Bukan Pilihan

Bukan Pilihan

last updateLast Updated : 2021-11-09
By:  Giovanna BeeCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
20 ratings. 20 reviews
149Chapters
9.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Kisah tentang Diana dan Alexander yang berasal dari dunia yang berbeda; siang dan malam, hitam dan putih, baik dan tidak baik.

View More

Chapter 1

Chapter 1 : Ciuman Pertama

    Sial! Maki Alexander dalam hati. Bayangan gelap yang jatuh di wajahnya membuat Alexander terlihat berbahaya. Emosinya meluap campur aduk. Wanita muda polos yang baru saja diantarnya pulang melakukan hal yang membuat dirinya kacau. Apakah Diana sengaja atau hanya terlalu polos? 

    Alexander tersenyum. Kejadian itu membuktikan bahwa Diana menginginkan dirinya.

    Suara musik dari lantai bawah terdengar sayup teredam oleh dinding khusus di bagian dalam ruangan. Alexander ingin pergi menemui Diana. Dia ingin membuat wanita itu takluk di bawah dirinya. Alexander tahu dia harus melakukan pendekatan yang lebih lembut. Ingat, yang dihadapi saat ini bukan wanita yang berpengalaman dengan lelaki, tapi wanita yang masih suci.

    Alexander menelepon nomor Diana, tidak ada nada sambung. 

    Sial! Wanita itu mematikan handphonenya! Alexander meninju dinding dengan frustasi. 

    Masih ada cara lain. Alexander memerintahkan dua orang anak buahnya untuk memata-matai apartemen Diana. Dia tidak ingin wanita itu lepas dari tangannya. 

    Pukul sembilan malam Alexander mendapat telepon dari salah satu anak buahnya bahwa Diana menampakkan diri. Dia melihat foto yang dikirimkan. Benar, itu dia! Wanita mungil berambut panjang yang membuatnya hampir gila.

    Alexander memerintahkan anak buahnya untuk membawa Diana ke penthouse tanpa kekerasan. Dia tidak ingin memberikan kesan buruk pada pertemuan ke dua mereka. Alexander bergegas pulang. Hatinya tidak sabar untuk bertemu.

    Diana berjalan mondar-mandir di penthouse sambil menatap kedua lelaki berbadan besar yang berjaga-jaga di depan lift. Dia marah karena ikut kemari dengan terpaksa. Kalau tatapan bisa membunuh, kedua lelaki itu pasti sudah terkapar. Diana sangat khawatir terhadap apa yang akan dilakukan Alexander. Pikiran itu membuatnya takut sekaligus berdebar. Diana menepuk pipi supaya sadar lelaki ini bukan untuknya.

    Tidak lama kemudian pintu lift terbuka dan sosok Alexander muncul. Matanya langsung mengunci Diana. Dia menyuruh kedua anak buahnya untuk pergi. Jantung Diana berdebar sangat kencang melihat Alexander berjalan menghampiri. Sebuah senyum menghiasi wajah Alexander yang tampan. Hati Diana menciut. Bagaimana cara melarikan diri dari situasi ini? 

    "Kita bertemu lagi, Princess." Alexander berkata dengan perlahan, senang melihat efek suaranya terhadap Diana.

    "Kenapa aku dibawa kemari?" tanya Diana dengan berani. Matanya membalas tatapan Alexander.

    Alexander memojokkan Diana di jendela kaca, "Aku menginginkanmu, setelah apa yang kamu perdengarkan di telepon."

    Wajah Diana merah padam, "Aku tidak sengaja...."

    "Tapi sudah terjadi, Princess, dan kamu tidak bisa berbohong bahwa kamu tidak menginginkanku." Alexander menyentuh dagu Diana, ibu jarinya mengelus bibir wanita itu.

    Sentuhan Alexander membuat Diana mendesah lembut. Kenapa lelaki ini begitu menggoda? Pikirannya dibuat kacau oleh sentuhan Alexander.

    "Aku tidak mau...." Diana merasa dirinya melemah.

    "Aku akan memperlakukanmu dengan lembut. Aku ingin kamu mengingat saat pertamamu." Alexander berbicara begitu dekat dengan telinga Diana. Dia dapat mendengar nafas Diana yang mulai tersengal.

    "Tidak mau. Saat pertamaku kuberikan hanya untuk pasanganku...."

    "Betapa beruntungnya aku sekarang." Alexander tersenyum mendengar kepolosan Diana.

    "Bukan kamu!"

    "Kamu yakin? Karena aku menginginkanmu di sisiku."

    Diana menatap mata Alexander. Apakah perkataannya serius? Apakah lelaki ini mau bertanggungjawab setelah melakukannya? Diana tidak percaya. Dia memalingkan wajah.

    Gerakan Diana membuat lehernya terbuka. Alexander mencium leher Diana yang seputih pualam, membuat nafas wanita itu terhenti. Kedua tangan Diana mendorong dada Alexander dengan usaha yang sia-sia.

    "Mmmh... kamu harum sekali," desis Alexander.

    "Jangan...," rintih Diana. Dia memekik saat lidah Alexander menelusuri daun telinganya. Tubuhnya seperti dialiri listrik. Kedua tangan Diana tidak lagi mendorong Alexander. Tubuhnya yang goyah bertumpu pada lelaki itu.

    Alexander memeluk Diana dengan erat. Bibirnya menemukan bibir Diana yang lembut tapi tertutup rapat. Alexander menggoda dengan lidahnya. Diana terkesiap, pertahanannya runtuh. Perlahan dengan tuntunan Alexander, Diana mengimbangi gerakannya. Alexander mengangkat tubuh Diana dan membawanya ke dalam kamar. Dia membaringkan Diana dengan lembut.

    Tangan Diana menahan Alexander yang hendak menyingkap kaosnya. Alexander tidak memaksa, mereka hanya berciuman di tempat tidur. Dia harus memenangkan hati Diana sebelum melangkah lebih jauh. Ini adalah permainan kesabaran. Sebuah tantangan dengan hadiah yang sangat menawan.

    Nafas mereka memburu saat memisahkan diri. Mata mereka bertatapan dengan intens. Diana tidak percaya dirinya baru saja melakukan ciuman pertama dengan lelaki berbahaya ini. 

    Ya. Diana terus berkata dalam hati bahwa lelaki ini bukan untuknya, tapi tubuhnya berkata lain. Lelaki ini membuat sesuatu bersemi dalam hatinya. Alexander mengelus pipi Diana dengan lembut, mengusir segala logika yang tersisa dalam pikiran.

    "Aku menginginkanmu, Princess."

    "Tapi aku tidak mau."

    "Kenapa?"

    "Aku tidak mengenalmu."

    "Kalau begitu kita mulai dengan perkenalan lagi? Namaku Alexander, tapi panggil aku Alex, atau Xander, terserah mana yang kamu suka. Apa lagi yang ingin kamu ketahui?"

    Diana merenung. Apakah dia harus mengikuti permainan Alex?

    "Apa yang kamu pikirkan? Wajahmu seperti sedang merencanakan pelarian."

    "Betul. Aku mau pulang."

    "Jangan takut, nanti aku akan mengantarmu."

    Diana tidak berkata apa-apa.

    "Kamu membuatku gila, Princess. Kenapa kamu tidak berhenti saat aku menelepon?"

    Wajah Diana memerah lagi, "Tidak tahu."

    "Aku senang, karena dengan demikian aku tahu bahwa ada harapan bagiku." Alexander tertawa pelan.

    "Tapi aku tidak bilang mau."

    "Kamu tidak perlu berkata apa-apa, ciumanmu sudah menjawab semuanya."

    Diana merengut, "Tidak adil. Kamu tidak memberiku kesempatan untuk bicara."

    "Baiklah. Mari kita bicara."

    Mereka mengobrol selama beberapa jam. Diana semakin mengagumi ketampanan Alexander. Usia mereka terpaut duabelas tahun dan dunia mereka berbeda bak siang dan malam, tapi ketertarikan yang terjadi di antara mereka tidak dapat disangkal. 

    Perlahan Diana mulai bisa mengobrol dengan santai, meskipun dia harus tetap mewaspadai gerakan tangan Alexander yang siap mencari kesempatan saat lengah.

    "Kenapa tatomu berbentuk naga?" tanya Diana sambil melirik tato yang terlihat di lengan kanan Alexander.

    "Naga adalah makhluk mistis yang jadi pelindungku. Dia sudah melindungi keluargaku secara turun temurun."

    "Oh ya? Aku tidak percaya pada makhluk mistis."

    "Apakah kamu percaya Tuhan?"

    "Percaya dong."

    "Bukankah Tuhan juga bisa dikatakan sesuatu yang tidak kelihatan. Kenapa kamu mempercayainya? Bagaimana kalau itu cuma hal yang diceritakan orangtua supaya kita menurut pada kata-kata mereka?"

    "Ah, sulit dijelaskan, tapi yang pasti tidak begitu," rajuk Diana.

    Alexander tersenyum, "Baiklah. Aku tidak ingin imanmu goyah karena omonganku."

    "Memangnya kamu percaya Tuhan?"

    "Tentu saja."

    Diana menatap Alexander dengan kagum. Hati Alexander terasa hangat oleh sikap Diana. Dia merengkuh tubuh mungil wanita itu dan menariknya mendekat. Jika saja wanita lain Alex pasti sudah merobek pakaiannya. Tidak, dia terdorong untuk melindungi Diana.

    Sesuai janji Alexander mengantar Diana pulang. Diana tidak dapat mencegah saat Alexander ikut naik ke unit apartemennya di lantai duapuluh. Diana bahkan tidak dapat mencegah saat Alexander menerobos masuk dan memberinya ciuman penuh hasrat. Kedua lengan Alexander memeluk tubuh mungil Diana dengan erat membuatnya sedikit kesulitan bernafas.

    "Terimakasih untuk malam ini. Kamu memperbaiki kekacauan dalam hatiku," kata Alexander setelah puas menikmati bibir lembut Diana.

    "Tidak terimakasih?" Diana menyandarkan kepala di dada Alex sambil mengatur nafas.

    Alexander tertawa, "Aku akan merebut hatimu, Princess."

    "Kenapa? Kamu kan bisa mendekati wanita mana saja, kenapa harus aku?"

    "Karena kamu bukan wanita mana saja." Alexander mendekatkan wajah dan berbisik di telinga Diana, "Aku mengagumi kesucianmu."

    Diana terdiam. Tidak yakin apakah Alexander memuji atau menggoda.

    "Besok kamu masuk kerja?"

    Diana mengangguk.

    "Mau kuantar?"

    "Tidak usah..."

    "Yakin?"

    "Aku yakin. Lagipula jam aktifmu kan malam, bukan pagi atau siang."

    "Ternyata kamu perhatian juga ya?"

    "Siapapun bisa menyimpulkannya kok."

    "Kurasa tidak. By the way sudah memutuskan akan memanggilku apa?"

    "Alex."

    "Baiklah. Cepat sekali memutuskannya." Alex tertawa.

    "Kamu belum mau melepasku?"

    "Oh, kupikir kamu nyaman." Alex mengangkat kedua tangannya yang sedari tadi masih memeluk Diana.

    Diana mundur selangkah sambil menarik nafas dalam-dalam. Lega rasanya bisa menghirup udara bebas.

    "Baiklah, aku harus kembali ke club sebelum terjadi kekacauan. See you soon, Princess." Alex mengecup dahi Diana.

    "Oke."

    Alex meninggalkan apartemen Diana dengan senyum lebar di wajah. Dia sudah memastikan bahwa Diana harus menjadi miliknya seorang. Tidak ada lelaki yang boleh menyentuh wanita miliknya.

    Sepeninggal Alex, Diana cepat-cepat mengunci pintu. Dahinya menempel di daun pintu. Mengijinkan Alexander masuk ke dalam hidupnya terasa seperti membuat sebuah perjanjian yang buruk. Diana bukan penyuka bad boy tapi Alex membuatnya terpikat tanpa daya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Giovanna Bee
Bintang menyala kah ...
2022-08-23 13:46:52
0
user avatar
Giovanna Bee
Apa kabarnya pembaca setiaku? ...
2022-08-23 13:46:03
0
user avatar
Giovanna Bee
Terima kasih bintangnya Kakak ...
2022-08-01 13:23:24
0
user avatar
Bhiana Bee
bagus kisahnya...
2022-07-30 23:27:03
1
user avatar
Giovanna Bee
Sudah tamat lama bintang belum menyala nih ^^
2022-07-07 19:09:51
0
user avatar
ria ria
keren banget... naik ke film seru nih
2022-02-25 17:07:17
3
user avatar
Giovanna Bee
Terima kasih untuk para pembaca setia ......️...️
2021-11-22 11:22:07
3
user avatar
Omang Yayuz
Aku lelaki tak mungkin ... menerimamu bila, ternyata kau mendua. membuatku terluka.
2021-11-18 00:12:01
2
user avatar
Rossystories
Kejutan banget bab pertamanya. Jangan kendur Kak. Semangat ya.
2021-10-27 08:17:27
1
user avatar
Audia
Ceritanya bagus. Semangat Thor lanjut nya...
2021-10-15 21:46:27
1
user avatar
Pratiwi
Bakalan bikin jantung dag dig dug nih, keren ! semangat up ya
2021-10-14 09:51:07
1
user avatar
deaarmaya
Hua... keren banget sumpah!!! crazy up nya ya Thor!
2021-10-13 13:21:12
1
user avatar
Sayhanki Official
keren cerita nya kk...
2021-10-12 10:26:57
1
user avatar
RAZILEE
baguss nexttt
2021-10-09 19:11:24
1
user avatar
Pena Air
Keren banget ceritanya
2021-10-09 16:08:10
1
  • 1
  • 2
149 Chapters
Chapter 1 : Ciuman Pertama
    Sial! Maki Alexander dalam hati. Bayangan gelap yang jatuh di wajahnya membuat Alexander terlihat berbahaya. Emosinya meluap campur aduk. Wanita muda polos yang baru saja diantarnya pulang melakukan hal yang membuat dirinya kacau. Apakah Diana sengaja atau hanya terlalu polos?     Alexander tersenyum. Kejadian itu membuktikan bahwa Diana menginginkan dirinya.    Suara musik dari lantai bawah terdengar sayup teredam oleh dinding khusus di bagian dalam ruangan. Alexander ingin pergi menemui Diana. Dia ingin membuat wanita itu takluk di bawah dirinya. Alexander tahu dia harus melakukan pendekatan yang lebih lembut. Ingat, yang dihadapi saat ini bukan wanita yang berpengalaman dengan lelaki, tapi wanita yang masih suci.    Alexander menelepon nomor Diana, tidak ada nada sambung.     Sial! Wanita itu mematikan handphonenya! Alexander meninju dinding dengan frustasi.     Masih ada
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more
Chapter 2 : Beberapa Jam Sebelumnya
    Sebuah club malam yang berlokasi di pusat kota...    Diana samar-samar melihat sosok lelaki tinggi ramping berjalan menuju ke arahnya. Kepala Diana terasa pusing, pandangannya berputar. Dia menggelengkan kepala berusaha menjaga dirinya supaya tetap sadar tapi percuma. Kedua kakinya mulai goyah dan pandangannya diliputi kegelapan.    Alexander--lelaki yang dilihat Diana--menangkap tubuh yang terjatuh lunglai. Baginya tubuh mungil wanita ini seperti tidak berbobot. Dia menyapu keadaan di sekeliling. Mata Alexander yang tajam melihat dua orang lelaki muda sedang memandang ke arahnya. Ekspresi wajah kedua lelaki itu terkejut karena melihat dirinya menolong Diana. Alexander tahu kedua lelaki muda itu mengenali dirinya sebagai pemilik club ini. Mereka pun bergegas pergi.    Setelah yakin situasi aman Alexander membopong Diana masuk ke dalam ruangan private di lantai atas. Dua orang bodyguard berbadan besar yang menjaga pintu me
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more
Chapter 3 : Temani Aku
    Pagi ini terlihat kelabu bagi Diana. Episode french kiss-nya dengan Alex membuat Diana tidak dapat tidur semalaman. Alex dengan enak mengirimkan pesan singkat pada jam tiga subuh yang berisi ucapan selamat tidur. Seandainya lelaki itu tahu apa akibat dari perbuatannya, yaitu membuat seorang wanita muda yang malang tidak bisa terlelap.     Diana tidak ingin memberitahu Alex. Dia tidak ingin lelaki itu mendatangi apartemennya dengan impulsif untuk sekedar meninabobokan, atau bahkan menculiknya pulang ke penthouse.    Diana melangkah gontai menuju ruangan General Affair. Dia menghempaskan tubuh di kursi dan melempar tas ke tengah meja. Untung mejanya terletak di ruangan terpisah sehingga apa yang dia lakukan tidak akan diperhatikan orang, kecuali ada yang dengan sengaja melongokkan kepala ke dalam. Diana telungkup di atas meja. Kepalanya mulai terasa sakit.    "Knock, knock. Good morning, Diana."    Diana mengan
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more
Chapter 4 : Tidur Nyenyak
    Mengetahui Diana sedang mandi membuat Alex gelisah. Dia berjalan mengelilingi ruangan depan beberapa ratus kali sampai mendengar bunyi 'klik' yang menandakan kunci pintu kamar dibuka. Matanya menatap kagum saat Diana muncul dengan rambut panjangnya yang masih basah. Pakaian santai Diana memperlihatkan sepasang kaki jenjang yang seputih pualam. Alex menelan ludah, Diana terlihat seksi.    "Kamu tidak pergi ke club?" tanya Diana. Dia mengambil dua kaleng minuman dari kulkas dan memberikan satu untuk Alex.    "Thanks." Alex langsung membuka dan meneguknya. "Mungkin nanti."    "Mau istirahat sebentar? Katamu tidak bisa tidur?"    "Aku mau kalau bersamamu." Alex mendekati Diana. Hatinya geli melihat Diana mundur selangkah.    "Apa?" Spontan Diana menyilangkan tangan di dada. Lelaki ini benar-benar berbahaya.    "Jangan takut Princess, aku janji tidak akan berbuat lebih jauh." Alex meletakkan
last updateLast Updated : 2021-08-27
Read more
Chapter 5 : Janji Seorang Lelaki
    Keesokan pagi ketika Diana tiba di kantor dia menyadari beberapa orang menatapnya dengan aneh, termasuk Rudy. Diana berusaha mengabaikan hal itu supaya dapat menjalani hari dengan normal. Ada apa dengan orang-orang? Kalau ada masalah bukankah lebih baik dibicarakan langsung daripada bergunjing di belakang?     Diana merapikan dokumen pengadaan barang sambil bernyanyi-nyanyi. Kalau saja Rudy tidak sok akrab melongok ke dalam, paginya pasti sempurna.    "Wah, ada yang sedang gembira nih?" goda Rudy.    "Biasa saja kok," sahut Diana cuek.    "Apa karena pacarmu yang ganteng itu?"    "Siapa?"    "Yang kemarin sore menjemputmu itu loh, dengan mobil hitamnya yang keren?" Rudy senang karena berhasil mendapatkan perhatian Diana.    "Maksudmu Alexander? Dia bukan pacarku." Diana mengangkat bahu.    "Kok kalian terlihat mesra?"    "Mesra sebagai tema
last updateLast Updated : 2021-08-30
Read more
Chapter 6 : Tanggul Pemecah Ombak
    Tengah malam Diana terbangun oleh bunyi dering yang tidak putus. Tangannya menggapai-gapai ke atas meja kecil di samping tempat tidur.    "Halo..." Suara Diana serak karena baru saja terbangun.    "Hai Princess..., I miss you."     "Alex, kamu masih di club?"    "Sebentar lagi aku mau pulang. Kamu mau ke tempatku?"    "Sekarang??" Rasa kantuk Diana langsung lenyap.    "Aku sudah menunggu di bawah."    "Apa?"    "Kutunggu."    Secepat yang memungkinkan Diana cuci muka dan sikat gigi. Hatinya berdebar menantikan pertemuan tengah malam ini. Alex tidak terdengar lelah. Apa rencananya? Diana memakai kaos dan legging selutut, menyambar tas selempangnya lalu berlari turun.     Dimana Alex? Diana celingak-celinguk sesaat. Alex keluar dari mobilnya dan melambai. Diana bergegas menghampiri Alex yang langsung memeluknya erat. Kalau
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
Chapter 7 : Penawaran Menarik
    Setiap malam Alex memiliki keinginan mampir di apartemen Diana untuk sekedar tidur. Sampai sekarang Alex tidak menemukan jawaban kenapa dia dapat tidur nyenyak ketika berdekatan dengan Diana. Apakah karena aroma tubuh Diana yang khas?    Malam ini tidak ada kejadian yang berkesan di club. Seperti biasa wanita-wanita tidak berhenti menggoda dirinya. Alex menanggapi dengan cuek. Dia sudah tidak berminat terhadap mereka.     Sekarang sudah jam satu pagi. Apakah Diana akan terbangun kalau ditelepon? Alex tahu Diana harus bangun pagi untuk bekerja, tapi dia tidak dapat menahan keinginannya. Dia harus mencari jalan keluar untuk mengatasi perbedaan waktu mereka.    Nada sambung pertama berbunyi sampai habis. Alex langsung men-dial ulang. Nada sambung kedua pun berbunyi sampai habis.     Baiklah. Mungkin Diana tidur nyenyak sampai tidak mendengar apapun. Jika keinginannya tidak tercapai, setidaknya Alex dapat me
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more
Chapter 8 : Perlakuan Tidak Adil
    Suara musik club menghentak liar sementara Alex dan Diana berada di lantai atas. Mereka sedang mengukur ruangan dengan langkah kaki.    "Kamu lihat, ruangan ini sangat besar. Cukup untuk kita berdua. Aku bisa tambahkan meja untukmu disini." Alex menunjuk ke sudut di sebelah meja besar.    "Hmmm.... Kamu benar. Di sini malah bisa tambah dua meja lagi." Diana melangkah dengan hati-hati. Dia membayangkan seperti apa rasanya duduk di dalam ruangan ini berdua saja dengan Alex.    "Tidak. Aku mau tambah bufet di sisi sana." Alex menunjuk ke dinding di seberang mejanya.    "Oh, kamu tidak ada ruangan pantry sih ya?"    "Betul. Aku tidak mau membuat sekat tambahan atau menjebol dinding."    Diana mengangguk perlahan. Dalam pikirannya dia dapat melihat seperti apa interior ruangan jika sudah terisi perabotan seperti dituturkan Alex.    "Mulai berminat?" Alex mengerlin
last updateLast Updated : 2021-09-03
Read more
Chapter 9 : Surat Peringatan Pertama
    Langkah Diana begitu berat saat berjalan ke ruangan Pak Albert yang berada tepat di sebelah ruangannya. Diana mengetuk pintu yang ditempeli plat bertuliskan 'HRD Manager'.    "Masuk."    Diana membuka pintu dan melangkah masuk. Pak Albert menatapnya dengan tajam. Kumis tebalnya miring sebelah mengikuti ekspresi wajah.    "Duduk," perintah Pak Albert.    "Ada apa Pak?"    "Kamu yang jawab saya, ada apa denganmu?"    "Maksudnya?"    "Saya mendapat kabar bahwa kemarin kamu bolos kerja tanpa alasan, ternyata hanya untuk pacaran? Benar begitu?" tanya Pak Albert sambil sibuk menandatangani dokumen.    "Kata siapa?"    "Benar atau tidak?" Pak Albert kembali menatap Diana.    "Saya bangun kesiangan, jam sepuluh. Jadi saya pikir percuma juga kalau datang ke kantor. Kemarin saya sedang tidak banyak pekerjaan juga." Diana memutuskan untuk ber
last updateLast Updated : 2021-09-27
Read more
Chapter 10 : Lagi-lagi...
    Setelah mendapat SP satu dan mengetahui fakta bahwa Rudy adalah orang yang membiusnya di club, Diana jadi enggan ke kantor. Pagi ini dia hanya berbaring di tempat tidur dengan mata menatap langit-langit. Alex yang mampir saat  subuh masih terlelap.     Hati Diana sangat sedih mendapatkan perlakuan tidak adil. Selama ini dirinya tidak pernah menyakiti orang lain dengan sengaja. Dia hanya menjalani hari dengan normal dan sebisa mungkin menghindari konflik. Sayangnya itu tidak cukup.    Hembusan nafas Alex membuat leher Diana hangat. Dia berpikir seandainya dirinya memiliki sedikit kepribadian Alex yang bebas dan pemberani, mungkin orang tidak akan berani berbuat seenaknya, mungkin dia akan berani menampar Gladys yang bermulut lancang, mungkin dia akan berani membela diri di hadapan Pak Albert, mungkin dia akan berani melaporkan Rudy berdasarkan kesaksian Alex dan bukti rekaman CCTV dari club.    Langit sudah semakin ter
last updateLast Updated : 2021-09-27
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status