Masa sebelum prolog...
Beberapa lelaki menodongkan pistol ke arah kepala dua orang manusia yang berlutut di lantai dengan dua kaki dan tangan yang terikat, serta mulut mereka yang disumpal kain.
"Jangan! Jangan sakiti mereka!" Teriak seorang lelaki berseragam militer yang keadaannya sama dengan dua orang tadi. Hanya saja mulut lelaki itu dibiarkan terbuka.
"Mamah... Papah... Kak Sam... Tolong... Lepas brengsek!" Jerit seorang perempuan lain di sudut ruangan yang berusaha melepaskan diri dari pelukan seorang lelaki yang hendak memperkosanya.
"Max, aku mohon! Jangan sakiti adikku! Lepaskan Anna!" Teriak lelaki itu lagi.
Lelaki bernama Max itu menyeringai saat sebelah tangannya berhasil menarik paksa satu-satunya pakaian yang masih membalut tubuh Anna.
Dia memperkosa Anna dihadapan keluarga wanita itu.
Ayah Anna, ibu Anna dan Kakak laki-laki Anna yang bernama Sammy.
"BAJINGAN! KEPARAT! KAMU PASTI MATI DI TANGANKU MAX! BIADAB!" Lelaki bernama Sammy itu terus meracau dengan caci maki kasar yang keluar tanpa henti dari mulutnya.
Tangisannya tak mampu lagi dia tahan melihat adiknya menjadi bulan-bulanan Max.
Sementara dia tak mampu melakukan apa-apa.
Sammy benar-benar merasa tak berguna.
Tubuh Anna meringkuk di pojokan ruang tamu setelah Max berhasil menikmatinya dengan sangat leluasa.
Max memakai kembali celananya dan merapikan pakaiannya yang berantakan.
Dia berjalan ke arah dua orang manusia renta yang duduk berlutut tadi.
Max mengambil alih salah satu senjata di tangan anak buahnya. Menekannya kuat-kuat di pelipis seorang wanita paruh baya bernama Larasati. Dia ibu Sammy dan Anna.
"Tolong, jangan bunuh ibuku! Bunuh aku saja! Jangan lukai mereka!" Kali ini Sammy tidak berteriak melainkan bicara dengan nada memelas dan memohon pada Max. Berharap lelaki itu berbelas kasihan pada keluarganya.
"Aku sudah bilangkan, aku paling tidak suka ditolak! Aku datang melamar Anna secara baik-baik! Tapi perempuan ini malah mengusirku!" Max memukul kepala Larasati dengan ujung senjata di tangannya.
Darah segar mengalir dari kepala wanita itu yang kini tersungkur di lantai.
"Ibu..." pekik Sammy tak berdaya. Lilitan tali yang mengikat tubuhnya sangat kuat, Sammy tak mampu berbuat lebih banyak untuk menolong Ibunya.
"Dan satu hal lagi yang membuatku muak, kau ingin tahu Sammy?" ucap Max kala itu.
Max mendekat ke arah Sammy dan berbisik di telinga lelaki itu.
"Ketika aku mengatakan pada Anna bahwa aku mencintainya, Anna justru mengatakan bahwa dia mencintai lelaki lain. Dan hebatnya, lelaki itu adalah kau, Mayor Sammy Immanuel,"
Max mengangkat kembali kepalanya, lalu dia bertepuk tangan.
"Sayangnya, drama romantis dua pasangan Kakak dan adik angkat itu kini harus berakhir tragis..."
Tatapan Max tertuju pada salah satu anak buahnya yang masih mengarahkan senjatanya ke kepala lelaki tua di sana.
Seketika sebuah letusan senjata terdengar.
"AYAAAHHH..." teriak Sammy berbarengan dengan rintihan tangis Ibunya yang terluka, juga Anna.
Tubuh lelaki paruh baya itu rubuh tepat di sisi tubuh istrinya yang tak lama kemudian menyusulnya tepat setelah dua letusan senjata kembali terdengar.
"IBUUUU..." teriak Sammy dan Anna tak berdaya.
Sammy masih menangis begitu pun Anna.
Tatapannya menusuk ke wajah Max.
Max yang saat itu memerintahkan pada anak buahnya untuk membawa Anna pergi, ikut bersama kawanannya, setelah lelaki itu berhasil melumpuhkan Sammy.
Max menembak dada Sammy dengan dua kali tembakan.
Saat itu dalam posisi setengah sadar, Sammy masih sempat mendengar teriakan Anna memanggil namanya.
Hingga setelahnya pandangan lelaki itu mengabur dan gelap.
*
"ANNAAA!"
Sammy terbangun dari tidur.
Dia terduduk di atas kasur lantai dengan tubuh yang basah oleh keringat.
Padahal cuaca di luar flatnya saat itu sangat dingin.
Mimpi buruk itu terus menghantuinya.
Membuat Sammy kembali larut dalam perasaan bersalahnya.
Dalam ketidakberdayaannya.
Sammy pikir, setelah dia berhasil membalaskan dendam keluarganya, maka semua kenangan pahit itu akan menghilang seiring waktu.
Nyatanya, Sammy salah.
Meski dia telah berhasil membunuh Max dengan tangannya sendiri, tapi perasaan bersalah itu tetap saja mengukung dirinya.
Memenjarakannya dengan sangat kejam.
Sammy bangkit dari kasur lantai yang menjadi tempat dirinya melepas penat dan lelah. Lelaki itu berjalan ke arah dapur untuk mengambil minuman. Sayangnya, dia tak menemukan stok air mineral di dalam lemari esnya.
Yang tersisa di sana hanyalah sebotol beer bermerk murah pemberian Ricky, sahabatnya.
Sammy mengambil botol beer itu, membukanya dan menenggaknya hingga habis tak bersisa.
Lelaki itu berjalan kembali menuju kamar.
Dia melepas kausnya yang basah.
Bertelanjang dada dia membuka jendela kamarnya lalu menyulut rokok.
Ditatapnya langit kelam di atas sana.
Sekelebat wajah gadis manis bernama Anna hadir dalam benaknya.
"Aku mencintaimu, Kak. Aku sudah menolak lamaran Max. Bahkan ayah dan Ibu sudah merestui hubungan kita..."
Ucapan terakhir Anna sebelum tragedi itu masih melekat kuat dalam ingatannya.
"Maaf, Anna. Tapi aku tidak bisa. Aku hanya menganggapmu sebagai seorang adik,"
Menjadi sebuah penyesalan besar untuk Sammy karena dia sudah menyakiti hati Anna sebelum adiknya itu dibawa pergi oleh Max.
Entah di mana kini Anna berada.
Sammy sendiri tidak tahu.
Sebab, Anna berhasil kabur dari tawanan Max, sebelum kedatangan Sammy untuk membunuh lelaki biadab itu.
Itulah sebabnya, kini Sammy terdampar di negara antah berantah ini, setelah Ricky sahabatnya memberinya informasi mengenai keberadaan Anna di negara ini, yakni Amerika serikat.
Tepatnya, di Las Vegas.
Sayangnya, setelah berbulan-bulan Sammy berada di sini, dia tak sama sekali menemukan titik terang atas keberadaan Anna.
Bahkan setelah uang dalam rekeningnya kini semakin menipis.
Uang yang dia dapatkan dari profesi baru yang akhir-akhir ini dia geluti.
Sebuah profesi yang muncul akibat rasa kecewanya terhadap ketidakadilan yang dia terima.
Setelah dirinya difitnah hingga menyebabkan pemecatan secara tidak hormat yang dialaminya di dunia militer.
Hidup dengan penuh penderitaan akibat siksaan secara brutal dan tak berkeprimanusiaan yang diterimanya selama mendekam di balik jeruji besi.
Semua hal buruk itu perlahan menimbulkan pemberontakan dalam diri Sammy. Hingga akhirnya, lelaki itu memutuskan sesuatu yang sebelumnya bahkan tak pernah terpikir dalam benaknya sekali pun.
Yaitu, menjadi seorang pembunuh bayaran.
"You are amazing woman, sometime we play again huh?"ucap seorang lelaki bule dengan senyum penuh kepuasan. Dia mengecup bahu polos perempuan di sampingnya yang sedang menangis di balik selimut. Lelaki itu bangkit dari tempat tidur, memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai, memakainya santai sambil bersiul-siul kecil.Lelaki bule itu sempat melempar beberapa lembar uang dollar ke atas tempat tidur sebelum pergi, hitung-hitung bonus karena dia merasa sangat puas.Sepeninggal lelaki bule tadi, dua orang lelaki berpakaian serba hitam masuk. Mereka adalah bodyguard yang ditugaskan oleh seorang germo bernama Grace untuk mengawal salah satu harta berharga milik Mami Grace, yaitu Rheyna.Seorang gadis Asia berparas cantik yang d
Suara sirine mobil kepolisian yang memandu barisan arak-arakan beberapa mobil mewah berhenti di depan pintu gerbang sebuah rumah mewah di kawasan perumahan elit Jakarta.Salah satu polisi turun dari motornya lalu berjalan ke arah pos keamanan rumah mewah itu."Permisi, selamat malam Pak?" sapa sang polisi memberi hormat pada petugas keamanan di sana.Petugas keamanan yang bernama Jumadi itu membalas hormat sang polisi."Selamat malam Pak, ada apa ya?" tanya Jumadi."Saya diperintahkan oleh kedubes Arab Saudi untuk mengawal Prof. Dr. Muhammad Assegaf. Beliau ingin berkunjung menemui Bapak Bastian Dirgantara untuk melamar Putri
Di tengah malam yang sunyi sepi, lantunan ayat-ayat suci Al-Quran terdengar dari Flat sebelah yang di tempati oleh sepasang suami istri muslim bernama Khalid dan Zakiya.Mereka adalah tetangga baru di sebelah flat yang di huni Sammy.Semenjak kedatangan mereka, malam-malam sunyi di flat kian menghilang. Berganti dengan irama merdu nan syahdu yang kerap menjadi penghantar tidur Sammy.Menurut Sammy, suara Zakiya saat membaca kitab suci itu bahkan jauh lebih merdu dari penyanyi-penyanyi diva Indonesia.Tak jarang, hati Sammy merasa lebih tenang setelah mendengar lantunan doa-doa itu, meski dia sendiri tidak tahu apa arti doa-doa yang dibacakan Zakiya.
Rheyna terbangun dari pingsannya.Setelah dia berhasil melarikan diri dari penjara Mami Grace, Rheyna sempat hidup terlunta-lunta di jalanan.Dia tidur bersama beberapa pengemis jalanan di trotoar dan emperan ruko-ruko pinggir jalan.Uang tabungan yang berhasil dia kumpulkan dari pemberian lelaki hidung belang yang pernah menidurinya sebagai bonus tak sama sekali dia gunakan.Itu uang haram.Kata Ustadz Rakha, uang haram itu tidak boleh kita pergunakan apapun bentuk keperluannya.Apalagi sampai dipakai untuk membeli makanan.
Sudah satu minggu Rheyna tinggal menetap di kediaman Albert.Lelaki berusia 35 tahun itu sangat perhatian dan memperlakukan Rheyna seperti anaknya sendiri.Kebutuhan hidup Rheyna terpenuhi, pun keselamatannya dari kejaran orang-orang Mamy Grace terjamin. Rheyna aman selama dia berada di kediaman Albert.Malam ini seperti biasa Rheyna melahap banyak sekali makanan yang memang telah disediakan Bibi Seth di dalam kamar yang dia huni.Satu peraturan yang diberikan Albert pada Rheyna selama gadis itu tinggal dikediamannya yaitu Rheyna dilarang wara-wiri keluar dari area kamar yang disediakan Albert untuk gadis itu. Sementara Rheyna menurut saja karena dia sudah sangat bersyukur atas kebaikan Albert yang bersedia menampungnya dan mencukupi segala kebutuhannya sejauh ini.Satu hal yang Rheyna ketahui sejak dirinya tinggal di rumah ini adalah Albert hidup sebatang k
Ricky masih terus mengoceh panjang lebar ketika mengetahui bahwa ada orang lain yang tahu siapa sebenarnya Sammy.Lelaki berambut pirang itu mengutuk aksi bodoh sang sahabat yang membiarkan saksi atas kasus pembunuhan Albert kabur dan berkeliaran bebas di luar sana.Ricky terlihat sangat frustasi.Sebab, jika sampai Sammy tertangkap, maka dirinya juga pasti ikut jadi tersangka."Sumpah ya, aku benar-benar tidak habis pikir dengan kebodohan seorang Sammy! Kau itu pembunuh profesional! Harusnya kau bisa lebih berhati-hati Sam! Bagaimana kalau sekarang perempuan yang bernama Rheyna itu sudah melaporkanmu ke kantor polisi? Lalu setelah itu kepolisian Amerika melacak identitas aslimu yang sebenarnya dan mereka tau kalau kau itu buronan Interpol? Habis sudah..." celoteh Ricky panjang lebar. Lelaki itu meremas kepalanya kuat-kuat.Sammy hanya diam.
Selepas menunaikan shalat shubuh berjamaah di kamar hotel, Rakha dan Rania sempat berolah raga pagi mengelilingi area taman perhotelan mewah tempatnya melangsungkan resepsi pernikahan kemarin.Mereka sarapan pagi dengan menu makanan yang Rakha sendiri tidak tahu apa namanya.Semua masakan yang dihidangkan di hotel itu sepertinya masakan luar.Sarapan pagi di hotel itu tersedia dalam bentuk prasmanan di mana para pengunjung bisa leluasa memilih dan mengambil sendiri menu sarapan yang sesuai dengan selera mereka."Ini apa namanya?" tanya Rakha sambil menunjuk ke arah menu makanan dihadapannya. Dia berbisik pada istrinya yang berdiri di belakangnya."Itupancake, Mas! Norak banget sih gitu aja nggak tahu," Rania jadi sewot.Rakha malah tersenyum. "Ya maklum, sayakan orang kampung. Biasa sarapan sama gudeg atau nasi kebuli di Jogya
Sudah satu bulan berlalu sejak pertemuan terakhir Sammy dengan Rheyna di kediaman Albert, polisi setempat masih terus melakukan pencarian atas pelaku pembunuhan dokter spesialis itu.Atas kejadian ini, kasus hilangnya para tunawisma di jalanan pun terkuak setelah polisi menemukan begitu banyak mayat-mayat tunawisma di kediaman Albert.Bibi Seth pun ditahan karena terbukti telah bekerja sama dengan Albert untuk melancarkan aksi kriminalitas sang majikan.Albert memang dikenal sebagai seorang dokter spesialis yang baik oleh rekan-rekan sesama tim medis di rumah sakit, tanpa ada yang pernah menyangka, di balik kebaikan yang diperlihatkan Albert di lingkungan sosialnya, kenyataannya, Albert adalah seorang psikopat yang terobsesi dengan percobaan-percobaan kimia