AJISEKA

AJISEKA

last updateПоследнее обновление : 2024-09-02
От :  Arya. PПолный текст
Язык: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.5
7 Рейтинг. 7 Отзывы
141Главы
2.0KКол-во прочтений
Читать
Добавить в мою библиотеку

Share:  

Report
Aннотация
Каталог
SCAN CODE TO READ ON APP

“Aji! Apa tujuan akhirmu di Padepokan ini,” tanya Rimpang kepada Ajiseka saat mereka sedang beristirahat. “Tidak ada, aku hanya ingin kuat dan membantu Romo menjaga kehidupan di wilayah Punden. Namun, aku berharap dapat membantu mengurangi kekejian di muka bumi ini, terlebih banyak siluman yang semakin merajalela dengan tingkat kekejian yang di luar nalar,” Jawab polos Ajiseka. “Ah! Kau ingin jadi pelindung rupanya. Ambillah jalur Naga, agar sesuai dengan niatmu, Ajiseka. Romoku pernah berucap jika Naga adalah pelindung yang kuat,” timpal Condro Kumolo. “Iya kah? Pasti akan sangat berat. Sudahlah, tidak perlu terlalu jauh berangan-angan. Aku sudah melihat banyak kematian, dan aku harus segera membantu Romoku menyelesaikannya.” Mampukah Ajiseka menuntaskan tujuannya? Apakah jalur naga jadi pilihan Ajiseka?

Узнайте больше

Chapter 1

Bab 1. Kekacauan di wilayah Punden

“Romo, semalam Aji bertemu Eyang. Eyang menyuruh Aji segera belajar Kanuragan supaya bisa menjaga keraton Setya Loka dan wilayah punden dari incaran wanita yang bernama Sariti.”

Aktivitas Danuseka terhenti seketika saat putranya berbicara, “Oya? Kamu tau dimana keraton itu, Nak?”

Sepuluh tahun yang lalu Ajiseka terlahir didunia, selama itu pula proses pengalihan digdaya dari sang Kakek berlangsung. Namun, Ajiseka harus menempa dirinya sendiri untuk menumbuhkan digdaya yang ia miliki. Sayangnya sang Kakek sudah mengasingkan diri sebelum Ajiseka dewasa.

“Aji beberapa kali kesana, Romo. Tapi Aji tidak tau letaknya, yang Aji tau rumah disana besar dan berwarna kuning emas,”

“Mulai sekarang, Aji harus belajar. Dengan Romo atau yang lainnya, Aji harus sungguh-sungguh.”

Danuseka mengelus pucuk kepala putranya. Pikirannya langsung tertuju perihal pesan yang disampaikan pada Ajiseka. Pasalnya, tidak mungkin Ayahnya atau Kakek Ajiseka yang baru empat hari pergi itu kembali dari tapa bratanya. Danuseka yakin jika yang menemui putranya adalah Sukma sang Ayah.

“Jadi selama ini Aji sering bepergian dengan Eyang?”

“Iya, Romo.”

Jawaban Ajiseka sudah cukup membuat Danuseka memahami yang terjadi pada putranya. Jelas Ajiseka telah disiapkan untuk menggantikan dirinya kelak. Ia menatap raut polos Ajiseka, memikirkan bagaimana nanti ke depan. Pasalnya, menjaga sebuah keraton gaib yang sarat dengan harta kekayaan tidaklah mudah.

Dalam beberapa hari firasat Danuseka tidak baik-baik saja, ia termangu didepan kediamannya. Menatap langit sore yang tampak aneh.

“Ada apa Kakang? Sepertinya ada sesuatu yang Kakang pikirkan,”

“Lihatlah, tidak biasanya punden seperti itu, rasanya ada sesuatu yang tidak beres.” Ucap Danuseka khawatir.

         Langit kelam menyelimuti puncak Punden. Wilayah yang sejatinya begitu indah. Namun, saat ini tertutup total oleh awan hitam yang menggumpal. Danuseka, tetua muda sekaligus pimpinan dari para tetua wilayah Punden menatap gelisah puncak Punden saat berduaan dengan istrinya.

 Kekhawatiran Danuseka memuncak manakala petir menyambar ke sembarang arah. Hal itu membuat Danuseka segera bertindak, meminta petunjuk kepada sang Pangeran, juga meminta ijin kepada para leluhur perihal tindakan yang harus ia lakukan. Danuseka lantas mengumpulkan warga untuk berkumpul di pendopo rumahnya.

 “Saudara-saudaraku, saat ini penghuni gaib menginginkan kebebasan di wilayah punden, hal ini tentu sangat merugikan kalangan manusia di sekitar punden. Jika ini terjadi, saya yakin kita akan punah di tempat ini. Oleh sebab itu saya mengajak saudara-saudara untuk bersatu memerangi mereka.”

 “Bagaimana dengan rekan-rekan yang tidak memiliki digdaya untuk melawannya, Ki. Apakah kita akan tetap mengikut sertakan?” ujar salah satu tetua.

Terdengar suara bisik-bisik dari orang-orang yang di kumpulkan oleh Danuseka. Mereka tidak menyangka jika tempat tinggal mereka terancam. Sebagian bahkan merasa ketakutan dengan berita yang di sampaikan oleh pimpinannya.

“Ki Danuseka, apa yang membuat makhluk -makhluk itu menginginkan kebebasan, bukankah selama ini kehidupan di wilayah punden baik-baik saja?” timpal tetua satunya.

 “Saya rasa kita bisa memilih warga yang layak dan bisa menghadapi musuh kita saat ini. Ingatlah yang kita hadapi bukanlah manusia.” Danuseka menatap seluruh tetua yang hadir.

Hening. Tidak ada yang kembali membuka suaranya. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Tidak di sangka mereka akan berhadapan langsung dengan makhluk yang selama ini mereka hindari.

“Seperti yang kita ketahui, Romo saya pergi tujuh hari yang lalu, saya rasa makhluk-makhluk itu berani karena mereka merasa tidak ada lagi yang akan bisa menghalangi niatnya. Mari kita buktikan kepada mereka bahwa kita mampu menjaga warga Punden.” ucap Danuseka setelah lama terdiam.

Sementara, setelah Sandikala berlalu. Puncak punden telah berkumpul berbagai jenis makhluk tak kasat mata. Di pohon-pohon rindang duduk puluhan Kuntilanak bergaun putih, beberapa makhluk tinggi besar dan berbulu hitam legam juga berdiri angkuh di atas pepohonan. Tak lama kemudian dua jenis Siluman bergerak memasuki kawasan punden, mereka tidak lain adalah dua wanita Siluman dari wilayah danau tepi Barat dan satunya lagi siluman ular dari tepi Utara.

   Di sisi lain. Sekelompok manusia datang bersama seorang wanita yang berpenampilan anggun. Ya! Wanita jelmaan dari Kuntilanak merah yang bernama Sariti, pimpinan seluruh siluman dan makhluk astral. Ia juga membawa para pengikutnya dari kalangan Manusia.

“Bertahanlah di sini, kawasan Punden sudah penuh oleh para Siluman juga Demit, baiknya kalian menjaga jarak dan tunggu aba-aba dariku,”

“Baik, Nyai.”

Sariti terlebih dahulu menahan pengikutnya di suatu tempat, ia langsung melesat ke wilayah puncak Punden. Kini tiga pimpinan sudah berada di tempat yang sama, Ketiga makhluk bengis itu langsung mengatur strategi. Setelah itu masing-masing memberi komando kepada bawahannya.

“Seperti yang kita rasakan, di tempat ini aura digdaya manusia berkumpul. Artinya di pemukiman sana hanya ada manusia biasa. Kacaukan pemukiman itu agar kekuatan yang berkumpul di tempat ini terpecah belah!” titah Sariti kepada dua rekannya.

“Laksanakan, Nyai. Lihatlah ... Sepertinya mereka sudah tidak sabar melakukannya ....” jawab salah satu pimpinan siluman.

Blar!

Dua larik cahaya menerangi pekatnya malam di puncak Punden. Membuat semua Siluman tercekat. Tidak lama Kemudian, muncul sosok manusia yang tiba-tiba berdiri di bebatuan.

“Tidak semudah itu kalian berbuat onar di wilayah ini! Baiknya kalian urungkan niat itu!”

“Kau rupanya, tidak ku sangka kau akan menggantikan posisi Romomu, lebih baik kau membersamai diriku saja cah Bagus ... Percayalah ... Kau akan mendapat tempat teristimewa ... Ikutlah denganku ....” Wanita bergaun merah itu mendekati Danuseka, ia berjalan mengitari tubuhnya dan tanpa segan menatap manik mata Danuseka.

 Danuseka menatap tajam perempuan itu. Walau dirinya sedikit bergetar saat tatapannya bersirobok dengan tatapan Sariti. Namun, Ia sama sekali tidak gentar menghadapinya.

  “Percuma saja kau mencoba mempengaruhiku, gendammu tidak akan mampu menembusku, Nyai.” ucap Danuseka sembari mengibaskan salah satu tangannya di depan wajah ayu wanita yang tidak sedikit pun berkedip menatapnya.

Seringai tipis terukir di bibir tipis Sariti manakala Danuseka berucap, “Kau keras kepala, sama seperti Romomu. Baiklah... saat ini aku tidak perlu merayumu, sebab sebentar lagi kau akan kehilangan kesenanganmu, Danuseka!”

Slash!

Kilatan cahaya terang menderu dari telapak tangan Sariti. Tetapi secepat kilat Danuseka menghindarinya, ia juga melontarkan serangan balasan. Akibatnya ledakan kecil terjadi saat dua kekuatan beradu. Serangan terus terjadi di antara keduanya belah pihak, hingga akhirnya membuat Danuseka terpental beberapa langkah kebelakang.

“Sudahlah, Danuseka. Nikmatilah sisa-sisa kehidupanmu di tempat ini, tidak ada gunanya kau melawanku.”

 Setelah berucap Sariti terbang menjauhi Danuseka, bersamaan dengan itu kericuhan terjadi di beberapa penjuru puncak Punden. Artinya pertempuran besar telah terjadi. Danuseka baru menyadarinya, ia lantas melesat pergi tanpa menghiraukan kepergian Sariti. Keselamatan rekan-rekannya tentu lebih penting, oleh karena itu Danuseka memilih membantu mereka yang berjibaku melawan para siluman.

Blar!

Blar!

Dua ledakan membinasakan beberapa Siluman ular yang sedang menyerang salah satu tetua. Beruntung tetua itu juga memiliki kedigdayaan cukup mumpuni. Namun, Siluman ular bukanlah lawan yang tepat untuk rekannya.

“Kau tidak apa-apa, Kang?”

 “Saya baik-baik saja, Ki. Terimakasih. Baiknya kita segera bertindak, banyak makhluk aneh beterbangan di tempat ini,”

“Jika Kakang berkenan, ajaklah beberapa orang untuk turun. Saya khawatir terjadi sesuatu di bawah sana kang,” ujar Danuseka.

“Baik, Ki”

Tetua muda itu menuruti ucapan Danuseka, dirinya merasa siluman bukan lawan tepat untuknya. Terlebih lagi suara-suara kikikan kuntilanak yang selalu terdengar di telinga membuat konsentrasinya sering terganggu, tentu ia harus bisa menakar dirinya sendiri. Ia mengajak beberapa orang yang tidak memiliki ilmu kebatinan untuk turut serta ke perkampungan.

“Tenanglah, saya akan membersamai kalian,” ucap salah satu tetua yang tiba-tiba turut turun bersama rombongan.

“Baiklah, mari.”

 Sesampainya di pemukiman mereka dikejutkan dengan lengkingan jeritan seorang wanita, ya! Mereka terlambat datang.

 “Ibuk, Ibuk!”

 Belum habis rasa terkejutnya, teriakan kembali terdengar. Kini suara teriakan seorang bocah menghentikan ayunan langkahnya. Lelaki itu mendengarkan secara seksama asal suara, tetua muda yang mendapat tugas dari Danuseka berlari ke arah suara. Ia tidak memperdulikan rekan lainnya, sebab ia yakin yang berteriak memanggil sang ibu adalah Ajiseka, putra dari Danuseka.

“Apa yang terjadi, Ajiseka?”

“Ibu, Ki. Ibu di bawa pergi selendang berkepala manusia,” jawab Ajiseka sembari menitikkan air matanya.

Lelaki itu memegang pundak Ajiseka, “Jangan khawatirkan hal itu. Siapa-pun! sampaikan kepada Ki Danuseka tentang hal ini.”

Tanpa menunggu diminta untuk kedua kalinya, salah satu tetua langsung bergegas menuju puncak Punden. Ia harus segera menyampaikan kabar buruk itu kepada Danuseka.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Комментарии

user avatar
Sape Piye
masih lanjutkah novel ni thor?
2024-08-31 23:38:28
1
user avatar
Shaveera
keren uy, lanjut Om
2024-05-30 11:28:09
0
user avatar
Wavi
fantasi jawa, oke
2024-05-30 01:51:59
1
user avatar
Aprilia Sakura
Bukunya bagus, asik untuk di baca
2024-04-24 14:01:04
1
user avatar
Arya. P
secuil sajian pengisi waktu luang, semoga berkenan
2024-04-10 11:20:59
2
user avatar
Arya. P
mencoba menyajikan yang terbaik sesuai kapasitas diri
2024-04-03 19:27:43
2
user avatar
Sumadi
terlalu cepat itu nya, awal2 sdh dikasih konflik tanpa perkenalan dulu, tapi bagus juga, semangat terus !!!
2024-04-24 19:21:46
0
141
Bab 1. Kekacauan di wilayah Punden
“Romo, semalam Aji bertemu Eyang. Eyang menyuruh Aji segera belajar Kanuragan supaya bisa menjaga keraton Setya Loka dan wilayah punden dari incaran wanita yang bernama Sariti.”Aktivitas Danuseka terhenti seketika saat putranya berbicara, “Oya? Kamu tau dimana keraton itu, Nak?”Sepuluh tahun yang lalu Ajiseka terlahir didunia, selama itu pula proses pengalihan digdaya dari sang Kakek berlangsung. Namun, Ajiseka harus menempa dirinya sendiri untuk menumbuhkan digdaya yang ia miliki. Sayangnya sang Kakek sudah mengasingkan diri sebelum Ajiseka dewasa.“Aji beberapa kali kesana, Romo. Tapi Aji tidak tau letaknya, yang Aji tau rumah disana besar dan berwarna kuning emas,”“Mulai sekarang, Aji harus belajar. Dengan Romo atau yang lainnya, Aji harus sungguh-sungguh.”Danuseka mengelus pucuk kepala putranya. Pikirannya langsung tertuju perihal pesan yang disampaikan pada Ajiseka. Pasalnya, tidak mungkin Ayahnya atau Kakek Ajiseka yang baru empat hari pergi itu kembali dari tapa bratanya. D
last updateПоследнее обновление : 2024-02-04
Читайте больше
Bab 2. Penculikan.
“Ki Danuseka!” Tiba-tiba saja Danuseka hadir di depan utusan yang memanggilnya, “Ada apa, Kang? Adakah sesuatu yang genting di bawah sana, Kang?” “Ketiwasan, Ki. Nyai dibawa makhluk selendang berkepala manusia, Ki!” Mendengar aduan itu dada Danuseka terasa sesak seketika, begitu juga dengan tubuhnya yang bergetar. Menandakan jika dirinya sedang dikuasai oleh amarah. Namun, ia mencoba menetralisir hal itu, sebab jika amarahnya memuncak hanya akan membuntukan pikirannya. Terlebih lagi, ia tidak bisa meninggalkan pertarungan begitu saja. “Kita selesaikan pertarungan dulu, Kang. Terlalu banyak siluman juga dedemit yang turut andil disini. Lalu, bagaimana keadaan di bawah, Kang?” “Saya tidak tau pasti, Ki. Tapi Ajiseka sudah diamankan oleh para tetua,” “Baiklah, waspadai sekeliling Kakang, jika ada yang mengganggu panggil saya secepatnya.” Tetua utusan mengangguk mengerti, sedangkan Danuseka sendiri segera kembali ke medan pertarungan. Kini fokus Danuseka adalah siluman selendang be
last updateПоследнее обновление : 2024-03-13
Читайте больше
Bab 3. Kebengisan Sariti
Wilayah Punden semakin mencekam. Obor-obor menancap di sembarang tempat, menerangi sebagian lokasi yang semula gelap gulita. Ya! Pasukan dari golongan manusia yang dipimpin oleh Sariti mulai beraksi, mereka berasal dari suatu daerah yang telah dikuasai oleh pengaruh pimpinan lelembut wilayah punden.“Merekalah yang harus kalian bersihkan, binasakan! Tunjukkan bakti kalian kepadaku!” ujar Sariti.Titahnya terdengar jelas di telinga para abdinya yang menyebar. Bersembunyi di balik pepohonan dan semak. Ya! Hanya mereka yang mendengar titah itu.Kelompok Danuseka mulai tersudut. Puluhan siluman ular dan penampakan kuntilanak yang tiba-tiba muncul membuat beberapa tetua panik. Pasalnya, bukan kekuatan silumannya yang merepotkan, tetapi kehadiran makhluk bergaun putih yang acapkali membuat mereka kehilangan fokusnya.“Ki, lakukan sesuatu agar mereka tidak mengganggu.” Titah Danuseka.Tetua itu bergegas melakukan sesuai perintah Danuseka. Dia lebih memfokuskan diri menghadapi makhluk astral.
last updateПоследнее обновление : 2024-03-13
Читайте больше
Bab 4. Murka Danuseka.
Ketika kebengisan dipertontonkan oleh Sariti, tetua wilayah punden tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa mengutuk sosok yang berdiri angkuh di atas sebuah batu besar. Ya! Sariti mengendalikan seluruh lawannya. Dia memanfaatkan amarah rekan-rekan Danuseka.Cukup lama tubuh para tetua berada dalam kendali Sariti. Selama itu pula mereka menyaksikan penyiksaan yang terjadi bahkan, ketika sanak saudaranya meregang nyawa mereka hanya bisa meratapi. Lebih mengejutkan lagi pelakunya adalah warga punden yang disusupi makhluk tinggi besar dan berbulu. Pantaslah mereka tidak lagi merasa iba kepada sesama manusia. Sebab sejatinya yang melakukan itu Adalah makhluk-makhluk itu.“Ki Danuseka!” tiba-tiba salah satu tetua berteriak memanggil nama pimpinannya. Dia tersadar pesan yang pernah disampaikan Danuseka.Di tempat yang jauh dari Punden Danuseka menghentikan pengejarannya, dengan jelas ia mendengar teriakan yang memanggil namanya. Seketika Danuseka sadar jika ia telah terkecoh oleh Sari
last updateПоследнее обновление : 2024-03-13
Читайте больше
5. Alam mimpi
Terik mentari pagi menghangatkan wajah-wajah sendu warga Punden. Berjibaku mengurusi puluhan mayat sisa tragedi semalam, duka diwilayah Punden tidak terelakkan lagi. Jangankan puluhan nyawa, satu nyawa saja melayang akibat kebengisan, mereka sangat menyayangkannya. Belum genap satu bulan memangku tanggung jawab, Danuseka sudah di hadapkan dengan kenyataan pahit. Merasa terpukul karena tidak bisa mengemban amanah dari pendahulunya. Tetapi Danuseka tidak menunjukkan perih hatinya, ia masih terlihat tegar di depan warganya. Terlebih di depan Ajiseka, putra semata wayangnya. Dirinya lebih memilih turut membantu warga menyiapkan keperluan pemakaman. Ikut menggali lubang raksasa agar pekerjaan cepat selesai. Bahkan, Danuseka tidak segan membersihkan jenazah yang hendak dimakamkan. Lubang besar disiapkan untuk pemakaman warga, setidaknya ada tujuh lubang besar. Tetapi saat pemakaman berlangsung kejadian aneh menimpa mayat-mayat yang berasal dari luar Punden. Sekitar dua puluhan mayat meny
last updateПоследнее обновление : 2024-03-14
Читайте больше
6. Awal perjalanan.
Cicit burung mengantar langkah riang Ajiseka. Tekadnya yang kuat membuat dirinya mantab meninggalkan ayahnya. Bahkan, embun pagi yang dingin tidak menyurutkan ayunan langkahnya.Tepi Selatan menjadi tujuan pertama Ajiseka, ia dijemput oleh dua orang tetua yang cukup mumpuni. Belum lagi pengawalan diam-diam Ki Dirgodono, tetua sepuh Punden yang jarang sekali berbaur dengan warga. Lelaki yang piawai dalam penyamaran dan ahli menekan aura kedigdayaannya.Untuk pertama kalinya Ajiseka keluar dari pemukiman, langkahnya begitu riang manakala dirinya melintasi hutan lebat. Bahkan, Ajiseka tidak khawatir jika ada binatang buas seperti yang pernah diceritakan oleh sang ibu. Sesekali Ajiseka bersiul menirukan kicauan burung, terkadang mengernyitkan dahinya saat mencurigai sesuatu.Tiba-tiba Ajiseka berhenti, ia menatap tajam pohon besar yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri.“Ki, apakah itu gubuk, Aki?” tanya Ajiseka kepada Ki Sawung, tetua sepuh yang menjemputnya.“Bukan Aji? Gubuk A
last updateПоследнее обновление : 2024-03-31
Читайте больше
7. Kehadiran Kumbolo
Dewi Panguripan. Wanita dari bangsa lelembut beraliran putih, memiliki paras yang ayu dan berbudi baik. Sosoknya tidak banyak di kenal, sebab ia sendiri sejatinya sudah menjauh dari permasalahan-permasalahan dunia. Tetapi, tidak untuk keturunan penguasa Punden, pemilik keraton Setyaloka yang kini moksa. Kehadirannya yang tiba-tiba membuat Ki Sawung sedikit tergagap. “Ah, Nyai ... Maafkan saya yang tidak menyadari kehadiran Nyai,” “Tidak mengapa Ki Sawung, berikan ini kepadanya, biarkan dia sendiri yang mencari keberadaan padepokanku,” ucap Dewi Panguripan sembari memberikan Sebuah benda berbentuk daun berwarna kuning emas. “Maafkan saya Nyai, rasanya saya tidak tega membiarkan Ajiseka berangkat sendiri, Nyai?” “Tidak perlu khawatir, Ki. Dengan membawa benda ini lelembut wilayah Selatan tidak akan ada yang berani menyentuhnya, kecuali bocah itu mendapat rintangan lain. Kembalilah, energimu akan terkuras jika sukmamu terlalu lama di tempat ini.” Ki Sawung menyadari jika ucapan Dewi
last updateПоследнее обновление : 2024-04-01
Читайте больше
8. Ujian dari Kumbolo.
Dhar!Dhar!Senyum mengembang manakala Ajiseka mampu membuat makhluk itu terpental jauh. Namun, bukan niat Ajiseka untuk melukai, ia gegas mengayunkan langkahnya menghampiri sosok yang baru saja terpental.“Maafkan aku, aku tidak berniat sekeras itu melemparmu,” tangan Ajiseka mencoba meraih pergelangan makhluk besar yang sedang terjerambab, tidak sedikit pun rasa takut dihati Ajiseka.“Kau yang mengajarkan diriku menyerang seperti itu. Bahkan, aku sama sekali belum pernah menggunakannya, sekali lagi maafkan aku,” ucap Ajiseka lagi.“Hua ha ha ha ha, Kau bocah kecil! Jangan bilang kau tidak tau sedang dimana dirimu saat ini, Kau tampak polos sekali,”Mendengar itu Ajiseka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu ia menatap makhluk itu dengan raut muka yang bingung.“Lho, memangnya aku dimana? Di bumi kan? Bumi ciptaan sang pangeran kan? Setidaknya itu yang pernah Romo sampaikan kepadaku,” ucap Ajiseka.“Hua ha ha ha ... Ghoaar ... Kalau begitu, Kau harus mengalahkanku bocah kecil!”
last updateПоследнее обновление : 2024-04-02
Читайте больше
9. Penguasa Alam mimpi.
Teng! Dalam sekejap Ajiseka tersadar, melihat sekeliling dan memastikan jika dirinya telah benar-benar kembali. Senyumnya mengembang manakala bilah-bilah bambu tersusun rapi mengitari Sekitarnya , artinya ia benar-benar berada di kediaman Ki Sawung. ‘Syukurlah aku sudah kembali.’ Monolog Ajiseka. Ia keluar dari bilik, berusaha mengayunkan langkah gontainya. Tetapi saat pandangan Ajiseka terarah di kegelapan malam, dirinya menangkap sekelebat bayangan. Persis seperti makhluk yang baru saja membersamainya di alam bawah sadar. “Terimakasih, Ki Kumbolo!” teriak Ajiseka. “Ada apa Ajiseka ...” jawab Kumbolo manakala berhenti melesat tepat di depan Ajiseka. “Eh? Tidak apa-apa, aku hanya mengucapkan terimakasih saja, Ki,” Ajiseka mengulum senyumnya, merasa lucu melihat makhluk yang begitu cepat kembali ke hadapannya. Tentu Ajiseka membayangkan Kumbolo yang begitu repot menghentikan laju dan kembali dalam sekejap. “Ah! Kau ini, baiklah” ucap Kumbolo, makhluk itu tidak lagi melesat, tetap
last updateПоследнее обновление : 2024-04-02
Читайте больше
10. Nyai Ajeng Ratri.
“Lepaskan aku!”Ajiseka ingin meronta manakala wanita sepuh itu seperti memangkas waktu. Pasalnya, dirinya dan wanita sepuh tidak berjalan saat mendekati gubuk, tetapi setiap kedipan mata posisinya semakin mendekati gubuk reot miliknya.“Tenangkan dirimu, Nak Mas. Nanti Kau akan senang di gubukku, aku hanya minta sedikit pengorbanan dari rasa ikhlasmu. Oleh karena itu, tenanglah.” Mendengar itu Ajiseka mengendurkan ototnya, ya! Ia tidak bisa bergerak, namun otot tubuhnya menegang, mengikuti gejolak amarahnya.Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Ajiseka, dirinya hanya perlu sedikit berpikir agar terlepas dari pengaruh digdaya wanita sepuh itu. Ajiseka mulai memikirkan sesuatu, tidak mungkin dirinya hanya diam tanpa melakukan perlawanan seperti saat ini. Sedangkan otaknya masih sangat mampu untuk mengatur strategi agar dirinya tidak terus menerus berada dalam kungkungan.“Ah! Baiklah, lepaskan diriku agar bisa seperti yang Simbah harapkan, jika tidak. Sampai kapan-pun aku tidak akan menu
last updateПоследнее обновление : 2024-04-03
Читайте больше
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status