Suara sirine mobil kepolisian yang memandu barisan arak-arakan beberapa mobil mewah berhenti di depan pintu gerbang sebuah rumah mewah di kawasan perumahan elit Jakarta.
Salah satu polisi turun dari motornya lalu berjalan ke arah pos keamanan rumah mewah itu.
"Permisi, selamat malam Pak?" sapa sang polisi memberi hormat pada petugas keamanan di sana.
Petugas keamanan yang bernama Jumadi itu membalas hormat sang polisi.
"Selamat malam Pak, ada apa ya?" tanya Jumadi.
"Saya diperintahkan oleh kedubes Arab Saudi untuk mengawal Prof. Dr. Muhammad Assegaf. Beliau ingin berkunjung menemui Bapak Bastian Dirgantara untuk melamar Putri Pak Bastian yang bernama Rania," jelas sang polisi.
Jumadi mengangguk dan langsung menyuruh Mail, satpam junior di sana untuk membukakan pintu gerbang.
Sementara itu, Jumadi langsung berlari ke arah rumah mewah milik majikannya.
Kediaman utama Dirgantara.
Pemilik perusahaan Dirgantara Corporation yang terdaftar sebagai salah satu perusahaan besar se-Indonesia.
Keluarga besar Dirgantara baru saja pulang selepas melaksanakan shalat tarawih.
Mereka tampak duduk-duduk santai di ruang keluarga.
Dengan langkah tergesa, Jumadi masuk ke dalam rumah mewah itu.
"Assalamualaikum Pak Bastian, di luar ada rombongan dari Arab Saudi, katanya mau melamar non Rania," beritahu Jumadi dengan nafas tersengal.
"Waalaikum salam, rombongan dari Arab Saudi?" tanya lelaki paruh baya bernama Bastian itu. Dia saling melempar pandang dengan sang istri yang duduk di sebelahnya.
"Iya Pak," sahut Jumadi.
"Kalau begitu, aku panggil Rania dulu ya, Mas," ucap Raline, istri Bastian.
Sementara Raline pergi ke lantai atas, Bastian terlihat mengekor langkah Jumadi keluar rumahnya.
Dan benar saja apa yang dikatakan Jumadi, di halaman rumah luas miliknya, Bastian melihat beberapa mobil mewah terparkir di sana.
Seorang lelaki berjanggut putih keluar dari salah satu mobil diikuti dengan lelaki lain yang usianya jauh lebih muda. Wajah mereka tampak mirip.
"Assalamualaikum, Tuan Bastian?" sapa lelaki berjanggut tebal yang memakai sorban di kepala itu. Dia mengajak Bastian untuk bersalaman.
"Waalaikum salam. Iya, saya Bastian," jawab Bastian masih dengan wajah bingung. Dia menyambut jabatan tangan lelaki paruh baya dihadapannya.
Pembicaraan mereka saat itu didampingi oleh seorang translator.
"Kenalkan, saya Muhammad Assegaf dan ini anak lelaki saya yang bernama Ahmed Malik Assegaf," dia menunjuk ke arah lelaki berparas tampan di sebelahnya.
Sebagai penghormatan untuk tamu-tamu itu, Bastian langsung mempersilahkan mereka masuk sebelum mempertanyakan maksud kedatangan mereka yang begitu tiba-tiba. Bahkan Bastian tidak mengenal siapa mereka sebenarnya.
"Begini Pak Basti, kita langsung ke intinya saja, berhubung waktu sudah malam," ucap Prof. Assegaf membuka percakapan di ruang tamu itu.
Bastian mempersilahkan tamu itu menjelaskan.
"Kedatangan saya dan anak saya malam ini, sesungguhnya berniat baik. Saya berniat ingin meminang putri Bapak yang bernama Rania untuk anak saya Ahmed. Sebelumnya saya sudah sempat membicarakan soal lamaran ini dengan Rania di Kairo, tapi karena suatu hal saya menundanya karena merasa harus bertanya lebih dulu pada anak saya. Nyatanya, Ahmed setuju dengan rencana lamaran ini begitu melihat foto Rania," tutur Prof. Assegaf panjang lebar. Lelaki itu tersenyum ramah.
"Tapi, sebelumnya apa Tuan sudah tahu kalau anak saya adalah seorang janda?" tanya Bastian hati-hati. Dari penampilan mereka, Bastian tahu kalau mereka bukan orang sembarangan. Ditambah dengan beberapa pengawal berseragam hitam yang masuk bersama mereka saat ini.
"Ya, saya sudah tahu. Ahmed pun sudah tahu. Sepertinya, Ahmed memang sangat tertarik dengan paras cantik Rania, terlebih akhlaknya yang mulia, Tuan. Anda sangat beruntung memiliki anak gadis seperti Rania," puji Prof. Assegaf.
Bastian mengulum senyum.
Dua orang asisten rumah tangga datang menyuguhkan minum, tak lama kemudian Rania hadir di tengah-tengah mereka. Saat itu Rania turun didampingi Raline, sang Ibu.
Rania sempat mengucap salam pada tamu-tamu penting itu sebelum dirinya duduk.
Perempuan bercadar itu terus menundukkan kepalanya, sementara seorang lelaki yang duduk dihadapannya saat ini justru terus menatap ke arahnya. Dia Ahmed.
"Sebagai seorang Ayah, saya menyerahkan seluruh keputusan pada Rania," ucap Bastian melanjutkan percakapan yang sempat tertunda.
"Bagaimana Rania?" tanya Prof. Assegaf.
Rania mendongakkan kepalanya sedikit. "Maaf, Prof. Saya belum bisa memutuskannya malam ini. Semoga Profesor dan Ahmed berkenan memberi saya waktu untuk berpikir," jawab Rania santun.
Prof. Assegaf tersenyum. "Baiklah, saya beri kamu waktu sampai hari idul fitri tiba," ucap lelaki itu pada akhirnya.
*****
Sejak kejadian malam itu, pikiran Sammy tak berpaling dari gadis malang di dalam Club itu.
Seperti sebuah candu, wajah gadis berparas manis itu terus menghantuinya. Mengganggunya. Seolah tak mengizinkan Sammy hidup tenang.
Hingga akhirnya, modal nekat, Sammy memutuskan untuk kembali ke dalam Club itu. Kedatangannya kali ini hanya seorang diri.
Sammy memesan satu botol beer, dia duduk di meja bar seperti sebelumnya sambil mengamati sekeliling ruangan luas itu.
Berharap pandangannya berhasil menangkap sosok gadis yang membuat hatinya gelisah berminggu-minggu.
Sayangnya, sudah tiga jam Sammy duduk di sana hingga menghabiskan berbotol-botol beer, tapi gadis yang dia cari tak juga muncul.
Masih dengan rasa penasarannya yang menggunung, Sammy pun memberanikan diri untuk bertanya.
Sekedar mencari informasi tentang gadis itu.
"Ssst... Sssst," panggil Sammy pada seorang bartender perempuan yang berdiri dihadapannya.
"Yes, Mr? More beer?" sahut bartender bule itu yang berpikir Sammy hendak menambah beernya.
"No, I just want to ask," jawab Sammy.
Sammy pun mengajukan beberapa pertanyaan pada perempuan bule itu.
"Oh, dia. Namanya Rheyna. Dia gadis Asia. Orangnya pendiam. Jarang bicara. Dia itu termasuk PSK paling di cari di sini. Banyak sekali langganannya, tapi..." sang bartender perempuan itu menggantung kalimatnya.
Sammy menunggu dengan tidak sabar.
"Tapi apa?"
"Rheyna kabur dari Club ini tiga hari yang lalu. Orang-orang Mami Grace kini sedang memburunya,"
*****
Sambil uring-uringan, Sammy pulang ke flatnya.
Di sepanjang perjalanan pulang dia terus saja menyesali keterlambatannya untuk datang ke Club itu.
Kini gadis itu sudah menghilang dan sialnya Sammy masih tetap tak bisa melupakannya.
Sebenarnya, ada apa denganku?
Dia bahkan bukan siapa-siapa!
Kenapa aku jadi begini?
Pikir Sammy membatin.
Setibanya di Flat, Sammy mendapati tiga orang bodyguard berjaga di depan pintu flatnya. Mereka sudah menunggu kepulangan Sammy sejak satu jam yang lalu.
Ahk, sial!
Mereka pasti mau menagih uang sewa Flat lagi!
Gerutu Sammy membatin.
Jika sebelumnya Sammy berhasil menghindar, namun kali ini Sammy sadar dia tak mampu mengelak dari hutang-hutangnya sendiri.
"Sepertinya anda sangat sibuk akhir-akhir ini, sampai sulit untuk ditemui?" ucap salah satu lelaki berkepala plontos dengan tubuh tinggi besar dan massa otot layaknya binaragawan. Lelaki itu tersenyum sinis ke arah Sammy.
"Ya, begitulah," ucap Sammy acuh.
"Ini udah lewat dua bulan. Bayar," ucap lelaki itu lagi. Dia menagih apa yang memang sudah menjadi tugasnya sebagai orang suruhan dari si pemilik Flat.
"Aku belum memiliki uang. Minggu depan bagaimana?" ucap Sammy berusaha bernegosiasi.
Lelaki itu mendekat ke arah Sammy dan menarik kerah kemeja flanel yang dikenakan Sammy.
"Aku sudah menunggu dua bulan dan anda masih minta keringanan juga?" desisnya marah.
"Aku janji, minggu depan akan ku bayar uang sewa flat ini," jawab Sammy dengan penuh percaya diri. Meski perkataan itu hanya sekedar bualannya saja.
Sudah hampir lima bulan, Ricky tidak menawarkan pekerjaan apapun pada Sammy, sementara Sammy tidak memiliki mata pencaharian lain di tempat ini.
Pernah beberapa kali Sammy mencoba bekerja part time, tapi semua pekerjaan itu tidak ada yang beres dan hanya berakhir dengan sebuah kericuhan, dimana Sammy mengamuk akibat tak terima dengan ketidakadilan yang dia terima karena upah minim yang dibayarkan kepadanya hanya karena dia melamar tanpa bermodalkan ijazah. Padahal apa yang dia kerjakan jelas-jelas lebih berat dari para pekerja lainnya.
Sammy tidak terima harga dirinya diinjak-injak oleh orang-orang asing itu.
"Oke, aku tunggu sampai minggu depan dan ini kesempatan yang terakhir!" Ancam lelaki itu sebelum dirinya pergi dari hadapan Sammy diikuti kawanannya yang lain.
Sammy merapikan pakaiannya sebelum akhirnya dia masuk ke dalam flatnya.
Seperti biasa dia langsung membuka kemeja flanelnya lalu kaus longgarnya dan membiarkan tubuhnya shirtless.
Sudah menjadi kebiasaan seorang Sammy yang paling tidak betah memakai atasan di dalam flatnya meski cuaca saat itu sedang dingin.
Setelah mencuci muka, Sammy merebahkan tubuhnya ke atas kasur lantai usang di dalam flatnya.
Ditatapnya cukup lama langit-langit kamar itu.
Dia memejamkan mata.
Sekelebat wajah seseorang kembali hadir memenuhi isi kepalanya.
Wajah Rheyna.
Di tengah malam yang sunyi sepi, lantunan ayat-ayat suci Al-Quran terdengar dari Flat sebelah yang di tempati oleh sepasang suami istri muslim bernama Khalid dan Zakiya.Mereka adalah tetangga baru di sebelah flat yang di huni Sammy.Semenjak kedatangan mereka, malam-malam sunyi di flat kian menghilang. Berganti dengan irama merdu nan syahdu yang kerap menjadi penghantar tidur Sammy.Menurut Sammy, suara Zakiya saat membaca kitab suci itu bahkan jauh lebih merdu dari penyanyi-penyanyi diva Indonesia.Tak jarang, hati Sammy merasa lebih tenang setelah mendengar lantunan doa-doa itu, meski dia sendiri tidak tahu apa arti doa-doa yang dibacakan Zakiya.
Rheyna terbangun dari pingsannya.Setelah dia berhasil melarikan diri dari penjara Mami Grace, Rheyna sempat hidup terlunta-lunta di jalanan.Dia tidur bersama beberapa pengemis jalanan di trotoar dan emperan ruko-ruko pinggir jalan.Uang tabungan yang berhasil dia kumpulkan dari pemberian lelaki hidung belang yang pernah menidurinya sebagai bonus tak sama sekali dia gunakan.Itu uang haram.Kata Ustadz Rakha, uang haram itu tidak boleh kita pergunakan apapun bentuk keperluannya.Apalagi sampai dipakai untuk membeli makanan.
Sudah satu minggu Rheyna tinggal menetap di kediaman Albert.Lelaki berusia 35 tahun itu sangat perhatian dan memperlakukan Rheyna seperti anaknya sendiri.Kebutuhan hidup Rheyna terpenuhi, pun keselamatannya dari kejaran orang-orang Mamy Grace terjamin. Rheyna aman selama dia berada di kediaman Albert.Malam ini seperti biasa Rheyna melahap banyak sekali makanan yang memang telah disediakan Bibi Seth di dalam kamar yang dia huni.Satu peraturan yang diberikan Albert pada Rheyna selama gadis itu tinggal dikediamannya yaitu Rheyna dilarang wara-wiri keluar dari area kamar yang disediakan Albert untuk gadis itu. Sementara Rheyna menurut saja karena dia sudah sangat bersyukur atas kebaikan Albert yang bersedia menampungnya dan mencukupi segala kebutuhannya sejauh ini.Satu hal yang Rheyna ketahui sejak dirinya tinggal di rumah ini adalah Albert hidup sebatang k
Ricky masih terus mengoceh panjang lebar ketika mengetahui bahwa ada orang lain yang tahu siapa sebenarnya Sammy.Lelaki berambut pirang itu mengutuk aksi bodoh sang sahabat yang membiarkan saksi atas kasus pembunuhan Albert kabur dan berkeliaran bebas di luar sana.Ricky terlihat sangat frustasi.Sebab, jika sampai Sammy tertangkap, maka dirinya juga pasti ikut jadi tersangka."Sumpah ya, aku benar-benar tidak habis pikir dengan kebodohan seorang Sammy! Kau itu pembunuh profesional! Harusnya kau bisa lebih berhati-hati Sam! Bagaimana kalau sekarang perempuan yang bernama Rheyna itu sudah melaporkanmu ke kantor polisi? Lalu setelah itu kepolisian Amerika melacak identitas aslimu yang sebenarnya dan mereka tau kalau kau itu buronan Interpol? Habis sudah..." celoteh Ricky panjang lebar. Lelaki itu meremas kepalanya kuat-kuat.Sammy hanya diam.
Selepas menunaikan shalat shubuh berjamaah di kamar hotel, Rakha dan Rania sempat berolah raga pagi mengelilingi area taman perhotelan mewah tempatnya melangsungkan resepsi pernikahan kemarin.Mereka sarapan pagi dengan menu makanan yang Rakha sendiri tidak tahu apa namanya.Semua masakan yang dihidangkan di hotel itu sepertinya masakan luar.Sarapan pagi di hotel itu tersedia dalam bentuk prasmanan di mana para pengunjung bisa leluasa memilih dan mengambil sendiri menu sarapan yang sesuai dengan selera mereka."Ini apa namanya?" tanya Rakha sambil menunjuk ke arah menu makanan dihadapannya. Dia berbisik pada istrinya yang berdiri di belakangnya."Itupancake, Mas! Norak banget sih gitu aja nggak tahu," Rania jadi sewot.Rakha malah tersenyum. "Ya maklum, sayakan orang kampung. Biasa sarapan sama gudeg atau nasi kebuli di Jogya
Sudah satu bulan berlalu sejak pertemuan terakhir Sammy dengan Rheyna di kediaman Albert, polisi setempat masih terus melakukan pencarian atas pelaku pembunuhan dokter spesialis itu.Atas kejadian ini, kasus hilangnya para tunawisma di jalanan pun terkuak setelah polisi menemukan begitu banyak mayat-mayat tunawisma di kediaman Albert.Bibi Seth pun ditahan karena terbukti telah bekerja sama dengan Albert untuk melancarkan aksi kriminalitas sang majikan.Albert memang dikenal sebagai seorang dokter spesialis yang baik oleh rekan-rekan sesama tim medis di rumah sakit, tanpa ada yang pernah menyangka, di balik kebaikan yang diperlihatkan Albert di lingkungan sosialnya, kenyataannya, Albert adalah seorang psikopat yang terobsesi dengan percobaan-percobaan kimia
Seperti orang linglung, Sammy melangkah gontai menuju flatnya.Dia ingin beristirahat setelah seharian tadi berada di rumah sakit bersama lelaki tua yang dia selamatkan kemarin.Sammy cukup kagum melihat stamina si 'Kakek' begitulah panggilan sementara Sammy pada lelaki tua itu karena dia memang tidak mengetahui siapa nama asli sang Kakek. Di usianya yang hampir mendekati kepala delapan, si Kakek masih bisa bertahan saat lima butir peluru bersarang di dalam tubuhnya secara bersamaan. Terlebih saat si Kakek sudah kehilangan banyak darah.Dokter di rumah sakit bilang ini mukzijat karena tak banyak lansia yang bisa bertahan dalam keadaan gawat darurat seperti itu. Yang pasti, apapun itu, Tuhan memang belum menghendaki si Kakek mati.&nb
Masa setelah prolog...Seorang gadis tampak bersembunyi dari kejaran lelaki asing yang memukuli preman-preman gadungan yang memperkosanya di jalanan tadi.Gadis itu merapikan pakaiannya. Membekap mulutnya agar lelaki yang kini berteriak memanggil namanya itu tidak mengetahui keberadaannya.Cukup lama dia bersembunyi hingga akhirnya si lelaki tadi menghilang dari sekitar lokasi persembunyiannya.Dengan pakaian compang-camping Gadis bernama Rheyna itu keluar dari tempat persembunyiannya dan kembali berlari.Meski, dirinya tak tahu kemana lagi kini dia harus pergi.