" Tolong jangan meminta aku berhenti, karena aku tidak akan berhenti. Jika kisah cinta kita ini sesuatu yang mustahil, berarti aku tidak punya hati. Aku merasakan punya hati, itu artinya apa? kisah Cinta kita ini bukan sesuatu yang mustahil." Ini Kisah tentang perseteruan antara Darren dan Adinara, dua pengacara hebat. Kisah Cinta mereka terjebak oleh rasa benci kedua orang tua mereka, mereka memutuskan untuk berpisah, tapi mereka tidak mau saling melupakan. Darren dan Adinara harus berusaha keras memecahkan misteri pembunuhan pengusaha terkenal Tirta Adiyasa, sampai kemudian mereka terlibat asmara, perjuangan,kesedihan mereka haus lalui untuk memperjuangkan cinta mereka dan untuk memecahkan misteri pembunuhan tersebut.
View MoreLangkah bahagia terdengar di kediaman konglomerat Tirta Adiyasa, canda tawa mereka lakukan saat memasuki mobil Alhprad berwarna putih, yang sudah terparkir di halaman rumah.
'' Aku mau duduk di tengah!''
'' Aku dipinggir sebelah kanan!''Teriakan dari kedua putri Tirta Adiyasa, Syafa dan Salwa terdengar sangat bahagia saat itu.
'' Om Andre, Om Andre mau ikut kita liburan ke Villa?'' tanya Syafa anak sulung Tirta Adiyasa,
saat melihat sang paman tiba-tiba muncul di rumah mereka.'' Tidak! Om Tidak ikut, masih banyak kerjaan.''
'' Kamu jadi ke Singapura?'' tanya Tirta Adiyasa ke Andreas.'' Iya Mas, rencananya hari ini aku berangkat.'''' Ya sudah, kita tinggal yah.'''' Iya Mas, hati-hati ... dah syafa dah Salwa.'''' Dah Om Andre.''Lambayan tangan mengiringi kepergian mereka. Andreas Adiyasa adalah adik dari Tirta Adiyasa yang membantu menjalankan Bisnis Tirta Adiyasa.
10.30 WIB
'' Mereka dalam perjalanan, habisi mereka, buang mayat mereka ke pinggir kota. Sekap Pak Salim, jadikan Pak Salim sebagai kambing hitam, dan jangan sampai meninggalkan jejak. Main yang rapih.''
'' Siap,Bos!''
Kedelapan laki-laki berbadan tegap dan berpakaian serba hitam, bersiap menjalankan perintah dari atasannya. Tatapan mereka tampak serius menatap pintu tol jakarta Bogor, sampai kemudian salah satu dari mereka tersenyum miring saat melihat sebuah mobil Alphard berwarna putih keluar dari pintu tol.
''Itu mereka, bersiap!''
Dua mobil minibus berawarna hitam itu segera mengikuti mobil Pak Tirta di belakang.
''Pak, sepertinya mobil kita ada yang mengikuti,'' ucap Pak Salim, sambil mengintip lewat kaca spion.
'' Siapa mereka? Apa Pak Salim yakin mereka mengikuti kita?''
'' Yakin Pak, soalnya saya perhatikan mereka sudah berada di belakang kita sejak kita keluar dari tol.''Seketika suasana menjadi hening, canda tawa yang tadi di lakukan oleh Syafa dan Salwa perlahan menghilang, berganti dengan rasa takut di wajah mereka.
'' Syukurlah Pak, sepertinya mereka sudah tidak mengikuti kita lagi,'' ucap syukur Pak Salim.
Rasa Syukur juga terdengar dari mulut Pak Tirta, istri dan kedua anaknya. Suasana yang awalnya sempat tegang, sekarang kembali normal lagi. Tapi kemudian rasa bahagia itu tidak berlangsung lama, saat mobil mereka di apit oleh kedua mobil di depan dan belakang mereka.
'' Siapa mereka Pak?'' tanya Pak Tirta, sedang Pak Salim menggelengkan kepalanya.
'' Sepertinya mereka yang mengikuti kita tadi.''Terlihat empat orang turun dari mobil depan, dan dua orang turun dari mobil belakang. Mereka menyeramkan, dengan senjata api di tangan mereka.
'' Tok,tok,tok! Buka pintunya!'' teriak salah satu orang.
'' Hiks,hiks! Mam aku takut!'' rengek Salwa sambil memeluk Mamanya.''Siapa kalian dan apa mau kalian?'' tanya Pak Tirta setelah turun dari mobil, sedang Pak Salim berdiri di samping pintu mobil sebeleh kiri."Dor,dor,dor!!"
Tiga tembakan tepat mengenai dada kiri Pak Salim, Syafa dan Istrinya.
''Mamaa!!'' teriak Salwa histeris.'' Pak Salim tolooong!!"''' Non Salwaaa!!''Dor!!
Satu buah peluru mendarat tepat di kening gadis berusia delapan tahun itu. Peluru itu seketika menghentikan terikan dan tangisan Salwa, Salwa terkulai lemas di samping sang Mama yang juga tewas.
'' Noon ... Noon Salwaaa!!''
Pak Salim Histeris saat melihat anak majikannya itu terkulai lemas dengan darah mengalir di kening. Pak Salim tidak kuasa menahan kesedihannya, kakinya seketika lemas tidak mampu berpijak lagi. Pak salim bersimpuh di samping mobil majikannya, Pak salim tidak kuat saat melihat Pak Tirta dan Salwa di tembak di depan matanya.
"Akh!!"
Pak Salim tersungkur ketanah saat kepalanya di pukul di bagian belakang, sepersekian detik Pak Salim sudah hilang kesadarannya.
'' Bawa Orang ini kegudang, ikat dia jangan sampai kabur!'' perintah pimpinan mereka.
'' Siap,Bos!'''' Bawa mayat mereka besereta mobilnya ke pinggir kota Bogor, hati-hati jangan sampai terendus Polisi.'''' Siap, Bos!'''' Halo Bos, semuanya sudah beres,'' kata penjahat itu saat menelepon bos besarnya.
'' Bagus, seperti yang sudah di rencanakan. Jadikan Pak Salim kambing hitam, main yang rapih, jangan sampai terendus polisi. Dan Satu lagi, Pak Salim jangan sampai kabur sampai berita ini heboh, setelah itu lepaskan Pak salim."'' Siap,Bos! saya mengerti.''Tutt!
'' Bawa senjata ini. Jangan di pegang, karena senjata ini sudah ada sidik jarinya Pak Salim. setelah itu buang di sekitar tempat pembuangan mayat nanti.''
'' Siap, Bos!''
13.00 WIB
''Pak Hakim yang terhormat, kami memiliki bukti lain yaitu sebuah percakapan antara klien kami dengan saudara Irawati,'' Darren berjalan mendekati Pak Hakim dan memberikan bukti itu.'' Di situ sudah jelas bahwa Bu Irawati berusaha merayu Pak Irawan untuk melayani nafsu bejatnya.''
'' Interupsi Pak Hakim,'' Adinara menyela.
'' Maaf saudara Adinara, tolong Anda beri kesempatan saudara Darren untuk menjelaskan secara tuntas,'' pinta Pak Hakim.Darren tersenyum miring saat permintaan Adinara di tolak oleh Hakim. Sementara Adinara duduk kembali dengan wajah penuh rasa kecewa.
'' Pak Hakim yang terhormat, bukti Chat itu sudah jelas bahwa Pak Irawan tidak melakukan pelecehan seksual terhada Bu Irawati. Kami juga punya bukti lain yaitu baju yang di kenakan oleh Pak Irawan saat kejadian,'' Darren menunjukan baju tersebut.'' Di sini terdapat sobekan di bagian belakang, ini sudah menjelaskan bahwa Pak Irawan berusaha untuk menghindar.
'' Kami rasa bukti-bukti yang kami tunjukan, sudah cukup untuk membebaskan Pak Irawan dari segala tuduhan. Pak Hakim yang terhormat, mohon Anda pertimbangkan, terima kasih.''
'' Pak Hakim yang terhormat,'' Adinara berdiri.'' Sebuah Chat belum bisa di jadikan bukti yang kuat, karena saat ini orang bisa dengan mudah mengedit isi Chat itu. Dan soal robek yang berada di baju Pak Irawan, kami memliki pembelaan lain.
'' Menurut klien kami, robekan itu terjadi karena Bu Irawati berusaha mempertahankan diri, saat berontak tangan Bu Irawati tidak sengaja merobek baju Pak Irawan.''
'' Pak Hakim yang terhormat,'' Darren menyela,'' kedua bukti itu mungkin masih bisa di perdebatkan, tapi bagaimana dengan bukti terakhir yang kami punya.''
Darren berjalan menghampiri Pak Hakim dan memberikan bukti itu. Beberapa menit kemudian sebuah Video di putar di sebuah layar yang cukup besar, Adinara membelalakan matanya, ia tediam, menarik napas, kemudian memperhatikan kembali Video itu.
Sebuah rekaman Video yang berisi perbuatan Bu Irawati yang memaksa Pak Irawan untuk memenuhi nafsu bejatnya.
Darren menatap Adinara yang kembali terduduk lemas setelah melihat Video itu. Adinara sudah mengakui kekalahannya, mengakui kalau kliennya saat ini memang bersalah. Tapi yang membuat Adinara tidak terima adalah, kalau ia harus kalah oleh Darren pengacara yang paling ia benci.
''Dari semua bukti yang terkumpul, kami memutuskan kalau saudara Irawan tidak bersalah dan di bebaskan dari semua tuntutan.''
'' Tok,tok,tok''
Darren tersenyum penuh kemenangan, sambil menatap tajam Adinara yang menatapnya penuh rasa kesal, Saat palu Pak Hakim di ketuk dan keputusan telah di ambil.
Langkah kaki Darren terdengar menggema, ia lemparkan gumpalan kertas yang sedari tadi ada ditangannya ke tong sampah. Di luar sana, Pak Edward Sanjaya sedang berdiri tegap di depan mobilnya, dengan kedua tangan di simpan di dalam saku celana.
Darren melempar senyum ke Pak Edward yang terlihat bangga.'' Keren anak Papa. Papa senang kamu bisa mengalahkan anaknya si Rudi itu.''
'' Pasti dong Pa, percuma Darren jadi anak Papa kalau tidak bisa mengalahkan anaknya Pak Rudi.''
'' Hai Rudi,'' Panggil Pak Edward saat melihat Pak Rudi dan Adinara keluar dari pengadilan.
Pak Edward dan Darren berjalan perlahan penuh rasa bangga, mendekati Pak Rudi dan Adinara yang memperhatikan mereka.
'' Saya mau mengajak kalian makan bersama,'' ajak Pak Edward,'' kalian tidak usah malu. Ya, walau anak kamu baru saja kalah oleh Darren anak saya. Ya, anggap saja saya sedang berbagi kebahagiaan dengan kalian.''
'' Tidak usah berbangga diri Edward! Perjalanan masih panjang, masih banyak kasus yang akan anak kita hadapi.''
Pak Edward terseyum sinis, sambil menatap Darren yang berdiri di sampingnya. Sedang mata Adinara menatap tajam Darren dengan wajah kesal.
'' Tapi tetap saja,'' Pak Edward merangkul Darren.'' Yang menang anak saya Darren.''
'' Kau dari dulu selalu sombong Edward! Jangan terlalu sombong, kalau kau terjatuh sakitnya akan lebih terasa."'' Itu kenyataan Rudi. Kenyataanya saya sama anak saya lebih unggul dari kamu dan anakmu!'' seru Edward kemudian berbalik badan, berjalan pelan, lalu masuk ke mobil bersama Darren.'' Orang itu selalu sombong sejak dulu!'' ujar Pak Rudi ke Adinara, di saat Adinara pandanganya masih terfokus ke mobil Darren yang perlahan menjauh
'' Tidak usah kamu pikirkan. Ini bukan sebuah kompetisi.''
'' Iya Pa.''Adinara tersenyum, Adinara berbalik badan mengikuti Papanya masuk ke mobil.
Adinara turun dari mobil setelah sampai di kantornya, ia berajalan pelan, sampai kemudian langkahnya terhenti di depan lift. Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka, Adinara masuk.
'' Tunggu!''
Door!!Jack tersungkur kelantai di detik terakhir, saat jari telunjuknya hampir saja menarik platuk pistol itu. Jack tergeletak tidak berdaya dengan darah mengalir di pinggang sebelah kiri setelah polisi menembaknya.''Angkat tangan!''''Jangan bergerak. Kalian semua sudah terkepung!''Itulah suara-suara teriakan di luar sana, suasana gaduh pihak kepolisian yang berhasil menyergap anak buahnya Simon.''Kalian tidak apa-apa?'' tanya salah satu polisi yang sedang membuka ikatan Nathan dan kemudian Adinara.Nathan segera menggenggam tangan Adinara, dan membawanya keluar dari tempat ini.''Nara!''Darren!!Lambayan tangan Laras dan Dirga di luar sana, membuat Adinara merasa lega karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk bertemu mereka lagi.''Laras!!''Adinara langsung memeluk Laras saat mereka sudah saling berhadapan, kemudian di ikuti oleh Dirga dan Nathan yang melakukan hal yang sama.''Terima
Empat pasang mata sedang terfokus ke pria yang ada di hadapannya. Mereka benar-benar mengawasi Darren tanpa melewatkan sedetikpun.Sedang Darren, otaknya terus berfikir keras bagaimana caranya supaya bisa lepas dari kedua orang ini, tapi tidak membuat Adinara dalam bahaya.Sementara di kantornya, beberapa pasang mata menatap heran saat Darren masuk ke kantor bersama dua orang yang tidak mereka kenal.''Darren siapa mereka?'' tanya Dirga, sembari berdiri menatap dua orang yang mengekor di belakang Darren.Tapi kemudian dengan sigap salah satu dari mereka langsung menjauhkan Dirga dari Darren. Dirga di dorong oleh salah satu dari mereka, sampai pria berkacamata itu hampir saja terjatuh kebelakang.''Sudah!'' kata Darren mencegah.''Urusan kita lebih penting. Jangan menyakiti karyawan saya,'' pinta Darren, sembari menahan tubuh kekar orang itu dengan tangannya.Tapi ada situasi dimana Darren berhasil memanfaatkan keributan itu. Tanpa sepengetahu
Simon tersenyum miring di dalam mobilnya, setelah berhasil mengelabui Darren. Darren tidak tahu kalau Simon bersembunyi di sebuah gang kecil, saat mobil taksi yang di tumpangi oleh Darren lewat di hadapannya, Simon baru beranjak pergi.''Darren .... saya lebih berpengalaman dari pada kamu. Kamu tidak bisa dengan mudah menjebak saya,'' ucap Simon, sembari menatap tajam mobil Darren yang melintas di hadapannya.Simon kembali meneruskan perjalanannya, sekarang ia harus berhati-hati agar tidak masuk dalam perangkap Darren. Jika itu terjadi, hancurlah semua yang sudah ia rencanakan selama ini.Langkah cepat Simon lakukan, setelah ia masuk ke halaman rumah dimana Adinara di sekap. Simon mendapatkan kabar dari anak buahnya kalau Adinara tidak sadarkan diri.''Kenapa dia bisa seperti itu?'' tanya Simon, setelah melihat Adinara pingsan sembari terikat di kursi.''Ti-tidak tahu Bos! Tadi saat saya masuk kesini wanita itu sudah tidak sadarkan diri.'' ja
Rintik hujan pagi itu, menambah kesenduan yang sedang Adinara rasakan. Gadis cantik dengan rambut terurai itu beberapa kali menghela napasnya, mencoba mengurai rasa sesak yang sedang ia rasakan.Pedasnya tamparan sang Ayah yang tadi malam Adinara rasakan, masih terasa sampai sekarang. Tamparan itu bukan hanya menyakiti kulit wajahnya, tapi sampai ke lubuk hatinya yang paling dalam.Tiin ... tiiin ... tiiin!!!Tidak terasa, lamunannya pagi itu sampai membuat Adinara lupa, kalau sekarang dia sedang berada di dalam mobil di tengah-tengah padatnya jalanan ibu kota. Bahkan gadis itu sampai tidak menyadari, kalau kendaraan yang tadi sempat padat karena lampu merah, sekarang sudah mengurai secara perlahan.Adainara mencoba menerobos padatnya jalanan pagi itu, tapi kemudian perhatiannya teralihkan ke mobil yang ada di hadapannya. Adinara mengenali mobil itu, mobil mewah milik Pak Simon.''Om Simon!'' sekejap Adinara sempat terdiam, terlintas di benaknya so
Sepasang mata manusia sedang mengintai bagai elang yang ingin memangsa mangsanya. Jack pria berbadan tegap itu sedang berdiri tepat di depan rumah Brian, bersama ke tiga anak buahnya.''Bos, apa yang harus kita lakukan?'' tanya salah satu pria yang berdiri di belakang Jack.''Tanggu saja, kita awasi saja dahulu. Kalau suasananya sudah sepi, baru kita bergerak,'' jawab Jack yang di balas anggukan pelan oleh ketiga anak buahnya.''Baik,Bos!''Sampai kemudian, Brian pria yang sedang mereka incar keluar dari rumahnya dan pergi menggunakan sepeda motor.''Ikuti dia. Jangan sampai lolos!''Jack dan ketiga anak buahnya segera bergegas masuk ke mobil, kemudian mengejar Brian yang sudah berlalu pergi menggunakan sepeda motornya.''Tadi kemana jalanannya, Bos!'' tanya salah satu orang yang membawa mobil saat matanya tidak melihat keberadaan Brian.''Dasar payah!Lihat itu, dekat mobil taksi yang berwarna biru,'' kata Jack, sembari menunjuka
Darren berjalan cepat setelah keluar dari warung Bu Mar. Tapi kemudian ada seseorang yang menabrak pundaknya, Darren menatap orang itu, ada keanehan yang di tunju'kan oleh pria muda yang memakai topi hitam itu.Mimik wajahnya seperti mengisyaratkan pada Darren kalau Darren harus mengikutinya. Pemuda yang di perkirakan berusia 23 Tahun itu berjalan cepat, sementara Darren berada lima langkah di belakangnya.''Siapa kamu?Apa kita pernah saling mengenal?'' Darren bertanya dengan nada tegas, sorot matanya tajam memperhatikan setiap jengkal penampilan pemuda itu. Darren benar-benar tidak mengenalinya, dan belum pernah bertemu sama sekali.Pemuda itu tetap bersikap dingin, menatap kosong air danau yang ada di hadapannya.''Hei!Apa maumu?Kenapa kau memintaku mengikutimu?'' Darren bertanya lagi, kali ini lebih tegas.Pemuda itu berbalik badan, membuka topinya, terlihat sorot mata tajam menatap Darren. Pemuda berkulit kuning langsat itu, mengambil sesuatu d
''Darren!''panggil Adinara dan Darren berhenti.''Auww!Sakit Nara, kenapa kamu menginjak kakiku?'' protes Darren, saat tiba-tiba Adinara menginjak kakinya.''Lagian salah sendiri, kenapa asal cium saja,'' balas Adinara sembari berjalan cepat masuk ke kantornya.Darren melupakan sejenak rasa sakit akibat di injak oleh Adinara. Ada yang harus ia lurus'kan soal tadi ia menciumnya.''Nara, kita sudah berpacaran'kan?Apa ada yang salah dengan yang kulaku'kan?'' tanya Darren, sembari mengimbangi kecepatan Adinara berjalan.''Atau jangan-jangan, kamu belum pernah di cium oleh seorang pria sebelumnya, yah?'' goda Darren.Adinara reflek menghenti'kan langkah kakinya. Mata Adinara menatap Darren tajam.''Aa-aku ... aku cuma tidak mau melakukan hal itu sebelum kita menikah,'' kilah Adinara, kemudian melanjut'kan langkahnya.''Oke ... oke, Nara,'' Darren berhasil meraih tangan Adinara, dan mereka sekarang saling berhadapan.''Aku minta maaf, a
Dengan wajah kusutnya, Adinara duduk di sebuah kursi yang ada di taman itu. Wajahnya sendu, ada kebingungan yang sedang Adinara rasakan.Di belakangnya, Darren berjalan pelan menghampiri Adinara yang sedang duduk termenung. Sama seperti Adinara, Darren juga membawa perasaan galaunya saat pergi ketaman itu.''Nara!'' panggil Darren, kemudian Adinara menoleh.'Maaf agak lama. Tadi jalanan lumayan macet,'' jelas Darren kemudian duduk di samping Adinara tanpa di perintah.''Tidak apa-apa. Aku juga baru sampai,'' balas Adinara.Darren dan Adinara saling diam beberapa saat, mereka tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Bahkan Adinara yang sebelumnya sudah siap menanyakan sesuatu ke Darren, sekarang malah sungkan untuk bertanya.''Kamu mau membicarakan masalah apa, meminta aku kesini?'' tanya Darren memecah keheningan.Adinara masih memilih diam, tapi tatapan matanya ke Darren menunjukan kalau ia tidak sedang baik-baik saja. Tapi Adinara bin
Pagi hari yang cerah, Darren berlari santai di lingkungan kompleknya. Hari ini hari libur, jadi Darren memanfaatkannya untuk merenggangkan otot-ototnya sejenak dengan berolaraga.Dengan tinggi 180 cm, Darren benar-benar idola kaum hawa, apalagi di tambah dengan tubuhnya atletis dan wajah setengah bulenya, Darren layak menjadi seorang play boy kalau dia mau.Tapi entah kenapa sampai umurnya menginjak 26 Tahun, Darren seperti sulit untuk mendapatkan kekasih.''Darren!'' panggil sang Papa setelah Darren tiba di rumah dan hendak naik ke tangga.''Iya Pa,'' sahut Darren.''Kamu cepat mandi setelah itu ganti baju. Nanti jam delapan kamu ikut Papa, Papa mau mengajak kamu mengunjungi sahabat lama Papa,'' kata Pak Edward, sembari melihat jam yang melingkar di lengannya.''Darren harus ikut?''''Iya, kamu juga!''''Apa urusannya sama Darren?'' tanya Darren penasaran.''Nanti kamu akan tahu sendiri,'' jawab Pak Edward sambil berlalu meninggalk
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments