Home / Romansa / BURONAN / 9. SAMPAI MAUT MEMISAHKAN

Share

9. SAMPAI MAUT MEMISAHKAN

Author: Herofah
last update Last Updated: 2021-11-07 05:18:48

Selepas menunaikan shalat shubuh berjamaah di kamar hotel, Rakha dan Rania sempat berolah raga pagi mengelilingi area taman perhotelan mewah tempatnya melangsungkan resepsi pernikahan kemarin.

Mereka sarapan pagi dengan menu makanan yang Rakha sendiri tidak tahu apa namanya.

Semua masakan yang dihidangkan di hotel itu sepertinya masakan luar.

Sarapan pagi di hotel itu tersedia dalam bentuk prasmanan di mana para pengunjung bisa leluasa memilih dan mengambil sendiri menu sarapan yang sesuai dengan selera mereka.

"Ini apa namanya?" tanya Rakha sambil menunjuk ke arah menu makanan dihadapannya. Dia berbisik pada istrinya yang berdiri di belakangnya.

"Itu pancake, Mas! Norak banget sih gitu aja nggak tahu," Rania jadi sewot.

Rakha malah tersenyum. "Ya maklum, sayakan orang kampung. Biasa sarapan sama gudeg atau nasi kebuli di Jogya. Kalau di Jakarta, taunya sarapan sama bubur ayam, enak tuh," ujarnya sambil tertawa kecil.

Rania mencubit kecil pinggang suaminya, menyuruh suaminya itu lekas mengambil makanan karena pengunjung lain mulai antri di belakang.

Dengan membawa piring di tangan masing-masing, Rania memilih spot menarik untuk tempat mereka duduk yang berhadapan langsung dengan kolam renang.

"Kamu mau berenang?" tanya Rakha di sela-sela makan mereka.

Rania langsung menggeleng. "Ih, nggak mau. Tempatnya terbuka begitu, kalau tertutup, terus cuma ada kita berdua, aku mau deh," Rania tersenyum lebar di balik cadarnya.

Ke dua bola mata Rakha menyipit. "Hm, gimana kalau kita berenang di bath tub kamar hotel aja, kan luas tuh? Lima orang juga cukup nyemplung di situ," ucap Rakha dengan senyuman jahil.

Pipi Rania langsung memanas.

Rakha meladeni gombalannya, membuat dia jadi terjebak sendiri.

"Kalau begitu abis sarapan aja, gimana?" ucap Rakha lagi sambil melanjutkan makan.

"Kamu itu emang nggak berubah ya, selalu aja serius dan to the point kalo ngomongin masalah begituan! Nggak ada sisi romantisnya!" Rania jadi sewot.

Rakha malah tertawa. "Loh, kok jadi marah sih? Kan tadi kamu sendiri yang bilang, maunya cuma berenang berdua sama saya, di tempat tertutup. Sayakan cuma menyampaikan ide, kalau nggak mau yo wes, nggak apa-apa. Saya nggak maksa," balas Rakha malah meledek sang istri.

"Ih! Nyebelin!" Rania yang kesal malah pergi.

Sementara Rakha cuma senyum-senyum sambil geleng-geleng kepala menatap kepergian istrinya.

*****

"Hobi banget sih ngambek?" rayu Rakha pada Rania ketika mereka sudah kembali ke dalam kamar hotel.

Rakha berusaha meraih pinggul istrinya untuk dia peluk, tapi Rania terus saja menggeser duduknya menjauh.

"Biasanya nih, kalau cewek ngambek itu pasti ada maunya tapi dia malu buat bilang atau mengungkapkan. Ya semacam gengsi gitu, atau bisa jadi, dia lagi PMS," tebak Rakha sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa.

Rania tidak menghiraukan, dia terus fokus menatap layar televisi. Menonton acara berita luar negeri.

Rakha mencuil pinggang Rania dengan ujung jari telunjuknya. Tubuh Rania terlonjak kaget, karena geli.

Rania menoleh dan memelototi Rakha yang malah cengengesan.

"Ayo, katanya mau berenang bareng," Rakha mencuil pinggang istrinya lagi.

"Ih, apaan sih?" Rania menepisnya. Meski dalam hati susah payah Rania menahan untuk tidak tersenyum. Perlakuan Rakha padanya selalu mampu membuat hatinya meleleh hingga lupa pada ngambeknya.

"Ayo dong," kali ini bukan pinggang yang di cuil Rakha, tapi ketiak Rania, membuat Rania menjerit.

Menahan kesal, Rania bangkit dan pindah tempat duduk.

"Sejak kapan ya, Rakha Al-Farizi jadi lelaki mesum?" ucap Rania dengan wajah juteknya.

Rakha tersenyum. Dia menatap lekat wajah istrinya yang super cantik itu. "Sejak kamu meninggalkan saya lima tahun yang lalu," jawab Rakha dengan wajah serius, padahal dia hanya bergurau saja.

Mendengar jawaban suaminya, Rania terdiam. Hal itu memang terlalu sensitif untuk dibahas. Perasaan bersalah seketika hadir kembali di benak Rania. Dalam sekejap, pertengkarannya dengan Rakha di malam pertama setelah pernikahan kedua mereka kembali merasuk dalam ingatannya.

*

"Dengar ya Rania, saya ini manusia, punya perasaan. Setelah lima tahun berlalu, setelah kamu meninggalkan saya begitu saja ke Kairo, kamu pikir hidup saya baik-baik saja? Tidak Rania! Kamu salah kalau kamu berpikir seperti itu!" ucap Rakha masih dengan suara dan ekspresi yang menunjukkan kemarahannya.

"Tidak ada satu malam pun yang saya lewati tanpa mengingat kamu! Bahkan terkadang saya sering menangis sendirian seperti orang gila! Saking rindunya saya sama kamu! Seandainya kamu tahu kesakitan hati saya selama ini? Kamu meminta cerai lalu sekarang kamu tiba-tiba datang lagi dengan cara yang begitu mengejutkan saya! Melamar saya? Memang kamu pikir hati dan perasaan saya ini mainan? Hah?"

Rania masih terdiam dalam wajah yang terus tertunduk. Ke dua jemarinya meremas kebaya yang masih dia kenakan. Dia mulai menangis. Menyesali kesalahannya. Perbuatannya.

Hingga akhirnya, tanpa pernah Rania duga, dua buah tangan meraih bahunya, menariknya dengan gerakan super cepat dan memeluknya.

Pelukan yang sangat erat.

"Saya mencintai kamu, Rania," gumam Rakha dengan tetesan air matanya yang meleleh di pipi. "Tidak mudah bagi saya melalui hari-hari tanpa kamu di sisi saya selama ini. Apalagi di saat kamu dengan teganya memblok semua akun media sosialmu, nomor teleponmu bahkan emailmu. Kenapa Rania? Kenapa? Apa salah saya sampai kamu menghukum saya sebegitu berat?" suara Rakha terdengar serak akibat tangisnya yang merebak.

"Kamu nggak salah! Aku yang salah! Aku yang bodoh! Aku cuma ingin memantaskan diri, berusaha menjadi seseorang yang lebih baik supaya nggak akan ada lagi yang mencela diriku di kemudian hari kalau sampai aku memang sudah ditakdirkan berjodoh sama kamu. Aku cuma malu, aku malu sama diri aku sendiri! Aku yang bahkan nggak bisa memberikan apa yang seharusnya aku berikan sama suami aku sendiri! Aku ini cuma wanita hina! Aku ini pezina! Aku ini pendosa, aku kotor, aku nggak pantas buat kamu," tangis Rania semakin tersedu-sedu. Bahkan Rakha bisa merasakan ke dua bahu istrinya yang berguncang hebat dalam pelukannya.

Rakha mengecup ubun-ubun kepala Rania, melepas pelukannya dan menuntun Rania untuk duduk di tepi ranjang tempat tidur. Mereka duduk berhadapan dengan ke dua tangan yang saling berpegangan.

"Jadi benar dugaan saya, bahwa alasan yang membuat kamu pergi karena perkataan Latifah?" tanya Rakha dengan suaranya yang mulai melunak. Dia menatap wajah Rania yang masih terus tertunduk.

"Sebegitu tersinggungnya kamu dengan perkataan Latifah? Dia itu hanya seorang gadis remaja, bahkan usia Latifah waktu itu baru 13 tahun,"

"Aku nggak menyalahkan Latifah! Justru aku bersyukur, karena kalimat Latifah sudah memotivasi aku untuk menjadi lebih baik. Kamu mau tau alasan kenapa aku memblok semua akun medsosku? Karena aku ingin benar-benar fokus belajar. Boleh kamu tanya sama Mamah, Papah, Mba Del atau Mas Dev, apa selama aku di Kairo, aku sering menghubungi mereka? Bahkan intensitas aku pegang Handphone sewaktu di sana itu mungkin bisa terhitung jari!" tutur Rania menjelaskan.

"Dalam waktu lima tahun aku di Kairo, aku berusaha keras supaya aku bisa lulus dengan nilai terbaik. Bisa meraih predikat Hafidzah, bisa mendapat penghargaan seperti apa yang dulu pernah kamu capai juga! Dan aku berhasil. Setelah aku berjuang, pagi, siang, malam, berkutat dengan setumpukan buku! Hafalan! Bahkan aku merasa aku hampir gila! Tapi, aku tidak menyerah! Allah bersamaku. Aku tetap berusaha. Aku bangun di sepertiga malam. Shalat tahadjud, lalu menyicil hafalan dan murajaah, sampai waktu shubuh. Siang harinya aku hanya makan dan istirahat lalu menyelesaikan tugas kuliah di perpustakaan. Malam harinya selepas Isya aku kembali melakukan hal yang sama seperti tadi pagi. Hafalan dan murajaah lagi, bahkan bisa sampai tengah malam, baru aku tidur, lalu aku bangun lagi di sepertiga malam, begitu saja seterusnya... Selama lima tahun... Demi kamu... Dan itu bukan hal yang mudah buat aku, kamu tahu itukan?"

Air mata Rakha semakin mengalir deras.

Dia terharu.

Sungguh-sungguh terharu.

Rakha kembali meraih tubuh istrinya ke dalam pelukan. Mengecup ubun-ubun kepala Rania berkali-kali.

"Saya sayang sekali sama kamu. Seharusnya kamu tidak perlu melakukan itu semua. Bukan manusia yang berhak menilai pantas tidaknya seseorang, baik buruknya seseorang. Melainkah Allah yang maha mengetahui apa-apa yang ada dalam hati dan pikiran seluruh makhluknya," Rakha melepas pelukannya lalu tersenyum.

"Ada sebuah kisah tentang seorang pelacur yang memberi minum anjing yang hampir mati karena kehausan. Lalu Allah mencatat amal baiknya itu dan mengampuni seluruh dosa-dosanya hingga menobatkan pelacur itu sebagai ahli syurga. Ini kisah yang diceritakan Rasulullah kepada para sahabatnya. Dari kisah ini, Rasulullah hendak memberi nasihat pada umatnya untuk tidak menghakimi siapapun orang yang di anggap telah melakukan dosa besar, sebagai contoh si pelacur tadi. Karena kita tak pernah tahu apa amalan yang akan membawa kita ke syurga kelak. Sebab bisa saja, di akhir hayatnya para pendosa itu justru melakukan amalan sholeh ahli syurga hingga Allah mengampuni seluruh dosa mereka. La Tahzan, Innallaha Ma'ana..."

Rakha selesai dengan ceritanya. Dia menghapus jejak-jejak air mata yang membanjir di pipi Rania menggunakan ibu jarinya. Di kecupnya kening Rania sekali lagi, kali ini cukup lama.

"Maafkan saya Rania, maaf karena sudah berpikiran buruk terhadap kamu," bisiknya lembut.

"Aku juga minta maaf... Mas..."

*

Tanpa sadar, Rania malah menangis.

Rakha buru-buru menghampiri istrinya itu.

"Kamu kenapa? Tadi saya cuma bercanda sayang," kata Rakha yang menyesali kebodohannya. Harusnya dia tahu kalau sampai detik ini Rania masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri setelah apa yang perempuan itu lakukan pada Rakha di bulan-bulan pertama pernikahan pertama mereka dulu.

Rania sadar dirinya bukan perempuan baik.

Dia bahkan hanya seorang perempuan yang telah memberikan mahkotanya pada lelaki yang belum berhak mendapatkannya.

Rania terlalu murah hingga mengobral dirinya sebelum kalimat Ijab dan Kabul terucap.

Bahkan saat dirinya telah menjadi istri sah Rakha, Rania sudah tidak suci.

Belum lagi semua perilaku kasarnya dahulu terhadap Rakha.

Dia sering memaki-maki Rakha dengan kata-kata kasar. Menyiram wajah Rakha dengan jus jeruk sewaktu makan malam cuma gara-gara Rakha menyuruh Rania makan sayur. Menampar pipi Rakha, bahkan bukan sekali tapi berkali-kali. Pernah juga dia mendorong suaminya itu dari kasur sewaktu Rakha sedang tertidur cuma karena kekesalan Rania pada Rakha yang tidak beralasan.

Cacat fisik yang diderita Rania akibat kecelakaan setelah Rakha menabraknya membuat sikap temperamental Rania jadi berlipat ganda.

Lalu terakhir, hal yang paling Rania sesali sampai detik ini, yaitu kata-katanya pada Rakha sebelum keberangkatan dirinya ke Amerika untuk menjalani operasi mata.

"SEANDAINYA NANTI GUE BISA MELIHAT LAGI, SATU-SATUNYA MANUSIA DI MUKA BUMI YANG NGGAK INGIN GUE TAHU WAJAH ASLINYA ITU LO! CUMA LO! JADI JANGAN PERNAH LO MENAMPAKKAN WAJAH LO DI DEPAN GUE! KARENA GUE AKAN MEMILIH UNTUK MENGABAIKAN KEBERADAAN LO DAN NGGAK MENGANGGAP LO ADA DIHADAPAN GUE! INGET BAIK-BAIK KATA-KATA GUE!"

Tangis Rania semakin pecah tatkala semua memori itu masih saja berputar-putar dalam ingatannya.

Rania benar-benar mengutuki dosa-dosa yang telah dia perbuat karena telah berbuat dzalim terhadap suaminya sendiri.

Dan hebatnya Rakha, sekasar apapun perilaku Rania, semenyakitkan apapun perkataan Rania kepadanya, tapi Rakha tidak pernah marah. Lelaki itu bahkan selalu saja tersenyum dan justru meminta maaf karena telah membuat hidup Rania menderita pasca kecelakaan yang tidak sepenuhnya menjadi kesalahan Rakha.

"Hei, Rania? Kamu kenapa?" Rakha mengguncang ke dua bahu istrinya yang terus saja menangis dihadapannya.

Rania mendongak, menatap sendu wajah suaminya yang tampan itu.

Sebuah wajah yang dulu begitu membuat Rania penasaran.

"Mas," bisiknya lirih.

"Hm?"

"Apa Allah akan mengampuni semua dosa-dosaku padamu di masa lalu?" tanya Rania setelahnya.

Rakha tersenyum hangat.

"Kitakan sudah sepakat untuk tidak membahas masalah itu lagi,"

Rania menggeleng. "Tapi aku tidak bisa melupakan semuanya begitu saja. Aku benar-benar merasa berdosa sama kamu,"

Rakha menggenggam erat kedua tangan Rania.

"Saya sudah melupakan semuanya. Saya sudah memaafkan kamu. Jadi apa yang sudah pernah terjadi di masa lalu, kita lupakan saja pelan-pelan. Sekarang kita sudah bersama lagi dan saya tidak mau membuat kamu terbebani dengan hal apapun yang menyangkut diri saya. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Manusia itu memang sudah ditakdirkan menjadi tempatnya khilaf dan salah. Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk membuktikan bahwa kamu mampu berubah. Kamu mampu menjadi seorang Rania yang baru. Rania yang jauh lebih baik. Saya mencintai kamu dan kamu mencintai saya. Kita mulai semuanya dari awal lagi," tutur Rakha masih dengan senyuman mempesonanya itu.

Rania mengangguk lalu memeluk Rakha erat.

"Aku mencintai kamu, Mas. Aku akan terus berada di sisi kamu apapun yang terjadi,"

Rakha tersenyum. Dibelainya punggung Rania lembut.

"Saya juga akan terus berada di sisi kamu, sampai maut memisahkan..."

Related chapters

  • BURONAN   10. MENOLONG SANG KAKEK

    Sudah satu bulan berlalu sejak pertemuan terakhir Sammy dengan Rheyna di kediaman Albert, polisi setempat masih terus melakukan pencarian atas pelaku pembunuhan dokter spesialis itu.Atas kejadian ini, kasus hilangnya para tunawisma di jalanan pun terkuak setelah polisi menemukan begitu banyak mayat-mayat tunawisma di kediaman Albert.Bibi Seth pun ditahan karena terbukti telah bekerja sama dengan Albert untuk melancarkan aksi kriminalitas sang majikan.Albert memang dikenal sebagai seorang dokter spesialis yang baik oleh rekan-rekan sesama tim medis di rumah sakit, tanpa ada yang pernah menyangka, di balik kebaikan yang diperlihatkan Albert di lingkungan sosialnya, kenyataannya, Albert adalah seorang psikopat yang terobsesi dengan percobaan-percobaan kimia

    Last Updated : 2021-11-07
  • BURONAN   11. JERITAN TENGAH MALAM

    Seperti orang linglung, Sammy melangkah gontai menuju flatnya.Dia ingin beristirahat setelah seharian tadi berada di rumah sakit bersama lelaki tua yang dia selamatkan kemarin.Sammy cukup kagum melihat stamina si 'Kakek' begitulah panggilan sementara Sammy pada lelaki tua itu karena dia memang tidak mengetahui siapa nama asli sang Kakek. Di usianya yang hampir mendekati kepala delapan, si Kakek masih bisa bertahan saat lima butir peluru bersarang di dalam tubuhnya secara bersamaan. Terlebih saat si Kakek sudah kehilangan banyak darah.Dokter di rumah sakit bilang ini mukzijat karena tak banyak lansia yang bisa bertahan dalam keadaan gawat darurat seperti itu. Yang pasti, apapun itu, Tuhan memang belum menghendaki si Kakek mati.&nb

    Last Updated : 2021-11-07
  • BURONAN   12. PERKENALAN

    Masa setelah prolog...Seorang gadis tampak bersembunyi dari kejaran lelaki asing yang memukuli preman-preman gadungan yang memperkosanya di jalanan tadi.Gadis itu merapikan pakaiannya. Membekap mulutnya agar lelaki yang kini berteriak memanggil namanya itu tidak mengetahui keberadaannya.Cukup lama dia bersembunyi hingga akhirnya si lelaki tadi menghilang dari sekitar lokasi persembunyiannya.Dengan pakaian compang-camping Gadis bernama Rheyna itu keluar dari tempat persembunyiannya dan kembali berlari.Meski, dirinya tak tahu kemana lagi kini dia harus pergi.

    Last Updated : 2021-11-07
  • BURONAN   13. HIPOTERMIA

    "Namamu siapa?" tanya Rheyna tiba-tiba di tengah perjalanan.Lelaki itu menghentikan langkahnya dan berbalik."Namaku Sammy. Kamu bisa panggil aku, Sam,"Dan Rheyna pun tersenyum.Seandainya saja dia tahu lebih awal kalau si lelaki bertopeng itu adalah orang Indonesia, Rheyna tidak akan kabur waktu itu.Angin yang berhembus menerpa tubuh Rheyna membuat gadis itu semakin kedinginan. Rheyna menghentikan langkahnya karena merasakan sebagian tubuhnya hampir membeku. Tubuhnya yang sudah seratus pe

    Last Updated : 2021-11-07
  • BURONAN   14. PEMBALUT

    Iklim di Las Vegas sebagian besar kering dan gersang, dengan musim panas yang terik dan musim dingin yang tidak terlalu ekstrim. Kota ini menerima sangat sedikit curah hujan dan biasanya berlangsung cepat.Sejak Sammy menginjakkan kakinya di Las Vegas dua tahun yang lalu, hujan yang turun bisa terhitung jari.Termasuk gerimis malam tadi.Itu hujan ke sepuluh yang terjadi di Las Vegas selama Sammy tinggal di kota dosa itu. Selebihnya hanya salju yang turun itupun tidak pernah berlangsung lama.Harusnya intensitas terjadinya hipotermia pada seseorang di Las Vegas itu kecil kecuali orang itu memang pernah mengalami hal semacam itu sebelumnya.

    Last Updated : 2021-11-07
  • BURONAN   15. AKU BUKAN ORANG ISLAM!

    Malam itu Sammy mengajak Rheyna keluar. Dengan pakaian milik Sammy yang kebesaran, Rheyna tampak seperti badut. Hoodie milik Sammy lebih pantas dikatakan sebagai daster ditubuhnya yang mungil. Melihat hal tersebut Sammy ingin tertawa tapi dia tahan karena gengsi. Bahkan hanya untuk tersenyum saja Sammy harus bermain petak umpat dulu. "Pakai ini," Sammy menyodorkan sebuah masker wajah dan topi kepada Rheyna. Saat Rheyna sudah memakai ke dua benda itu tatapan Sammy terus mengawasinya membuat Rheyna gugup. "Kenapa? Ada yang aneh?" tanya Rheyna yang tak nyaman diperhatikan Sammy begitu.

    Last Updated : 2021-11-07
  • BURONAN   16. KARENA AKU MASIH PUNYA HATI!

    Malam itu Sammy dan Rheyna sepakat untuk tidak lagi menggunakan uang yang dibawa oleh Sammy.Setelah berkeliling mencari pekerjaan paruh waktu tapi tak juga mendapatkannya, akhirnya Rheyna memiliki ide.Bermodal gitar hasil pinjaman, Rheyna mengajak Sammy mengamen. Mereka mengamen di beberapa titik pusat kota yang ramai dikunjungi masyarakat setempat yang kemungkinan aman dari jangkauan Mami Grace. Sammy perlu mewaspadai segala hal terburuk yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu.I'd climb every mountain...And swim every ocean...Just to be with you...

    Last Updated : 2021-11-25
  • BURONAN   17. YOU KNOW THIS BEER?

    Keesokan harinya, ketika Rheyna terbangun dari tidur, Sammy sudah tidak ada di sofa ruang tamu.Awalnya Rheyna berpikir Sammy pasti sengaja menghindarinya karena masih tersinggung atas ucapan Rheyna semalam.Saat Rheyna beranjak ke dapur, dia mendapati menu sarapan sudah terhidang di atas meja serta sebuah pesan singkat yang Sammy tulis di potongan kertas.Aku pergi dulu, ada urusan dengan teman. Mungkin sore aku pulang.SammyRheyna tersenyum.Dia merasa lega. Ternyata Sammy tidak marah dan Rheyna sangat bersyukur akan hal itu.

    Last Updated : 2021-12-05

Latest chapter

  • BURONAN   81. EPILOG

    Rheyna Kirana...Bersama dengan ponsel ini, aku ingin memberitahukan sesuatu.Kau bisa lihat pada bagian galeri, terdapat foto pria dan wanita yang sedang melangsungkan pernikahan.Sebuah pernikahan yang dilaksanakan di salah satu gereja ternama di Surabaya dari pasangan pengantin bernama Jerico dan Amaya.Pernikahan mereka sangat harmonis meski dilandasi atas perbedaan agama, di mana Jerico adalah seorang Kristen, sementara Amaya adalah seorang muslim.Hingga pada suatu hari, Amaya rela melepas hijab dan mengganti agamanya demi mengikuti kepercayaan sang Suami.Amaya rela diusir dari rumah bahkan keberadaannya sudah tak diakui lagi oleh keluarga.Amaya hamil lalu melahirkan seorang anak lelaki yang dia beri nama Ricky Pradana.Sejauh memiliki Ricky, jalinan rumah tangga mereka masih harmonis, hingga akhirnya malapetaka itu datang saat Amaya hamil anak kedua.Saat itu, Amaya mengetahui bahwa Jerico bers

  • BURONAN   80. ALASAN UNTUK MELANJUTKAN HIDUP

    Seharian ini Sammy terus memikirkan tentang sesosok wajah bocah lelaki yang dia lihat di dalam foto keluarga Rheyna.Sammy yakin betul dia pernah melihat foto itu sebelumnya.Seharian Sammy memutar otak untuk mengingat-ingat tentang hal itu, hingga akhirnya Sammy pun berhasil mengingatnya.Lelaki itu langsung berlari mencari ponselnya dan menelepon pihak lapas di mana Ricky, sahabatnya kini menjalani hukuman.Sammy harus memastikannya lebih lanjut dari mulut Ricky sendiri mengenai apa yang kini dia ketahui.Saat telepon itu tersambung dan Sammy bicara dengan salah satu petugas lapas untuk memberitahukan maksudnya, lelaki itu justru dikejutkan dengan sebuah kabar buruk yang membuatnya terlihat sangat syok."Maaf Tuan Langit, narapidana bernama Ricky baru saja ditemukan dalam keadaan tewas di dalam sel tahanannya tadi pagi. Dari hasil penyelidikan, diduga Ricky bunuh diri,"*****Setelah mendapat kabar meninggalny

  • BURONAN   79. RAHASIA DIBALIK FOTO KELUARGA

    Ini adalah hari pertama Sammy mulai bekerja di perusahaan milik Norman.Lelaki itu terlihat gagah dalam balutan jas hitam kantor dan dasi yang terpasang rapi di depan dadanya."Sepertinya, mulai sekarang aku harus belajar cara memasang dasi," gumam Rheyna saat dia membantu Sammy berpakaian.Sammy kembali memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Entah kenapa, dia merasa aneh dengan penampilannya yang tampak rapi begini."Aku merasa, pakaian ini tidak cocok untukku Rheyna," serunya masih dengan tatapan mengarah ke cermin.Rheyna melingkarkan kedua tangannya di perut Sammy, memeluknya dari belakang. "Memang benar, kamu tidak cocok berpakaian seperti ini," balas Rheyna sambil tertawa kecil.Sammy membalikkan badan. "Bagaimana jika aku membatalkan saja rencana untuk bergabung di perusahaan Ayah?""Lalu, kamu mau bekerja apa?"Sammy menatap Rheyna lekat seraya menarik kuat pinggul Rheyna, sehingga kedua perut m

  • BURONAN   78. BERSAMA-SAMA MENUJU SURGA

    Menikah adalah satu momen sakral dalam kehidupan seorang manusia.Menikah adalah fase di mana kita akan menentukan siapa yang akan menjadi pendamping kita menjalani hari-hari di sisa usia.Semua seperti mimpi bagi Rheyna dan Sammy.Ketika mereka terbangun, dan membuka mata hari ini, tepatnya di hari pernikahan kedua mereka yang akan dilangsungkan dengan acara yang meriah.Hari-hari berat di mana keduanya harus hidup terpisah sebentar lagi akan berlalu karena selepas menikah nanti, Rheyna dan Sammy berjanji akan terus bersama mengarungi masalah apapun yang akan terjadi di depan.Kehadiran Sammy dalam hidup Rheyna mampu merubah dunianya yang biasa menjadi seindah pelangi. Sementara kehadiran Rheyna dalam hidup Sammy mampu merubah segala-galanya.Sammy sudah berjuang hingga titik darah penghabisan dan kini waktunya dia memetik hasilnya.Lelaki itu sudah duduk di tengah-tengah masjid tempat di mana akan berlangsungnya akad n

  • BURONAN   77. OBSESI BERBAHAYA

    Kasus penusukan yang terjadi terhadap Stella Adhiguna, yang merupakan anak dari salah satu pejabat tersohor di Indonesia menjadi perbincangan publik setelah beritanya kini tersebar di berbagai media.Dalam berita kriminal hari ini, Polisi berhasil menangkap seorang perempuan bernama Anna yang memang menjadi tersangka atas kasus penusukan tersebut.Barang bukti berupa pisau, serta sidik jari pelaku dan sebuah ponsel yang terjatuh menjadi bukti akurat bahwa Anna lah pelaku penusukan terhadap Stella.Meski awalnya, pihak keluarga Anna mengatakan tidak mungkin Anna pelakunya.Sikap Anna yang memang terkesan normal dan sangat baik di hadapan Handini akhirnya berhasil mengelabui semua orang. Termasuk Fadli dan Sammy.Semua orang percaya padanya bahwa Anna normal. Tidak betulan mengidap gangguan jiwa.Hingga pada akhirnya, Handini dan Fadli mencari tahu kebenarannya dengan mendatangi Rumah Sakit Jiwa tempat di mana Anna pernah disembuny

  • BURONAN   76. SURAT

    "Kak, aku baru mendapat kabar dari Dokter Anita..." Fadli mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya."Dokter Anita mengatakan, Rheyna sudah siuman..."Secercah senyuman terbit di wajah tampan Sammy.Lelaki itu lekas beranjak menuju ruangan ICU diikuti Fadli di belakang.Langkahnya terasa semakin ringan karena beban yang menggantung di pundaknya perlahan runtuh tak bersisa.Terlebih saat dirinya kini sudah berhadapan dengan Rheyna di ruang ICU.Melihat Rheyna yang sudah membuka mata dan memulas senyum tipis kepadanya.Hati Sammy berbunga-bunga.Allah telah mendengar doanya dan mengabulkannya.Memberinya harapan baru untuk terus melanjutkan kehidupan yang lebih baik lagi, bersama satu-satunya perempuan yang dia cintai.Yaitu Rheyna...*****Hari mulai gelap.Seorang perempuan muda berjalan lurus di tepi trotoar pejalan kaki yang sepi.Dia sudah ber

  • BURONAN   75. PASIEN GILA

    "BANGUN RHEYNA! BANGUN! BANGUN! KAMU TIDAK BOLEH MATI! KAMU TIDAK BOLEH MATI! BANGUUUUUUUUUNNNN!"Sammy membuka mata.Melihat bingung ke sekeliling ruangan.Beberapa orang tampak memperhatikannya.Lalu tatapannya bertemu dengan tatapan Rakha yang sempat mengguncang tubuhnya beberapa kali ketika Sammy terus meracau dalam tidurnya.Lelaki itu mengigau.Dia ketiduran usai menunaikan shalat Isya.Sudah hampir dua hari dia tidak tidur sejak kondisi Rheyna semakin memburuk."Sepertinya kamu butuh istirahat Langit, kembalilah tidur, saya temani kamu di sini," ucap Rakha saat itu.Sammy mengusap wajahnya gusar.Mimpinya tadi sungguh menakutkan.Tubuh Rheyna yang kaku di dalam mimpinya terus membayang di pelupuk mata, membuatnya frustasi."Maafkan saya Ustadz, saya memang merasa sangat lelah, tapi saya ingin tetap menunggu operasi Rheyna selesai," jawab Sammy menolak halus saran dari R

  • BURONAN   74. KAMU TIDAK BOLEH MATI!

    "Boleh aku masuk?" Ucap Sammy yang hampir menangis tapi sekuat tenaga dia tahan.Rheyna tidak menjawab tapi malah memalingkan pandangannya ke arah lain. Dia menyeka cepat air matanya yang seakan tak mau berhenti."Maaf, jika aku lancang. Tapi aku akan tetap masuk walau kamu tidak mengizinkan," ucap Sammy lagi.Pintu semakin dibukanya lebar agar tidak terjadi salah paham karena status mereka yang kini sudah bukan lagi suami istri.Sammy tahu betul bagaimana harus menjaga tata krama dalam Islam.Perlahan langkah Sammy semakin dekat ke arah Rheyna yang saat itu sedang duduk di tepi ranjang.Kepala wanita itu tertunduk dalam dengan dadanya yang semakin sesak.Sammy sudah berdiri di hadapannya. Lelaki itu berjongkok dan mencoba menatap wajah Rheyna yang menunduk. Kedua tangan Sammy hendak meraih jemari Rheyna namun si empunya malah menarik tangannya menjauh dengan cepat.Sammy tersenyum getir."Kita ke Jakar

  • BURONAN   73. MENEMUI RHEYNA

    Satu hari setelah Sammy mengetahui semua tentang Rheyna dari Fadli, lelaki itu langsung pergi menuju Bantul.Tak perduli saat Handini, Fadli dan Nenek Kiran melarangnya, Sammy tetap pergi untuk menemui Rheyna."Minggu depan Rheyna beserta keluarganya akan ke Jakarta untuk melakukan pemeriksaan, kita bisa menemuinya saat itu Kak," ucap Fadli yang benar-benar menyesal karena sudah memberitahukan hal ini lebih awal. Seharusnya, Fadli memberitahukan masalah ini nanti saja saat Rheyna sudah di Jakarta."Aku harus menemui Rheyna sekarang juga!" Kekeuh Sammy dengan wajah bengisnya.Jika boleh jujur, dia kecewa pada keluarganya terlebih pada Fadli yang tega menyembunyikan informasi sepenting ini darinya.Sammy merasa bodoh dan tidak berguna!Bahkan di saat Rheyna sakit, dia tidak mendampinginya."Langit, tunggu Nak, jangan gegabah. Baik, kita sama-sama berangkat ke Bantul lusa ya? Setelah Ayahmu pulang dari tugas," kali ini Hand

DMCA.com Protection Status