Semua Bab Boneka Tawanan Sang Penguasa: Bab 21 - Bab 30

94 Bab

21. Tanpa Dukungan

Victor mengerutkan kening, tapi tidak menjawab. Ia tahu Julian tidak main-main. “Sekarang keluar,” perintah Julian. “Aku punya urusan yang lebih penting untuk diselesaikan.” Victor menatap ayahnya beberapa detik lagi sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan ruangan itu. Setelah pintu tertutup, Julian menghela napas panjang, mencengkeram gelas anggurnya dengan erat. Ia berjalan ke jendela, memandang langit malam yang gelap. Dalam pikirannya, ada kekhawatiran besar yang bahkan Victor tidak perlu tahu. Kehamilan Camila memang penting untuk menjaga garis keturunan Aryasena, tetapi itu bukan salah satu bagian dari rencana besar yang sedang ia jalankan. Suara dering telepon membuyarkan lamunan Victor. Victor melihat nama yang tertera di layar ponselnya, nama bawahannya, Raphael. Suara di ujung sana langsung menjawab, terdengar berat dan penuh kehati-hatian. “Keluarga Wibisana sudah setuju?” tanya Victor tanpa bas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

22. Banyak Musuh

Meja makan keluarga Julian yang biasanya menjadi tempat kehangatan dan canda tawa, kini dipenuhi dengan ketegangan yang tak terucapkan. Malam itu, suasana agak berbeda. Di tengah meja makan yang penuh dengan hidangan, Sophia, tampak duduk dengan sikap yang gelisah, matanya terpaku pada Camila. Camila duduk dengan anggun di sampingnya, namun ada sedikit kerutan di dahinya saat dia merasakan pandangan intens dari Sophia. Hidangan di piring Camila hampir tak tersentuh, sementara Sophia tampak sibuk menyuapkan makanan ke arah Camila, seperti seorang ibu kepada anak kecilnya. “Camila, buka mulutmu. Ayolah, makan ini. Kau pasti lapar, kan?” suara Sophia terdengar penuh semangat, tetapi ada nada yang aneh, seperti memaksa. Di tangannya, sebuah sendok penuh sup ayam mengarah ke mulut Camila. Camila, yang sudah beberapa kali menolak dengan lembut, mencoba tersenyum sambil mengangkat tangannya untuk menghentikan Soph
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

23. Penerus dan Pengkhianat

Camila merasakan jantungnya berdegup lebih kencang mendengar penjelasan Victor. Kekhawatiran itu membuatnya mengerti, meskipun ia belum sepenuhnya memahami dunia keluarga Aryasena yang penuh bahaya. "Victor, kau terlalu berlebihan," balas Julian, suaranya meninggi. "Kita selalu hidup di bawah ancaman. Namun, itu tidak berarti kita harus terus bersembunyi. Menyambut pewaris keluarga adalah tradisi! Kau tidak bisa mengabaikannya begitu saja." "Tidak, Ayah," Victor menjawab, tetap tenang namun tak kalah tegas. "Ini bukan soal tradisi. Ini soal keselamatan Camila dan bayi kami. Aku tidak peduli apa yang dikatakan orang lain. Yang penting sekarang adalah melindungi keluargaku. Aku tidak akan mengambil risiko sekecil apa pun." Julian menghela napas panjang, frustrasi dengan pendirian Victor. Namun, ia tidak bisa menyangkal bahwa putranya memiliki poin yang kuat. Sebagai kepala keluarga Aryasena, Julian tahu betapa kejamnya dunia yang mereka jal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

24. Penawaran dan Rencana

Angin sore bertiup lembut, mengantarkan daun-daun kering yang beterbangan di halaman depan rumah Victor dan Camila. Di depan pintu, Julian berdiri, sementara tangan memegang lengan istrinya, yang tampak resah dan gelisah. Di sebelah mereka, Camila, dengan senyum yang lembut, berusaha menenangkan ibu mertuanya yang terus-menerus memegangi tangannya. "Aku benar-benar harus pergi kali ini," ujar Julian dengan nada tegas namun penuh kehangatan. "Ini kedua kalinya aku pamit. Camila, kau sedang mengandung, dan aku tidak ingin menambah bebanmu. Sophia sudah cukup merepotkan kalian di sini." "Julian," Sophia menyela dengan suara bergetar. Matanya memerah, dan air mata mengalir di pipinya. "Aku tidak ingin pergi. Aku ingin tetap di sini dengan Camila." Camila menghela napas panjang, lalu berdiri di hadapan ibu mertuanya, menggenggam kedua tangannya erat. "Ibu, tidak apa-apa. Kita memang harus berpisah untuk sementara, tapi aku janji, aku akan mene
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

25. Tidur Bersama

Gabriel membungkuk sedikit, menatap layar laptop itu dengan penuh perhatian. Setelah beberapa menit membaca, ia mengangguk. Leon tersenyum puas. “Dan sekarang saatnya kita bertindak. Aku ingin kau mempersiapkan semuanya. Pastikan para anak buah kita sudah siap untuk bergerak. Kita akan segera mengirim dana itu ke wilayah utara. Aku tidak ingin ada penundaan.” Gabriel mengangguk tanpa ragu. “Berapa banyak dana yang perlu kita kirim?” “Semua yang sudah kita sepakati. Kau tahu apa yang harus dilakukan.” Gabriel menegakkan tubuhnya, wajahnya serius. “Saya akan mengatur semuanya segera, Tuan. Anak buah kita di utara sudah berada di bawah kendali saya. Dana akan dikirimkan dalam waktu tiga hari.” Leon menyandarkan tubuhnya kembali ke kursi, merasa lebih tenang. Gabriel memang selalu bisa diandalkan. Ia tahu, dengan Gabriel yang memimpin pengiriman itu, segala sesuatu akan berjalan lancar. “Bagus. Pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

26. Aku berjanji, Camila

Camila menatap Victor dengan tatapan penuh kebingungan, bercampur ketakutan dan amarah yang tak mampu ia sembunyikan. Kata-kata Victor barusan seolah menghantamnya dengan keras, membawa kembali kenangan akan luka-luka yang belum sembuh. Pria itu berdiri di hadapannya, dengan wajah yang tampak serius, namun bagi Camila, sikapnya terasa terlalu dibuat-buat. “Aku akan melindungimu, Camila. Dari apa pun. Mulai sekarang,” ujar Victor dengan nada tegas. Matanya menatap langsung ke arah Camila, namun tatapan itu tak lagi mampu membuat wanita itu percaya. Camila mengerutkan kening, suaranya terdengar pelan namun penuh kepahitan. “Kenapa aku harus percaya padamu? Setelah semua yang kau lakukan?” Victor menghela napas panjang. Ada sesuatu dalam dirinya yang tampak gusar, tapi ia berusaha menyembunyikannya. “Aku tahu, aku telah banyak menyakitimu. Tapi sekarang situasinya berbeda. Kau mengandung, Camila. Itu artinya aku harus memasti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

27. Dengan Perasaan

“Dimengerti, Tuan,” jawab Gabriel. Ia membungkuk sedikit sebelum berbalik untuk pergi. Namun, sebelum ia mencapai pintu, Leon memanggilnya lagi. “Gabriel.” “Ya, Tuan?” “Jika ada tanda-tanda bahaya, segera laporkan padaku. Aku tidak ingin kejadian seperti dulu terulang lagi.” Nada suara Leon merendah, hampir seperti sebuah peringatan yang penuh dengan kenangan pahit. Gabriel menatap Leon sejenak, memahami sepenuhnya apa yang dimaksudkan oleh sang pemimpin. “Saya tidak akan mengecewakan Anda, Tuan.” Setelah Gabriel pergi, Leon kembali duduk sendirian di ruangan itu. Ia memandangi teleponnya lagi, berharap ada pesan atau panggilan dari Camila. Namun, layar itu tetap kosong, seolah-olah menambah kesunyian yang sudah membebani pikirannya. Ia meraih segelas bourbon di meja dan meneguknya dalam-dalam. Dalam hati, ia bertanya-tanya apakah ia terlalu keras terhadap Camila. Mungkin ia harus memberikan ad
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

28. Mencoba Merebut

Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh cahaya redup dari layar monitor yang menampilkan gambar konvoi keluarga Wibisana. Di tengah kegelapan, Nathan duduk di kursi kulitnya, senyum tipis menghiasi wajahnya. Senyum yang menyimpan dendam yang mendalam, senyum yang seolah-olah mengejek nasib. Di tangannya, ia memegang sebuah cangkir kopi yang sudah dingin, isinya tak tersentuh. "Victor ... bodoh," gumamnya, suaranya serak dan berat, seperti batu yang digiling oleh waktu. "Harusnya dia mengajakku bekerja sama. Kekuatan kita, digabungkan, akan menghancurkan keluarga Wibisana. Tapi tidak, dia memilih untuk bersekutu dengan ular berbisa itu." Ia menggelengkan kepala, amarah bergelora di dalam dadanya. Pengkhianatan Victor adalah pil pahit yang sulit ditelan. Nathan mengusap layar monitor, jari-jarinya menyentuh gambar Camila yang terlihat samar. Bayangan wanita itu, yang sedang menangis ketakutan, membangkitkan api dendam yang lebih besar. Dia tidak hanya aka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

29. Tertuduh

Jarum jam menunjukkan pukul dua dini hari. Kegelapan malam menyelimuti kamar Camila dan Victor. Camila tertidur pulas, dadanya naik turun dengan teratur. Victor, yang terjaga, menatap wajah istrinya dengan lembut. Namun, di balik kelembutan itu, tersimpan rencana yang penuh teka-teki. Dengan hati-hati, Victor bangkit dari tempat tidur. Camila terbangun, matanya masih sayu karena kantuk. "Kau mau ke mana, Victor?" tanyanya, suaranya masih parau karena baru bangun tidur. "Aku harus pergi sebentar," jawab Victor, berusaha agar suaranya terdengar tenang. "Aku akan ke pelabuhan. Aku harus menemui seseorang." "Siapa?" tanya Camila, kecurigaan mulai muncul di benaknya. "Leon," jawab Victor, singkat. "Kakakmu." Pernyataan Victor membuat Camila langsung waspada. Bayangan-bayangan buruk memenuhi pikirannya. Ia tahu hubungan antara Victor dan keluarga Wibisana masih tegang. Ia takut Victor akan mencelakai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

30. Akan Bertanggung Jawab

Victor menghela napas, setelah mendengarkan perkataan Leon, Victor tahu kalau Leon baru saja diserang. Luka di lengannya yang masih diperban. Luka juga ada pada tangan kanan Leon, Gabriel. Victor menghela napas lelahnya. "Coba ceritakan yang sebenarnya, maka aku akan mendengarkan dan aku akan mengerti apa yang terjadi, selain kau diserang dan emasmu hilang, kau sama sekali tidak mengerti apa yang kau katakan." Victor duduk di kursi dan menatap Leon dengan tenang, berbanding terbalik dengan Leon yang menggebu-gebu dengan emosi yang sangat kentara jelas di depan matanya. Leon memejamkan matanya mencoba mengontrol emosi yang menyeruak. "Jadi kau minta dijelaskan, ya? Kau tahu kalau aku ke pelabuhan sesuai dengan perintahmu, tapi belum sempat aku sampai di sana, pihakmu menyerangku sampai aku mendapatkan luka ini." Leon menunjuk tangannya. "Lanjutkan ...," kata Victor mencoba tenang. "Lalu emas yang sudah aku sia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status