"You are amazing woman, sometime we play again huh?" ucap seorang lelaki bule dengan senyum penuh kepuasan. Dia mengecup bahu polos perempuan di sampingnya yang sedang menangis di balik selimut. Lelaki itu bangkit dari tempat tidur, memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai, memakainya santai sambil bersiul-siul kecil.
Lelaki bule itu sempat melempar beberapa lembar uang dollar ke atas tempat tidur sebelum pergi, hitung-hitung bonus karena dia merasa sangat puas.
Sepeninggal lelaki bule tadi, dua orang lelaki berpakaian serba hitam masuk. Mereka adalah bodyguard yang ditugaskan oleh seorang germo bernama Grace untuk mengawal salah satu harta berharga milik Mami Grace, yaitu Rheyna.
Seorang gadis Asia berparas cantik yang dibelinya dari salah satu mucikari bernama Kang Sun Woo.
"Cepat berpakaian, tamumu selanjutnya sudah menunggu," ucap salah satu bodyguard itu, melempar pakaian Rheyna ke wajah sang gadis.
Malu-malu Rheyna bangkit dengan selimut yang terlilit di tubuhnya, dia berlari ke kamar mandi untuk berpakaian.
Sementara ke dua lelaki bertubuh kekar itu terlihat senyum-senyum memandangi Rheyna.
*****
Dengan tubuh lelah bermandikan keringat, Rheyna masuk ke dalam kamar mandi di dalam kamar yang disediakan Mami Grace untuknya.
Tugasnya malam ini sudah selesai, setelah dia melayani empat lelaki secara bergantian.
Rasa sakit dan perih di area apitan selangkangannya kian menjadi saat Rheyna hendak membasuhnya. Membersihkannya berkali-kali.
Rheyna mandi setelah menggosok keseluruhan anggota tubuhnya. Membasuhnya dengan air tanpa sedikit pun celah yang tersisa.
Dia melafalkan doa mandi junub berulang-ulang.
Air matanya meleleh dalam siraman air.
Selesai mandi, Rheyna mengambil wudhu untuk menunaikan shalat.
Meski tak tahu, apakah Allah berkenan menerima semua amal ibadahnya?
*
"Rheynakan juga putri Ummi? Iyakan?" ucap Rheyna pada seorang wanita berhijab hitam yang sedang menyiapkan makanan di meja, wanita yang dia panggil dengan sebutan Ummi.
Ummi mengelus kepala Rheyna. "Iya sayang. Rheyna juga putri Ummi. Semua perempuan-perempuan cantik di sini itu putrinya Ummi," jawab Ummi sumringah lalu wanita itu kembali ke dapur.
"Kalau begitu, Rheyna tidak mau diadopsi Ummi," dan kalimat Rheyna kali ini membuat suasana di dalam rumah yang sebelumnya ramai mendadak hening.
*
"Rheyna kenapa tidak mau mengaji?" tanya seorang lelaki berwajah tampan yang biasa Rheyna panggil dengan sebutan Ustadz Rakha. Dia anak lelaki Abi dan Ummi, pemilik panti asuhan tempat Rheyna dibesarkan.
"Rheyna ingin bertemu Mba Zulfa, Ustadz," sahut Rheyna sambil menangis.
"Zulfakan masih di rumah sakit. Besok sore insyaAllah Ustadz akan ke sana untuk menjemput Zulfa pulang," ucap lelaki itu dengan suara lembut dan senyumannya yang hangat.
Rheyna terpana sejenak.
Usianya yang saat itu beranjak remaja mulai menimbulkan perasaan-perasaan tak biasa di hatinya. Perasaan yang Rheyna pikir sebatas kekaguman semata.
Meski setelahnya Rheyna tahu kalau dia menyukai Ustadz itu.
Ustadz yang sering mengajarkan Rheyna mengaji di Yayasan.
*
"Abi, Rheyna tidak mau diadopsi, Rheyna takut Abi..." pinta Rheyna memohon ketika dirinya hendak dibawa pergi oleh ke dua orang tua yang mengadopsinya.
Air mata Rheyna membanjir di pipi.
Abi mengusap puncak kepala Rheyna dengan sayang. "Percaya sama Abi, semua akan baik-baik saja. Mereka orang baik, mereka akan merawatmu dan menjagamu hingga kamu besar. Katanya, ingin menjadi Ustadzah dan sekolah ke Malaysia seperti Mba-mu?" Abi menoleh ke arah Zulfa, kakak angkat Rheyna.
Tangis Rheyna semakin pecah. Terlebih saat Zulfa dan Ummi meraih tubuh Rheyna ke dalam pelukan mereka.
"Doa kami menyertaimu, Rheyna..."
*
Satu titik air mata Rheyna terjatuh mengena di atas mukena yang dia kenakan.
Rheyna masih larut dalam dzikirnya dan kenangan-kenangan indah masa kecilnya di kampung halamannya dahulu.
Bermain air di tepi pantai bersama Mba Aminah.
Main ayunan dengan Mba Zulfa.
Membuat istana pasir untuk Aisyah.
Bermain petak jongkok bersama Mba Latifah dan anak-anak yayasan lain.
Lomba memunguti kerang dan kelomang.
Mencicipi masakan Ummi yang super lezat tiada tandingannya.
Lalu belajar mengaji di sore hari bersama Ustadz Rakha yang menjadi idolanya.
Rheyna kangen kalian...
Bisik Rheyna dalam hati.
Mulutnya masih melantunkan kalimat-kalimat dzikir dalam posisi tubuhnya yang tertidur miring di atas kain yang dia jadikan sajadah.
Hingga setelahnya, Rheyna pun tertidur.
Dia lelah.
Sangat-sangat lelah.
Malam ini Ricky mengatakan ingin mentraktir Sammy minum di sebuah Club malam ternama di kota penuh dosa dan maksiat yang menjadi tempat tinggal mereka selama beberapa bulan terakhir ini.
Begitulah kiranya julukan untuk Las Vegas yang menjadi kota terpadat di negara bagian Nevada, ibu kota Clark County, Amerika Serikat.
Las Vegas adalah kota resor besar yang terkenal secara internasional untuk industri perjudian, perbelanjaan, dan hiburan malam.
Kota ini terkenal karena hiburan-hiburan malamnya yang penuh kegilaan dan kesenangan. Surga bagi para penikmat seks bebas yang menginginkan hiburan tak biasa.
Mulai dari panti pijat plus-plus, pelacuran, bar striptis, dan pertunjukan kabaret kaum transeksual, semuanya bisa ditemukan di kota ini.
Industri seks adalah hiburan nomor satu di Las Vegas. Prostitusi merupakan industri yang legal di sini.
Ada sebuah distrik yang terkenal sebagai gudangnya prostitusi di salah satu tempat di Las Vegas. Di sana para wisatawan bisa menjumpai penduduk setempat yang menjual obat-obatan terlarang. Ada pula klub yang mempertontonkan tarian telanjang dan tequila dengan harga terjangkau.
Glamournya malam di Las Vegas menjadi daya tarik tersendiri bagi para penduduk lokal maupun wisatawan asing.
Seperti halnya Ricky dan Sammy.
"Aku memiliki kenalan seorang gremo di sini, Sam. Namanya Mami Grace. Dia menyediakan wanita-wanita yang bisa dipesan dari berbagai penjuru dunia. Dari yang kulitnya seputih salju, kuning langsat, sawo matang sampai yang blacky, semuanya lengkap. Dari yang matanya besar seperti biji bekel sampai yang sipit juga ada. Atau kau mau yang dadanya sebesar durian montong atau telur mata sapi? Semuanya ada di sini. Lengkap!" Ungkap Ricky dengan penuh antusias. Dia memperagakan ukuran buah dada yang di maksud dengan ke dua tangannya.
Sammy hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
Mereka sudah berjalan memasuki Club yang di maksud Ricky.
Sebuah Club yang menyambi sebagai rumah bordil milik Mami Grace.
Sammy duduk di salah satu meja Bar sambil menunggu Ricky yang katanya mau menemui Mamy Grace.
Malam tadi, Ricky si hacker sejati, baru saja mendapat tender besar hasil menipu di dunia siber yang dikuasainya. Uang dalam rekeningnya seketika menggembung. Itulah sebabnya Ricky mengajak Sammy jalan-jalan dan minum-minum malam ini.
Bahkan dengan baiknya Ricky mempersilahkan Sammy memilih perempuan malam yang disediakan Mami Grace sesuai selera secara cuma-cuma.
Intinya, malam ini semua Ricky yang bayar.
"Kau mau yang seperti apa, Sam?" tanya Ricky ketika lelaki itu sudah kembali dengan menggandeng dua pelacur sekaligus. "Yang seperti ini, atau yang ini?" Ricky menoleh ke kanan dan kiri sambil memperhatikan gerak-gerik perempuan-perempuan disampingnya. Kedua tangannya asik bergerilya di balik punggung wanita-wanita itu.
"Aku minum saja Rick," sahut Sammy yang mengangkat sloki winenya tinggi-tinggi.
"Ah, kau ini memang tidak seru! Jangan sampai aku benar-benar berpikir bahwa kau itu homo ya Sam?"
Sammy hanya tertawa.
"Ya sudahlah kalau tidak mau, aku tinggal dulu," kata Ricky sambil mengayunkan jemarinya dihadapan wajah sebelum dirinya pergi bersama kedua pelacur yang dia sewa, tentunya untuk bersenang-senang.
Sambil asik mendengarkan alunan music house, Sammy kembali menikmati winenya.
Tatapannya beralih menyisir seluruh ruangan di mana begitu banyak pria-pria hidung belang bertebaran. Pelayan-pelayan Club yang wara-wiri dengan tubuh yang nyaris telanjang.
Hingga pada saatnya, tatapan Sammy tertuju pada wajah seorang gadis yang tampaknya sedang kewalahan menghadapi serangan demi serangan beberapa pria yang mengerubunginya.
Pakaian gadis itu sudah tidak karuan. Tangan-tangan liar memenuhi hampir di setiap bagian sensitif dari tubuhnya.
Bukannya menikmati, Sammy merasakan adanya gurat keengganan dan ketidaknyamanan di wajah gadis itu dalam melakukan pekerjaannya. Seperti terpaksa.
Entah kenapa melihat pemandangan itu, pikiran Sammy mendadak teringat pada Anna.
Apa mungkin nasib Anna sekarang juga sama dengan nasib gadis itu?
Pikir Sammy membatin.
Lelaki itu menengggak wine sekali lagi lalu hendak beranjak untuk mendekati gadis itu, tapi sayang, belum sempat Sammy melangkah si gadis tadi sudah lebih dulu diajak pergi oleh seorang wanita bermake up tebal yang sepertinya sudah berumur. Bisa jadi dia adalah gremo di Club ini. Germo bernama Mami Grace yang tadi disebut-sebut oleh Ricky.
Tatapan Sammy tak beralih sedikit pun dari gadis itu.
Bahkan tanpa dia sadari Sammy malah mengekor kemana Gremo itu membawa sang gadis pergi. Seolah ada sebuah magnet yang menarik tubuh lelaki itu hingga membuatnya begitu penasaran terhadap si gadis berparas manis tadi.
Sebuah kamar di lantai tiga Club yang cukup mewah itu menjadi tujuan mereka saat ini.
Sammy masih terus mengikuti hingga akhirnya langkah dua perempuan itu sampai di depan sebuah ruangan yang sepertinya kamar.
Saat ke duanya menghilang di balik pintu kamar itu Sammy tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana.
Sammy masih bersembunyi dibalik dinding untuk mengamati.
Suara teriakan terdengar dari dalam kamar itu, yang Sammy tebak itu adalah suara teriakan gadis tadi.
Lengkingan dan rintihannya menyayat hati Sammy. Entah apa yang terjadi yang pasti ada kemungkinan gadis itu sedang disiksa.
Hal itu berlangsung cukup lama dan Sammy masih di sana, mendengarkan jeritan-jeritan absurd itu dengan penuh rasa iba. Sayangnya, Sammy tak ingin gegabah.
Jika dia sampai masuk bukan hanya dirinya yang akan terkena masalah, tapi Ricky juga.
Seketika pintu itu kembali terbuka, Sammy melihat gremo tadi keluar dan tak lama kemudian seorang lelaki berkulit hitam keluar diikuti empat orang bodyguardnya.
Ke dua bola mata Sammy terbelalak ketika mendapati siapa lelaki tadi.
Dia adalah salah satu aktor terkenal di Las Vegas yang namanya baru-baru ini melejit akibat film bergenre horor yang dia lakoni.
Kalau tidak salah namanya Black Steven.
Seketika, ingatan Sammy tertuju pada pemberitaan mengenai Black Steven yang mencuat di media akhir-akhir ini, itupun dia ketahui dari Ricky.
Banyak desas-desus yang mengatakan bahwa Blake Steven adalah seorang Homo alias Guy. Selentingan kabar lain ada yang mengatakan bahwa lelaki itu memiliki kelainan seks.
Mendadak, Sammy jadi khawatir dengan nasib gadis yang tadi di bawa oleh Gremo itu ke dalam sana.
Saat Sammy hendak melangkah untuk mendekati kamar itu, tiba-tiba datang empat orang lelaki yang kemungkinan adalah bodyguard di Club ini. Sammy tahu dari seragam yang mereka gunakan.
Dan betapa terkejutnya Sammy saat melihat orang-orang itu keluar sambil membawa si gadis tadi dengan memapahnya.
Kondisi gadis itu benar-benar kacau.
Wajahnya babak belur.
Si Gadis seperti kesulitan berjalan.
Bahkan Sammy bisa melihat lelehan darah mengalir di bawah kaki gadis itu.
Sepertinya dia nyaris pingsan.
Ya Tuhan...
Suara sirine mobil kepolisian yang memandu barisan arak-arakan beberapa mobil mewah berhenti di depan pintu gerbang sebuah rumah mewah di kawasan perumahan elit Jakarta.Salah satu polisi turun dari motornya lalu berjalan ke arah pos keamanan rumah mewah itu."Permisi, selamat malam Pak?" sapa sang polisi memberi hormat pada petugas keamanan di sana.Petugas keamanan yang bernama Jumadi itu membalas hormat sang polisi."Selamat malam Pak, ada apa ya?" tanya Jumadi."Saya diperintahkan oleh kedubes Arab Saudi untuk mengawal Prof. Dr. Muhammad Assegaf. Beliau ingin berkunjung menemui Bapak Bastian Dirgantara untuk melamar Putri
Di tengah malam yang sunyi sepi, lantunan ayat-ayat suci Al-Quran terdengar dari Flat sebelah yang di tempati oleh sepasang suami istri muslim bernama Khalid dan Zakiya.Mereka adalah tetangga baru di sebelah flat yang di huni Sammy.Semenjak kedatangan mereka, malam-malam sunyi di flat kian menghilang. Berganti dengan irama merdu nan syahdu yang kerap menjadi penghantar tidur Sammy.Menurut Sammy, suara Zakiya saat membaca kitab suci itu bahkan jauh lebih merdu dari penyanyi-penyanyi diva Indonesia.Tak jarang, hati Sammy merasa lebih tenang setelah mendengar lantunan doa-doa itu, meski dia sendiri tidak tahu apa arti doa-doa yang dibacakan Zakiya.
Rheyna terbangun dari pingsannya.Setelah dia berhasil melarikan diri dari penjara Mami Grace, Rheyna sempat hidup terlunta-lunta di jalanan.Dia tidur bersama beberapa pengemis jalanan di trotoar dan emperan ruko-ruko pinggir jalan.Uang tabungan yang berhasil dia kumpulkan dari pemberian lelaki hidung belang yang pernah menidurinya sebagai bonus tak sama sekali dia gunakan.Itu uang haram.Kata Ustadz Rakha, uang haram itu tidak boleh kita pergunakan apapun bentuk keperluannya.Apalagi sampai dipakai untuk membeli makanan.
Sudah satu minggu Rheyna tinggal menetap di kediaman Albert.Lelaki berusia 35 tahun itu sangat perhatian dan memperlakukan Rheyna seperti anaknya sendiri.Kebutuhan hidup Rheyna terpenuhi, pun keselamatannya dari kejaran orang-orang Mamy Grace terjamin. Rheyna aman selama dia berada di kediaman Albert.Malam ini seperti biasa Rheyna melahap banyak sekali makanan yang memang telah disediakan Bibi Seth di dalam kamar yang dia huni.Satu peraturan yang diberikan Albert pada Rheyna selama gadis itu tinggal dikediamannya yaitu Rheyna dilarang wara-wiri keluar dari area kamar yang disediakan Albert untuk gadis itu. Sementara Rheyna menurut saja karena dia sudah sangat bersyukur atas kebaikan Albert yang bersedia menampungnya dan mencukupi segala kebutuhannya sejauh ini.Satu hal yang Rheyna ketahui sejak dirinya tinggal di rumah ini adalah Albert hidup sebatang k
Ricky masih terus mengoceh panjang lebar ketika mengetahui bahwa ada orang lain yang tahu siapa sebenarnya Sammy.Lelaki berambut pirang itu mengutuk aksi bodoh sang sahabat yang membiarkan saksi atas kasus pembunuhan Albert kabur dan berkeliaran bebas di luar sana.Ricky terlihat sangat frustasi.Sebab, jika sampai Sammy tertangkap, maka dirinya juga pasti ikut jadi tersangka."Sumpah ya, aku benar-benar tidak habis pikir dengan kebodohan seorang Sammy! Kau itu pembunuh profesional! Harusnya kau bisa lebih berhati-hati Sam! Bagaimana kalau sekarang perempuan yang bernama Rheyna itu sudah melaporkanmu ke kantor polisi? Lalu setelah itu kepolisian Amerika melacak identitas aslimu yang sebenarnya dan mereka tau kalau kau itu buronan Interpol? Habis sudah..." celoteh Ricky panjang lebar. Lelaki itu meremas kepalanya kuat-kuat.Sammy hanya diam.
Selepas menunaikan shalat shubuh berjamaah di kamar hotel, Rakha dan Rania sempat berolah raga pagi mengelilingi area taman perhotelan mewah tempatnya melangsungkan resepsi pernikahan kemarin.Mereka sarapan pagi dengan menu makanan yang Rakha sendiri tidak tahu apa namanya.Semua masakan yang dihidangkan di hotel itu sepertinya masakan luar.Sarapan pagi di hotel itu tersedia dalam bentuk prasmanan di mana para pengunjung bisa leluasa memilih dan mengambil sendiri menu sarapan yang sesuai dengan selera mereka."Ini apa namanya?" tanya Rakha sambil menunjuk ke arah menu makanan dihadapannya. Dia berbisik pada istrinya yang berdiri di belakangnya."Itupancake, Mas! Norak banget sih gitu aja nggak tahu," Rania jadi sewot.Rakha malah tersenyum. "Ya maklum, sayakan orang kampung. Biasa sarapan sama gudeg atau nasi kebuli di Jogya
Sudah satu bulan berlalu sejak pertemuan terakhir Sammy dengan Rheyna di kediaman Albert, polisi setempat masih terus melakukan pencarian atas pelaku pembunuhan dokter spesialis itu.Atas kejadian ini, kasus hilangnya para tunawisma di jalanan pun terkuak setelah polisi menemukan begitu banyak mayat-mayat tunawisma di kediaman Albert.Bibi Seth pun ditahan karena terbukti telah bekerja sama dengan Albert untuk melancarkan aksi kriminalitas sang majikan.Albert memang dikenal sebagai seorang dokter spesialis yang baik oleh rekan-rekan sesama tim medis di rumah sakit, tanpa ada yang pernah menyangka, di balik kebaikan yang diperlihatkan Albert di lingkungan sosialnya, kenyataannya, Albert adalah seorang psikopat yang terobsesi dengan percobaan-percobaan kimia
Seperti orang linglung, Sammy melangkah gontai menuju flatnya.Dia ingin beristirahat setelah seharian tadi berada di rumah sakit bersama lelaki tua yang dia selamatkan kemarin.Sammy cukup kagum melihat stamina si 'Kakek' begitulah panggilan sementara Sammy pada lelaki tua itu karena dia memang tidak mengetahui siapa nama asli sang Kakek. Di usianya yang hampir mendekati kepala delapan, si Kakek masih bisa bertahan saat lima butir peluru bersarang di dalam tubuhnya secara bersamaan. Terlebih saat si Kakek sudah kehilangan banyak darah.Dokter di rumah sakit bilang ini mukzijat karena tak banyak lansia yang bisa bertahan dalam keadaan gawat darurat seperti itu. Yang pasti, apapun itu, Tuhan memang belum menghendaki si Kakek mati.&nb