Aster [Indonesia Ver.]

Aster [Indonesia Ver.]

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Oleh:  Danea  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
103Bab
2.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Semua janjimu kuanggap nyata, tapi ternyata itu hanya bercanda. Kau datang membawa kebahagiaan, setelahnya membuat berantakan, kemudian menghilang. Tak ada hati yang baik-baik saja saat menerima penghianatan dari orang yang dipercaya, itulah yang terjadi pada Green Elira Natusha. Setelah mengalami patah hati mendalam akibat perselingkuhan kekasihnya, Green menganggap semua laki-laki itu sama, sama-sama tak bisa dipercaya sekalipun telah berjanji sedemikian rupa. Langit Danendra Adyaksa, lelaki yang hadir setelah patah hati terhebat yang dialami Green perlahan mampu membuat wanita itu keluar dari segala luka dan rasa sakit yang dialaminya. Langit yang mulanya dianggap bukan siapa-siapa berubah menjadi sosok yang paling istimewa, semua karena laki-laki itu berhasil mengubah cara pandang Green bahwa tak semua laki-laki seperti mantan kekasihnya. Akan tetapi semua berubah setelah Green dan Langit menikah, Langit menunjukkan sifat aslinya, dan hal itu sangat menyulitkan Green, ada sesuatu yang baru Green ketahui tentang Langit setelah menjadi istri lelaki itu. Kebahagiaan yang dulu Green bayangkan dan Langit janjikan menghilang, berganti dengan segala larangan dan aturan yang harus dilakukan, Green yang semula berpikir bahwa menikah dengan Langit adalah keputusan terbaik mendadak ingin putar balik. Langit hadir saat Green membutuhkan obat atas lukanya. Setelah luka hati Green disembuhkan, Langit memberikan luka baru dengan segala perbuatan dan tuduhan yang dilayangkan. Green kecewa pada Langit, namun ia memiliki keyakinan bahwa Tuhan tengah merencanakan sesuatu untuknya, tapi apa? mengapa semesta selalu mengajaknya bercanda? Mampukah Green keluar dari segala lara yang diderita dan tersenyum bahagia?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Ingkar

“Kak Langit, kakak kok tega sih ngasih tugas sebanyak ini? Gak punya perasaan banget,” ucap Cherry sambil mengerucutkan bibirnya,Sosok bertubuh mungil dengan rambut panjang menjuntai itu adalah Cherry Alexandra, adik dari Langit Danendra Adyaksa, dosen muda di Unversitas tempat adiknya berkuliah sekaligus penulis terkenal. Lelaki berlesung pipi dengan tinggi 180 cm dan kulit bersih serta bibir merah muda itu hanya diam menerima kemarahan sang adik. Cherry yang berdiri di ambang pintu tengah memaki Langit, menurutnya Langit sangat keterlaluan dalam memberikan tugas. Sementara Langit yang menerima makian itu tak beraksi apa-apa, ia lebih senang menatap monitor daripada meladeni Cherry yang menilai dirinya sebagai dosen tak berperasaan.“Kak.., kakak denger aku gak, sih?” Cherry masuk dan menghampiri sang kakak dengan wajah kesalnya.“Hmmmmm…,” jawab Langit tanpa mengalihkan pandangannya.“Cherry gak mau ngerjain tugas dari kakak!” ujar Cherry tanpa basa-basi sambil cemberut. Ia lebih s

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Mblee Duos
Hay kak, semangat terus nulisnya yach... ceritanya keren kok... dan bila berkenan, saling support yuk! di cerita aku, MAMA MUDA VS MAS POLISI
2022-11-20 19:59:09
0
103 Bab

Ingkar

“Kak Langit, kakak kok tega sih ngasih tugas sebanyak ini? Gak punya perasaan banget,” ucap Cherry sambil mengerucutkan bibirnya,Sosok bertubuh mungil dengan rambut panjang menjuntai itu adalah Cherry Alexandra, adik dari Langit Danendra Adyaksa, dosen muda di Unversitas tempat adiknya berkuliah sekaligus penulis terkenal. Lelaki berlesung pipi dengan tinggi 180 cm dan kulit bersih serta bibir merah muda itu hanya diam menerima kemarahan sang adik. Cherry yang berdiri di ambang pintu tengah memaki Langit, menurutnya Langit sangat keterlaluan dalam memberikan tugas. Sementara Langit yang menerima makian itu tak beraksi apa-apa, ia lebih senang menatap monitor daripada meladeni Cherry yang menilai dirinya sebagai dosen tak berperasaan.“Kak.., kakak denger aku gak, sih?” Cherry masuk dan menghampiri sang kakak dengan wajah kesalnya.“Hmmmmm…,” jawab Langit tanpa mengalihkan pandangannya.“Cherry gak mau ngerjain tugas dari kakak!” ujar Cherry tanpa basa-basi sambil cemberut. Ia lebih s
Baca selengkapnya

Semoga

Sejak pukul 02.00 dini hari tadi Green tak lagi memejamkan mata hingga pagi menjelang. Suara ayam berkokok menandakan malam telah berganti. Green memutuskan bangkit dari tempat tidur untuk membersihkan diri dan bersiap melaksanakan ibadah salat subuh. Pagi ini ia akan mencoba menghubungi Alta kembali, setelahnya akan bekerja seperti biasa kemudian mengerjakan tugas kuliah bersama Cherry.“Gue yakin, Alta setia sama gue, dia gak akan macem-macem.” gumamnya pada diri sendiri.Selepas membereskan tempat tidur, Green segera pergi ke kamar mandi. Ia mengawali hari dengan segala pikiran positif agar harinya berjalan baik. Green berada di kamar mandi selama beberapa menit, setelah itu ia melaksanakan ibadah salat subuh.Tepat setelah Green menyelesaikan ibadahnya, ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk. Dengan cepat Green menyambar ponselnya, ia yakin pesan tersebut pasti dari Alta. Helaan napas terdengar dari bibirnya setelah melihat ternyata pesan yang ia terima bukanlah pesan dari
Baca selengkapnya

Bertemu Lagi

Green berjalan sambil melamun, Alta tak kunjung menghubunginya, entah kemana perginya lelaki itu sampai tak membalas pesannya. Kesibukan apa yang tengah dilakukannya sampai membalas pesan yang hanya dua detik saja tak sempat dilakukan. Merasa lelah dengan penantian menunggu kabar, Green mengalihkan pikirannya agar tak selalu tertuju pada hal tersebut. Green diam sejenak, ingatannya kembali pada kejadian tadi, ia seperti mengenal lelaki yang beberapa menit lalu menolongnya, wajahnya tidak asing, tapi ia tak ingat pernah bertemu lelaki itu dimana. “Sekilas gue kayak pernah liat, tapi dimana ya?” tanya Green pada diri sediri.Novel yang sejak tadi berada ditangannya belum sempat ia buka, Green tersenyum membaca quotes yang terdapat dalam sampul depan novel tersebut. “Untuk kamu yang pernah terluka di masa lalu,” begitulah bunyi kutipan itu. Sejak pandangan pertama, novel tersebut telah menarik minatnya. Green menertawai dirinya sendiri, masa lalunya memang tidak indah, ia memiliki banya
Baca selengkapnya

Rumah Kamu Dimana?

Green menarik tangannya dari genggaman Langit sesegera mungkin, ia tak ingin bersentuhan dengan lelaki lain lebih dari 5 detik karena menurutnya itu bukan sesuatu yang baik. Cherry yang menyadari ketidaknyamanan Green segera mengusir Langit. “Udah sana Kak, gue sama Green mau ngerjain tugas dari lo!”Langit tersenyum simpul. “Oke, semangat,” ujarnya menatap ke arah Green.Cherry dan Green tak menanggapi ucapan semangat yang dilontarkan Langit, mengucapkannya memang mudah namun praktiknya tidak semudah itu. Sebelum Langit benar-benar pergi, Cherry memanggil sang kakak, “Kak Langit…”“Iya?” Langit menoleh menatap sang adik untuk meminta penjelasan.“Gue minjem novel lo yang Kilas Balik dong, Green sama gue mau analisis novel itu,” ujar Cherry mengutarakan maksudnya.“Ambil aja di perpus.”“Oke, makasih, Kak.”Langit mengacak-acak rambut Cherry. “Pilihan yang bagus,” tuturnya sambil tersenyum kemudian berbalik meninggalkan Cherry.“Pilihan yang bagus apaan, nyiksa yang ada.” Cherry mengg
Baca selengkapnya

Kangen Kamu

“Ayo Green, saya antar pulang. Rumah kamu dimana?”Green masih diam, bingung harus merespon bagaimana. Apakah menerima tawaran dosen sekaligus kakak temannya atau menolak niat baik itu. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Green memilih opsi kedua, ia memilih untuk pulang sendiri, lagipula Green telah berjanji pada Alta untuk tak dekat dengan lelaki mana pun.“Gue pulang sendiri aja Cher, makasih Pak atas tawarannya,” tolak Green dengan nada sopan.“Udah sore Green, di luar juga mendung. Lo mau naik apa emang?” tanya Cherry, matanya mengarah pada langit yang tiba-tiba berubah gelap.Mata Green mengikuti arah pandang Cherry, memang benar apa yang dikatakan Cherry, sepertinya sebentar lagi hujan akan turun, namun Green tetap bersikeras untuk pulang sendiri.“Gue bisa naik ojek online, Cher.”“Udah ada yang gratis kenapa milih yang bayar sih, Green?” tanya Cherry tak paham dengan pemikiran Green.“Cher, please gue gak enak sama Pak Langit,” ujar Green dengan suara berbisik agar Langit t
Baca selengkapnya

Siapa?

Langit memilih diam, membiarkan Green hanyut dengan pikirannya. Bahkan wanita itu tak menyadari bahwa saat ini dirinya tengah bersama Langit di mobil lelaki itu. Terlalu asik mengenang memori bersama Alta membuat Green lupa bahwa ada manusia lain di sampingnya.“Maaf, Pak,” tutur Green dengan nada tidak enak.“Tidak apa-apa, Green.” Langit menanggapinya dengan santai.Hening kembali menyelimuti keduanya, hujan belum juga reda, suara guntur kembali bersahut-sahutan. Orang-orang yang berlalu lalang berlarian mencari tempat berteduh, mereka yang awalnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pada akhirnya dikalahkan oleh hujan.“Alta pasti sosok yang sangat berarti bagi kamu,” ucap Langit membuka obrolan.Green menoleh sebentar kemudian kembali menatap lurus ke depan, tangannya memeluk tas ransel yang berada di pangkuannya. Sejak tadi ia belum menyentuh ponselnya, keinginannya untuk melihat benda itu sangat kuat na
Baca selengkapnya

Kebohongan

Langit masih berada di tempat terakhir ia bersama Green, belum berniat untuk kembali ke rumahnya, yang dilakukan Langit hanya menatap kursi penumpang di sampingnya dan membayangkan Green ada di sana. Selain karena Green berbeda dengan wanita kebanyakan, wajah dan sikap Green mengingatkannya pada seseorang di masalalu, seseorang yang pernah mengisi hatinya. Langit tersenyum membayangkan wajah Green, namun seketika senyum itu pudar digantikan dengan ekspresi datar.Alarm ponsel Langit berbunyi, sudah waktunya ia kembali ke rumah karena harus melanjutkan pekerjaannya. Langit mengemudikan mobil dan meninggalkan tempat tersebut, esok atau lusa ia berniat akan kembali ke tempat itu untuk sekadar meminta maaf pada Green karena telah membuat wanita tersebut tidak nyaman dan ketakutan.“Green.., nama yang indah, seindah pemiliknya.” Langit berbicara dengan dirinya sambil tersenyum membayangkan wajah Green.Bayangannya tentang wajah Green seketika hilang saat
Baca selengkapnya

Petunjuk

Hujan yang mengguyur bumi telah reda, Green sudah menyembunyikan seluruh tubuhnya di balik selimut sejak tadi. Jika tengah merasa gundah, Green akan melakukan hal demikian, tidur berjam-jam lamanya. Sampai hari berganti, Green belum juga beranjak dari kasur kesayangannya, ia masih bermalas-malasan.Suara derap langkah mendekat ke arah jendela kamar, Green menajamkan pendengarannya, menerka-nerka siapa sosok di balik jendela itu.“Siapa?” tanya Green memberanikan diri.Green melihat jam dinding menunjukkan pukul 01.00 dini hari, sudah lebih dari 4 jam ia tertidur. Green memberanikan diri membuka jendela, namun ia tak melihat siapa pun.“Siapa di sana?” tanya Green lagi sambil membuka jendela kamar. Sejak kepergian ibunya, ia tinggal sendiri dan seringkali mengalami kejadian serupa, Green tak pernah takut karena ketakutan terbesar dalam hidupnya adalah kehilangan Melan—sang mama, dan ia telah melewati hari-hari berat itu.
Baca selengkapnya

Green dan Cherry

Green dan Cherry memiliki kemiripan, sama-sama suka makanan manis dan tidak suka kesepian. Lucu memang, Green tinggal sendiri dan Cherry hanya berdua saja dengan Langit yang juga sering meninggalkannya. Keduanya berteman dengan sepi, dan tentunya merasa kesepian. Kesepian yang dirasakan Green perlahan sirna karena kehadiran Alta, begitupun Cherry yang merasa harinya menjadi berwarna sejak berpacaran dengan Zein. Baik Green maupun Cherry, keduanya tak memiliki banyak teman namun mengenal banyak orang, bukan karena sombong atau apa, melainkan keduanya memiliki prinsip berkenalan dengan siapa saja namun tak semuanya bisa dijadikan teman.Dua wanita itu kini tengah berada di taman kampus sambil membaca novel untuk bahan tugas mereka, Green menatap mata Cherry yang sembab, sejak tadi pun wanita itu tak banyak bicara, tak seperti biasanya. Green awalnya tak penasaran, namun ia melihat mata Cherry seperti tengah menahan tangis.“Cher…” Green menyentuh pungg
Baca selengkapnya

Langit

Green masih menarik Cherry menjauh dari tempat tersebut, Cherry merasa terharu karena Green benar-benar membelanya. Cherry tersenyum, rasa sakit hatinya masih ada belum benar-benar sembuh sepenuhnya. Meskipun yang dikatakan Green tadi benar, tak pantas baginya untuk bersedih karena Violet dan Zein. Tetapi semua tidak bisa terjadi begitu saja, patah hati tetap patah hati, tidak bisa langsung sembuh dengan kata-kata motivasi atau siraman rohani. Semua butuh proses, dan setelah ini Cherry bertekad akan menjalani proses itu.“Green, makasih ya,” ucap Cherry tulus setelah mereka sampai di depan kelas.“Setelah ini, lo jangan ngerasa sendiri ya, Cher,” ucap Green yang seperti melihat sosok Sera dalam diri Cherry.Cherry mengangguk. “Sekali lagi makasih, Green.”Green tersenyum tipis. Kelas masih sepi, padahal kuliah akan dimulai lima menit lagi. Green melihat Beni, KM di kelasnya menaiki tangga sambil menenteng tas laptop.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status