Menaklukkan Dosen Killer

Menaklukkan Dosen Killer

last updateLast Updated : 2022-04-12
By:  RoesalineOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
33 ratings. 33 reviews
22Chapters
3.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Anggi mengalami trauma dan dendam yang mendalam pada masyarakat sekitarnya. Ibundanya dibakar hidup-hidup di depan matanya karena difitnah punya ilmu hitam, pelet dan santet. Kalau saja pada saat itu Anggi tidak ditolong pemuda bernama Aslan, dia pun akan bernasib sama seperti ibundanya. Tapi ternyata Anggi lolos dari lubang buaya bahkan masuk kandang harimau, dia diperkosa. Akhirnya masyarakat menggerebeknya, dan dia dinikahkan secara paksa. Keesokan harinya Aslan harus kembali ke kota tanpa ada rasa bersalah. Lima tahun kemudian, ada dosen baru di kampusnya, dosen yang cantik tapi killer. Menggandeng dua bocah kecil kembar, wajahnya mirip sekali dengan Aslan. Siapakah dosen itu? Bagaimanakah kisah cinta Aslan?

View More

Chapter 1

1. Tragedi Yang Membekas

Dari jauh Anggi melihat halaman rumahnya dikerumuni warga. Dengan hati penasaran, Anggi mengayuh sepedanya semakin cepat. Sontak Anggi membanting sepeda dan melempar tas sekolahnya dan berlari menghampiri kerumunan.

"Bundaaaa!" teriaknya histeris.

Melihat Rahma yang bersimpuh di tanah dengan rambut yang acak-acakan. Telur busuk membaluri wajah dan tubuh Rahma. Juga beberapa luka karena timpukan batu dari orang-orang yang mengelilinginya. Air mata Rahma mengucur deras di pipinya yang lebam penuh luka. 

"Pergilah, Anggi, cepat!" perintah Rahma berteriak.

"Tidak Bunda, aku harus menolong, Bunda!" teriak Anggi menjawab.

"Ini calon pewarisnya!" teriak salah seorang warga sambil memukul Anggi hingga tersungkur.

"Auh!" teriak Anggi yang tersungkur.

"Anggiiii, cepat pergi!" teriak Rahma lagi  di sela-sela tangisnya.

Anggi dan bundanya saling berpandangan, sakit di tubuh Anggi karena luka tidak seberapa dibanding sakitnya melihat orang yang disayangi menderita penyiksaan seperti ini.

"Pergi, Anggi!" teriak Rahma makin histeris.

"Tidak Bunda!" bantahnya lagi. "Tolong hentikaaaan!" teriak Anggi kepada warga sambil menangis histeris. 

Tiba-tiba salah seorang datang membawa dirigen berisi bensin dan menyiramkannya ke tubuh Rahma.

"Tidaaaaak! Hentikaaaaan!" teriak histeris Anggi.

"Kita musnahkan juga keturunannya, calon pewaris ilmu hitam!" teriak salah seorang sambil menendangi tubuh mungil Anggi.

"Auh!" lagi-lagi Anggi berteriak.

"Anggiiiii cepat pergi!" teriak Rahma dengan marah dan geram karena Anggi tdak menghiraukannya.

Kembali Anggi dan Rahma saling berpandangan, bensin membasahi seluruh tubuh Rahma. Dari rambut yang basah menetes ke mata membuat mata Rahma perlahan terpejam menahan perih. Seorang lelaki berdiri sambil memegangi korek api. Sontak Rahma ketakutan dan tubuhnya gemetar lunglai.

"Ampuuun! Tolong ampuni aku ... aku tidak bersalah! Ampuuun!" rintih Rahma memohon.

Lelaki yang ternyata bukan warga kampung ini, tanpa hati tetap menyalakan koreknya dan melempar ke tubuh mungil dan lemah itu sambil berteriak,

"Rasain mampus lo!"

"Aaaaaagh!" jerit histeris Rahma.

"Bundaaaaa!" sahut Anggi juga histeri.

Sontak Rahma berlarian dengan api yang berkobar di tubuhnya. Api sudah membakar seluruh tubuhnya, tapi Rahma masih berjuang berlarian kesana-kemari mencari pertolongan.  Tetangga dekat Rahma yang tahu benar dia tidak bersalah, hanya tertegun tak berdaya bahkan ada beberapa yang histeris menangisinya.

Bagai bola api yang terbang melayang-layang dan akhirnya terhenti dan roboh. Tubuh Rahma menggelinjang dan akhirnya tak bergerak lagi dengan api yang menyala-nyala semakin membesar.

Anggi memejamkan matanya dengan erat, air matanya mengucur deras. Tak tega menyaksikan penderitaan bundanya tepat di depan matanya ajal dengan tragis menjemputnya. 

"Bundaaaaa ... Bundaaaaa!" jerit tangis Anggi semakin histeris.

"Ini balasan bagi orang yang punya ilmu hitam. Dia hanya bisa dimusnahkan dengan api. Sekarang satu-satunya anaknya kelak juga akan mewarisi ilmu ibunya," ujar salah seorang lagi.

"Bakar saja!" sahut yang lain.

"Bakar ... bakar ... bakar!" teriak sebagian orang serempak.

Anggi sama seperti Rahma bersimpuh di tanah. Diapun dilempari batu tubuhnya. Di sana-sini mengucur darah segar. Beberapa orang mulai menendangi tubuhnya. Anggi mulai putus asa dan pasrah, dia yakin hanya menunggu waktu, dia akan mengalami nasib sama seperti bundanya. 

"Mana bensinnya?" teriak salah seorang.

Semua seperti mimpi, mengalami semua ini tanpa tahu salah dan dosanya. Semua begitu cepat dan tiba-tiba, disaat Anggi pulang sekolah.

Anggi mulai memejamkan matanya dengan erat. Seorang pemuda kota yang dari tadi berdiri dan mengikuti apa yang terjadi, ikut miris menyaksikan kebrutalan warga. Dia berdiri di belakang kerumunan itu. Dengan sekuat tenaga dia mendorong orang-orang yang berdiri di depannya. Sontak kerumuman itu terdorong dan bergelimpangan terjatuh saling menindih. Saat itulah pemuda kota yang bernama Aslan itu menarik tangan Anggi keluar dari himpitan dan tindihan mereka dan membawanya kabur.

Semula warga tidak menyadarinya, mereka mengira Anggi masih tertindih oleh mereka. Dan Aslan segera membungkus tubuh Anggi dengan mantelnya agar tidak dikenali warga. Dengan terus berlari Aslan menggelandang tangan Anggi.

"Aku tidak kuat, tolong!" bisik Anggi lirih terhuyung hendak jatuh pingsan. 

Aslan menggendong Anggi di punggung dan terus berlari. Aslan adalah anak kota baru kelas dua SMA. Dia bersama teman-temannya kamping dan mendirikan tenda di kaki gunung.

Aslan dan Anggi lumayan jauh meninggalkan rumahnya. Mereka berjalan menelusuri jalan setapak yang sepi. Ketakutan dan kekhawatiran Aslan sudah jauh berkurang. Mereka mulai lewat persawahan yang ditanami tebu, sehingga perjalanan semakin aman.

Dret ... Dret ... Dret! Ponsel Aslan bergetar. Aslan menatap layar ponselnya, ternyata Rio yang menelponnya.

"Kamu dimana sih, Aslan?" tanya Rio yang ternyata sedang menunggu di lokasi tadi.

"Rio, temui aku di persawahan tebu paling ujung dekat jalan raya!" pinta Aslan terbata-bata karena ngos-ngosan.

"Bagaimana bisa kamu di situ, Aslan?"

"Cepat jangan banyak tanya!" hardik Aslan menahan gugup.

"Iya iya ...!" jawabnya membentak dan menutup telponnya.

Akhirnya Rio mencari tempat yang ditunjukkan Aslan dan dengan mudah Rio bisa menemukannya.

"Kok tiba-tiba kamu bisa ada di sini sih? Siapa cewek ini?" Rio memberondong dengan pertanyaannya.

"Hust diam! Jangan cerewet .. jangan kepo! Mana kontak motorku?" paksa Aslan.

"Dia kenapa, Aslan? Apakah dia gadis yang dipukuli massa tadi ya?" tanya Rio penasaran sambil mengamati gadis itu. "Tapi dia pingsan, bagaimana kamu membawa motornya?" tanya Rio masih penasaran.

"Rio, bawa kita pergi secepatnya keburu dikejar mereka! Cepat!" perintah Aslan dengan gugup.

"Ayo!" ajak Rio dan segera menstater motornya.

Aslan membantu menaikan tubuh Anggi yang lemah diatas motor. Dan kini tubuh Anggi yang belum sadarkan diri duduk diantara Rio dan Aslan. Kemudian motor melaju dengan kencang  melewati perkebunan teh.

"Memangnya gadis ini mau kamu bawa kemana, Aslan?" tanya Rio berteriak.

"Aku sendiri tidak tahu, yang penting dia harus lari dari massa yang menghakiminya," jawab Aslan asal nyeplos.

"Masak mau kamu bawa ke tenda?" tanyanya lagi.

"Ya enggaklah, gila apa?" sahut Aslan tegas.

"Berhenti!" teriak Aslan.

Aslan melihat ada gubug kosong di tengah-tengah kebun teh. 

"Apa yang sedang kamu pikirkan, Aslan?" tanya Rio yang penasaran dengan jalan pikiran Aslan.

"Kita sembunyikan dia di sini. Kalau dia sadar nanti, biar dia mengurus dirinya sendiri. Yang penting tugasku menyelamatkan dia dari mereka," ujar Aslan.

"Tapi masak iya dia seorang gadis malam-malam sendirian di sini? Bagaimana kalau ada apa-apa? Sebentar lagi malam, aku saja laki-laki tidak berani, apalagi dia perempuan, keadaan lagi sakit pisan," kata Rio seolah tidak setuju.

Dengan tanpa menjawab pendapat Rio, Aslan membopong tubuh mungil Anggi ke dalam gubug. Hawa dingin menyeruak hingga ke tulang-tulang.

Aslan merebahkan tubuh Anggi dengan pelan. Dia melepas mantel dari tubuh Anggi kemudian menyelimutkannya.

"Ayo, Rio!" ajak Aslan pergi.

"Kamu yakin meninggalkan dia di sini?" tanya Rio ragu.

"Terpaksa Rio," gumamnya lirih.

Dan ketika hendak melangkah tangan Aslan ditahan oleh tangan mungil Anggi. Matanya nanar menatap pilu, dengan air bening yang hampir meleleh.

"Gadis yang malang, didepan matamu mereka membakar hidup-hidup ibumu bahkan dirimu nyaris juga jadi korban. Kini kamu sebatang kara," batin Aslan 

"Jangan tinggalkan aku, aku takut!" desah lirih Anggi.

Aslan dan Rio saling berpandangan, tiba-tiba muncul rasa iba dan belas kasihan yang membuatnya mengurungkan niatnya pergi.

"Rio, kembalilah ke tenda ceritakan apa adanya keadaanku kepada teman-teman!" ujar Aslan kepada Rio.

Dan Rio pun setuju, dengan langkah ragu dia meninggalkan mereka berdua.

Hari merambat begitu cepat, suara binatang malam menambah keheningan yang mencekam sekali. Aslan membuat api unggun kecil di tengah-tengah gubug sebagai penerangan dan penghangat. Anggi tertidur dengan suara rinthan dan mengigau. Dia demam, akhirnya Aslan mengompres kening Anggi dengan sapu tangannya. Anggi menggigil kedinginan dengan rintihan mengigau.

Tanpa disadari tangannya meraih leher Aslan dan ditariknya, sehingga wajahnya tertarik dan bibirnya mematuk bibir Anggi. Sontak Aslan terbelalak kaget, hangatnya nafas dan bibir Aslan membuat Anggi lebih nyaman, sebaliknya juga dengan Aslan dia juga mendapatkan kehangatan itu.

Jantung Aslan berdebar kencang, adrenalin bercintanya berpacu. Dia memberanikan diri untuk melumat bibir ranum merona itu dengan nafsu. Seolah ada sengatan listrik yang merayap hingga ke ubun-ubun.

Apakah yang terjadi dengan Anggi kemudian?

Bersambung ...

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(33)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
33 ratings · 33 reviews
Write a review
user avatar
Galuh Arum
crtanya bagus kak lanjutkan , belum baca semua sih tetep semangat
2022-02-21 22:14:44
0
user avatar
Cathalea
nice story, kak. semangat up ya
2022-02-07 00:16:30
0
user avatar
Tanty Longa
Cerita yang sangat menarik, ide ceritanya sangat langkah tetapi sukses membuat pembaca merasa kayak realita.
2021-11-12 16:00:23
0
user avatar
Humairah Samudera
Bintang Lima untuk Menaklukkan Dosen Killer. Semoga sukses selalu. Saya suka cerita ini, luar biasa.
2021-10-29 03:23:08
0
user avatar
Fantazia
Next kak, bikin penasaran. Seru banget!
2021-10-17 22:50:22
0
user avatar
Jasmine
Anggi mentalnya bener-bener baja ini...menarik kk..lanjut^^
2021-10-17 22:39:40
0
user avatar
Amanda Syiefa
Waah menarik nih ada dosen cantik...
2021-10-17 18:50:40
1
user avatar
Rainfall
Lanjut thor. Apakah anggi bakal sama angga atau sama aslan nanti?
2021-10-17 17:12:48
0
user avatar
Cadburry♥
Seruuuu, mangats kaka^^
2021-10-17 00:47:31
0
user avatar
Purpelo
Next kka, ceritanya seru juga, bikin penasaran. cepet update nya ya kak
2021-10-16 22:19:55
0
user avatar
Faver
Dosen killer. Woww.. lanjutkan kak
2021-10-16 22:05:16
0
user avatar
Rai Seika
Keren kak, penasaran kelanjutannya. semangat nulisnya
2021-10-16 22:04:27
0
user avatar
Diganti Mawaddah
Done, Bunda. Semangat update-nya
2021-10-16 21:55:12
0
user avatar
Kikyo de Kira
Nah, penasaran gimana cara menaklukkannya
2021-10-15 15:42:13
0
user avatar
Wafa Farha
Wah managatsss Kak
2021-10-15 06:46:14
0
  • 1
  • 2
  • 3
22 Chapters
1. Tragedi Yang Membekas
Dari jauh Anggi melihat halaman rumahnya dikerumuni warga. Dengan hati penasaran, Anggi mengayuh sepedanya semakin cepat. Sontak Anggi membanting sepeda dan melempar tas sekolahnya dan berlari menghampiri kerumunan."Bundaaaa!" teriaknya histeris.Melihat Rahma yang bersimpuh di tanah dengan rambut yang acak-acakan. Telur busuk membaluri wajah dan tubuh Rahma. Juga beberapa luka karena timpukan batu dari orang-orang yang mengelilinginya. Air mata Rahma mengucur deras di pipinya yang lebam penuh luka. "Pergilah, Anggi, cepat!" perintah Rahma berteriak."Tidak Bunda, aku harus menolong, Bunda!" teriak Anggi menjawab."Ini calon pewarisnya!" teriak salah seorang warga sambil memukul Anggi hingga tersungkur."Auh!" teriak Anggi yang tersungkur."Anggiiii, cepat pergi!" teriak Rahma lagi  di sela-sela tangisnya.Anggi dan bundanya saling berpandangan, sakit di tubuh Anggi karena luka tidak seberapa dibanding sakitnya meli
last updateLast Updated : 2021-10-10
Read more
2. Terpaksa Menikah
Antara sadar dan tidak, semua seperti mimpi. Anggi berusaha menyengkal tubuh Aslan yang mulai menindihnya. Tapi Anggi tidak memiliki kekuatan, tubuhnya serasa terpaku tak mampu bergerak. Hati Anggi berontak, tapi tubuhnya tiada daya. Aslan mulai melucuti satu-persatu bajunya. Dengan tanpa perduli tubuh Anggi yang sedang demam dan menggigil kedinginan. Air mata Anggi mengucur deras dari sudut matanya. "Jangan ... jangan!" desah Anggi lirih hampir tak terdengar, tapi justru Aslan semakin kesetanan. Mata Anggi terbelalak, seolah tak percaya dengan apa yang dilakukan Aslan malam ini. Dengan kepasrahannya dia menggigit kuat bibir bawahnya menahan sakit hatinya. Seperti tidak punya hati Aslan terus mereguk kenikmatan itu. Akhirnya dia terkapar setelah melepaskan geloranya yang tak terbendung. Setelah sadar dengan apa yang telah  dilakukan, Aslan mengutuk dirinya sendiri. Kepalanya dipukul-pukul dengan bogemnya sendiri meratapi penyesala
last updateLast Updated : 2021-10-12
Read more
3. Aslan Kembali Ke Kota
Kini Aslan dan Anggi sudah sah menjadi suami istri. Bagi Aslan maupun Anggi pernikahan yang dilakukannya tadi hanyalah sebatas syarat agar lolos dari tuntutan massa. Bagi mereka pernikahan tadi belum mempunyai arti yang dalam di dalam kehidupnya. Berbagai tekanan berat belum bisa terhapus dalam ingatannya barang sekejap pun. Akhirnya kedua temannya pulang dengan naik ojek ke perkemahan. Sedang Aslan mengendarai motor berboncengan dengan Anggi. Sepanjang perjalanannya mereka berdua saling diam tanpa bicara. Mereka berkeliling tanpa tujuan.  Akhirnya Aslan memarkirkan motornya di pinggir telaga. "Kita harus bicara sebentar, Anggi," ujar Aslan sambil duduk di bangku di pinggir telaga. "Aku tidak tahu makna pernikahan tadi buat kita. Aku dan kamu masih muda dan masih pelajar. Untuk membina rumah tangga aku masih belum siap. Menurut kamu, aku harus bagaimana, Anggi?" ungkap Aslan sedih. "Aku harus pulang  kemana, Aslan? Aku tidak
last updateLast Updated : 2021-10-14
Read more
4. Siapakah Oma Gina?
Anggi mulai digelandang masuk oleh pasukan berseragam. Seorang wanita tua sekitar 60 tahun umurnya sedang duduk di meja makan."Ini dia, Nyonya!" seru kedua lelaki berseragam itu menahan tangan Anggi  dengan kuat."Lepaskan dia!" perintah nenek itu dengan dingin dan datar."Siapa lagi kamu? Apa yang kamu inginkan dariku? Apa kamu juga ingin membakar aku hidup-hidup seperti yang sudah anda lakukan kepada bundaku? Atau mau lebih sadis lagi? Apa salahku pada kalian? Aku dan bundaku bukanlah orang kejam yang memiliki ilmu hitam. Jangankan membunuh orang lain, membunuh semut pun bundaku tidak tega!" teriak histeris Anggi memerontak."Duduklah, minum susu kurma di depanmu itu! Untuk memulihkan staminamu!" perintah wanita tua itu, Oma Gina."Kamu mau meracuni aku ya? Aku sudah lelah, aku tidak takut mati, jangan khawatir pasti aku minum. Aku ingin secepatnya menyusul bundaku!" hardik Anggi. "Daripada kamu menyiksaku lebih baik dengan cara seperti ini
last updateLast Updated : 2021-10-16
Read more
5. Foto Pernikahan Anggi dan Aslan
Thok ... Thok ... Thok! Suara pintu kamar Anggi di ketuk. Dia baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan bergegas Anggi menghampiri pintu dan membukanya."Iya ada apa, Mbak?" tanyanya kemudian setelah melihat seorang wanita muda mengenakan seragam putih hijau berclemek."Nyonya Besar memanggil Nona Anggi, beliau menunggu di meja makan," jawab asisten rumah tangga.. "Iya sebentar lagi aku keluar, Mbak," jawab Anggi pelan.Semalam Anggi masih belum bisa tidur dengan nyenyak. Trauma pembantaian dengan sadis terus datang menghantuinya. Sontak sesak di dadanya dan ketakutan yang hebat datang menghampiri. Wajah Rahma yang menangis histeris dengan tangan menggapai-nggapai mengharap pertolongan terus lekat di pelupuk mata Anggi.Setelah berdandan sekedarnya dia berjalan keluar kamar menemui Oma Gina. Seorang wanita lansia yang masih tampak kuat dan energik serta tampak dari kalangan darah biru. Rumahnya mewah dan penuh dengan bodyguard maupun pembantu
last updateLast Updated : 2021-10-27
Read more
6. Anggi Positif Hamil
Wisnu menceritakan tentang foto yang dilihatnya. Dan Aslan mengakuinya, membuat urusan segera selesai tanpa melibatkan Bagus yang sedang menyimpan foto pernikahan mereka.  "Apa yang terjadi Aslan? Bagaimana kamu harus menikahi gadis udik itu? Kamu pasti sedang dijebak, iya kan?" tuduh papanya Aslan dengan geram. "Tidak Papa, aku melakukannya saat gadis itu sedang pingsan. Aku bersalah, makanya aku bertanggungjawab dengan suka rela, Pa, Ma," jawab Aslan dengan pelan penuh penyelasan. "Tidak Pak Guru, ini pasti ada kesalahpahaman," sahut mamanya Aslan sambil mencubit pantatnya Aslan seolah memberi kode agar dia tidak berterus terang. "Jangan bunuh diri bodoh, jangan mengakuinya!" bisik papanya lirih di telinga Aslan. Mungkin rasa bersalahnya yang membuat dia tidak bisa mengelak semua kejahatan yang dilakukannya. Dengan jujur dia menceritakannya bahkan siap dengan resiko apapun. "Ini kriminal, Aslan," kata Junaedi. "Tapi seka
last updateLast Updated : 2021-11-08
Read more
7. Pengakuan Anggi
Oma Gina mengantarkan Dokter Alex ke luar kamar. Meskipun hatinya hancur Oma Gina bisa menyembunyikannya dari orang-orang. "Musri, antarkan Dokter Alex ke depan!" perintah Oma Gina kepada Musri. "Baik Oma," jawab Musri. Oma Gina kembali menghampiri Anggi yang terpuruk. Dia menangis dan menjambak rambutnya sendiri. "Kenapa ini harus aku alami? Apa salah ku, kenapa penderitaanku semakin lengkap, kenapa?" runtuk Anggi menangis. "Katakan apa yang terjadi?" pinta Oma Gina pura-pura tenang. "Oma, kalau saja pada saat itu aku tidak ditolong seseorang, mungkin aku bernasib sama seperti bunda. Tadinya kukira dia adalah malaikat penolong bagiku ternyata aku salah. Dalam keadaan tak berdaya justru dia menodaiku, Oma. Hiks ... Hiks ... Hiks!" ungkap Anggi diiringi tangisnya yang terisak-isak. Oma Gina sontak ikut menangis dan tangannya meremas penuh dendam. Hatinya sama hancurnya dengan Anggi, hanya saja nenek tangguh itu bisa menelan saki
last updateLast Updated : 2021-11-11
Read more
8. Menelusuri Jejak Aslan
Ternyata pertemuan tak terduga itu membuat Anggi sangat terluka. Dia berharap Aslan mengejarnya dan menanyakan keadaannya, ternyata tidak. Wajah tampannya yang bringasan dan tampak badung terus lekat di ingatannya. "Aku harus menemukan dia, aku harus bicara, aku ingin menampar wajah brengseknya ... hanya untuk menamparnya saja," lamunannya. "Pak Yusuf, pulanglah, aku pulang kuliah naik taksi saja," perintah Anggi kepada Yusuf sopir pribadi Anggi.  "Tapi Non, nanti saya dimarahi Oma," jawab Yusuf khawatir. "Ya udah Pak Yusuf pulang dulu, nanti kalau aku waktunya pulang tak telepon," ujar Anggi. "Baik saya pulang, saya menunggu telepon dari Non Anggi, hati-hati, Non," jawab Yusuf berpesan. "Jangan khawatir Pak Yusuf," jawab Anggi. Yusuf pun pergi masuk mobil dan melajukan mobilnya keluar kampus. Anggi memanggil taksi on-line lewat aplikasi, sebentar kemudian taksi pun datang. "Jalan Diponegoro no 56," ujar Anggi kepa
last updateLast Updated : 2021-11-13
Read more
9. Bertemu Angga
Usia kandungan Anggi sudah menginjak 34 minggu, mulai minggu depan dia sudah mulai cuti melahirkan. Selalu menjadi pusat perhatian mahasiswa  lain karena selalu dikawal bodyguard dengan mobil mewahnya. Anggi turun dari mobilnya, seorang mahasiswa dengan motor balapnya berwarna merah melaju di depannya. Karena menghindari Anggi, tak sengaja motor itu masuk dalam lubang yang berisi genangan air hujan. Sontak air itu muncrat dengan hebatnya kearah Anggi maupun mobilnya. "Auh!" jerit Anggi spontan. Motor itupun berhenti, dua bodyguard menghampiri Angga dan menarik krah bajunya bahkan hendak mengganjar dengan bogemnya. Anggi berteriak menghentikannya. "Berhenti! Jangan Pak Karta, ini lingkungan kampus!" pinta Anggi. Angga melepas helmnya, mereka saling berpandangan. Pertemuan yang tak terduga kembali terjadi. Angga terkejut melihat Anggi yang sudah hamil besar. Perlahan dia berjalan mendekati Anggi dengan penuh pertanyaan. Apa yang terjadi saa
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more
10. Anggi Melahirkan
Setelah sholat subuh Anggi mulai gelisah, perut sejak semalam terasa kaku dan kencang. Padahal dokter merencanakan masih minggu depan untuk caesar. Karena Anggi hamil anak  kembar maka dia harus caesar. Melahirkan normal terlalu banyak resiko, apalagi tensi darah Anggi tidak setabil.  "Anggi, ada apa sayang? Kamu gelisah?" tanya Oma Gina.  "Oma, sejak semalam aku tidak bisa tidur, perutku terasa kencang dan sakit," keluh Anggi manja. "Kita ke rumah sakit sekarang!" ujarnya panik. "Musri ...!" panggil Oma Gina. "Iya Oma?" Musri datang tergopoh-gopoh. "Bantu menyiapkan keperluan kita, kita mau ke rumah sakit. Siapkan sopir juga ya, Musri!" perintah Oma Gina kepada kepala pelayan. "Baik Oma," jawab Musri berlari mencari sopir. Anggi meraih mantel di lemari dan bergegas ke luar dituntun Oma Gina.  Mobil sudah parkir di depan pintu rumah. Anggi dan Oma Gina segera masuk di bangku belakang, dan mobil pun segera me
last updateLast Updated : 2021-11-19
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status