Langkah bahagia terdengar di kediaman konglomerat Tirta Adiyasa, canda tawa mereka lakukan saat memasuki mobil Alhprad berwarna putih, yang sudah terparkir di halaman rumah.
'' Aku mau duduk di tengah!''
'' Aku dipinggir sebelah kanan!''Teriakan dari kedua putri Tirta Adiyasa, Syafa dan Salwa terdengar sangat bahagia saat itu.
'' Om Andre, Om Andre mau ikut kita liburan ke Villa?'' tanya Syafa anak sulung Tirta Adiyasa,
saat melihat sang paman tiba-tiba muncul di rumah mereka.'' Tidak! Om Tidak ikut, masih banyak kerjaan.''
'' Kamu jadi ke Singapura?'' tanya Tirta Adiyasa ke Andreas.'' Iya Mas, rencananya hari ini aku berangkat.'''' Ya sudah, kita tinggal yah.'''' Iya Mas, hati-hati ... dah syafa dah Salwa.'''' Dah Om Andre.''Lambayan tangan mengiringi kepergian mereka. Andreas Adiyasa adalah adik dari Tirta Adiyasa yang membantu menjalankan Bisnis Tirta Adiyasa.
10.30 WIB
'' Mereka dalam perjalanan, habisi mereka, buang mayat mereka ke pinggir kota. Sekap Pak Salim, jadikan Pak Salim sebagai kambing hitam, dan jangan sampai meninggalkan jejak. Main yang rapih.''
'' Siap,Bos!''
Kedelapan laki-laki berbadan tegap dan berpakaian serba hitam, bersiap menjalankan perintah dari atasannya. Tatapan mereka tampak serius menatap pintu tol jakarta Bogor, sampai kemudian salah satu dari mereka tersenyum miring saat melihat sebuah mobil Alphard berwarna putih keluar dari pintu tol.
''Itu mereka, bersiap!''
Dua mobil minibus berawarna hitam itu segera mengikuti mobil Pak Tirta di belakang.
''Pak, sepertinya mobil kita ada yang mengikuti,'' ucap Pak Salim, sambil mengintip lewat kaca spion.
'' Siapa mereka? Apa Pak Salim yakin mereka mengikuti kita?''
'' Yakin Pak, soalnya saya perhatikan mereka sudah berada di belakang kita sejak kita keluar dari tol.''Seketika suasana menjadi hening, canda tawa yang tadi di lakukan oleh Syafa dan Salwa perlahan menghilang, berganti dengan rasa takut di wajah mereka.
'' Syukurlah Pak, sepertinya mereka sudah tidak mengikuti kita lagi,'' ucap syukur Pak Salim.
Rasa Syukur juga terdengar dari mulut Pak Tirta, istri dan kedua anaknya. Suasana yang awalnya sempat tegang, sekarang kembali normal lagi. Tapi kemudian rasa bahagia itu tidak berlangsung lama, saat mobil mereka di apit oleh kedua mobil di depan dan belakang mereka.
'' Siapa mereka Pak?'' tanya Pak Tirta, sedang Pak Salim menggelengkan kepalanya.
'' Sepertinya mereka yang mengikuti kita tadi.''Terlihat empat orang turun dari mobil depan, dan dua orang turun dari mobil belakang. Mereka menyeramkan, dengan senjata api di tangan mereka.
'' Tok,tok,tok! Buka pintunya!'' teriak salah satu orang.
'' Hiks,hiks! Mam aku takut!'' rengek Salwa sambil memeluk Mamanya.''Siapa kalian dan apa mau kalian?'' tanya Pak Tirta setelah turun dari mobil, sedang Pak Salim berdiri di samping pintu mobil sebeleh kiri."Dor,dor,dor!!"
Tiga tembakan tepat mengenai dada kiri Pak Salim, Syafa dan Istrinya.
''Mamaa!!'' teriak Salwa histeris.'' Pak Salim tolooong!!"''' Non Salwaaa!!''Dor!!
Satu buah peluru mendarat tepat di kening gadis berusia delapan tahun itu. Peluru itu seketika menghentikan terikan dan tangisan Salwa, Salwa terkulai lemas di samping sang Mama yang juga tewas.
'' Noon ... Noon Salwaaa!!''
Pak Salim Histeris saat melihat anak majikannya itu terkulai lemas dengan darah mengalir di kening. Pak Salim tidak kuasa menahan kesedihannya, kakinya seketika lemas tidak mampu berpijak lagi. Pak salim bersimpuh di samping mobil majikannya, Pak salim tidak kuat saat melihat Pak Tirta dan Salwa di tembak di depan matanya.
"Akh!!"
Pak Salim tersungkur ketanah saat kepalanya di pukul di bagian belakang, sepersekian detik Pak Salim sudah hilang kesadarannya.
'' Bawa Orang ini kegudang, ikat dia jangan sampai kabur!'' perintah pimpinan mereka.
'' Siap,Bos!'''' Bawa mayat mereka besereta mobilnya ke pinggir kota Bogor, hati-hati jangan sampai terendus Polisi.'''' Siap, Bos!'''' Halo Bos, semuanya sudah beres,'' kata penjahat itu saat menelepon bos besarnya.
'' Bagus, seperti yang sudah di rencanakan. Jadikan Pak Salim kambing hitam, main yang rapih, jangan sampai terendus polisi. Dan Satu lagi, Pak Salim jangan sampai kabur sampai berita ini heboh, setelah itu lepaskan Pak salim."'' Siap,Bos! saya mengerti.''Tutt!
'' Bawa senjata ini. Jangan di pegang, karena senjata ini sudah ada sidik jarinya Pak Salim. setelah itu buang di sekitar tempat pembuangan mayat nanti.''
'' Siap, Bos!''
13.00 WIB
''Pak Hakim yang terhormat, kami memiliki bukti lain yaitu sebuah percakapan antara klien kami dengan saudara Irawati,'' Darren berjalan mendekati Pak Hakim dan memberikan bukti itu.'' Di situ sudah jelas bahwa Bu Irawati berusaha merayu Pak Irawan untuk melayani nafsu bejatnya.''
'' Interupsi Pak Hakim,'' Adinara menyela.
'' Maaf saudara Adinara, tolong Anda beri kesempatan saudara Darren untuk menjelaskan secara tuntas,'' pinta Pak Hakim.Darren tersenyum miring saat permintaan Adinara di tolak oleh Hakim. Sementara Adinara duduk kembali dengan wajah penuh rasa kecewa.
'' Pak Hakim yang terhormat, bukti Chat itu sudah jelas bahwa Pak Irawan tidak melakukan pelecehan seksual terhada Bu Irawati. Kami juga punya bukti lain yaitu baju yang di kenakan oleh Pak Irawan saat kejadian,'' Darren menunjukan baju tersebut.'' Di sini terdapat sobekan di bagian belakang, ini sudah menjelaskan bahwa Pak Irawan berusaha untuk menghindar.
'' Kami rasa bukti-bukti yang kami tunjukan, sudah cukup untuk membebaskan Pak Irawan dari segala tuduhan. Pak Hakim yang terhormat, mohon Anda pertimbangkan, terima kasih.''
'' Pak Hakim yang terhormat,'' Adinara berdiri.'' Sebuah Chat belum bisa di jadikan bukti yang kuat, karena saat ini orang bisa dengan mudah mengedit isi Chat itu. Dan soal robek yang berada di baju Pak Irawan, kami memliki pembelaan lain.
'' Menurut klien kami, robekan itu terjadi karena Bu Irawati berusaha mempertahankan diri, saat berontak tangan Bu Irawati tidak sengaja merobek baju Pak Irawan.''
'' Pak Hakim yang terhormat,'' Darren menyela,'' kedua bukti itu mungkin masih bisa di perdebatkan, tapi bagaimana dengan bukti terakhir yang kami punya.''
Darren berjalan menghampiri Pak Hakim dan memberikan bukti itu. Beberapa menit kemudian sebuah Video di putar di sebuah layar yang cukup besar, Adinara membelalakan matanya, ia tediam, menarik napas, kemudian memperhatikan kembali Video itu.
Sebuah rekaman Video yang berisi perbuatan Bu Irawati yang memaksa Pak Irawan untuk memenuhi nafsu bejatnya.
Darren menatap Adinara yang kembali terduduk lemas setelah melihat Video itu. Adinara sudah mengakui kekalahannya, mengakui kalau kliennya saat ini memang bersalah. Tapi yang membuat Adinara tidak terima adalah, kalau ia harus kalah oleh Darren pengacara yang paling ia benci.
''Dari semua bukti yang terkumpul, kami memutuskan kalau saudara Irawan tidak bersalah dan di bebaskan dari semua tuntutan.''
'' Tok,tok,tok''
Darren tersenyum penuh kemenangan, sambil menatap tajam Adinara yang menatapnya penuh rasa kesal, Saat palu Pak Hakim di ketuk dan keputusan telah di ambil.
Langkah kaki Darren terdengar menggema, ia lemparkan gumpalan kertas yang sedari tadi ada ditangannya ke tong sampah. Di luar sana, Pak Edward Sanjaya sedang berdiri tegap di depan mobilnya, dengan kedua tangan di simpan di dalam saku celana.
Darren melempar senyum ke Pak Edward yang terlihat bangga.'' Keren anak Papa. Papa senang kamu bisa mengalahkan anaknya si Rudi itu.''
'' Pasti dong Pa, percuma Darren jadi anak Papa kalau tidak bisa mengalahkan anaknya Pak Rudi.''
'' Hai Rudi,'' Panggil Pak Edward saat melihat Pak Rudi dan Adinara keluar dari pengadilan.
Pak Edward dan Darren berjalan perlahan penuh rasa bangga, mendekati Pak Rudi dan Adinara yang memperhatikan mereka.
'' Saya mau mengajak kalian makan bersama,'' ajak Pak Edward,'' kalian tidak usah malu. Ya, walau anak kamu baru saja kalah oleh Darren anak saya. Ya, anggap saja saya sedang berbagi kebahagiaan dengan kalian.''
'' Tidak usah berbangga diri Edward! Perjalanan masih panjang, masih banyak kasus yang akan anak kita hadapi.''
Pak Edward terseyum sinis, sambil menatap Darren yang berdiri di sampingnya. Sedang mata Adinara menatap tajam Darren dengan wajah kesal.
'' Tapi tetap saja,'' Pak Edward merangkul Darren.'' Yang menang anak saya Darren.''
'' Kau dari dulu selalu sombong Edward! Jangan terlalu sombong, kalau kau terjatuh sakitnya akan lebih terasa."'' Itu kenyataan Rudi. Kenyataanya saya sama anak saya lebih unggul dari kamu dan anakmu!'' seru Edward kemudian berbalik badan, berjalan pelan, lalu masuk ke mobil bersama Darren.'' Orang itu selalu sombong sejak dulu!'' ujar Pak Rudi ke Adinara, di saat Adinara pandanganya masih terfokus ke mobil Darren yang perlahan menjauh
'' Tidak usah kamu pikirkan. Ini bukan sebuah kompetisi.''
'' Iya Pa.''Adinara tersenyum, Adinara berbalik badan mengikuti Papanya masuk ke mobil.
Adinara turun dari mobil setelah sampai di kantornya, ia berajalan pelan, sampai kemudian langkahnya terhenti di depan lift. Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka, Adinara masuk.
'' Tunggu!''
Terdengar suara seseorang yang tidak ingin Adinara lihat saat ini. Darren, pria yang saat ini paling di benci oleh Adinara tiba-tiba muncul dan sekarang berada didalam lift, hanya berdua.Sepersekian detik Darren dan Adinara saling diam seperti tidak saling mengenal.'' Sepertinya kamu harus berlajar lagi. Jadi kalau nanti kita menangani kasus yang sama, kamu jangan sampai kalah lagi,'' kata Darren mengawali pembicaraan.'' Hanya kebetulan.'''' Kebetulan?'' Darren tersenyum miring.''Kamu memang tipe orang yang tidak mau mengakui kekalahan yah?'' '' Maksud kamu?''Adinara mengangkat wajahnya dan menatap lurus ke wajah Darren.'' Kalu kalah akui kalah,'' bisik Darren.'' Kenapa aku harus mengaku kalah. Kenapa-''Adinara dan Darren tiba-tiba terdiam saat pintu lift terbuka dan ada seorang perempuan masuk.'' Akui saja kalau kamu kalah,'' bisik Darren kemudian melangkah keluar saat pintu lift terbuka, sedang Adinara memba
Darran berdiri kemudian melihat jam di tangannya.'' Aku ada sidang, titip kantor yah selama Papa tidak ada,'' ucap Darren kemudian masuk ke ruangannya, beberapa detik kemudian Darren keluar ruangan itu dengan tas di tangan.Di dalam Lift, Darren kembali bertemu dengan Adinara. Mereka saling diam, tapi sekali lagi kejahilan Darren membuat suasan di dalam Lift itu kembali memanas.'' Kenapa tadi tidak jadi makan di rumah makan, bu Mar?'' tanya Darren sambil melirik Adinara yang berdiri di sampingnya. '' Oh saya tau, kamu cemburu yah saat kamu melihat saya jalan sama Dokter Clara? Adinara- Adinara, kamu kalau cemburu jangan terlalu di perlihatkan.''Adinara terdiam, menarik napas, Adinara lebih memilih mendengarkan musik lewat handphonenya, dari pada mendengarkan ocehan Darren yang di anggapnya tidak berguna.'' Dan soal sidang kali ini,'' Darren kembali menatap Adinara.'' Maaf, kalau saya mengatakan kamu akan kalah lagi. Karena saya memiliki bukti y
Buk!Darren berhasil memukul pria itu, dan membuat Pria itu tersungkur kelantai. Sedang Adinara yang sudah bangkit kembali, terlihat ketakutan bersembunyi di belakang Darren.'' Jangan ikut campur!!'' teriak Pria itu.'' Wanita itu yang sudah menjebloskan ayah saya kepenjara. Kamu tau akibatnya?'' tanya Pria itu dengan nada tinggi.'' Ibu saya meninggal, saya dan kedua adik saya sekarang hidup sebatang kara. Saya akan menghabisi kamu sekarang juga.''Buk!Akh!Darren kembali bisa memukul pria itu hingga terjatuh, pria itu berdiri kemudian kabur dengan motornya.Darren meilhat Adinara sangat ketakutan, kaki dan tangannya gemetar, sementara pandangannya terlihat kosong. Adinara berusaha menenangkan diri dengan duduk di kursi depan mobilnya.'' Ini, minumlah.''Darren menyodorkan sebotol minuman ke Adinara, sedang Adinara terlihat pandangannya sendu saat menatap Darren.'' Terima kasih,'' ucap Adinara setelah minum. Adinara men
Pria itu berdiri, kemudian mengambil handphone yang ada di saku jas yang ia pakai.'' Ada apa?'' tanya pria itu tegas, saat menerima telepon.'' Pak Salim kabur Bos.'''' Goblok!! Kenapa bisa kabur, kalian menjaga orang tua saja tidak becus, percuma saya bayar kalian mahal. Pakoknya saya tidak mau tau, temukan Pak Salim, habisi dia.'''' Baik, Bos!''Tutt!''Dasar bodoh!! Menjaga orang tua saja tidak becus.'' keluh Pria itu, sambil membetulkan dasi yang terasa mencekik lehernya.Pria itu melangkah cepat meninggalkan area pemakaman. Langkahnya terdengar menggema, sementara di belakangnya terlihat dua pria yang berusaha mengimbangi kecepatan Pria yang ada di depan.Pria itu berhenti, kemudian berbisik ke pria yang ada di sampingnya.'' Jack, Temukan Pak Salim, habisi. Saya tidak mau tau, pokonya Pak Salim jangan sampai melapor ke polisi.'''' Baik,Bos!''
'' Baik, Bos!''Kedua orang itu berdiri kemudian meninggalkan warung Bu Mar, mereka pergi tergesa seperti di buru oleh sesuatu yang menakutkan mereka.Sedangkan Darren masih memperhatikan mereka berjalan keluar. Di benaknya masih ada pertanyaan, siapa orang yang menginginkan Pak Salim.''Ka Darren, terima kasih yah sudah mentraktir kita makan,'' ucap Yasa yang sedikit mengagetkan Darren.'' Oh ... iyah. Gimana, enak makanannya?'''' Enak Ka!'' jawab anak-anak kompak.'' Kalau enak, kalian boleh pesan buat di rumah nanti.'''' Serius Ka?'' anak-anak bertanya kompak.'' Serius, kalian boleh pesan makanan yang paling enak buat di rumah nanti. Biar nanti Ka Nara yang membayar semua makanan kalian. Iya kan Nara?''''Heuh?'' Adinara sedikit kaget.'' I-iyah, kalian boleh memesan makanan sesuka kalian. Nanti Ka Nara yang bayar.'''' Terima kasih ka Nara!'' seru anak-anak terlihat senang.Darren dan Adinara berjalan bersama
Darren!!Adinara berteriak saat salah satu orang itu berhasil memukul punggung Darren. Darren hampir terjatuh, tapi kemudian berhasil bangkit kembali.'' Tetap di situ jangan kesini.'' pinta Darren saat Adinara hampir saja menghampirinya.'' Wooy!!''Dirga bersama laras menghampiri, bersama dua orang satpam datang untuk membantu. Kempat orang tersebut berbalik arah, meninggalkan Darren saat bantuan datang.'' Nara kamu tidak apa-apa?'' tanya Laras saat Adinara terlihat Syok, dengan mata terus memandangi Darren yang di tolong oleh Dirga. Adinara menggelengkan kepala, tapi mulutnya terdiam.Adinara tau, pekerjaannya sebagai pengacara memungkinkan ia menghadapi masalah seperti ini. Tapi bagaimanapun Adinara seorang perempuan yang punya rasa takut, seberani apapun Adinara, pasti akan merasakan Syok saat menghadapi masalah seperti sekarang.'' Masuk yu,'' ajak Laras sambil menggandeng tangan Adinara yang masih terlihat Syok. Adinara menuruti
Seperti adegan dalam Film laga, Darren dan mobil yang mengejarnya terus saling mengejar, benturan-benturanpun tidak bisa di hindari saat itu. Sampai akhirnya mobil yang di tumpangi Darren terpojok di sebuah jalan yang cukup sepi.Darren keluar dari mobil kemudianberlari. Darren berusaha sebisa mungkin untuk menghindari ke empat orang yang mengejarnya. Langkah kakinya coba ia percepat, ia berlari ke sebuah kebun, Darren mencoba menghilang di tingginya ilalang di kebun itu. Tapi percuma, ke empat orang itu bisa menemukannya juga.Tatapan sangar Darren dapatkan dari keempat orang yang sudah berhasil mengepungnya. Sementara Darren yang berada di tengah-tengah mereka, mencoba merenggangkan kakinya, memasang kuda-kuda, bersiap untuk menangkis.Sementara kedua tangan ia kepalkan sekuat mungkin, bersamaan dengan sorot mata tajam ke arah mereka berempat.Sampai kemudian salah satu di antara mereka maju kedepan, pria yang di ketahui bernama Jack itu melepaskan jaket yang i
Sesampainya di kantor polisi, Pak Salim langsung di jebloskan ke tahanan. Darren sebenarnya merasa iba dengan kondisi Pak Salim, Darren juga yakin kalau Pak Salim tidak bersalah.''Pak Salim, Bapak sepertinya harus bersabar terlebih dahulu sampai saya bisa membuktikan kalau Pak Salim tidak bersalah,''ucap Darren ke Pak Salim.'' Iya Pak Darren saya paham, dan saya akan bersabar.'''' Terima kasih Pak,'' Darren berdiri,'' kalau begitu saya permisi.''Pak Salim tersenyum, sedang Darren berjalan keluar dari kantor polisi meninggalkan Pak Salim yang sudah memakai baju tahanan.Di mobilnya, Darren terus memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk bisa membebaskan Pak Salim. Kasus ini sangat rumit, karena sampai saat ini Darren belum menemukan satu buktipun yang mengarah ke pelaku sesungguhnya.'' Pak Simon!''Darren menghentikan mobilnya saat melihat Pak Simon sedang berada di pinggir jalan, kemudian masuk ke mobil. Darren mengikuti mobil Pak
Door!!Jack tersungkur kelantai di detik terakhir, saat jari telunjuknya hampir saja menarik platuk pistol itu. Jack tergeletak tidak berdaya dengan darah mengalir di pinggang sebelah kiri setelah polisi menembaknya.''Angkat tangan!''''Jangan bergerak. Kalian semua sudah terkepung!''Itulah suara-suara teriakan di luar sana, suasana gaduh pihak kepolisian yang berhasil menyergap anak buahnya Simon.''Kalian tidak apa-apa?'' tanya salah satu polisi yang sedang membuka ikatan Nathan dan kemudian Adinara.Nathan segera menggenggam tangan Adinara, dan membawanya keluar dari tempat ini.''Nara!''Darren!!Lambayan tangan Laras dan Dirga di luar sana, membuat Adinara merasa lega karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk bertemu mereka lagi.''Laras!!''Adinara langsung memeluk Laras saat mereka sudah saling berhadapan, kemudian di ikuti oleh Dirga dan Nathan yang melakukan hal yang sama.''Terima
Empat pasang mata sedang terfokus ke pria yang ada di hadapannya. Mereka benar-benar mengawasi Darren tanpa melewatkan sedetikpun.Sedang Darren, otaknya terus berfikir keras bagaimana caranya supaya bisa lepas dari kedua orang ini, tapi tidak membuat Adinara dalam bahaya.Sementara di kantornya, beberapa pasang mata menatap heran saat Darren masuk ke kantor bersama dua orang yang tidak mereka kenal.''Darren siapa mereka?'' tanya Dirga, sembari berdiri menatap dua orang yang mengekor di belakang Darren.Tapi kemudian dengan sigap salah satu dari mereka langsung menjauhkan Dirga dari Darren. Dirga di dorong oleh salah satu dari mereka, sampai pria berkacamata itu hampir saja terjatuh kebelakang.''Sudah!'' kata Darren mencegah.''Urusan kita lebih penting. Jangan menyakiti karyawan saya,'' pinta Darren, sembari menahan tubuh kekar orang itu dengan tangannya.Tapi ada situasi dimana Darren berhasil memanfaatkan keributan itu. Tanpa sepengetahu
Simon tersenyum miring di dalam mobilnya, setelah berhasil mengelabui Darren. Darren tidak tahu kalau Simon bersembunyi di sebuah gang kecil, saat mobil taksi yang di tumpangi oleh Darren lewat di hadapannya, Simon baru beranjak pergi.''Darren .... saya lebih berpengalaman dari pada kamu. Kamu tidak bisa dengan mudah menjebak saya,'' ucap Simon, sembari menatap tajam mobil Darren yang melintas di hadapannya.Simon kembali meneruskan perjalanannya, sekarang ia harus berhati-hati agar tidak masuk dalam perangkap Darren. Jika itu terjadi, hancurlah semua yang sudah ia rencanakan selama ini.Langkah cepat Simon lakukan, setelah ia masuk ke halaman rumah dimana Adinara di sekap. Simon mendapatkan kabar dari anak buahnya kalau Adinara tidak sadarkan diri.''Kenapa dia bisa seperti itu?'' tanya Simon, setelah melihat Adinara pingsan sembari terikat di kursi.''Ti-tidak tahu Bos! Tadi saat saya masuk kesini wanita itu sudah tidak sadarkan diri.'' ja
Rintik hujan pagi itu, menambah kesenduan yang sedang Adinara rasakan. Gadis cantik dengan rambut terurai itu beberapa kali menghela napasnya, mencoba mengurai rasa sesak yang sedang ia rasakan.Pedasnya tamparan sang Ayah yang tadi malam Adinara rasakan, masih terasa sampai sekarang. Tamparan itu bukan hanya menyakiti kulit wajahnya, tapi sampai ke lubuk hatinya yang paling dalam.Tiin ... tiiin ... tiiin!!!Tidak terasa, lamunannya pagi itu sampai membuat Adinara lupa, kalau sekarang dia sedang berada di dalam mobil di tengah-tengah padatnya jalanan ibu kota. Bahkan gadis itu sampai tidak menyadari, kalau kendaraan yang tadi sempat padat karena lampu merah, sekarang sudah mengurai secara perlahan.Adainara mencoba menerobos padatnya jalanan pagi itu, tapi kemudian perhatiannya teralihkan ke mobil yang ada di hadapannya. Adinara mengenali mobil itu, mobil mewah milik Pak Simon.''Om Simon!'' sekejap Adinara sempat terdiam, terlintas di benaknya so
Sepasang mata manusia sedang mengintai bagai elang yang ingin memangsa mangsanya. Jack pria berbadan tegap itu sedang berdiri tepat di depan rumah Brian, bersama ke tiga anak buahnya.''Bos, apa yang harus kita lakukan?'' tanya salah satu pria yang berdiri di belakang Jack.''Tanggu saja, kita awasi saja dahulu. Kalau suasananya sudah sepi, baru kita bergerak,'' jawab Jack yang di balas anggukan pelan oleh ketiga anak buahnya.''Baik,Bos!''Sampai kemudian, Brian pria yang sedang mereka incar keluar dari rumahnya dan pergi menggunakan sepeda motor.''Ikuti dia. Jangan sampai lolos!''Jack dan ketiga anak buahnya segera bergegas masuk ke mobil, kemudian mengejar Brian yang sudah berlalu pergi menggunakan sepeda motornya.''Tadi kemana jalanannya, Bos!'' tanya salah satu orang yang membawa mobil saat matanya tidak melihat keberadaan Brian.''Dasar payah!Lihat itu, dekat mobil taksi yang berwarna biru,'' kata Jack, sembari menunjuka
Darren berjalan cepat setelah keluar dari warung Bu Mar. Tapi kemudian ada seseorang yang menabrak pundaknya, Darren menatap orang itu, ada keanehan yang di tunju'kan oleh pria muda yang memakai topi hitam itu.Mimik wajahnya seperti mengisyaratkan pada Darren kalau Darren harus mengikutinya. Pemuda yang di perkirakan berusia 23 Tahun itu berjalan cepat, sementara Darren berada lima langkah di belakangnya.''Siapa kamu?Apa kita pernah saling mengenal?'' Darren bertanya dengan nada tegas, sorot matanya tajam memperhatikan setiap jengkal penampilan pemuda itu. Darren benar-benar tidak mengenalinya, dan belum pernah bertemu sama sekali.Pemuda itu tetap bersikap dingin, menatap kosong air danau yang ada di hadapannya.''Hei!Apa maumu?Kenapa kau memintaku mengikutimu?'' Darren bertanya lagi, kali ini lebih tegas.Pemuda itu berbalik badan, membuka topinya, terlihat sorot mata tajam menatap Darren. Pemuda berkulit kuning langsat itu, mengambil sesuatu d
''Darren!''panggil Adinara dan Darren berhenti.''Auww!Sakit Nara, kenapa kamu menginjak kakiku?'' protes Darren, saat tiba-tiba Adinara menginjak kakinya.''Lagian salah sendiri, kenapa asal cium saja,'' balas Adinara sembari berjalan cepat masuk ke kantornya.Darren melupakan sejenak rasa sakit akibat di injak oleh Adinara. Ada yang harus ia lurus'kan soal tadi ia menciumnya.''Nara, kita sudah berpacaran'kan?Apa ada yang salah dengan yang kulaku'kan?'' tanya Darren, sembari mengimbangi kecepatan Adinara berjalan.''Atau jangan-jangan, kamu belum pernah di cium oleh seorang pria sebelumnya, yah?'' goda Darren.Adinara reflek menghenti'kan langkah kakinya. Mata Adinara menatap Darren tajam.''Aa-aku ... aku cuma tidak mau melakukan hal itu sebelum kita menikah,'' kilah Adinara, kemudian melanjut'kan langkahnya.''Oke ... oke, Nara,'' Darren berhasil meraih tangan Adinara, dan mereka sekarang saling berhadapan.''Aku minta maaf, a
Dengan wajah kusutnya, Adinara duduk di sebuah kursi yang ada di taman itu. Wajahnya sendu, ada kebingungan yang sedang Adinara rasakan.Di belakangnya, Darren berjalan pelan menghampiri Adinara yang sedang duduk termenung. Sama seperti Adinara, Darren juga membawa perasaan galaunya saat pergi ketaman itu.''Nara!'' panggil Darren, kemudian Adinara menoleh.'Maaf agak lama. Tadi jalanan lumayan macet,'' jelas Darren kemudian duduk di samping Adinara tanpa di perintah.''Tidak apa-apa. Aku juga baru sampai,'' balas Adinara.Darren dan Adinara saling diam beberapa saat, mereka tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Bahkan Adinara yang sebelumnya sudah siap menanyakan sesuatu ke Darren, sekarang malah sungkan untuk bertanya.''Kamu mau membicarakan masalah apa, meminta aku kesini?'' tanya Darren memecah keheningan.Adinara masih memilih diam, tapi tatapan matanya ke Darren menunjukan kalau ia tidak sedang baik-baik saja. Tapi Adinara bin
Pagi hari yang cerah, Darren berlari santai di lingkungan kompleknya. Hari ini hari libur, jadi Darren memanfaatkannya untuk merenggangkan otot-ototnya sejenak dengan berolaraga.Dengan tinggi 180 cm, Darren benar-benar idola kaum hawa, apalagi di tambah dengan tubuhnya atletis dan wajah setengah bulenya, Darren layak menjadi seorang play boy kalau dia mau.Tapi entah kenapa sampai umurnya menginjak 26 Tahun, Darren seperti sulit untuk mendapatkan kekasih.''Darren!'' panggil sang Papa setelah Darren tiba di rumah dan hendak naik ke tangga.''Iya Pa,'' sahut Darren.''Kamu cepat mandi setelah itu ganti baju. Nanti jam delapan kamu ikut Papa, Papa mau mengajak kamu mengunjungi sahabat lama Papa,'' kata Pak Edward, sembari melihat jam yang melingkar di lengannya.''Darren harus ikut?''''Iya, kamu juga!''''Apa urusannya sama Darren?'' tanya Darren penasaran.''Nanti kamu akan tahu sendiri,'' jawab Pak Edward sambil berlalu meninggalk