AJISEKA

AJISEKA

last updateLast Updated : 2024-09-02
By:  Arya. P  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.5
7 ratings. 7 reviews
141Chapters
1.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Synopsis

Kuat

“Aji! Apa tujuan akhirmu di Padepokan ini,” tanya Rimpang kepada Ajiseka saat mereka sedang beristirahat. “Tidak ada, aku hanya ingin kuat dan membantu Romo menjaga kehidupan di wilayah Punden. Namun, aku berharap dapat membantu mengurangi kekejian di muka bumi ini, terlebih banyak siluman yang semakin merajalela dengan tingkat kekejian yang di luar nalar,” Jawab polos Ajiseka. “Ah! Kau ingin jadi pelindung rupanya. Ambillah jalur Naga, agar sesuai dengan niatmu, Ajiseka. Romoku pernah berucap jika Naga adalah pelindung yang kuat,” timpal Condro Kumolo. “Iya kah? Pasti akan sangat berat. Sudahlah, tidak perlu terlalu jauh berangan-angan. Aku sudah melihat banyak kematian, dan aku harus segera membantu Romoku menyelesaikannya.” Mampukah Ajiseka menuntaskan tujuannya? Apakah jalur naga jadi pilihan Ajiseka?

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1. Kekacauan di wilayah Punden

“Romo, semalam Aji bertemu Eyang. Eyang menyuruh Aji segera belajar Kanuragan supaya bisa menjaga keraton Setya Loka dan wilayah punden dari incaran wanita yang bernama Sariti.”Aktivitas Danuseka terhenti seketika saat putranya berbicara, “Oya? Kamu tau dimana keraton itu, Nak?”Sepuluh tahun yang lalu Ajiseka terlahir didunia, selama itu pula proses pengalihan digdaya dari sang Kakek berlangsung. Namun, Ajiseka harus menempa dirinya sendiri untuk menumbuhkan digdaya yang ia miliki. Sayangnya sang Kakek sudah mengasingkan diri sebelum Ajiseka dewasa.“Aji beberapa kali kesana, Romo. Tapi Aji tidak tau letaknya, yang Aji tau rumah disana besar dan berwarna kuning emas,”“Mulai sekarang, Aji harus belajar. Dengan Romo atau yang lainnya, Aji harus sungguh-sungguh.”Danuseka mengelus pucuk kepala putranya. Pikirannya langsung tertuju perihal pesan yang disampaikan pada Ajiseka. Pasalnya, tidak mungkin Ayahnya atau Kakek Ajiseka yang baru empat hari pergi itu kembali dari tapa bratanya. D

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Sape Piye
masih lanjutkah novel ni thor?
2024-08-31 23:38:28
1
user avatar
Shaveera
keren uy, lanjut Om
2024-05-30 11:28:09
0
user avatar
Wavi
fantasi jawa, oke
2024-05-30 01:51:59
1
user avatar
Aprilia Sakura
Bukunya bagus, asik untuk di baca
2024-04-24 14:01:04
1
user avatar
Arya. P
secuil sajian pengisi waktu luang, semoga berkenan
2024-04-10 11:20:59
2
user avatar
Arya. P
mencoba menyajikan yang terbaik sesuai kapasitas diri
2024-04-03 19:27:43
2
user avatar
Sumadi
terlalu cepat itu nya, awal2 sdh dikasih konflik tanpa perkenalan dulu, tapi bagus juga, semangat terus !!!
2024-04-24 19:21:46
0
141 Chapters

Bab 1. Kekacauan di wilayah Punden

“Romo, semalam Aji bertemu Eyang. Eyang menyuruh Aji segera belajar Kanuragan supaya bisa menjaga keraton Setya Loka dan wilayah punden dari incaran wanita yang bernama Sariti.”Aktivitas Danuseka terhenti seketika saat putranya berbicara, “Oya? Kamu tau dimana keraton itu, Nak?”Sepuluh tahun yang lalu Ajiseka terlahir didunia, selama itu pula proses pengalihan digdaya dari sang Kakek berlangsung. Namun, Ajiseka harus menempa dirinya sendiri untuk menumbuhkan digdaya yang ia miliki. Sayangnya sang Kakek sudah mengasingkan diri sebelum Ajiseka dewasa.“Aji beberapa kali kesana, Romo. Tapi Aji tidak tau letaknya, yang Aji tau rumah disana besar dan berwarna kuning emas,”“Mulai sekarang, Aji harus belajar. Dengan Romo atau yang lainnya, Aji harus sungguh-sungguh.”Danuseka mengelus pucuk kepala putranya. Pikirannya langsung tertuju perihal pesan yang disampaikan pada Ajiseka. Pasalnya, tidak mungkin Ayahnya atau Kakek Ajiseka yang baru empat hari pergi itu kembali dari tapa bratanya. D
Read more

Bab 2. Penculikan.

“Ki Danuseka!” Tiba-tiba saja Danuseka hadir di depan utusan yang memanggilnya, “Ada apa, Kang? Adakah sesuatu yang genting di bawah sana, Kang?” “Ketiwasan, Ki. Nyai dibawa makhluk selendang berkepala manusia, Ki!” Mendengar aduan itu dada Danuseka terasa sesak seketika, begitu juga dengan tubuhnya yang bergetar. Menandakan jika dirinya sedang dikuasai oleh amarah. Namun, ia mencoba menetralisir hal itu, sebab jika amarahnya memuncak hanya akan membuntukan pikirannya. Terlebih lagi, ia tidak bisa meninggalkan pertarungan begitu saja. “Kita selesaikan pertarungan dulu, Kang. Terlalu banyak siluman juga dedemit yang turut andil disini. Lalu, bagaimana keadaan di bawah, Kang?” “Saya tidak tau pasti, Ki. Tapi Ajiseka sudah diamankan oleh para tetua,” “Baiklah, waspadai sekeliling Kakang, jika ada yang mengganggu panggil saya secepatnya.” Tetua utusan mengangguk mengerti, sedangkan Danuseka sendiri segera kembali ke medan pertarungan. Kini fokus Danuseka adalah siluman selendang be
Read more

Bab 3. Kebengisan Sariti

Wilayah Punden semakin mencekam. Obor-obor menancap di sembarang tempat, menerangi sebagian lokasi yang semula gelap gulita. Ya! Pasukan dari golongan manusia yang dipimpin oleh Sariti mulai beraksi, mereka berasal dari suatu daerah yang telah dikuasai oleh pengaruh pimpinan lelembut wilayah punden.“Merekalah yang harus kalian bersihkan, binasakan! Tunjukkan bakti kalian kepadaku!” ujar Sariti.Titahnya terdengar jelas di telinga para abdinya yang menyebar. Bersembunyi di balik pepohonan dan semak. Ya! Hanya mereka yang mendengar titah itu.Kelompok Danuseka mulai tersudut. Puluhan siluman ular dan penampakan kuntilanak yang tiba-tiba muncul membuat beberapa tetua panik. Pasalnya, bukan kekuatan silumannya yang merepotkan, tetapi kehadiran makhluk bergaun putih yang acapkali membuat mereka kehilangan fokusnya.“Ki, lakukan sesuatu agar mereka tidak mengganggu.” Titah Danuseka.Tetua itu bergegas melakukan sesuai perintah Danuseka. Dia lebih memfokuskan diri menghadapi makhluk astral.
Read more

Bab 4. Murka Danuseka.

Ketika kebengisan dipertontonkan oleh Sariti, tetua wilayah punden tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa mengutuk sosok yang berdiri angkuh di atas sebuah batu besar. Ya! Sariti mengendalikan seluruh lawannya. Dia memanfaatkan amarah rekan-rekan Danuseka.Cukup lama tubuh para tetua berada dalam kendali Sariti. Selama itu pula mereka menyaksikan penyiksaan yang terjadi bahkan, ketika sanak saudaranya meregang nyawa mereka hanya bisa meratapi. Lebih mengejutkan lagi pelakunya adalah warga punden yang disusupi makhluk tinggi besar dan berbulu. Pantaslah mereka tidak lagi merasa iba kepada sesama manusia. Sebab sejatinya yang melakukan itu Adalah makhluk-makhluk itu.“Ki Danuseka!” tiba-tiba salah satu tetua berteriak memanggil nama pimpinannya. Dia tersadar pesan yang pernah disampaikan Danuseka.Di tempat yang jauh dari Punden Danuseka menghentikan pengejarannya, dengan jelas ia mendengar teriakan yang memanggil namanya. Seketika Danuseka sadar jika ia telah terkecoh oleh Sari
Read more

5. Alam mimpi

Terik mentari pagi menghangatkan wajah-wajah sendu warga Punden. Berjibaku mengurusi puluhan mayat sisa tragedi semalam, duka diwilayah Punden tidak terelakkan lagi. Jangankan puluhan nyawa, satu nyawa saja melayang akibat kebengisan, mereka sangat menyayangkannya. Belum genap satu bulan memangku tanggung jawab, Danuseka sudah di hadapkan dengan kenyataan pahit. Merasa terpukul karena tidak bisa mengemban amanah dari pendahulunya. Tetapi Danuseka tidak menunjukkan perih hatinya, ia masih terlihat tegar di depan warganya. Terlebih di depan Ajiseka, putra semata wayangnya. Dirinya lebih memilih turut membantu warga menyiapkan keperluan pemakaman. Ikut menggali lubang raksasa agar pekerjaan cepat selesai. Bahkan, Danuseka tidak segan membersihkan jenazah yang hendak dimakamkan. Lubang besar disiapkan untuk pemakaman warga, setidaknya ada tujuh lubang besar. Tetapi saat pemakaman berlangsung kejadian aneh menimpa mayat-mayat yang berasal dari luar Punden. Sekitar dua puluhan mayat meny
Read more

6. Awal perjalanan.

Cicit burung mengantar langkah riang Ajiseka. Tekadnya yang kuat membuat dirinya mantab meninggalkan ayahnya. Bahkan, embun pagi yang dingin tidak menyurutkan ayunan langkahnya.Tepi Selatan menjadi tujuan pertama Ajiseka, ia dijemput oleh dua orang tetua yang cukup mumpuni. Belum lagi pengawalan diam-diam Ki Dirgodono, tetua sepuh Punden yang jarang sekali berbaur dengan warga. Lelaki yang piawai dalam penyamaran dan ahli menekan aura kedigdayaannya.Untuk pertama kalinya Ajiseka keluar dari pemukiman, langkahnya begitu riang manakala dirinya melintasi hutan lebat. Bahkan, Ajiseka tidak khawatir jika ada binatang buas seperti yang pernah diceritakan oleh sang ibu. Sesekali Ajiseka bersiul menirukan kicauan burung, terkadang mengernyitkan dahinya saat mencurigai sesuatu.Tiba-tiba Ajiseka berhenti, ia menatap tajam pohon besar yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri.“Ki, apakah itu gubuk, Aki?” tanya Ajiseka kepada Ki Sawung, tetua sepuh yang menjemputnya.“Bukan Aji? Gubuk A
Read more

7. Kehadiran Kumbolo

Dewi Panguripan. Wanita dari bangsa lelembut beraliran putih, memiliki paras yang ayu dan berbudi baik. Sosoknya tidak banyak di kenal, sebab ia sendiri sejatinya sudah menjauh dari permasalahan-permasalahan dunia. Tetapi, tidak untuk keturunan penguasa Punden, pemilik keraton Setyaloka yang kini moksa. Kehadirannya yang tiba-tiba membuat Ki Sawung sedikit tergagap. “Ah, Nyai ... Maafkan saya yang tidak menyadari kehadiran Nyai,” “Tidak mengapa Ki Sawung, berikan ini kepadanya, biarkan dia sendiri yang mencari keberadaan padepokanku,” ucap Dewi Panguripan sembari memberikan Sebuah benda berbentuk daun berwarna kuning emas. “Maafkan saya Nyai, rasanya saya tidak tega membiarkan Ajiseka berangkat sendiri, Nyai?” “Tidak perlu khawatir, Ki. Dengan membawa benda ini lelembut wilayah Selatan tidak akan ada yang berani menyentuhnya, kecuali bocah itu mendapat rintangan lain. Kembalilah, energimu akan terkuras jika sukmamu terlalu lama di tempat ini.” Ki Sawung menyadari jika ucapan Dewi
Read more

8. Ujian dari Kumbolo.

Dhar!Dhar!Senyum mengembang manakala Ajiseka mampu membuat makhluk itu terpental jauh. Namun, bukan niat Ajiseka untuk melukai, ia gegas mengayunkan langkahnya menghampiri sosok yang baru saja terpental.“Maafkan aku, aku tidak berniat sekeras itu melemparmu,” tangan Ajiseka mencoba meraih pergelangan makhluk besar yang sedang terjerambab, tidak sedikit pun rasa takut dihati Ajiseka.“Kau yang mengajarkan diriku menyerang seperti itu. Bahkan, aku sama sekali belum pernah menggunakannya, sekali lagi maafkan aku,” ucap Ajiseka lagi.“Hua ha ha ha ha, Kau bocah kecil! Jangan bilang kau tidak tau sedang dimana dirimu saat ini, Kau tampak polos sekali,”Mendengar itu Ajiseka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu ia menatap makhluk itu dengan raut muka yang bingung.“Lho, memangnya aku dimana? Di bumi kan? Bumi ciptaan sang pangeran kan? Setidaknya itu yang pernah Romo sampaikan kepadaku,” ucap Ajiseka.“Hua ha ha ha ... Ghoaar ... Kalau begitu, Kau harus mengalahkanku bocah kecil!”
Read more

9. Penguasa Alam mimpi.

Teng! Dalam sekejap Ajiseka tersadar, melihat sekeliling dan memastikan jika dirinya telah benar-benar kembali. Senyumnya mengembang manakala bilah-bilah bambu tersusun rapi mengitari Sekitarnya , artinya ia benar-benar berada di kediaman Ki Sawung. ‘Syukurlah aku sudah kembali.’ Monolog Ajiseka. Ia keluar dari bilik, berusaha mengayunkan langkah gontainya. Tetapi saat pandangan Ajiseka terarah di kegelapan malam, dirinya menangkap sekelebat bayangan. Persis seperti makhluk yang baru saja membersamainya di alam bawah sadar. “Terimakasih, Ki Kumbolo!” teriak Ajiseka. “Ada apa Ajiseka ...” jawab Kumbolo manakala berhenti melesat tepat di depan Ajiseka. “Eh? Tidak apa-apa, aku hanya mengucapkan terimakasih saja, Ki,” Ajiseka mengulum senyumnya, merasa lucu melihat makhluk yang begitu cepat kembali ke hadapannya. Tentu Ajiseka membayangkan Kumbolo yang begitu repot menghentikan laju dan kembali dalam sekejap. “Ah! Kau ini, baiklah” ucap Kumbolo, makhluk itu tidak lagi melesat, tetap
Read more

10. Nyai Ajeng Ratri.

“Lepaskan aku!”Ajiseka ingin meronta manakala wanita sepuh itu seperti memangkas waktu. Pasalnya, dirinya dan wanita sepuh tidak berjalan saat mendekati gubuk, tetapi setiap kedipan mata posisinya semakin mendekati gubuk reot miliknya.“Tenangkan dirimu, Nak Mas. Nanti Kau akan senang di gubukku, aku hanya minta sedikit pengorbanan dari rasa ikhlasmu. Oleh karena itu, tenanglah.” Mendengar itu Ajiseka mengendurkan ototnya, ya! Ia tidak bisa bergerak, namun otot tubuhnya menegang, mengikuti gejolak amarahnya.Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Ajiseka, dirinya hanya perlu sedikit berpikir agar terlepas dari pengaruh digdaya wanita sepuh itu. Ajiseka mulai memikirkan sesuatu, tidak mungkin dirinya hanya diam tanpa melakukan perlawanan seperti saat ini. Sedangkan otaknya masih sangat mampu untuk mengatur strategi agar dirinya tidak terus menerus berada dalam kungkungan.“Ah! Baiklah, lepaskan diriku agar bisa seperti yang Simbah harapkan, jika tidak. Sampai kapan-pun aku tidak akan menu
Read more
DMCA.com Protection Status