Semua Bab Boneka Tawanan Sang Penguasa: Bab 31 - Bab 40

94 Bab

31. Jadilah Milikku!

Derap sepatu Victor bergema di dalam mobil yang tertutup rapat. Tangannya terangkat, melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya sejak tadi. Di kursi kemudi, Raphael mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang, menavigasi jalanan kota yang mulai sepi di tengah malam. Victor menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, memejamkan mata sejenak. Dalam hatinya, ia bergumam, berharap saat tiba di rumah nanti, Camila tidak lagi mencurigainya. Semoga saja wanita itu mulai percaya padanya—percaya bahwa ia benar-benar menyayanginya, bukan hanya sekadar alasan untuk memiliki pewaris. "Sial, sejak kapan aku jadi seperti ini?" pikirnya. Satu hal yang Victor benci adalah perasaan yang membuatnya kehilangan kendali. Tapi, sejak mengetahui Camila mengandung anaknya, segala sesuatu di dalam dirinya mulai berubah. Dia mulai peduli. Mulai takut kehilangan. Dan yang paling parah—mulai mencintai Camila sepenuh hati. Mobil melaju stabil di jala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

32. Nathan!

Camila membelalakkan mata. Nathan mengangkat dagunya dengan satu tangan, membuatnya tak bisa menghindar dari tatapan pria itu. “Dengan begitu, kau bisa bebas dari Victor. Bebas dari siksaan dan kekejamannya. Dan lebih penting lagi—bebas dari nama keluarga Wibisana yang selama ini hanya menyakitimu.” Selama beberapa detik, Camila tidak bisa berkata apa-apa. Ia mencoba mencerna kata-kata Nathan, mencoba mencari celah apakah pria ini sedang bermain-main atau benar-benar serius. Tapi kemudian, ketakutannya berubah menjadi kemarahan. Dengan tangan yang masih gemetar, Camila menampar Nathan dengan sekuat tenaga. Suara tamparan itu menggema di dalam kamar yang sunyi. Camila menatap Nathan dengan napas tersengal, dadanya naik turun karena amarah. “Serendah apa pun aku, aku tidak akan mengkhianati keluargaku sendiri!” suaranya bergetar. “Aku tidak akan berpaling ke pria sepertimu!” Nathan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

33. Camila Dalam Bahaya

Victor merasakan darahnya berdesir lebih cepat. Jika benar ini ulah Nathan, maka ancamannya tidak hanya ditujukan padanya. Keluarga Wibisana pasti juga menjadi target—dan itu berarti Camila dalam bahaya. Sial. Victor berdiri dengan cepat, matanya menatap jalan yang membentang di depan mereka. Malam semakin larut, dan jalanan tidak terlalu ramai. Mereka harus segera sampai ke mansion sebelum sesuatu yang buruk terjadi. “Raphael, kita harus cepat,” desaknya dengan suara tegang. Raphael mengangguk, lalu mengangkat tangannya, melambaikan ke arah sebuah mobil yang datang dari kejauhan. Victor ikut melambaikan tangan, berharap pengendara mobil itu mau berhenti dan memberikan mereka tumpangan. Mobil sedan hitam itu melambat, kemudian berhenti tepat di depan mereka. Jendela turun, memperlihatkan seorang pria dengan wajah yang tenang dan ramah. “Kalian kenapa?” tanyanya, suaranya terdengar waspada.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

34. Menyesal

Victor tidak menambahkan apa-apa lagi. Panggilan pun berakhir. Baru saja Julian hendak turun dari ranjang, suara lembut namun penuh rasa penasaran terdengar di belakangnya. “Julian … mau ke mana pagi-pagi begini?” Julian menoleh. Sophia sudah bangun. Wanita itu duduk di ranjang dengan rambut panjangnya yang tergerai berantakan, matanya masih setengah tertutup, tapi ada kecurigaan yang jelas di dalam tatapannya. Julian menarik napas panjang. “Aku harus pergi sebentar. Kau tetap di sini.” Mata Sophia menyipit. “Kenapa? Aku mau ikut.” Julian menggeleng, memasang ekspresi tegas. “Tidak bisa. Ini berbahaya.” Seperti yang sudah diduganya, Sophia merajuk. Wanita itu menyilangkan tangan di dada dan menatap Julian dengan bibir yang mengerucut. “Aku tidak suka ditinggal.” Julian mendesah, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menenangkan Sophia. “Aku harus menyelamatkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

35. Mengkhianati Persahabatan

Darah segar mengalir dari hidung Nathan, tapi pria itu tetap tersenyum dengan bibir berdarah. “Kenapa?” desis Nathan. “Karena aku ingin memiliki istrimu?” Victor menghentikan pukulannya sejenak, napasnya memburu. Camila hanya bisa menatap ketakutan dari atas ranjang, tubuhnya masih gemetar hebat. Nathan menyeringai, lalu berbisik. “Atau karena aku mengatakan hal yang sebenarnya? Kau sudah melupakan Selena.” Victor menegang. Kata-kata Nathan menancap tajam di hatinya, tetapi ia segera mengusir keraguan itu. Camila adalah istrinya, dan ia tahu perasaannya padanya bukan sekadar kewajiban. Dengan suara rendah, Victor berkata. “Aku sudah memberimu kesempatan untuk pergi, Nathan. Tapi kau malah melakukan hal ini.” Nathan menyeringai lemah. “Karena aku tahu kau tidak akan pernah menangkap sahabatmu sendiri dan kau akan melepaskanku.” Victor menatapnya dingin, lalu melirik ke luar jendel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

36. Cinta Mutlak

Victor tidak menggubris ejekan itu. Ia hanya menatap Nathan dengan ekspresi yang sulit ditebak. “Kerja samaku dengan keluarga Wibisana adalah bukti bahwa aku menerima Camila sebagai istriku,” katanya pelan namun tegas. “Keluarga Wibisana sudah menjadi bagian dari keluarga Aryasena. Itu urusan pribadiku, dan kau tidak berhak mengatur dengan siapa aku bekerja sama.” Nathan mendecak sinis. “Jadi kau benar-benar memilih mereka dibanding aku?” Victor menatapnya dengan dingin. “Aku memilih istriku.” Nathan tertawa pendek, meski jelas ada rasa sakit di balik tawanya. “Bagus, Victor. Sangat bagus .…” Di sudut ruangan, Julian yang sejak tadi diam kini meraih ponselnya. Dengan ekspresi tanpa emosi, ia menekan nomor yang sudah sangat dikenalnya. Dalam hitungan detik, panggilannya tersambung. Lucas Ardhana. Suara pria tua itu terdengar dari seberang. “Julian? Kenapa kau menelepon di jam segi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

37. Perkumpulan Para Penguasa

Camila menarik tangannya dari genggaman Victor. Hatinya bergejolak, pikirannya penuh dengan keraguan yang tak kunjung sirna. Tatapan Victor yang penuh ketulusan terasa begitu asing baginya, seolah pria itu adalah orang yang berbeda dari lelaki yang dulu menyiksanya tanpa ampun. Victor menghela napas, tetapi tak sedikit pun ekspresinya berubah. Sekali lagi, dengan suara dalam dan tenang, ia berkata. “Aku mencintaimu, Camila.” Camila menggigit bibirnya, merasa bimbang. "Bagaimana aku bisa percaya?" tanyanya lirih, kepalanya sedikit menunduk. Victor mengangkat alis. "Apa semua yang kulakukan selama ini tidak cukup untuk membuktikan kalau aku peduli?" Camila terdiam. Ia tak bisa memungkiri bahwa Victor memang telah berubah. Tidak ada lagi pukulan atau siksaan. Tatapan pria itu kini lebih lembut, perlindungan yang diberikannya terasa nyata. Victor bahkan mempertaruhkan nyawanya tadi malam untuk menyelamatkannya. T
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

38. Telah Berubah

Semua orang di ruangan terdiam. Victor mengangkat alis, ekspresinya tetap tenang. “Pengkhianatan? Maksudmu, karena aku bekerja sama dengan keluarga Wibisana?” Nathan mengepalkan tangan yang terborgol. “Seharusnya kau lebih dulu setia kepada keluargaku! Kau malah menjalin hubungan dengan keluarga lain! Kau menghancurkan persahabatan kita!” Suasana di ruangan semakin tegang. Victor melangkah maju. “Dengarkan baik-baik, Nathan. Aku sudah bilang sebelumnya, kau tidak punya hak untuk mengatur siapa yang boleh bekerja sama denganku atau tidak. Camila adalah istriku, dan keluarga Wibisana sudah menjadi bagian dari keluarga Aryasena. Semua orang di sini tahu bahwa bekerja sama dengan pihak lain bukan bentuk pengkhianatan. Justru kaulah yang berkhianat.” Nathan menggertakkan giginya. “Aku hanya mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku.” “Kau menginginkan istriku,” Victor menegaskan dengan nada ding
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

39. Aku di Sini

“Bagus.” Julian menyandarkan punggungnya ke kursi, wajahnya yang tegas sedikit melunak. Tapi nada suaranya kembali serius ketika dia berkata: “Setelah ini, Nathan tidak akan tinggal diam.” Victor mengepalkan tinjunya lagi. Nathan mungkin sudah kehilangan jari kelingkingnya, tapi pria itu tidak akan menyerah begitu saja. Dendam Nathan pasti akan semakin membara. “Ganti rugi atas apa yang dia lakukan sedang dalam proses.” Julian menambahkan. “Tapi itu tidak akan menghentikannya. Dia akan terus mencari cara untuk membalas dendam.” Victor tidak merespons dengan kata-kata, tapi tatapan matanya berbicara banyak. Dia tahu semua itu. Dan dia akan menghancurkan siapa pun yang berani mengusik keluarganya. Camila adalah miliknya. Anak mereka adalah masa depan keluarga Aryasena. Dan dia tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh mereka.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

40. Darah Aryasena

Julian keluar dari mobil dengan wajah sedikit lelah. Setelah urusan dengan Nathan dan para penguasa selesai, ia akhirnya bisa pulang untuk memastikan Sophia baik-baik saja. Namun, sebelum sempat melangkah lebih jauh, sosok Sophia sudah muncul di depan pintu mansion dengan terburu-buru. Mata istrinya yang selalu dipenuhi kegilaan kini tampak penuh rasa penasaran. Ia berlari kecil ke arah Julian, lalu berhenti tepat di hadapannya dengan napas sedikit memburu. "Bagaimana keadaannya?!" Julian menghela napas, mengerti siapa yang dimaksud Sophia. "Camila baik-baik saja." Mendengar jawaban itu, Sophia tersenyum lebar. Senang mendengar bonekanya masih hidup. "Aku ingin menemuinya!" katanya sambil menarik lengan Julian seperti anak kecil yang meminta permen. Julian menggandeng tangan istrinya, membawanya masuk ke dalam rumah sebelum orang-orang melihat tingkah Sophia yang tak terduga.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status