Terdengar suara seseorang yang tidak ingin Adinara lihat saat ini. Darren, pria yang saat ini paling di benci oleh Adinara tiba-tiba muncul dan sekarang berada didalam lift, hanya berdua.
Sepersekian detik Darren dan Adinara saling diam seperti tidak saling mengenal.
'' Sepertinya kamu harus berlajar lagi. Jadi kalau nanti kita menangani kasus yang sama, kamu jangan sampai kalah lagi,'' kata Darren mengawali pembicaraan.
'' Hanya kebetulan.''
'' Kebetulan?'' Darren tersenyum miring.''Kamu memang tipe orang yang tidak mau mengakui kekalahan yah?'''' Maksud kamu?''Adinara mengangkat wajahnya dan menatap lurus ke wajah Darren.
'' Kalu kalah akui kalah,'' bisik Darren.
'' Kenapa aku harus mengaku kalah. Kenapa-''Adinara dan Darren tiba-tiba terdiam saat pintu lift terbuka dan ada seorang perempuan masuk.
'' Akui saja kalau kamu kalah,'' bisik Darren kemudian melangkah keluar saat pintu lift terbuka, sedang Adinara membalasnya dengan delikan sebal.
Adinara berjalan cepat keluar dari Lift dan mengejar Darren yang berjalan santai di hadapannya.
'' Darren,'' panggil Adinara dan Darren berhenti. '' Jangan terlalu membanggakan diri. Biasanya orang yang sombong, kemampuannya tidak seberapa.''
'' Oh! Tapi kenyataannya aku selalu menang.''
Adinara menarik napas, mencoba mengumpulkan kembali kesabarannya yang tadi mulai terkikis.
''Oyah ... kamu sebenarnya cantik!''
''Heuh?'' alis Adinara bertaut.''Tapi kenapa sampai sekarang kamu sendiri terus yah?'''' Terus, apa urusannya sama kamu?'''' Tidak ada, hanya saran saja. Sekali-kali kamu harus merasakan kencan dengan seseorang, biar wajah kamu tidak tegang terus.'''' Heeh!''Adinara menarik napas kembali. Adinara lupa kalau saat ini ia sedang berhadapan dengan Darren, laki-laki yang gemar tebar pesona ke banyak perempuan yang ia temui.
'' Kamu jangan berharap saya akan mengencani kamu. Kamu bukan tipe saya!'' ujar Darren, kemudian berjalan meninggalkan Adinara yang terlihat kesal.
Sabar Adinara! Sabar, batin Adinara.
Adinara masuk kekantornya, langkahnya yang cepat berhasil menarik perhatian sahabatnya laras, yang sedang fokus ke pekerjaannya sejak dari tadi.
Begitu masuk ke ruangannya, Adinara segera duduk di kursi. Matanya yang tajam terus menatap kosong ke meja yang ada di depan, sementara kedua lengannya ia lipat di dada.
Laras yang juga ikut masuk menatap heran sahabatnya itu. Laras maju perlahan mendekati Adinara, lalu badannya ia tundukan sedikit.'' Ada yang bisa saya bantu Bu Adinara?'' tanya Laras.
'' Jangan bercanda! tidak lucu.''
Laras tersenyum. Laras tau kalau Adinara sudah begini, pasti ada sesuatu yang menganggu pikirannya.
'' Kenapa sih? datang-datang muka di tekuk gitu.''
'' Hari ini suasana hatiku sedang tidak baik. Gara-gara siapa? gara-gara manusia sok pintar dan sok kegantengan itu.'''' Darren?'' Laras menebak.'' Ya siapa lagi. Di gedung ini pria yang paling menyebalkan, ya manusia yang bernama Darren itu.''Laras kembali tersenyum tipis saat melihat tingkah sahabatnya itu. Sedang Adinara kembali menyandarkan tubuhnya kekursi dengan ekspersi wajah yang sama, kusut dan menegangkan.
'' Tapi ganteng loh!''
'' Ganteng?'' Adinara replek berdiri, sedang Laras sedikit terperanjat.'' Ganteng dari mana? muka kaya dia tuh pasaran, banyak, dan tidak ganteng sama sekali.''Laras wajahnya mengernyit, Laras heran kenapa Adinara bisa sebenci itu sama Darren.
Seorang konglomerat Tirta Adiyasa dan keluarganya di temukan meninggal dunia di dalam mobilnya. Tirta Adiyasa bersama Istri dan kedua anaknya di duga menjadi korban pembunuhan.
Perhatian Adinara dan Laras teralihkan, saat mereka melihat berita pembunuhan di televisi. Adinara dan Laras melupakan sejenak perdebatan mereka soal Darren.
'' Tirta Adiyasa?'' Laras berusaha mengingat.'' Diakan konglomerat itu. Tirta Adiyasa ... Tirta Adiyasa di bunuh?''
'' Siapa Tirta Adiyasa?'' tanya Adinara penasaran.'' Tirta Adiyasa itu pemilik Bintang Grup, Nara. Dia termasuk sepuluh orang terkaya di Indonesia, Pak Tirta juga sering melakukan kegiatan amal. Makanya aku heran, kenapa ada orang yang tega membunuh Pak Tirta, padahal beliau orangnya baik,'' jelas Laras panjang lebar.Adinara duduk kembali di kursinya, setelah tadi ia sempat berdiri.
'' Orang baik bukan berarti tidak punya musuh. Apalagi Pak Tirta seorang pebisnis.''
'' Iya sih!'''' Kenapa?'' tanya Adinara saat laras terdiam sambil memegangi perutnya.'' Lapar ... makan yu.''Adinara menarik napas, saat melihat ekspersi lucu dari sahabatnya itu.
'' Ya sudah yu, aku juga lapar!'' ajak Adinara sambil berdiri, bersiap untuk pergi.
'' Tapi kamu yang bayar yah,'' pinta Laras.'' Iyah, aku yang bayar!'''' Di tempat biasa?'''' Iyaah!''Laras tersenyum penuh kemenangan saat Adinara bersedia mentraktirnya makan. Dengan langkah cepat, Laras berusaha mengimbangi kecepatan jalan Adinara yang ada di hadapannya.
Adinara masuk ke rumah makan itu, dan di sambut senyuman hangat oleh Bu Mar. Tapi kemudian langkah Adinara berhenti di satu titik, saat matanya melihat sesuatu.
'' Kenapa berhenti?'' tanya laras yang terlihat bingung.
'' Lihat ke meja pojok, lihat siapa yang ada di sana?''Laras mengikuti apa yang Adinara beritahukan. Matanya dengan tajam menatap dua orang yang sedang berbincang, di meja yang ada di salah satu sudut rumah makan itu.
'' Darren sama Dokter Clara!'' bisik Laras.
'' Kita pergi, kita ke lestoran saja!'''' Kenapa? Memang kenapa kalau ada mereka.''Laras yang masih bingung dengan sikap Adinara, hanya bisa mengikuti Adinara yang berjalan keluar rumah makan itu.
'' Memang kenapa kalau ada mereka, Nara?'' tanya Laras sekali lagi.
Adinara berhenti, mata Adinara menatap serius Laras yang berdiri di sampingnya.
'' Malas banget tau, kalau harus mendengarkan ucapan manis si Darren itu. Melihat wajahnya saja sudah membuat nafsu makanku hilang, apalagi kalau mendengar ocehan tidak pentingnya itu.''
Laras mendekatkan wajahnya ke wajah Adinara sambil tersenyum.'' Kamu cemburu?'' goda Laras.
'' Cemburu? Hahahah,'' Adinara tertawa kecil.'' Pertanyaan yang tidak masuk akal. Manamungkin aku punya rasa cemburu, sementara melihat wajahnya saja aku muak.''
'' Ya, kirain!''
'' Laras, dengerin aku! ujar Adinara yang terdengar cukup tegas. Laras tau, kalau Adinara sudah bersikap serius seperti ini, pasti ada sesuatu yang penting yang akan di sampaikan.'' Kamu jangan sekali-kali berpikir kalau aku cemburu sama Darren. Kamu ingat dan kamu garis bawahi, aku tidak akan mungkin suka sama Darren. Tau kenapa?'' tanya Adinara dan Laras menggelengkan kepanya. '' Karena Darren bukan tipe ku.'' jelas Adinara tegas, kemudian berjalan perlahan dan masuk ke mobilnya. Sedang Laras tertawa dalam hatinya atas sikap Adinara.
Menurut Adinara, suatu kemustahilan kalau ia harus jatuh cinta sama Darren. Membayangkannya saja Adinara sudah muak, apalagi kalau sampai kejadian, Adinara tidak mau.
Sementara Darren, ia balik lagi ke kantornya setelah mengantarkan Dokter Clara ke tampatnya Praktik. Bukan Darren namanya, kalau tidak menjadi pusat perhatian perempuan-perempuan yang ada di gedung itu.
Dengan wajah Indonya, Darren mudah sekali dikenali, ditambah kulitnya yang putih, badannya yang tegap, membuat siapapun kaum hawa sulit untuk berpaling dari Darren.
Bahkan ada bisikan yang terdengar, suatu kerugian jika berpapasan dengan Darren tidak melempar senyum kepada Darren. Ada juga yang mempercayai, siapapun perempuan yang melempar senyum kepada Darren dan Darren membalasnya, maka suatu keberuntungan untuk perempuan tersebut.
Plak!.
Dengan wajah kesal, Dirga melempar koran yang baru saja ia baca kemeja kerjanya.
'' Ada apa? Ada berita penting apa?'' tanya Darren saat menghampiri Dirga, kemudian duduk di mejanya Dirga.
'' Kamu baca sendiri!''
'' Tirta Adiyasa di temukan tewas bersama istri dan kedua anaknya,'' baca Darren dengan sangat jelas.'' Padahal Pak Tirta itu Idola aku loh. Pak Tirta itu panutan buat pebisnis muda, beliau orangnya tidak pelit berbagi Ilmu. Aku penasaran siapa yang sudah menghabisi Pak Tirta bersama keluarganya.''
'' Menurutku sih orang terdekatnya, atau pesaing bisnis Pak Tirta,'' sahut Darren
'' Bisa jadi, tapi yang paling masuk akal ya pesaing bisnisnya.''Darran berdiri kemudian melihat jam di tangannya.'' Aku ada sidang, titip kantor yah selama Papa tidak ada,'' ucap Darren kemudian masuk ke ruangannya, beberapa detik kemudian Darren keluar ruangan itu dengan tas di tangan.Di dalam Lift, Darren kembali bertemu dengan Adinara. Mereka saling diam, tapi sekali lagi kejahilan Darren membuat suasan di dalam Lift itu kembali memanas.'' Kenapa tadi tidak jadi makan di rumah makan, bu Mar?'' tanya Darren sambil melirik Adinara yang berdiri di sampingnya. '' Oh saya tau, kamu cemburu yah saat kamu melihat saya jalan sama Dokter Clara? Adinara- Adinara, kamu kalau cemburu jangan terlalu di perlihatkan.''Adinara terdiam, menarik napas, Adinara lebih memilih mendengarkan musik lewat handphonenya, dari pada mendengarkan ocehan Darren yang di anggapnya tidak berguna.'' Dan soal sidang kali ini,'' Darren kembali menatap Adinara.'' Maaf, kalau saya mengatakan kamu akan kalah lagi. Karena saya memiliki bukti y
Buk!Darren berhasil memukul pria itu, dan membuat Pria itu tersungkur kelantai. Sedang Adinara yang sudah bangkit kembali, terlihat ketakutan bersembunyi di belakang Darren.'' Jangan ikut campur!!'' teriak Pria itu.'' Wanita itu yang sudah menjebloskan ayah saya kepenjara. Kamu tau akibatnya?'' tanya Pria itu dengan nada tinggi.'' Ibu saya meninggal, saya dan kedua adik saya sekarang hidup sebatang kara. Saya akan menghabisi kamu sekarang juga.''Buk!Akh!Darren kembali bisa memukul pria itu hingga terjatuh, pria itu berdiri kemudian kabur dengan motornya.Darren meilhat Adinara sangat ketakutan, kaki dan tangannya gemetar, sementara pandangannya terlihat kosong. Adinara berusaha menenangkan diri dengan duduk di kursi depan mobilnya.'' Ini, minumlah.''Darren menyodorkan sebotol minuman ke Adinara, sedang Adinara terlihat pandangannya sendu saat menatap Darren.'' Terima kasih,'' ucap Adinara setelah minum. Adinara men
Pria itu berdiri, kemudian mengambil handphone yang ada di saku jas yang ia pakai.'' Ada apa?'' tanya pria itu tegas, saat menerima telepon.'' Pak Salim kabur Bos.'''' Goblok!! Kenapa bisa kabur, kalian menjaga orang tua saja tidak becus, percuma saya bayar kalian mahal. Pakoknya saya tidak mau tau, temukan Pak Salim, habisi dia.'''' Baik, Bos!''Tutt!''Dasar bodoh!! Menjaga orang tua saja tidak becus.'' keluh Pria itu, sambil membetulkan dasi yang terasa mencekik lehernya.Pria itu melangkah cepat meninggalkan area pemakaman. Langkahnya terdengar menggema, sementara di belakangnya terlihat dua pria yang berusaha mengimbangi kecepatan Pria yang ada di depan.Pria itu berhenti, kemudian berbisik ke pria yang ada di sampingnya.'' Jack, Temukan Pak Salim, habisi. Saya tidak mau tau, pokonya Pak Salim jangan sampai melapor ke polisi.'''' Baik,Bos!''
'' Baik, Bos!''Kedua orang itu berdiri kemudian meninggalkan warung Bu Mar, mereka pergi tergesa seperti di buru oleh sesuatu yang menakutkan mereka.Sedangkan Darren masih memperhatikan mereka berjalan keluar. Di benaknya masih ada pertanyaan, siapa orang yang menginginkan Pak Salim.''Ka Darren, terima kasih yah sudah mentraktir kita makan,'' ucap Yasa yang sedikit mengagetkan Darren.'' Oh ... iyah. Gimana, enak makanannya?'''' Enak Ka!'' jawab anak-anak kompak.'' Kalau enak, kalian boleh pesan buat di rumah nanti.'''' Serius Ka?'' anak-anak bertanya kompak.'' Serius, kalian boleh pesan makanan yang paling enak buat di rumah nanti. Biar nanti Ka Nara yang membayar semua makanan kalian. Iya kan Nara?''''Heuh?'' Adinara sedikit kaget.'' I-iyah, kalian boleh memesan makanan sesuka kalian. Nanti Ka Nara yang bayar.'''' Terima kasih ka Nara!'' seru anak-anak terlihat senang.Darren dan Adinara berjalan bersama
Darren!!Adinara berteriak saat salah satu orang itu berhasil memukul punggung Darren. Darren hampir terjatuh, tapi kemudian berhasil bangkit kembali.'' Tetap di situ jangan kesini.'' pinta Darren saat Adinara hampir saja menghampirinya.'' Wooy!!''Dirga bersama laras menghampiri, bersama dua orang satpam datang untuk membantu. Kempat orang tersebut berbalik arah, meninggalkan Darren saat bantuan datang.'' Nara kamu tidak apa-apa?'' tanya Laras saat Adinara terlihat Syok, dengan mata terus memandangi Darren yang di tolong oleh Dirga. Adinara menggelengkan kepala, tapi mulutnya terdiam.Adinara tau, pekerjaannya sebagai pengacara memungkinkan ia menghadapi masalah seperti ini. Tapi bagaimanapun Adinara seorang perempuan yang punya rasa takut, seberani apapun Adinara, pasti akan merasakan Syok saat menghadapi masalah seperti sekarang.'' Masuk yu,'' ajak Laras sambil menggandeng tangan Adinara yang masih terlihat Syok. Adinara menuruti
Seperti adegan dalam Film laga, Darren dan mobil yang mengejarnya terus saling mengejar, benturan-benturanpun tidak bisa di hindari saat itu. Sampai akhirnya mobil yang di tumpangi Darren terpojok di sebuah jalan yang cukup sepi.Darren keluar dari mobil kemudianberlari. Darren berusaha sebisa mungkin untuk menghindari ke empat orang yang mengejarnya. Langkah kakinya coba ia percepat, ia berlari ke sebuah kebun, Darren mencoba menghilang di tingginya ilalang di kebun itu. Tapi percuma, ke empat orang itu bisa menemukannya juga.Tatapan sangar Darren dapatkan dari keempat orang yang sudah berhasil mengepungnya. Sementara Darren yang berada di tengah-tengah mereka, mencoba merenggangkan kakinya, memasang kuda-kuda, bersiap untuk menangkis.Sementara kedua tangan ia kepalkan sekuat mungkin, bersamaan dengan sorot mata tajam ke arah mereka berempat.Sampai kemudian salah satu di antara mereka maju kedepan, pria yang di ketahui bernama Jack itu melepaskan jaket yang i
Sesampainya di kantor polisi, Pak Salim langsung di jebloskan ke tahanan. Darren sebenarnya merasa iba dengan kondisi Pak Salim, Darren juga yakin kalau Pak Salim tidak bersalah.''Pak Salim, Bapak sepertinya harus bersabar terlebih dahulu sampai saya bisa membuktikan kalau Pak Salim tidak bersalah,''ucap Darren ke Pak Salim.'' Iya Pak Darren saya paham, dan saya akan bersabar.'''' Terima kasih Pak,'' Darren berdiri,'' kalau begitu saya permisi.''Pak Salim tersenyum, sedang Darren berjalan keluar dari kantor polisi meninggalkan Pak Salim yang sudah memakai baju tahanan.Di mobilnya, Darren terus memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk bisa membebaskan Pak Salim. Kasus ini sangat rumit, karena sampai saat ini Darren belum menemukan satu buktipun yang mengarah ke pelaku sesungguhnya.'' Pak Simon!''Darren menghentikan mobilnya saat melihat Pak Simon sedang berada di pinggir jalan, kemudian masuk ke mobil. Darren mengikuti mobil Pak
''Itu Pak Salim kliennya Darrenkan, Nara?'' tanya Laras kaget, sedang mata Adinara masih terfokus ke layar Televisi yang ada di hadapannya.''Mungkin!'' jawab Adinara singkat sambil berdiri.''Kamu mau kemana?''Aku mau ke rumah sakit, sebentar!'' jawab Adinara sambil berlalu.Adinara bergegas segera menaiki Lift, tapi secara bersamaan Darren juga muncul dan menaiki Lift yang sama. Wajah mereka berdua terlihat tegang, saling diam, bahkan tidak saling menyapa beberapa saat.''Saya turut prihatin atas apa yang di alami oleh Pak Salim!'' ujar Adinara ke Darren.''Saya tidak menyangka Pak Salim akan melakukan hal senekat itu.''''Menurut saya ada sesuatu yang aneh! Pak Salim tidak akan melakukan hal itu,'' sahut Darren cepat.''Maksud kamu?'' alis Adinara berkedut. Adinara menatap tajam Darren yang berdiri di sampingnya.''Menurut saya, kematian Pak Salim seperti di buat-buat. Pak Salim sebelumnya masih terlihat semangat, walau ada rasa ber
Door!!Jack tersungkur kelantai di detik terakhir, saat jari telunjuknya hampir saja menarik platuk pistol itu. Jack tergeletak tidak berdaya dengan darah mengalir di pinggang sebelah kiri setelah polisi menembaknya.''Angkat tangan!''''Jangan bergerak. Kalian semua sudah terkepung!''Itulah suara-suara teriakan di luar sana, suasana gaduh pihak kepolisian yang berhasil menyergap anak buahnya Simon.''Kalian tidak apa-apa?'' tanya salah satu polisi yang sedang membuka ikatan Nathan dan kemudian Adinara.Nathan segera menggenggam tangan Adinara, dan membawanya keluar dari tempat ini.''Nara!''Darren!!Lambayan tangan Laras dan Dirga di luar sana, membuat Adinara merasa lega karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk bertemu mereka lagi.''Laras!!''Adinara langsung memeluk Laras saat mereka sudah saling berhadapan, kemudian di ikuti oleh Dirga dan Nathan yang melakukan hal yang sama.''Terima
Empat pasang mata sedang terfokus ke pria yang ada di hadapannya. Mereka benar-benar mengawasi Darren tanpa melewatkan sedetikpun.Sedang Darren, otaknya terus berfikir keras bagaimana caranya supaya bisa lepas dari kedua orang ini, tapi tidak membuat Adinara dalam bahaya.Sementara di kantornya, beberapa pasang mata menatap heran saat Darren masuk ke kantor bersama dua orang yang tidak mereka kenal.''Darren siapa mereka?'' tanya Dirga, sembari berdiri menatap dua orang yang mengekor di belakang Darren.Tapi kemudian dengan sigap salah satu dari mereka langsung menjauhkan Dirga dari Darren. Dirga di dorong oleh salah satu dari mereka, sampai pria berkacamata itu hampir saja terjatuh kebelakang.''Sudah!'' kata Darren mencegah.''Urusan kita lebih penting. Jangan menyakiti karyawan saya,'' pinta Darren, sembari menahan tubuh kekar orang itu dengan tangannya.Tapi ada situasi dimana Darren berhasil memanfaatkan keributan itu. Tanpa sepengetahu
Simon tersenyum miring di dalam mobilnya, setelah berhasil mengelabui Darren. Darren tidak tahu kalau Simon bersembunyi di sebuah gang kecil, saat mobil taksi yang di tumpangi oleh Darren lewat di hadapannya, Simon baru beranjak pergi.''Darren .... saya lebih berpengalaman dari pada kamu. Kamu tidak bisa dengan mudah menjebak saya,'' ucap Simon, sembari menatap tajam mobil Darren yang melintas di hadapannya.Simon kembali meneruskan perjalanannya, sekarang ia harus berhati-hati agar tidak masuk dalam perangkap Darren. Jika itu terjadi, hancurlah semua yang sudah ia rencanakan selama ini.Langkah cepat Simon lakukan, setelah ia masuk ke halaman rumah dimana Adinara di sekap. Simon mendapatkan kabar dari anak buahnya kalau Adinara tidak sadarkan diri.''Kenapa dia bisa seperti itu?'' tanya Simon, setelah melihat Adinara pingsan sembari terikat di kursi.''Ti-tidak tahu Bos! Tadi saat saya masuk kesini wanita itu sudah tidak sadarkan diri.'' ja
Rintik hujan pagi itu, menambah kesenduan yang sedang Adinara rasakan. Gadis cantik dengan rambut terurai itu beberapa kali menghela napasnya, mencoba mengurai rasa sesak yang sedang ia rasakan.Pedasnya tamparan sang Ayah yang tadi malam Adinara rasakan, masih terasa sampai sekarang. Tamparan itu bukan hanya menyakiti kulit wajahnya, tapi sampai ke lubuk hatinya yang paling dalam.Tiin ... tiiin ... tiiin!!!Tidak terasa, lamunannya pagi itu sampai membuat Adinara lupa, kalau sekarang dia sedang berada di dalam mobil di tengah-tengah padatnya jalanan ibu kota. Bahkan gadis itu sampai tidak menyadari, kalau kendaraan yang tadi sempat padat karena lampu merah, sekarang sudah mengurai secara perlahan.Adainara mencoba menerobos padatnya jalanan pagi itu, tapi kemudian perhatiannya teralihkan ke mobil yang ada di hadapannya. Adinara mengenali mobil itu, mobil mewah milik Pak Simon.''Om Simon!'' sekejap Adinara sempat terdiam, terlintas di benaknya so
Sepasang mata manusia sedang mengintai bagai elang yang ingin memangsa mangsanya. Jack pria berbadan tegap itu sedang berdiri tepat di depan rumah Brian, bersama ke tiga anak buahnya.''Bos, apa yang harus kita lakukan?'' tanya salah satu pria yang berdiri di belakang Jack.''Tanggu saja, kita awasi saja dahulu. Kalau suasananya sudah sepi, baru kita bergerak,'' jawab Jack yang di balas anggukan pelan oleh ketiga anak buahnya.''Baik,Bos!''Sampai kemudian, Brian pria yang sedang mereka incar keluar dari rumahnya dan pergi menggunakan sepeda motor.''Ikuti dia. Jangan sampai lolos!''Jack dan ketiga anak buahnya segera bergegas masuk ke mobil, kemudian mengejar Brian yang sudah berlalu pergi menggunakan sepeda motornya.''Tadi kemana jalanannya, Bos!'' tanya salah satu orang yang membawa mobil saat matanya tidak melihat keberadaan Brian.''Dasar payah!Lihat itu, dekat mobil taksi yang berwarna biru,'' kata Jack, sembari menunjuka
Darren berjalan cepat setelah keluar dari warung Bu Mar. Tapi kemudian ada seseorang yang menabrak pundaknya, Darren menatap orang itu, ada keanehan yang di tunju'kan oleh pria muda yang memakai topi hitam itu.Mimik wajahnya seperti mengisyaratkan pada Darren kalau Darren harus mengikutinya. Pemuda yang di perkirakan berusia 23 Tahun itu berjalan cepat, sementara Darren berada lima langkah di belakangnya.''Siapa kamu?Apa kita pernah saling mengenal?'' Darren bertanya dengan nada tegas, sorot matanya tajam memperhatikan setiap jengkal penampilan pemuda itu. Darren benar-benar tidak mengenalinya, dan belum pernah bertemu sama sekali.Pemuda itu tetap bersikap dingin, menatap kosong air danau yang ada di hadapannya.''Hei!Apa maumu?Kenapa kau memintaku mengikutimu?'' Darren bertanya lagi, kali ini lebih tegas.Pemuda itu berbalik badan, membuka topinya, terlihat sorot mata tajam menatap Darren. Pemuda berkulit kuning langsat itu, mengambil sesuatu d
''Darren!''panggil Adinara dan Darren berhenti.''Auww!Sakit Nara, kenapa kamu menginjak kakiku?'' protes Darren, saat tiba-tiba Adinara menginjak kakinya.''Lagian salah sendiri, kenapa asal cium saja,'' balas Adinara sembari berjalan cepat masuk ke kantornya.Darren melupakan sejenak rasa sakit akibat di injak oleh Adinara. Ada yang harus ia lurus'kan soal tadi ia menciumnya.''Nara, kita sudah berpacaran'kan?Apa ada yang salah dengan yang kulaku'kan?'' tanya Darren, sembari mengimbangi kecepatan Adinara berjalan.''Atau jangan-jangan, kamu belum pernah di cium oleh seorang pria sebelumnya, yah?'' goda Darren.Adinara reflek menghenti'kan langkah kakinya. Mata Adinara menatap Darren tajam.''Aa-aku ... aku cuma tidak mau melakukan hal itu sebelum kita menikah,'' kilah Adinara, kemudian melanjut'kan langkahnya.''Oke ... oke, Nara,'' Darren berhasil meraih tangan Adinara, dan mereka sekarang saling berhadapan.''Aku minta maaf, a
Dengan wajah kusutnya, Adinara duduk di sebuah kursi yang ada di taman itu. Wajahnya sendu, ada kebingungan yang sedang Adinara rasakan.Di belakangnya, Darren berjalan pelan menghampiri Adinara yang sedang duduk termenung. Sama seperti Adinara, Darren juga membawa perasaan galaunya saat pergi ketaman itu.''Nara!'' panggil Darren, kemudian Adinara menoleh.'Maaf agak lama. Tadi jalanan lumayan macet,'' jelas Darren kemudian duduk di samping Adinara tanpa di perintah.''Tidak apa-apa. Aku juga baru sampai,'' balas Adinara.Darren dan Adinara saling diam beberapa saat, mereka tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Bahkan Adinara yang sebelumnya sudah siap menanyakan sesuatu ke Darren, sekarang malah sungkan untuk bertanya.''Kamu mau membicarakan masalah apa, meminta aku kesini?'' tanya Darren memecah keheningan.Adinara masih memilih diam, tapi tatapan matanya ke Darren menunjukan kalau ia tidak sedang baik-baik saja. Tapi Adinara bin
Pagi hari yang cerah, Darren berlari santai di lingkungan kompleknya. Hari ini hari libur, jadi Darren memanfaatkannya untuk merenggangkan otot-ototnya sejenak dengan berolaraga.Dengan tinggi 180 cm, Darren benar-benar idola kaum hawa, apalagi di tambah dengan tubuhnya atletis dan wajah setengah bulenya, Darren layak menjadi seorang play boy kalau dia mau.Tapi entah kenapa sampai umurnya menginjak 26 Tahun, Darren seperti sulit untuk mendapatkan kekasih.''Darren!'' panggil sang Papa setelah Darren tiba di rumah dan hendak naik ke tangga.''Iya Pa,'' sahut Darren.''Kamu cepat mandi setelah itu ganti baju. Nanti jam delapan kamu ikut Papa, Papa mau mengajak kamu mengunjungi sahabat lama Papa,'' kata Pak Edward, sembari melihat jam yang melingkar di lengannya.''Darren harus ikut?''''Iya, kamu juga!''''Apa urusannya sama Darren?'' tanya Darren penasaran.''Nanti kamu akan tahu sendiri,'' jawab Pak Edward sambil berlalu meninggalk