu berharap siapa?" Ujar pria itu dengan sorot mata tajam yang membuat Kirana takut. "Kamu ngapain disini?" ujar Kirana"Aku?!" Chandra menatap gadis itu dengan mata melotot. "Harusnya aku yang tanya, kamu ngapain disini?" ucap pria itu dengan penekanan disetiap kata-katanya. Kirana tertegun. Benar juga. Gedung perkantoran ini adalah milik keluarga Bagaskara, yang mana bukanlah suatu hal yang mengejutkan jika Chandra ada disini. "I
"Dasar cowok brengsek!!! Gak punya otak!!! Nyesel banget aku pernah ngefans sama dia, mbak", Naya tesengal-sengal mengatur nafasnya. " Amit-amit kalo sampai mbak Kirana jadi nikah sama itu psikopat""Makasih yah kamu mau dengerin cerita aku lagi" Kirana tersenyum sambil sambil mengeringkan wajahnya yang basah oleh air mata."Anytime mbak, kapan aja kamu butuh teman cerita cari Naya aja" ujar Naya sambil mengedipkan mata berulang kali. Kirana tertawa kecil. Lega rasanya punya teman berbagi cerita. Naya Adista Putri adalah salah satu karyawan toko Florist Kirana yang sudah bekerja kurang lebih 3 tahun. Gadis mungil dan ceria itu sudah seperti adik perempuan bagi Kirana, bahkan entah mengapa Kirana bisa terbuka untuk menceritakan pahit manis kehidupannya pada Naya. "Udah mbak, gak usah ditangisin, hempas ke laut aja cowok toxic kayak si Chandra-Chandra itu, kesel kan aku jadinya.." ujar Naya sambil memanyunkan bibirnya. Awalnya Naya memang tak begitu percaya saat Kirana menceritakan se
"Dasar cowok brengsek!!! Gak punya otak!!! Nyesel banget aku pernah ngefans sama dia, mbak", Naya tesengal-sengal mengatur nafasnya. " Amit-amit kalo sampai mbak Kirana jadi nikah sama itu psikopat""Makasih yah kamu mau dengerin cerita aku lagi" Kirana tersenyum sambil sambil mengeringkan wajahnya yang basah oleh air mata."Anytime mbak, kapan aja kamu butuh teman cerita cari Naya aja" ujar Naya sambil mengedipkan mata berulang kali. Kirana tertawa kecil. Lega rasanya punya teman berbagi cerita. Naya Adista Putri adalah salah satu karyawan toko Florist Kirana yang sudah bekerja kurang lebih 3 tahun. Gadis mungil dan ceria itu sudah seperti adik perempuan bagi Kirana, bahkan entah mengapa Kirana bisa terbuka untuk menceritakan pahit manis kehidupannya pada Naya. "Udah mbak, gak usah ditangisin, hempas ke laut aja cowok toxic kayak si Chandra-Chandra itu, kesel kan aku jadinya.." ujar Naya sambil memanyunkan bibirnya. Awalnya Naya memang tak begitu percaya saat Kirana menceritakan se
Kirana setengah berlari keluar dari gedung Pasific Textile, dia tidak mau orang-orang melihat matanya yang sembab dan merah sekarang. Apalagi di perusahaan ini Kirana bukanlah orang asing sebenarnya, anak dari Operasional Manajer dan tunangan dari keluarga pemilik perusahaan. Sebagian besar pegawai disini pasti mengenali wajahnya. Kirana hanya tidak ingin menjadi bahan gosip. "Kirana..!" Sontak gadis itu berbalik begitu mendengar suara yang sangat dikenalnya. Suara yang sebetulnya tak ingin dia dengar. "Chandra??""Iya, Chandra tunangan kamu, memang kamu berharap siapa?" Ujar pria itu dengan sorot mata tajam yang membuat Kirana takut. "Kamu ngapain disini?" ujar Kirana"Aku?!" Chandra menatap gadis itu dengan mata melotot. "Harusnya aku yang tanya, kamu ngapain disini?" ucap pria itu dengan penekanan disetiap kata-katanya. Kirana tertegun. Benar juga. Gedung perkantoran ini adalah milik keluarga Bagaskara, yang mana bukanlah suatu hal yang mengejutkan jika Chandra ada disini. "I
"Kai... look at me" "Gue sibuk, Bell" jawab Kaivan datar. "Tapi ini waktunya lunch loh Kai, emang kamu gak lapar? " Ujar Bella manjaKaivan diam tak bergeming, bola matanya bahkan tetap fokus pada layar laptop. Tak menyerah, gadis cantik berbalut dress merah itu perlahan bergerak duduk di pangkuan Kaivan sambil menangkup pipi lelaki itu, sehingga mereka sekarang saling berpandangan. "Benar-benar tampan" Batinnya. Mata cokelat hazel dan garis wajah yang tegas membuat Bella semakin terpesona pada calon tunangannya ini. Bella dan Kaivan juga dijodohkan. Tepatnya, 3 tahun yang lalu saat orang tua mereka bertemu di New York untuk urusan bisnis, namun tak hanya soal bisnis, pertemuan itu juga membahas soal masa depan anak-anak mereka. Kaivan dan Bella. Perlahan tapi pasti Bella mendekatkan wajahnya. Terus menerus menatap bibir sexy lelaki ini membuat pikiran Bella semakin liar. Apalagi selama mereka dijodohkan hanya 2 kali saja Bella bertandang ke New York untuk menemui kekasihnya.Na
Kirana berdiri kikuk dia atas panggung sembari menyalami tamu yang datang silih berganti. Kebanyakan tamu yang hadir malam ini adalah rekan bisnis keluarga Bagaskara yang Kirana sendiri tidak kenal. Alih-alih mengadakan pesta meriah, gadis itu malah bersikukuh untuk menyelenggarakan privat party saja dirumah. Semakin sedikit yang hadir, semakin besar peluangnya untuk kabur pikirnya. Bertahun-tahun Kirana berusaha mengulur waktu untuk perjodohan ini dengan berbagai alasan, mulai dari ingin melanjutkan studi dan meraih gelar doktornya dalam ilmu manajemen, sampai alasan ingin fokus menjalankan toko florist miliknya. Semua hanya demi tidak terikat dengan Pria yang berdiri disampingnya sekarang. Namun Kirana sendiri tau bahwa dia tak bisa selamanya lari dari takdir, karena perjodohan ini berhubungan dengan kelangsungan bisnis dan pekerjaan orang tuanya. Gadis malang. "Sweetheart...senyum dong" Chandra mencubit kecil lengan Kirana hingga lamunan gadis itu buyar digantikan dengan senyuman
Kirana memandang bayangan dirinya dicermin dengan tatapan nanar. Sesekali tangannya bergerak untuk menyeka butiran air mata yang lolos begitu saja. Wajah yang telah dipoles make up gaya western dan gaun malam berwarna merah maroon karya desainer ternama itu bahkan tak dapat menyembunyikan ronah kesedihan diwajah Kirana.“Aku harus kabur dari sini…” bisiknya dalam keheningan Tak perlu menunggu lama Kirana segera memasukan barang-barang penting ke dalam tas ransel miliknya sembari memikirkan cara bagaimana untuk keluar dari kamarnya sendiri yang berada dilantai dua.“Hallo Bell, 30 menit lagi tolong jemput aku di depan gerbang rumahku yah” ucap kirana sambil menjepit ponsel diantara telinga dan bahu kanannya.“Kamu mau kabur dihari penting begini?? Udah sinting kamu !!” Terdengar suara dari ujung telepon.“Nanti aku jelasin, percaya sama aku” ujar kirana sambil terus mengisi penuh tas ranselnya, “Pokoknya 30 menit lagi depan gerbang”Sambungan telepon ditutup sepihak. Kirana tidak pedu