"Bangunlah, sudah hari pernikahanmu, Camila."Suara dingin Damien Wibisana memecah keheningan kamar yang suram. Camila membuka matanya yang sembab dan melihat sosok ayahnya berdiri di ambang pintu, wajahnya tanpa ekspresi, seperti patung marmer yang tak bernyawa.Tubuh Camila terasa berat, seolah setiap helai kain yang menutupi dirinya berubah menjadi rantai yang mengikatnya di tempat tidur. Luka-luka yang tersembunyi di balik selimut birunya masih terasa perih, bekas dari malam yang tidak ingin diingatnya.“Ayah ….” Suaranya lirih, nyaris tidak terdengar. Namun, Damien tidak menunjukkan tanda-tanda mendengar atau peduli. Pria itu hanya melipat tangannya di dada, tatapannya tajam seperti pisau yang menusuk tanpa ampun.“Jangan buat ini lebih sulit, Camila. Bangun sekarang,” ulangnya.Camila duduk perlahan, kepalanya menunduk. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, tapi dia tidak ingin menangis di depan Damien. Tidak lagi.“Tadi malam … Victor masuk ke kamarku,” suaranya bergeta
Last Updated : 2025-02-12 Read more