Beranda / Romansa / Budak Nafsu Big Boss / Bab 1 hilangnya kesucian.

Share

Budak Nafsu Big Boss
Budak Nafsu Big Boss
Penulis: Adira

Bab 1 hilangnya kesucian.

Penulis: Adira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-22 01:17:15

Cekrek ... Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, yang mengagetkan Anjani.

Sontak Anjani mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi. Ia tau Barata baru menyelesaikan mandi besarnya. Terlihat rambutnya yang basah masih bertelanjang dada, sambil mengusap-usap rambutnya dengan handuk.

Sesaat ia berpikir dan baru menyadari kalau semalam dirinya menemani tidur tuan Barata. Seorang entrepreneur sukses, yang usianya baru menginjak tiga puluh tahun.

Anjani masih berbaring di ranjang, tubuhnya masih terasa lemas, ia enggan untuk segera beranjak dari ranjang, sebab permainan semalam bersama Barata yang menguras tenaga hingga terenggut kesuciannya.

Barata menatap dingin ke arah Anjani. Dan berjalan menghampiri Anjani yang masih berbaring dengan selimut masih menutupi tubuhnya yang belum memakai sehelai benang.

Secepat kilat tangan Barata menarik selimut yang menutupi tubuh Anjani,

"Cepat bangun, dan tinggalkan kamar ini, sebelum putri kecilku mengetahui kamu ada di kamarku!" Bentak Barata menunjuk ke arah pintu kamar.

Anjani tersentak. Melihat sikap Barata yang tiba-tiba berubah garang. Anjani cepat- cepat meraih selimutnya dan menutup kembali tubuhnya sambil duduk.

"Tuan, ada apa?" tanya Anjani bingung, matanya menatap Barata tajam.

Barata tersenyum sinis dengan menarik kedua ujung bibirnya ke bawah.

"Huh, Kenapa? Pertanyaan tolol! Bukankah transaksi kita sudah selesai.? Cepat keluar sebelum aku menyeret kamu keluar," jelas Barata yang semula matanya menyipit, berubah melotot ke arah Anjani.

Anjani kaget, tubuhnya gemetar melihat Barata mengeluarkan amarahnya. Cepat -cepat Anjani menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Dan turun dari ranjang hendak memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai untuk dikenakan kembali.

Anjani berpikir secepat itu Barata berubah, padahal semalam ia begitu lembut memperlakukan dirinya.

"Auuww ...!" jerit Anjani tiba-tiba.

Salah satu tangannya memegang bawah perutnya. Ia merasakan sakit yang amat sangat dan perih di sela-sela kedua pahanya ketika jongkok meraih pakaiannya.

Mendengar jeritan Anjani Barata malah tersenyum sinis, dan tak memperdulikan keadaan Anjani.

Ia meraih amplop berwarna coklat yang tergeletak di atas meja. Rupanya Barata sudah menyediakan amplop itu sejak tadi.

Tanpa disadari Anjani, sebuah amplop berwarna coklat melayang jatuh tepat di atas ranjang depan Anjani berdiri.

Anjani tersentak, mengalihkan pandangan ke wajah Barata yang berdiri menyilangkan kedua tangannya ke dadanya, menatap garang Anjani.

"Cepat Ambil dan keluar, itu upahmu yang sudah menemaniku tidur semalam!" suara kasar Barata dengan angkuhnya, seolah menertawakan perbuatan Anjani gadis kampung yang bodoh.

Anjani menatap amplop coklat di depannya. Ia tau, uang itu sangat dibutuhkan nya untuk biaya operasi ibunya.

Ia rela menjual tubuhnya ke Barata. Seorang majikannya yang terkenal kaya raya dengan julukan Sultan. Yang terkenal sangat dingin terhadap wanita. Dan selalu memandang rendah wanita. Ia mengira hampir semua wanita bisa dibelinya dengan uang. Dan semua wanita mayoritas mata duitan.

Ia menikahi Ayudya seorang model papan atas, hanya sebuah perjodohan.

Barata tak mau mengecewakan orang tuanya. Apalagi ia anak semata wayang dan pewaris tunggal. Yang mana orang tuanya seorang konglomerat ternama di negeri ini.

Anjani terdiam, gadis kampung yang usianya baru menginjak dua puluh tahun itu, tak berani mengatakan sepatah katapun. Sesekali ia memandang Barata lewat sudut matanya.

Anjani berusaha melangkah dengan tertatih-tatih menahan sakit pada kedua pahanya. Ia memunguti satu per satu pakaiannya, sesekali mendesah menahan sakit yang luar biasa pada organ intimnya. Ia berusaha memakai kembali pakaiannya.

Barata sepertinya tak sabar, melihat Anjani lama memakai pakaiannya. Ia kembali membentak Anjani agar Anjani cepat- cepat meninggalkan kamar.

"Cepat ... Tinggalkan kamar ini. Jangan manja, kau sudah aku bayar. Aku tak suka wanita manja," bentak Barata lagi, dengan mata melotot mengarah wajah Anjani, ia tetap tak perduli melihat ekspresi wajah Anjani yang merasakan sakit.

Tanpa berpikir panjang Anjani menarik seprai yang tampak ada noda merah. Anjani harus menghilangkan jejak noda itu, sebelum Ayudya istri Barata pulang dari luar kota, yang mendapat tugas membintangi iklan di salah satu produk kosmetik yang bekerja sama dengan Brand Ambasador

Sakit rasanya, sakit sekali mendengar kata-kata kasar Barata. Bahkan rasa perih yang tadi Anjani rasakan tak ada apa-apanya dibanding mendengar ucapan Barata yang mengusir dirinya bak binatang.

Namun, rasa sakit yang dirasakan Anjani perlahan hilang, ketika bayangan ibunya yang merintih menahan kesakitan. Anjani tak bisa membayangkan lagi, betapa bingungnya Arini adiknya menunggu kiriman transfer darinya.

Hanya demi uang, Anjani menjalankan semua ini. Ia tak mau kehilangan ibunya. ia tak perduli hinaan dan makian yang keluar dari mulut Barata.

Anjani meraih amplop yang tegeletak di atas ranjang. Perlahan ia melangkah keluar hendak keluar kamar.

Namun belum sampai Anjani keluar, tiba -tiba Barata menghentikan langkah Anjani.

Anjani membalikkan tubuhnya menghadap Barata. Dengan cepat Barata melempar seprei yang barusan diambilnya dari lemari, tepat mengenai wajah Anjani.

Anjani tersentak. Ia hanya diam dan tak bisa berbuat apa- apa. Anjani paham apa yang dilakukan Barata. Ia melangkah mendekati ranjang, untuk membenahi seprai yang belum terpasang. Dan ingin secepatnya menyelesaikan pekerjaannya untuk menemui Aura yang ada di kamar sebelah.

Tanpa Anjani sadari, dua bola mata Barata terus mengawasi gerak Anjani yang naik turun membenahi letak seprai.

Entah tiba-tiba Barata merasakan tubuhnya kembali panas, desir darah birahinya naik kembali. Ketika ia melihat tubuh sintal Anjani yang tampak montok berisi.

Barata tak bisa mengendalikan nafsunya, ia segera berdiri melangkah mendekati Anjani yang sudah berdiri hendak meninggalkan kamar. tanpa pikir panjang, Barata mendekap tubuh Anjani dari belakang.

Anjani tercekat, dengan mata memandang lurus ke depan. Ia bingung, ia tak berani menghindar dari dekapan tangan kekar Barata. Anjani yakin, kalau Barata ingin mengulangi apa yang tengah dilakukan semalam.

Padahal Anjani tak ingin mengulangi perbuatan laknat itu. Namun Anjani tak kuasa menolak.

Anjani takut kalau sampai ia menolak, ia bakalan dipecat dari pekerjaannya sebagai pengasuh Aura putri Barata yang baru berusia lima tahun.

Apalagi Anjani baru lima bulan bekerja di rumah Barata, menggantikan Astuti teman satu kampung, yang berhenti sebab menikah.

Kalau sampai itu terjadi, Anjani takut dipecat, hanya karena tak mau melayani majikan laki-lakinya. Dan uang darimana untuk membiayai sekolah kedua adiknya, serta membiayai kebutuhan ibunya. Apalagi semenjak bapaknya meninggal satu tahun yang lalu, ibunya sakit-sakitan. Anjani tak bisa meneruskan sekolahnya, hanya kelas dua SMA, Anjani keluar sebab ibunya tak bisa membiayai sekolah Anjani.

"Anjani, aku ingin menikmati tubuhmu lagi." bisik Barata di telinga Anjani. Dengan mencium leher jenjang Anjani, serta menggigit lembut ceruk leher Anjani.

"Tapi Tuan, saya harus segera ke kamar nona Aura, waktunya nona Aura berangkat sekolah," ucap Anjani memberanikan diri dengan kata-kata lembut agar Barata tak tersinggung.

Namun tiba-tiba Barata membentak dengan suara keras.

"Diam, itu urusanmu! Jangan sekali-kali membantah perintahku! Kalau tidak, aku akan mengatakan sama istriku kalau kau sudah menggodaku," ancam Barata dengan membalikkan tubuh Anjani kasar. Hingga wajah Anjani tepat menghadap wajah Barata yang masih bertelanjang dada.

Barata sudah tak bisa menguasai nafsunya ia menekan tubuh Anjani kuat-kuat, serta menciumi wajah Anjani penuh nafsu. tangannya menelusuri setiap lekuk tubuh Anjani dengan meremas-remas bagian tubuh sensitif Anjani.

Anjani kembali pasrah apa yang hendak diperbuat Barata. Bekas rasa sakit itu masih terasa, namun Barata masih menginginkan kembali.

Barata mendorong tubuh Anjani hingga jatuh ke ranjang serta menindihnya.

Namun kepasrahan itu tak membuat Barata bersikap lembut. Ia malah memperlakukan Anjani dengan kasar. Hingga Anjani memberanikan diri mengatakan.

"Bukankah transaksi itu sudah selesai, Tuan?"

Tiba-tiba mata Barata melotot. sebuah tamparan hinggap di pipi Anjani.

Plaakkk ...

"Aduuh!" pekik Anjani sambil mengusap pipinya yang terasa panas.

"Wanita bodoh, aku membayarmu. Kau budakku sekarang, tau?"

Anjani menggigit bibirnya sendiri menahan kesakitan dengan menepuk-nepuk pipinya yang memerah bekas tamparan tangan Barata.

Mata Anjani berkaca- kaca, ia menahannya agar airmata tak jatuh di hadapan Barata.

Ia takut Barata akan mengumpatnya serta menamparnya kembali.

Anjani masih merasakan perihnya pada selangkangannya, dan ketambahan lagi pipinya kena tamparan tangan Barata.

Namun Barata sepertinya tak memperdulikannya rasa sakit yang Anjani rasakan. Yang Barata inginkan kepuasan berhubungan dengan Anjani. Apalagi bisa merenggut kesuciannya yang mana selama menikah dengan Ayudya ia tidak merasakan kesucian pada Ayudya di malam pertama.

Ting, tung, ting tung, ting tung ...

Bunyi ponsel Barata yang tergeletak di meja kamar, mengagetkan Barata.

Namun Barata tak segera beranjak dari atas tubuh Anjani. Ia terus menghujamkan ciuman ke wajah Anjani serta membuka satu per satu kancing baju Anjani.

Suara ponsel Barata semakin lama semakin memekakkan telinga, dan sangat mengganggu aktifitas Barata.

"Huh ...!" keluh Barata dengan kesal, dengan terpaksa Barata beranjak dari tubuh Anjani. Ia melangkah ke meja dimana ponselnya tergeletak.

Bergegas Barata meraih ponselnya serta memandang tulisan pada layar ponsel.

Seketika mata Barata membulat sempurna sambil bergumam kecil, "Mama Aura?"

Barata mengarahkan ponselnya ke arah telinganya.

"Sayang aku sudah di depan rumah!" suara Ayudya dalam ponsel yang membuat Barata panik dan bingung

"I, iya Say. Aku akan ke depan menyambutmu," suara gugup Barata sambil menutup ponselnya.

"Cepat keluar dari sini!" teriak Barata dengan mata melotot mengarah ke Anjani.

Anjani bingung, tubuhnya gemetar, ia cepat melompat turun dari ranjang dan meraih seprai yang kotor beserta amplopnya. Anjani merapikan letak pakaiannya kembali. Ia tau dan mendengar pembicaraan Barata dan Ayudya dalam ponsel, kalau Ayudya sudah pulang dan berada di halaman rumah.

"Awas! Sampai kau bocorkan rahasia ini," ancam Barata pada Anjani, sambil membenahi celananya yang agak miring.

Cekrek ... Suara pintu kamar yang tak terkunci terbuka, berdiri Ayudya di ambang pintu dengan senyum sumringah menatap Barata.

Namun senyum Ayudya seketika berubah, saat melihat Anjani berdiri dekat ranjang sambil mendekap seprai. Serta mata Ayudya beralih ke arah Barata yang bertelanjang dada berdiri kaku memandang Ayudya.

Tatapan curiga menyeringai wajah Ayudya, saat memandang Anjani dan Barata suaminya berada di kamar.

"Kamu Anjani? Kenapa berada di sini?"

Anjani tak berani menatap Ayudya, ia hanya menunduk.

Bersambung.

Pembaca, bagaimana sikap Ayudya melihat Anjani berada di kamarnya? baca lanjutannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Raden Aska
geregetan sama Barata
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 2. Curiga.

    Tubuh Anjani gemetar. Ia tak berani menatap mata Ayudya yang mulai ada rasa curiga. Terdengar lagi suara Ayudya dengan nada menekan agar Anjani menjawab. "Anjani! Kenapa kau diam?" tanya tegas Ayudya dengan langkah mendekati Anjani. "Mm, sa ... Saya ..." gugup Anjani tanpa memandang Ayudya. Belum Anjani meneruskan kata-kata, terdengar suara Barata memotong pembicaraan Anjani. "Say, Anjani aku suruh mengganti seprai. Bukankah bibi Suti sedang pulang kampung?" suara lembut Barata menjelaskan, dan melangkah mendekati Ayudya yang terlihat masih tak percaya dengan ucapan Barata. Apalagi Barata tertangkap basah bertelanjang dada yang tak biasa Barata lakukan di depan orang lain selain Ayudya."Anjani, benarkah itu?" tanya Ayudya terlihat tak mempercayai. Anjani masih menunduk, ia masih tak berani menatap sedikitpun Ayudya. Ia berbohong dengan menganggukkan kepala, menyetujui perkataan Barata. "Ya nyonya, permisi saya hendak ke kamar nona kecil." Anjani melangkah hendak meninggalkan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22
  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 3 laki-laki misterius.

    Teriakan Anjani membuat Barata yang masih duduk di dekatnya tersentak, ia memandang Anjani lewat kerling matanya, dengan wajah yang kurang suka pada sikap Anjani. "Disgusting." lirih Barata. Anjani tersentak kaget, dan sekilas memandang Barata, ia tak mengerti dengan bahasa yang barusan diucapkan Barata. Anjani mengalihkan pandangannya. Ia menatap sekeliling lewat kaca mobil. Dan bertanya pada dirinya sendiri. Kenapa Barata membawa dirinya ke sini? Dan rumah siapa ini? Anjani yang buta akan perkotaan hanya membisu seribu basa, hendak menanyakan pada Barata, tak ada keberanian untuk bertanya. Yang ia pikirkan hanya bagaimana nanti kalau sampai Barata menganiaya dan membunuhnya. "Kenapa diam? Ayo keluar?" ucap Barata bernada tinggi sambil membuka pintu mobil, dan beranjak dari jog mobil untuk keluar. Anjani tetap diam tak menghiraukan ucapan Barata. Ia tak bergerak dari posisinya yang masih duduk di dalam jog mobil. Dan hanya melirik pada Barata lewat kaca mobil tanpa ingin ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 4. Kalung bertahta permata.

    "Kurang ajar kau!" Laki-laki itu melepas tubuh Anjani, dan mengangkat tubuh Anjani, serta melemparnya ke atas ranjang. Anjani menjerit, ia merasakan kesakitan, Dan mencoba berdiri serta turun dari ranjang hendak lari keluar. Namun belum sampai Anjani turun, laki-laki itu dengan sigap meraih kaki Anjani dan menyeret Anjani ke arah pinggir serta menindih tubuh Anjani. Anjani masih berusaha melepas tubuh laki-laki itu. Tapi sia-sia tangan laki-laki itu lebih kuat mencengkeram tubuh Anjani. Anjani tak kehabisan akal, ia dengan cepat menggigit lagi lengan laki-laki itu hingga laki-laki itu merasakan kesakitan ke dua kalinya gigitan Anjani. Plaaak ... Plaaak ... Dua tamparan mendarat pada kedua pipi Anjani, tubuh Anjani limbung dan Anjani tak sadarkan diri. Laki-laki itu tak menyia-nyiakan kesempatan. ia dengan leluasa menikmati tubuh Anjani. Anjani merasakan antara sadar dan tidak. Anjani juga masih bisa merasakan apa yang di lakukan laki-laki itu pada dirinya. Namun matanya ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 5. Barata ketagihan lagi.

    Dalam lingkup sekolahan siapa yang tak kenal Aura, putri seorang konglomerat ternama, dan nama orang tuanya sangat populer, di samping mamanya Aura juga berprofesi sebagai artis ternama. "Saya kurang tau, kalau nggak salah mobilnya berwarna hitam, sebab mobilnya terparkir di sana." Satpam menunjuk seberang jalan yang berjarak lima puluh meter. "Tapi yang jelas bukan bang Andi yang biasa menjemput nona Aura, laki-laki tadi mengatakan kalau dia anak buah tuan Barata," ungkap satpam. "Apa ...?!" teriak Anjani dengan mata membulat sempurna. Anjani semakin panik tubuhnya gemetar. Ia takut, kalau sampai yang menjemput Aura bukan perintah Barata. Apalagi Barata tak mengatakan apa-apa semenjak berada di rumah tadi. Tanpa pikir Panjang dan tanpa pamit satpam, Anjani bergegas menghampiri tukang ojeg yang masih menunggu dirinya. "Bang ke perumahan Permata Indah." Tanpa menjawab kata-kata Anjani, tukang ojeg dengan cepat menjalankan sepeda motornya. Pikiran Anjani semakin t

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 6 Sandiwara.

    Anjani membalikkan tubuhnya, melangkah mendekati ranjang tempat Aura berbaring, dengan detak jantung tak beraturan. Ia menghela nafas panjang dan menghempaskan dengan kasar, perasaannya kembali lega melihat mata Aura yang masih terpejam sambil berpindah posisi membelakangi Anjani. "Ia mengigau," lirih Anjani dan beralih pandangan ke arah Barata yang masih berdiri menegang. "Tuan, maaf tinggalkan saya disini. Saya takut nona Aura terbangun." Barata menanggapi perkataan Anjani dengan manggut-manggut. "Ya, tapi aku ingin besok kau temani aku tidur di hotel." Anjani tersentak, matanya membulat sempurna menatap tajam Barata. "Bagaimana mungkin Tuan! Bibi Suti pasti curiga, trus apa alasan saya nanti pada bibi Suti? Dan siapa yang menjemput nona Aura nanti?" "Dasar bodoh." Barata tersenyum sinis, menghampiri Anjani yang masih berdiri dekat ranjang. "Bilang kalau kau ingin pulang ke kampung dan ibumu sakit?" ucap Barata dengan nada lirih. Anjani diam tatapan matanya masih

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 7 pasrah.

    Anjani yang semula pandangannya mengarah ke samping dengan melihat suasana kota lewat jendela kaca mobil, beralih pandangan ke arah sopir. Ia hendak menanyakan tentang tiket kereta api yang kata Ayudya sudah di bawa sopir. "Bang maaf, apakah tiket kereta api, Abang yang bawa?" Sopir yang memakai topi hitam dengan kacamata hitam yang bertengger di wajahnya hanya menjawab singkat. "Ya." Anjani lega tanpa mengatakan apa- apa. Ia diam lagi dengan pikiran tentang Barata yang menyuruh dirinya menunggu di taman Senopati. Dalam hati Anjani ia tak ingin menemui Barata. Ini kesempatan Anjani pergi dari rumah Barata dan pulang kampung dan tak menginginkan kembali lagi ke kota. Ia berencana akan mencari pekerjaan di kotanya. Entah menjadi pembantu rumah tangga atau buruh cuci baju para tetangga, yang penting ia terlepas dari budak nafsu Barata. Tiba- tiba Anjani merasakan kepalanya pusing serta berputar- putar. Anjani mencoba memijat - mijat keningnya dengan jari-jarinya. Agar sedikit agak h

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 8 Anjani terjebak.

    Apa ...?!" mata Anjani melotot memandang Barata yang masih juga tak beranjak dari pembaringannya.Anjani menarik nafas dalam- dalam dengan memejamkan mata menahan kekesalan mendengar ucapan Barata. Ia berpikir kalau Barata benar-benar memperlakukan dirinya sebagai budak nafsu. Bukan nafsu Barata saja, tapi nafsu temannya juga. "Tuan, maafkan saya. Kali ini saya mohon jangan lakukan itu. saya melakukan semua ini karena dulu saya butuh uang untuk biaya sakit ibuku. Kalau tidak saya tak akan melakukannya. Semua ini sebuah keterpaksaan."Barata tersenyum sinis dengan cepat menyibakkan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, serta turun dari ranjang. Anjani hanya menatap diam, menunggu jawaban dari Barata dengan jantung berdebar-debar. Dan melihat Barata meraih handuk yang ada di sandaran kursi, serta melilitkan ke bagian pinggangnya. "Dia membayarmu, aku tau kau butuh uang untuk menghidupi keluargamu di kampung. Jangan tolak itu sebuah rejeki." Barata melirik ekspresi wajah Anjani.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 9 pupus harapan.

    Anjani menguap terus menerus, telapak tangannya sebagai nampan mulutnya yang terbuka lebar. Semakin lama mata Anjani semakin berat, ia tak bisa mengedalikannya, tubuhnya lemas dan terkulai di atas sofa tak berdaya. Matanya mulai susah untuk dibuka. Dan Anjani tertidur pulas meringkuk diatas sofa. Namun tidurnya Anjani masih bisa merasakan apa yang dilakukan Bima. Ia merasakan tubuhnya diangkat oleh Bima dan dibaringkan di sebuah ranjang yang semalam sebagai saksi bisu pergulatan antara Barata dan Anjani. Namun kali ini ganti Bima yang merajai tubuh Anjani. Dalam tidurnya Anjani berpikir. Kenapa matanya begitu berat untuk dibuka, padahal secapek apapun tubuhnya jika ia tidur, dan ada sosok yang ada didekatnya Anjani terasa dan terjaga dari tidurnya, Namun kali ini Anjani tak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya begitu lemah. Anjani juga bisa merasakan, apa yang dilakukan Bima pada dirinya, dengan melucuti pakaiannya satu per satu, serta mempermainkan sesuatu bagian tubuh Anjani yang s

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26

Bab terbaru

  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 79 tak nyaman.

    "Nyonya?" ucap tante Rita lirih dengan memandang pak Sastro dan Anjani secara bergantian. "udah Mbak, ajak Ain kesini," sela Arini. "Ya Anjani, suruh suster Mery sama Ain ke sini?" ungkap bu Ayu. "Tapi Nyonya, Ain tak mau diajak suster ke sini, maunya sama Nyonya," sela Romi. Anjani mengangguk, dengan cepat Anjani melangkah keluar kantin. "Dia bangun tidur, jadi rewel," ungkap Arini yang dibarengi berdirinya Irfan hendak menyusul Anjani. "Sudah Ma, ayok silahkan makan dulu, biasa anak kecil rewel. Jangan di buat ribut." Bu Ayu berdiri menghampiri tante Rita dan pak Sastro untuk mengajak mengambil makanan terlebih dahulu.Tante Rita berdiri di ikuti pak Sastro untuk mengambil hidangan prasmanan yang sudah disajikan. Ia mendekati bu Ayu sambil berbisik. "Memang kerja suami Mbak Anjani itu apa sih Bu?" Bu Ayu tersenyum, "pengusaha jeng, kemarin bilang kalau suaminya punya perusahaan, tapi saya juga nggak tau persisnya bekerja apa, nikah saja saya nggak di kabari. Itu yang membuat

  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 78 Anjani tak dianggap

    Hari yang indah untuk keluarga bu Ayu, dengan berakhirnya kelulusan Arini, Sarjana Ekonomi di sandang Arini. Ucapan selamat untuk Arini berdatangan, di loby gedung kampus tempat acara wisuda Arini. Anjani yang diam berdiri di dekat kerumunan teman-teman Arini, menatap adiknya yang tersirat aura kebahagiaan. Ia hanya bisa memandang kebahagiaan adiknya. Tanpa harus ikut dalam jepretan fto- fto yang akan di abadikan. Arini juga tampak cuek dengan Anjani, ia sibuk berfto-fto ria dengan teman- temannya. Bahkan dengan keluarga Galang calon suami Arini yang hari ini juga ikut moment wisuda Arini. Bu Ayu tampak tersenyum bangga, sesekali berbicara pada orang tua teman Arini dan orang tua Galang, yang kebetulan berdiri di dekat bu Ayu."Ayo ganti fto keluarga tante Rita," ucap Arini memanggil nama orang tua Galang dengan sebutan tante Rita. Entah pemandangan itu membuat Anjani bukannya bahagia, ia malah sedih. Sedikitpun tak tersentuh panggilan Arini pada dirinya, apa memang lupa atau mal

  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 77 bu Ayu marah.

    Anjani ragu, ketika menginjakkan kakinya ke kampung halaman. Dan tentu keluarganya akan menanyakan siapa Airin. Sebegitu cepat Anjani mempunyai anak, dan kenapa menikah tanpa kabar- kabar keluarga di kampung. Namun Suster Mery yang sudah di gembleng lebih dahulu oleh Anjani tentang nama Anjani yang berganti Lolita, Anjani mengatakan kalau itu nama panggilan kesayangan Abilawa pada dirinya. Suster Mery menuruti apa yang dikatakan Anjani. Ia tak mau tau dengan hal itu. Yang di utamakan suster Mery bekerja dan bekerja. Seandainya bos nya meminta suster Mery harus melakukan ini itu, kalau demi kebaikan ya tentu menuruti. "Duh anak Mbak, cantik," ungkap Arini yang gemas dengan mentowel pipi Ain. "Ikut tante yok? Ajak Arini dengan menjulurkan tangannya ke arah Ain, yang tengah duduk di pangkuan bu Ayu dengan memainkan layar ponsel. Biasa anak jaman sekarang anteng bila di beri mainan ponsel. Tapi Anjani maupun suster Mery selalu membatasi, hanya jam tertentu Ain diperbolehkan main Pons

  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 76 Grace di usir.

    Anjani punya masukan lagi dari bibi Narti sebagai bahan bukti kalau Grace benar- benar memasukkan Faizal ke dalam kamar. Anjani harus mempertahankan kebenaran. Urusan Abilawa membeliksn mobil Grace itu urusan lain. Bagaimanapun Grace adalah anak sambung. Tapi Anjani juga tak mau Abilawa di peras hartanya oleh manusia manusia picik seperti Istri-istri Abilawa. Ia hanya butuh harta Abilawa tapi tak mencintainya. Bahkan Anjani juga mendengar cerita dari bibi Narti, kalau Lidya atau Dewi sering memasukkan laki laki lain di rumahnya jika Abilawa sedang luar kota. Cerita itu didapat bibi Narti dari teman kampungnya yang bekerja sebagai pembantu di rumah Lidya. Tapi untuk masalah itu, Anjani tak mau mengurusinya, itu pribadi mereka.***Tiga hari Anjani belajar di kantor Abilawa, ia begitu bersemangat. Niat untuk belajar ada dan tak sedikitpun mempunyai keinginan menguasai perusahaan apabila Anjani sudah pinter. Ilmu buat Anjani segala-galanya, dan tiba waktunya Anjani harus libur sementar

  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 75 Kebohongan Grace.

    Anjani panik, berjalan kesana kemari, mencari keberadaan Denis. Namun ia tak menemukan Denis ada di ruangan. Perlahan Anjani melangkah mendekati kamar Grace. Ia ingin tau apakah laki- laki bernama Faizal ada di dalam kamar Grace. Kalau memang ada di kamar Grace, bagaimana jika terjadi sesuatu. Mereka bukan suami istri, Grace masih status pelajar dan sudah dewasa, dikamar berdua lain jenis apa yang bakal dilakukan kalau bukan hal semacam itu. Anjani berdiri diam di depan pintu kamar Grace, ia mengangkat tangannya, dan menempelkan ke pintu kamar Grace, hendak mengetuk, namun tiba- tiba niatnya terhenti, ia takut jika Grace benar-benar ada di kamar berduaan dengan Faizal. "Ma ...!" suara dari belakang mengagetkan Anjani. Anjani menoleh ke belakang dengan gugup ia menyapa. "Ohh ... Papa ... Anu eh, aku ingin menemui Grace tapi takut mengganggu sebab baru saja dia pulang sekolah. Tanpa basa-basi Abilawa langsung mendekati pintu kamar Grace. Melihat hal itu Anjani bingung ia hendak me

  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 74. Grace bersama laki- laki.

    Anjani diam menatap Grace yang bertingkah tak sopan. Tanpa bicara sedikitpun Anjani nemunguti dua lembar uang di lantai. Ia tak ambil pusing dengan ejekan Grace. "Uhh, ternyata di ambil juga tuh uang, dasar kere, kampungan." Grace meninggal kan Anjani yang menyayangkan uang dua ratus ribu fi buang begitu saja, ingat jaman masih di kampung uang segitu begitu banyak. Jangankan uang dua ratus ribu. Uang seribu saja susah untuk mendapatkannya. Anjani membiarkan Grace meninggalkan dirinya, namun dalam hati Anjani tak tega juga, ia berpikir bagaimana nanti kalau Grace di luar tak punya uang. Ia diam sejenak sembari berpikir bagaimana mendapatkan uang untuk Grace, ia harus keluar dulu ke ATM. Anjani kembali masuk kamar, mengambil dompet yang berisi ATM. Ia melangkah keluar hendak menyuruh Romi mengantar ke depan. Bari saja kaki. Anjani menginginjakkan ruang tamu. Ia melihat Grace duduk di ruang tamu dengan seorang laki-laki. Yang usianya lebih tua dari Grace. Anjani menghentikan langk

  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 73 Sikap Grace.

    Dalam hati Anjani tertawa melihat kelakuan Lidya dan Grace. Ia membiarkan kecurigaan itu berlanjut, justru Anjani hendak membuat Lidya dan Grace semakin curiga, dan mengira dirinya ada hubungan khusus dengan Denis. Hari-hari pun di gunakan Anjani semakin dekat dengan Denis. Siang itu sengaja kepulangan Grace dari sekolah yang di jemput oleh Romi sang sopir. Grace keluar dari mobil tampak marah. Grace masuk rumah dengan wajah tak bersahabat ketika melintasi duduk Anjani dan Denis di ruang tamu. Ia berlalu begitu saja tanpa menyapa Anjani. Anjani memandang Denis, menarik ujung matanya ke atas. Sepertinya menanyakan kelakuan Grace dalam bahasa isyarat. Denis hanya menggelengkan kepala, dan mengatakan agar Anjani tidak ikut campur urusan pribadi Grace. "Masuk lah ke dalam Nyonya Loli, biarkan nona Grace." Anjani berdiri, tapi dirinya tak merasa enak jika membiarkan keadaan Grace. Nanti bakal di salahkan, tanpa persetujuan Denis Anjani melangkah menuju kamar Grace. Tok, tok, tok ..

  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 72. kedatangan Grace.

    Klik Tangan Denis menekan tombol listrik, ruangan yang gelap berubah terang. "Maaf Nyonya, saya tinggal dulu," pamit Danis dengan membungkukkan tubuhnya tanda hormat. Anjani menganggukkan kepala. Dan beralih pandangan ke ekspresi Grace yang sepertinya jijik dan tak suka. Grace menggeleng-gelengkan kepala. "Tak seindah kamarku di rumah, ini mah gudang!""Graceee ...!" suara keras Lidya memperingatkan agar Grace tak banyak bicara. "Ini kamar sudah di bersihkan, dan semua ini kehendak tuan Abilawa, tuan Abilawa memberikan yang terbaik untuk Nona Grace," ungkap Anjani. "Maaf saya harus pergi, melihat Ain anak saya." Anjani membalikkan tubuhnya serta keluar dari kamar. Namun Anjani tidaklah meninggalkan ruangan. Ia sembunyi di dekat dinding, ingin mendengarkan apa rencana Lidya dan Grace.Dugaan Anjani tak meleset, Lidya merencanakan sesuatu, Anjani mendengar jelas percakapan Lidya dan Grace. Dengan cepat Anjani mengeluarkan ponselnya dan merekam semua percakapan Mereka. "Diamlah

  • Budak Nafsu Big Boss   Bab 71 Grace tinggal di rumah Anjani.

    Pikiran Anjani terus terbayang Grace yang akan tinggal satu atap dengannya, dan kata-kata bibi Narti tadi siang yang membeberkan tentang kelakuan Grace. Hingga menjelang pagi mata Anjani tak bisa terpejam. Dentangan jam di sudut ruang kamar Anjani sudah menunjukkan angka empat pagi, Anjani beranjak dari tempat tidurnya. Tampak Airin yang tidur disebalahnya tampak pulas, entah sudah dia malam Anjani menginginkan tidur sama Airin yang biasanya Airin tidur di kamarnya sendiri, kadang Anjani yang pindah tempat ke kamar Airin. Anjani tau semua itu ia lakukan karena Abilawa tentu berada di kamarnya sendiri, jika tidak tentu berada di rumah salah satu istrinya. Anjani melangkah ke kamar mandi, hendak menunaikan kewajiban sebagai umat muslim. Apalagi sudah terdengar azan shubuh dari kejauhan. Anjani masih duduk tepekur di atas sajadah dengan tangan menengadah ke atas, ia merasa bersyukur dalam keadaan bagaimanapun masih ingat akan Tuhannya. Walau Allah memberikan pekerjaan sebagai wani

DMCA.com Protection Status