Beranda / Romansa / BURONAN / 5. LAMARAN YANG DITOLAK

Share

5. LAMARAN YANG DITOLAK

Di tengah malam yang sunyi sepi, lantunan ayat-ayat suci Al-Quran terdengar dari Flat sebelah yang di tempati oleh sepasang suami istri muslim bernama Khalid dan Zakiya.

Mereka adalah tetangga baru di sebelah flat yang di huni Sammy.

Semenjak kedatangan mereka, malam-malam sunyi di flat kian menghilang. Berganti dengan irama merdu nan syahdu yang kerap menjadi penghantar tidur Sammy.

Menurut Sammy, suara Zakiya saat membaca kitab suci itu bahkan jauh lebih merdu dari penyanyi-penyanyi diva Indonesia.

Tak jarang, hati Sammy merasa lebih tenang setelah mendengar lantunan doa-doa itu, meski dia sendiri tidak tahu apa arti doa-doa yang dibacakan Zakiya.

Tapi yang pasti, Sammy berterima kasih pada Zakiya karena sudah memberinya hiburan gratis setiap malam.

Sammy masih larut dalam konsentrasinya mendengarkan lantunan ayat-ayat suci itu ketika sebuah suara keras terdengar dari luar flatnya.

Seperti suara pintu yang digedor dengan sangat keras.

Sammy terkejut, dia langsung berjalan keluar dari flatnya.

"Sudah berapa kali aku ingatkan, jangan berisik malam-malam begini! Kami tidak bisa tidur! KATAKAN PADA ISTRIMU ITU KHALID, SURUH DIA BERHENTI MENGAJI!" Hardik seorang lelaki bertubuh tinggi besar yang juga penghuni salah satu flat di sana.

Lelaki itu berdiri di depan pintu Flat Khalid sambil berkacak pinggang.

"Maaf, maafkan kami Mr. Maafkan istri saya. Kami akan memelankan suara kami jika mengaji, maaf sekali lagi," kata Khalid dengan wajah bersalah.

Sammy berjalan mendekat.

"Heh, tua bangka! Mereka itu cuma mengaji, bukan menyetel musik disco keras-keras seperti yang anak perempuanmu lakukan! Harusnya kalau kamu mau marah, marahi sana anak perempuanmu itu!" Ucap Sammy dengan nada marah.

Lelaki yang dipanggil tua bangka itu jadi tambah meradang. "Heh, apa urusanmu dengan mereka? Memang kamu itu siapanya mereka? Tidak usah ikut campur!" Sentaknya dengan bola mata yang hampir keluar.

Khalid buru-buru menengahi keributan kecil itu sebelum keadaan jadi bertambah runyam dengan mengakui bahwa semua masalah memang karena salah istrinya yang bersuara terlalu kencang saat mengaji di sepertiga malam seperti saat ini.

Lelaki paruh baya bernama Mr. Harry itu pun pergi. Meninggalkan Khalid dan Sammy sambil terus bersungut-sungut.

"Terima kasih, Mr. Hans," kata Khalid pada Sammy. Semua orang yang mengenal Sammy di sekitar flat memang tak mengetahui nama asli Sammy karena Sammy sadar dirinya seorang buronan, itulah sebabnya dia harus menyembunyikan identitas aslinya dari dunia.

"Anda dan istri anda itu tidak bersalah, Pak Khalid. Seharusnya anda tidak perlu mengalah," kata Sammy yang dongkol setengah mati dengan kelakuan si tua bangka Harry.

Khalid tersenyum sumringah.

"Dalam islam, mengalah itu bukan berarti kalah, Mr. Hans. Terkadang, sikap mengalah menjadi solusi untuk meredam dan mengakhiri sebuah konflik demi menghindari situasi yang lebih serius. Selagi masalahnya masih bisa terselesaikan dengan cara mengalah, itu akan lebih baik daripada bersikap mementingkan harga diri yang berujung pada keributan yang lebih besar lagi. Saya dan istri hanya tidak ingin emosi Tuan Harry semakin meledak," jelas Khalid panjang lebar.

Sammy jadi terdiam. Apa yang dikatakan Khalid semua benar.

Zakiya memanggil suaminya untuk memberitahu bahwa makanan untuk mereka sahur sudah tersedia karena kebetulan ini bulan Ramadhan dalam kalender Islam, dimana seluruh umat muslim di dunia di wajibkan untuk berpuasa.

Khalid mengajak Sammy untuk mampir dan ikut makan bersama.

Kebetulan Sammy memang belum makan sejak kemarin sore. Perutnya yang lapar membuat lelaki itu terjaga sepanjang malam.

Sammy makan dengan lahap pagi itu. Masakan Zakiya sangat lezat.

Sammy berharap, jika dia memiliki istri nanti dia ingin istri yang seperti Zakiya, bisa memasak masakan lezat untuknya setiap hari.

"Tambah lagi, Mr. Hans?" tanya Khalid menawarkan.

"Wah, tidak terima kasih. Saya sudah kenyang," tolak Sammy dengan sopan.

Tangisan suara bayi terdengar dari arah kamar. Zakiya langsung bangkit dari meja makan untuk menengok bayi mereka.

Tak lama, Zakiya keluar dengan seorang bayi mungil berjenis kelamin perempuan dalam gendongannya. Zakiya memberikan bayi itu pada suaminya karena dirinya hendak membenahi perabotan bekas mereka makan.

"Wah, lucu sekali anaknya Pak Khalid," seru Sammy sambil tersenyum lebar. Dia menggenggam jemari mungil bayi yang kini di gendong Khalid. "Berapa bulan Pak?" tanya Sammy sambil bermain cilukba.

"Sepuluh bulan," jawab Khalid.

Bayi mungil bernama Khaira itu tertawa saat Sammy menggodanya.

Tawa bayi itu terdengar sangat geli.

"Duh, genitnya anak Abi. Ngerti digodain sama cowok ganteng," canda Khalid.

Sammy jadi tertawa.

Keharmonisan keluarga muslim itu membuat Sammy kagum.

Sekaligus, iri.

*****

Di sebuah hotel mewah berbintang lima di pusat Jakarta, seorang lelaki bersorban dengan empat bodyguard yang mengiringi langkahnya masuk ke dalam salah satu kamar hotel.

Sebuah kamar yang dihuni oleh Ahmed, anak lelaki kesayangannya.

"Bagaimana Ayah? Apa jawaban Rania?" tanya Ahmed penuh antusias. Bahkan semalaman tadi lelaki berparas tampan itu tidak bisa tidur karena terus memikirkan jawaban atas pinangannya.

Untungnya dia tidak harus menunggu sampai hari Raya tiba karena malam tadi, selang satu hari setelah dirinya datang melamar Rania, perempuan bercadar itu langsung memberikan jawabannya.

Ahmed sendiri tidak mengerti, kenapa dia begitu tertarik saat sang Ayah memperlihatkan foto seorang gadis bernama Rania padanya beberapa hari yang lalu.

Seolah ada sebuah magnet yang menarik hatinya dan membuat ingatannya terus menempel pada gadis itu.

Bahkan saat ayahnya mengatakan kalau Rania adalah seorang janda, Ahmed tidak keberatan.

Padahal selama ini, banyak sekali wanita cantik yang jelas-jelas masih suci wara-wiri dalam kehidupan Ahmed, namun tak ada satu pun dari wanita itu yang membuatnya tertarik.

"Duduk dulu, Ahmed," kata sang Ayah.

Ayah dan anak itu duduk saling berhadapan di sofa.

Ahmed menunggu dengan tidak sabar.

Hingga akhirnya, sang Ayah pun berkata.

"Rania, menolak lamaranmu. Tuan Bastian bilang, Rania sudah memiliki pilihan lain. Dia hendak rujuk dengan mantan suaminya,"

Ke dua bahu Ahmed merosot perlahan.

Dia benar-benar tak percaya dengan apa yang di dengarnya dari sang Ayah.

Rania menolak lamarannya?

Berani betul perempuan itu?

Apa dia tidak tahu siapa sebenarnya Ahmed Malik Assegaf?

Ahmed benar-benar kecewa.

Kekecewaan yang mendalam.

Hingga membuatnya mendendam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status