Ternyata pertemuan tak terduga itu membuat Anggi sangat terluka. Dia berharap Aslan mengejarnya dan menanyakan keadaannya, ternyata tidak. Wajah tampannya yang bringasan dan tampak badung terus lekat di ingatannya.
"Aku harus menemukan dia, aku harus bicara, aku ingin menampar wajah brengseknya ... hanya untuk menamparnya saja," lamunannya.
"Pak Yusuf, pulanglah, aku pulang kuliah naik taksi saja," perintah Anggi kepada Yusuf sopir pribadi Anggi.
"Tapi Non, nanti saya dimarahi Oma," jawab Yusuf khawatir.
"Ya udah Pak Yusuf pulang dulu, nanti kalau aku waktunya pulang tak telepon," ujar Anggi.
"Baik saya pulang, saya menunggu telepon dari Non Anggi, hati-hati, Non," jawab Yusuf berpesan.
"Jangan khawatir Pak Yusuf," jawab Anggi.
Yusuf pun pergi masuk mobil dan melajukan mobilnya keluar kampus. Anggi memanggil taksi on-line lewat aplikasi, sebentar kemudian taksi pun datang.
"Jalan Diponegoro no 56," ujar Anggi kepada sopir taksi.
"Baik, Mbak," jawab sopir sopan.
Sopir melajukan taksinya setelah Anggi masuk dan duduk di bangku belakang. Diam-diam Anggi ingin mendatangi rumah Aslan tanpa sepengetahuan omanya. Karena Oma Gina tidak menginginkan pertanggungjawaban Aslan, lantaran Aslan anak ingusan.
"Tunggu sebentar Pak, saya cuma bertemu orang sebentar," pinta Anggi kepada sopir taksi sebelum ke luar.
"Baik Mbak," jawabnya tegas.
Anggi turun dari taksi, dia mengamati sebentar rumah mewah bernuansa putih bersih dengan halaman luas. Ini pertama kalinya Anggi tidak silau mendatangi rumah semewah itu. Kalau dulu mungkin untuk mendekat saja silau apalagi masuk. Rumah Oma Gina tiga kali lebih mewah dan lux daripada rumah Aslan.
Sengaja Anggi tidak mau diantar sopir agar tidak terkesan orang hebat. Penampilan tetap sederhana meskipun di tubuhnya menempel barang-barang branded.
"Cari siapa, Mbak?" tanya satpam yang datang menghampirinya.
"Bisa bertemu Aslan, Pak?" tanya Anggi sopan.
"Mbak siapa dan ada keperluan apa?" tanya satpam.
"Saya Anggi, temannya," jawab Anggi berbohong.
"Pasti bukan teman sekolah, kalau teman sekolah tidak mungkin sampai tidak tahu keberadaannya," ujar satpam menyelidik.
"Saya temannya saat di SMP, Pak," jawab Anggi berbohong lagi.
"Makanya tidak tahu kalau Mas Aslan pindah sekolah ke London," jawabnya.
"Apa, dia pindah ke London? Saya baru bertemu beberapa hari yang lalu bersama kedua orang tuanya, Pak," sahut Anggi seolah tak percaya.
Pertemuan tidak sengaja saat itu adalah pertemuan terakhirnya. Entah bisa bertemu lagi atau tidak yang jelas Anggi tidak akan lagi berharap.
"Kenapa dia pindah sekolah, Pak?" tanya Anggi penasaran.
Dhin ... Dhin ... Dhin! Suara klakson mobil meminta dibukakan pintu.
"Siap Nyonya," teriak satpam sambil berlarian membuka pintu gerbang.
Mobil bergeser masuk setelah pintu dibukanya. Tampak seorang wanita cantik keluar dari mobil.
"Siapa dia, Parno?" tanya Widya kepada satpam.
"Saya temannya Aslan, Tante," jawab Anggi.
"Teman yang mana? Teman sekolah? Aku kok nggak pernah lihat ya?" ujar Widya menyelidik.
"Saya Anggi, Tante," kata Anggi sambil memberikan tangannya untuk berjabat tangan.
"Anggi?" panggilnya lirih sambil mengingat-ingat.
"Apakah Anggi istri siri Aslan itu? Bagaimana dia tahu rumah ini? Kalau rumahnya kampung kenapa penampilannya beda banget bahkan perhiasannya berlian, asli nggak ya itu? Itu tas branded, asli apa KW sih, sepatu, jam tangan, semua yang di pakai berkelas," batin Widya sambil menyelidi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Widya tidak menyambut uluran tangan Anggi, dengan santai Anggi pun menarik tangannya.
"Apakah kamu Anggi istri bohongannya Aslan? Gadis ganjeng yang mencoba menggoda anakku? Gara-gara kamu Aslan dikeluarkan dari sekolah SMA Nusantara. Pasti kamu juga yang menyebarkan video pernikahanmu itu kan?" tuduh Widya ketus.
"Aku istri beneran bukan bohongan, dan aku gadis baik-baik yang diperkosa anak manja kesayangan Tante. Mengenai video itu bahkan aku tidak pernah melihatnya. Kalau memang itu benar, sukurin dia pantas mendapatkannya," ketus Anggi.
"Dasar gadis brengsek, pasti kamu sengaja mendekati anakku demi uang kan?" hujat Widya.
"Ternyata kelakuan Aslan mencontoh mamanya ya, kasihan dia," umpat Anggi kemudian pergi.
"Gadis gila!" teriak Widya mengiringi kepergian Anggi.
"Bagaimana dia tahu rumahku sih? Ini bahaya kalau saja Aslan tahu dia pasti akan mengejarnya. Kemarin bertemu di perempatan Jalan Ahmad Yani berarti bener dia. Tapi dia bersama siapa?" batin Widya.
Anggi kembali naik taksi balik ke kampus tapi sebelumnya dia mampir ke SMA Nusantara.
"Ini SMA Nusantara, Mbak," ujar sopir taksi.
"O jadi ini sekolah Aslan, besuk aku akan menemui Roy Sutesa untuk menanyakan tentang Aslan, apa yang terjadi sebenarnya," batin Anggi.
"Tidak turun, Mbak?" tanya sopir taksi.
"Tidak Pak, kita langsung ke kampus saja," jawab Anggi.
"Baik, Mbak."
Baru saja mobil distater, ada dua orang siswa lelaki lewat dekat taksi.
"Berhenti dulu, Pak!" teriak Anggi tiba-tiba.
Sopir taksi segera mematikan mesinnya, untung mobil belum bergerak. Anggi keluar dari taksi dengan penasaran dan ragu takut salah.
"Roy!" panggil Anggi dengan ragu. "Benarkah kamu Roy?" lanjutnya.
"Iya?" sahut Roy terkejut.
Dia sontak berhenti, dan menoleh. Sesaat Roy terperanjat dan terpaku seolah tak percaya.
"Apakah kamu Anggi?" tanyanya ragu.
"Iya, kamu masih ingat bukan?" jawabnya pelan.
"Bagaimana kamu sampai di sini, Anggi? Kamu mencari Aslan ya? Dia dikeluarkan dari sekolah ini," Roy mengungkapkan.
"Kenapa memangnya?" tanya Anggi datar, pura-pura tidak tahu.
"Gara-gara Bagus menyimpan video pernikahan kamu, akhirnya kecolongan dan jadi viral. Akhirnya Aslan dikeluarkan dari sekolah," Roy menjelaskan.
"Jadi Bagus mengabadikan moment itu? Bolehkah aku minta foto maupun video itu, Roy? Aku ingin menunjukkannya kepada nenekku agar beliau tidak memaksaku menikah lagi," ujar Anggi berbohong.
"Kita tukeran nomer telepon, Anggi, nanti aku kirimi bila sudah dapat dari Bagus," janji Roy.
Akhirnya mereka berdua saling bertukar nomor telepon. Roy sedikit heran dengan penampilan Anggi yang jauh berbeda, tidak seperti saat di kampung. Setelah berbincang-bincang sebentar Anggi pun ijin pulang. Anggi harus kembali ke kampus karena harus segera masuk kelas.
***
Seiring waktu berjalan perut Anggi pun mulai membuncit. Oma Gina memproteksi cucu kesayangannya dengan ketat. Dua bodygard dan seorang sopir pribadinya selalu menjaga dan mengawasinya. Apalagi saat di luar rumah, terkadang Anggi merasa tidak nyaman tapi dia tidak berdaya dengan kehendak Oma Gina.
"Yusuf, hati-hati membawa cucuku, jangan ngebut!" pesan Oma Gina kepada Yusuf.
"Oma, tidak perlu bawa bodyguard, apa Oma tidak takut kalau aku jatuh cinta sama bodyguard kayak bunda?' kelakar Anggi.
"Aku yakin kamu tidak akan melakukan itu, itu bedanya kamu sama bundamu. Lagian untung bodyguardmu sudah beristri semua kalau tidak bahaya juga ya?" jawab Oma Gina berkelakar juga.
"Lagian bodyguard Oma yang dikasih untukku udah tuwir-tuwir, nggak asik!" ujar Anggi sambil ngekeh. "Udah berangkat dulu Oma" pamit Anggi kemudian sambil mencium punggung tangan Oma Gina.
Anggi masuk mobil dan melambaikan tangan kepada Oma Gina. Dan Oma Gina membalasnya dengan tatapan bangga.
Bagaimana Anggi menyambut kelahiran buah hatinya?
Bersambung ...
.
Terima kasih telah mampir ke karya kami. Jangan lupa untuk memberi vote dan tinggalkan komentar 🙏
Usia kandungan Anggi sudah menginjak 34 minggu, mulai minggu depan dia sudah mulai cuti melahirkan. Selalu menjadi pusat perhatian mahasiswa lain karena selalu dikawal bodyguard dengan mobil mewahnya. Anggi turun dari mobilnya, seorang mahasiswa dengan motor balapnya berwarna merah melaju di depannya. Karena menghindari Anggi, tak sengaja motor itu masuk dalam lubang yang berisi genangan air hujan. Sontak air itu muncrat dengan hebatnya kearah Anggi maupun mobilnya. "Auh!" jerit Anggi spontan. Motor itupun berhenti, dua bodyguard menghampiri Angga dan menarik krah bajunya bahkan hendak mengganjar dengan bogemnya. Anggi berteriak menghentikannya. "Berhenti! Jangan Pak Karta, ini lingkungan kampus!" pinta Anggi. Angga melepas helmnya, mereka saling berpandangan. Pertemuan yang tak terduga kembali terjadi. Angga terkejut melihat Anggi yang sudah hamil besar. Perlahan dia berjalan mendekati Anggi dengan penuh pertanyaan. Apa yang terjadi saa
Setelah sholat subuh Anggi mulai gelisah, perut sejak semalam terasa kaku dan kencang. Padahal dokter merencanakan masih minggu depan untuk caesar. Karena Anggi hamil anak kembar maka dia harus caesar. Melahirkan normal terlalu banyak resiko, apalagi tensi darah Anggi tidak setabil. "Anggi, ada apa sayang? Kamu gelisah?" tanya Oma Gina. "Oma, sejak semalam aku tidak bisa tidur, perutku terasa kencang dan sakit," keluh Anggi manja. "Kita ke rumah sakit sekarang!" ujarnya panik. "Musri ...!" panggil Oma Gina. "Iya Oma?" Musri datang tergopoh-gopoh. "Bantu menyiapkan keperluan kita, kita mau ke rumah sakit. Siapkan sopir juga ya, Musri!" perintah Oma Gina kepada kepala pelayan. "Baik Oma," jawab Musri berlari mencari sopir. Anggi meraih mantel di lemari dan bergegas ke luar dituntun Oma Gina. Mobil sudah parkir di depan pintu rumah. Anggi dan Oma Gina segera masuk di bangku belakang, dan mobil pun segera me
Oma Gina semakin sayang kepada Anggi apalagi setelah dia melahirkan dua Arjuna tampan. Dia tidak perduli dengan status Anggi yang hanya istri siri seorang pria belia yang masih ingusan. Setelah bodyguard nya bisa menemukan identitas Aslan dan mengetahui siapa keluarganya, Oma Gina semakin yakin bahwa mereka tidak boleh bersatu. Tidak sulit bagi Oma Gina untuk mengorek siapakah Aslan sebenarnya. Tapi Oma Gina tidak berani menyampaikan berita ini kepada Anggi takut apa yang menimpa Rahma akan menimpa juga kepada Anggi. "Untung saja dia berada di luar negeri, kalau tidak pasti mereka akan sering bertemu dan makin sulit dipisahkan," batin Oma Gina yang sedang melamun di ruang tengah. Tok ... Tok ... Tok ...! Suara pintu diketuk. Sebenarnya di samping pintu ada bel, tapi sengaja Angga tidak menekannya. Takut kalau bayi-bayi Anggi akan terkejut dan terbangun. Seorang pembantu datang membuka pintu. "Selamat siang, Mbak?" sapa Angga kepada pembantu.
Tok ... Tok ... Tok ...! Pintu diketuk, seorang pembantu sambil mengomel keluar dari ruang tengah. "Sudah dipasang bel pintu juga tidak mau memencet sih. Untung saya dengar kalau tidak denga terus gimana?" gerutunya. Hah! Musri terperanjat kaget, berdiri seorang lelaki dewasa berbadan tegap denga parasnya yang ganteng. "Mau ketemu siapa, Tuan?" tanya Musri. "Mama Gina ada?" tanyanya. "Ada, Tuan siapa ya?" tanya Musri. "Mama? Kok panggil mama, apa itu artinya Tuan ini anaknya Oma Gina?" tanya Musri ragu. "Iya aku anak menantu, Bik, namaku Herlambang," ujar Herlambang. "O jadi Tuan ini ayahnya Nona Anggi?" tanya Musri lagi. "Anggi? Apakah dia yang ketemu di rumah sakit saat itu?" tanya Herlambang penasram. "Mungkin iya Tuan, karena Nona Anggi saat itu sedang caesar melahirkan dua bayi kembarnya. "Jadi?" pekik 55 bertanya seolah tak percaya. "Silakan Tuan duduk dulu, biar saya pa
Oma Gina tampak bersikap lunak kepada Herlambang, tapi berbeda dengan Anggi. Sedari kecil hidupnya menderita karena ayahnya bukanlah lelaki kuat yang bisa dibanggakan. "Anggi, bawa Mika dan Miko ke sini!" teriak Oma Gina. Seorang suster keluar mendorong kereta bayi untuk bayi kembarnya. Bayi mungil itu tidur berdampingan dengan lucu dan menggemaskan. Suster membawa dan mendekatkannya ke tempat Herlambang duduk. "Mana Nona Anggi?" tanya Oma Gina. "Nona Anggi sedang ada di kamar, Oma," jawab suster. Herlambang sadar bahwa Anggi masih belum bisa menerimanya. Herlambang cukup tahu diri, sehingga dia bisa menerima sikap Anggi. "Mereka cucumu, Herlambang!" ujar Oma Gina. "Si kembar yang tampan!" ujar Herlambang dengan kagum. "Cucu ku yang tampan, siapa nama kalian?" tanya Herlambang. "Dia Mika dan yang ini Miko, Tuan," jawab suster. "Halo Mika...halo juga Miko!" sapa Herlambang. "Boleh aku gendong, Ma! S
"Aku tidak mengenalnya, Angga. Paling juga lelaki hidung belang," ujar Anggi berbohong. "Mika-Miko, jangan main jauh-jauh sayang!" pesan Anggi kepada kedua anaknya. "Ma, itu opa di sana," kata Mika sambil menunjuk ke arah Herlambang sedang duduk. "Bukan sayang," bantah Anggi sambil menarik tangan Mika yang sedang menunjuk Herlanbang dan dialihkan perhatiannya. "Iya Ma, itu opa ... mau ikut opa!" sahut Miko menimpali. "Mika, sayang, ayo kita melihat ikan cantik-cantik di kolam sana, ayo Miko, sayang!" ajak Anggi kepada kedua anaknya beranjak dari duduk. Tak sadar pandangan Anggi mengarah ke Herlambang yang kebetulan sedang memperhatikannya. Sesaat mereka saling berpandangan. Tatapan benci Anggi membuat Herlambang merasa bersalah. Tapi dia tidak berdaya, Herlambang takut kalau Pratiwi dan Nadya akan semakin membencinya setelah tahu kalau Anggi adalah anaknya yang selama ini sedang dicarinya. "Itulah kelemahan kamu yang aku benci,
"Aslan, masak sih dia sudah menikah dengan dosen muda itu? Tapi dia kan masih istrimu, kamu belum menceraikannya kok berani sih dia menikah, itu tidak sah menurut agama, Aslan," ujar Rio."Iya kamu benar, tapi aku sudah meninggalkannya tanpa sepatah kata pun," jawab Aslan.Aslan dan Rio melihat Anggi dan Angga semobil meninggalkan kampus. Anggi menatap Aslan dari spion, semua seperti mimpi bertemu orang yang paling dibenci tapi juga dirindukan.***Sesampai di rumah kembali Anggi bertemu Herlambang. Dia duduk di teras belakang rumah."Opaaaa!" teriak Mika dan Miko menghampiri Herlambang. Dua bocah kecil itu memeluk opanya dengan sayang karena rindu.Anggi tertegun, dia tidak bisa melihat anak-anaknya begitu dekat dengan opanya. Kalau dia tidak bisa menerima kehadirannya sebagai anaknya bagaimana bisa menerima Mika dan Miko sebagai cucunya."Opa kangen sekali sama kalian," ujar Herlambang kepada kedua cucunya."Anggi, bagaimana
Anggi keluar toilet membersihkan tubuhnya dan bajunya. Hatinya masih dongkol dengan kejadian tadi. "Bagaimana dia beranggapan aku sudah menikah dan mempunyai anak? Dasar aneh, kamu sudah menghancurkan hidupku, aku akan membalasnya!" runtuknya. "Anggi?" teriak Angga memanggil. "Mas Angga?" jawabnya terperanjat. "Kenapa kamu basah kuyup?" tanya Angga heran. "Anak badung itu berulah, resek!" ujar Anggi. "Siapa? Mahasiswa?" "Aslan ... anak hukum," jawab Anggi kesal. "Kan murid kamu, kenapa sih?" tanya Angga penasaran. "Sombong, naik mobil menerjang genangan air otomatis aku yang di dekatnya terciprat air dong, mana air kotor pisan," jawab Anggi berapi-api karena emosi. "O dia? Tapi aku dengar dia cerdas lo, dulu pindahan dari London kan?" jawab Angga. "Udah, jangan dimasukin ke hati. Bukankah ini jam kamu mengajar di kelasnya?" tanya Angga. "Kok tahu?" "Ya tahulah, apa yang
Dari hasil autopsi ditemukan racun di tubuh jenazah. Racun di masukkan lewat infusnya. Dan dari CCTV rumah sakit memang tampak dua orang mencurigakan. Tapi sayang dia memakai masker dan kaca mata, sehingga sulit dikenali. Akhirnya jenazah Oma Gina di semayamkan di pemakaman keluarga. Mika dan Miko menangis seolah merasakan kesedihan yang mendalam sekalipun mereka belum mengerti benar apa yang terjadi dengan eyang buyutnya. Sakit rasanya kehilangan orang yang Anggi cintai dalam hidupnya untuk kedua kalinya setelah bundanya. "Apakah papa akan pergi meninggalkan aku juga? Aku sekarang tidak punya siapa-siapa, Pa. Apa papa akan pergi kepada istri papa yang sudah menusuk papa dari belakang," Anggi memberondong pertanyaan dengan memekik menangis. "Hiduplah bersama papa di rumah papa, Anggi! Aku akan selalu melindungi kamu dan anak-anakmu!" usul Herlambang. "Papa yakin akan membawa aku dan anak-anak ku ke sarang penyamun sana?" tanyaku ra
"Tunggu sampai aku dan Nadya bisa merebut semua hartanya! Kalau tidak keburu dia bisa menemukan anak kandungnya!" ujar Pratiwi. Dalam video itu Pratiwi sedang berada di sebuah Cafe yang terkenal. Dia terus berbicara, tak lama kemudian datang seorang lelaki dengan ponsel di telinganya. Ternyata dialah lelaki yang sedang berbicara dengan Pratiwi di telepon. Tampak akhirnya Pratiwi terperanjat dan mereka berpelukan mesra. Herlambang terkejut atas keberanian Pratiwi dan Tarmuji melakukan ini di belakangnya. "Kita bertiga bersahabat baik sejak dulu. Ternyata mereka menusukku dari belakang," ujar Herlambang sedih. "Pa, Nadya anak tiri papa kan, anaknya Tante itu?" tanya Anggi menyelidiki. "Iya, Sayang," jawab Herlambang. "Terus lelaki itu sahabatnya papa?" tanya Anggi kepo. "Iya. Tepatnya istri dia temanku sejak kecil," jawab Herlambang. "Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba Nadya memusuhiku di kampus. Aku tidak mengaj
Anggi dan Herlambang sudah sampai di rumah sakit. Dokter masih menangani di ruang tindakan. Anggi dan Herlambang menunggu dengan cemas dan gelisah. "Pa, carikan dokter terbaik buat omaku!" pinta Anggi merajuk manja. "Tentu sayang, kita lakukan yang terbaik buat oma kamu," jawab Herlambang. "Kita menunggu dulu apa kata dokter?" ujar Herlambang menenangkan. Akhirnya dua dokter keluar dengan wajah lelah dan putus asa. "Bagaimana keadaan oma saya, Dokter?" tanya Anggi bergegas menghampiri dokter. "Operasi sudah berhasil tapi keadaan oma terluka parah. Berdoa saja agar beliau bisa melewati masa kritisnya," pesan dokter. "Dokter, tolong selamatkan oma saya, berapapun biayanya kita bayar!" kata Anggi memohon. "Kita sudah berusaha maksimal, Mbak," jawab dokter. "Bagaimana kalau kita membawa mama saya ke luar negeri saja. Dok?" sahut Herlambang. "Tunggu keadaan membaik dulu, Tuan! Kalau sekarang keadaanya belum memungkin
Aslan berusaha mencari biodata dosen-dosen di kampusnya. Dia menemukannya di perpustakaan. Dia mendapati status keduanya, yaitu dosen Anggi dan Angga sama-sama belum menikah. Tempat tinggal juga berbeda. Aslan memfoto dua biodata mereka karena penasaran dengan alamatnya juga. Saat mobil Angga keluar dari kampus sengaja Aslan membuntutinya. Sampai akhirnya Anggi berhenti di rumah mewah berpagar besi yang tinggi. "Angga, nggak usah mampir dulu ya aku lagi nggak mood nih," ujar Anggi sebelum turun dari mobil Angga. "Iya sudah, istirahatlah! Kapan-kapan saja kalau kamu sudah baikan moodnya aku datang ke rumah," jawab Angga. "Maaf ya Angga!" ucap Anggi sedih. "Sudah santai saja, masuklah!" sahut Angga. Akhirnya Angga pamit dan Anggi berjalan dengan lelah masuk ke halaman rumahnya yang sangat luas. "Dia menjadi dosen padahal anak konglomerat. Anehnya dia hanya mengendarai motor saat pergi ke kampus. Siapa orang yang bersamanya?
Anggi seperti biasa melajukan Scoopy kesayangannya dengan kencang karena dia tidak mau terlambat. Dosen killer yang terkenal disiplin dan tepat waktu itu tidak mau menjadi bulan-bulanan mahasiswa gara-gara terlambat. Ada sebuah mobil yang mengikuti dan berusaha memepetnya. Anggi yang mulai terjebak di trotoar dia menghentikan motornya. "Apa-apaan sih, apa mau kalian?" tanya Anggi emosi dengan dua orang lelaki yang keluar dari mobil itu dan menghampirinya. "Jangan berani bicara keras kepada kita, siapa kamu emangnya?" bentak salah satu diantaranya sambil menendang motor Anggi hingga terguling. "Apa urusanmu dengan aku, hah? Bahkan aku tidak mengenalmu, apa salahku? Kamu salah orang kali," hardik Anggi makin emosi. "Jangan bacot, ayo ikut!" ajak lelaki satunya menyeret lengan Anggi. "Lepaskan! Tolooooong!" teriak Anggi. Akhirnya dua lelaki itu menyeret Anggi masuk mobil. Saat salah satu lelaki itu membuka mobilnya, di dalam sedan
Dengan dongkol Anggi melajukan motornya dengan kencang. Sesampai di rumah lagi-lagi dia melihat mobil ayahnya terparkir di halaman. Herlambang bermain dengan Mika dan Miko di halaman rumah. "Mama ... mama ...!" sapa Mika dan Miko berteriak begitu melihat Anggi datang. "Kamu sudah pulang, Putriku," sapa Herlambang. "Iya," jawabnya dingin. "Sayang, apakah kamu tidak ingin membantu nenek di kantor? Di usianya yang sudah tidak kuat lagi, harusnya untuk bersantai malah harus berjuang sendiri. Tidakkah kamu kasihan, Anggi!" tanya Herlambang. "Maaf anda tidak perlu sibuk-sibuk ikut memikirkan hidupku," sahut Anggi ketus. "Sayang, kamu masih membenci ayah? Bagaimana cara ayah minta maaf padamu, apa yang harus ayah lakukan, Nak? Hidup ayah cukup tersiksa dengan keadaan ini. Anak yang kuimpikan ada di depan mataku, tapi aku tidak bisa memeluknya," ungkap Herlambang sedih. "Apa benar aku sekarang bekerja di Universitas milik ayah?" tanya
Anggi keluar toilet membersihkan tubuhnya dan bajunya. Hatinya masih dongkol dengan kejadian tadi. "Bagaimana dia beranggapan aku sudah menikah dan mempunyai anak? Dasar aneh, kamu sudah menghancurkan hidupku, aku akan membalasnya!" runtuknya. "Anggi?" teriak Angga memanggil. "Mas Angga?" jawabnya terperanjat. "Kenapa kamu basah kuyup?" tanya Angga heran. "Anak badung itu berulah, resek!" ujar Anggi. "Siapa? Mahasiswa?" "Aslan ... anak hukum," jawab Anggi kesal. "Kan murid kamu, kenapa sih?" tanya Angga penasaran. "Sombong, naik mobil menerjang genangan air otomatis aku yang di dekatnya terciprat air dong, mana air kotor pisan," jawab Anggi berapi-api karena emosi. "O dia? Tapi aku dengar dia cerdas lo, dulu pindahan dari London kan?" jawab Angga. "Udah, jangan dimasukin ke hati. Bukankah ini jam kamu mengajar di kelasnya?" tanya Angga. "Kok tahu?" "Ya tahulah, apa yang
"Aslan, masak sih dia sudah menikah dengan dosen muda itu? Tapi dia kan masih istrimu, kamu belum menceraikannya kok berani sih dia menikah, itu tidak sah menurut agama, Aslan," ujar Rio."Iya kamu benar, tapi aku sudah meninggalkannya tanpa sepatah kata pun," jawab Aslan.Aslan dan Rio melihat Anggi dan Angga semobil meninggalkan kampus. Anggi menatap Aslan dari spion, semua seperti mimpi bertemu orang yang paling dibenci tapi juga dirindukan.***Sesampai di rumah kembali Anggi bertemu Herlambang. Dia duduk di teras belakang rumah."Opaaaa!" teriak Mika dan Miko menghampiri Herlambang. Dua bocah kecil itu memeluk opanya dengan sayang karena rindu.Anggi tertegun, dia tidak bisa melihat anak-anaknya begitu dekat dengan opanya. Kalau dia tidak bisa menerima kehadirannya sebagai anaknya bagaimana bisa menerima Mika dan Miko sebagai cucunya."Opa kangen sekali sama kalian," ujar Herlambang kepada kedua cucunya."Anggi, bagaimana
"Aku tidak mengenalnya, Angga. Paling juga lelaki hidung belang," ujar Anggi berbohong. "Mika-Miko, jangan main jauh-jauh sayang!" pesan Anggi kepada kedua anaknya. "Ma, itu opa di sana," kata Mika sambil menunjuk ke arah Herlambang sedang duduk. "Bukan sayang," bantah Anggi sambil menarik tangan Mika yang sedang menunjuk Herlanbang dan dialihkan perhatiannya. "Iya Ma, itu opa ... mau ikut opa!" sahut Miko menimpali. "Mika, sayang, ayo kita melihat ikan cantik-cantik di kolam sana, ayo Miko, sayang!" ajak Anggi kepada kedua anaknya beranjak dari duduk. Tak sadar pandangan Anggi mengarah ke Herlambang yang kebetulan sedang memperhatikannya. Sesaat mereka saling berpandangan. Tatapan benci Anggi membuat Herlambang merasa bersalah. Tapi dia tidak berdaya, Herlambang takut kalau Pratiwi dan Nadya akan semakin membencinya setelah tahu kalau Anggi adalah anaknya yang selama ini sedang dicarinya. "Itulah kelemahan kamu yang aku benci,