Dengan tanpa kasihan, Camila dipaksa menikah dengan Victor sebagai peredam kebencian oleh keluarganya. Victor membenci keluarga Camila karena mereka telah membunuh calon istrinya. Bisakah Camila meredakan kemarahan dan memenangkan hati Victor? Ataukah Camila akan merasakan api neraka dalam rumah tangganya bersama Victor? "Meski kau sujud memohon aku tidak akan pernah mengampuni keluargamu!" Mari kita saksikan kisah menarik ini di Goodnovel
view moreLangit pagi kota itu masih diselimuti kabut tipis ketika Sebastian menatap wanita di sampingnya. Stasiun mulai ramai, suara roda koper bersahutan dengan pengumuman keberangkatan dari pengeras suara. Tapi di tengah keramaian itu, ada ketegangan yang menggantung di antara dua orang yang berdiri diam di depan pintu masuk peron. "Selena, kau yakin benar ingin melakukan ini?" tanya Sebastian pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh suara-suara di sekeliling mereka. Matanya mencari jawaban di wajah Selena yang sedikit pucat. Selena tidak langsung menjawab. Tangannya mencengkeram gagang koper, seolah pegangan itu adalah satu-satunya hal yang membuatnya tetap tegak. Kemudian, dia mengangguk pelan, tapi pasti. "Aku ingin pergi dari kota ini, Bas," ucapnya akhirnya. "Aku ingin menghilang dari semua yang pernah menyakitiku. Dari keluarga yang hanya tahu menyuruh, dari orang-orang yang hanya tahu menuntut. Aku ... aku tidak bisa terus hidup dalam bayang
Dominic, Alexander, dan Nathan duduk di ruangan pribadi di salah satu bar eksklusif yang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu. Suasana di antara mereka begitu santai, seolah kemenangan sudah ada di genggaman. Alexander menyandarkan punggungnya ke sofa dengan ekspresi puas. “Aku tidak menyangka Victor akan semudah ini dijatuhkan,” katanya sambil menuangkan minuman ke dalam gelasnya. Nathan tertawa kecil, menggoyangkan gelasnya sehingga cairan di dalamnya berputar perlahan. “Dia terlalu sibuk menjaga istrinya. Itu kelemahannya. Lihat saja, dia bahkan mengirim Camila pergi seolah-olah itu bisa menyelamatkannya. Padahal, dia sendiri yang akan jatuh ke dalam kehancuran.” Dominic tersenyum miring, ikut meneguk minumannya. “Victor selalu merasa dia lebih pintar dari kita, tapi pada akhirnya, dia hanya pria bodoh yang membiarkan emosinya mengendalikan segalanya.” Mereka bertiga tertawa, menikmati perasaan puas yang mengalir
Dominic, Alexander, dan Nathan duduk di ruangan pribadi di salah satu bar eksklusif yang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu. Suasana di antara mereka begitu santai, seolah kemenangan sudah ada di genggaman.Alexander menyandarkan punggungnya ke sofa dengan ekspresi puas. “Aku tidak menyangka Victor akan semudah ini dijatuhkan,” katanya sambil menuangkan minuman ke dalam gelasnya.Nathan tertawa kecil, menggoyangkan gelasnya sehingga cairan di dalamnya berputar perlahan. “Dia terlalu sibuk menjaga istrinya. Itu kelemahannya. Lihat saja, dia bahkan mengirim Camila pergi seolah-olah itu bisa menyelamatkannya. Padahal, dia sendiri yang akan jatuh ke dalam kehancuran.”Dominic tersenyum miring, ikut meneguk minumannya. “Victor selalu merasa dia lebih pintar dari kita, tapi pada akhirnya, dia hanya pria bodoh yang membiarkan emosinya mengendalikan segalanya.”Mereka bertiga tertawa, menikmati perasaan puas yang mengalir di dada mereka.Namun, kesenangan mereka terhenti tiba-tiba s
Nathan yang berdiri di hadapan mereka semua pembenci Victor. Melihat orang-orang yang berkumpul di pihaknya seakan tercium wangi darah yang sangat dia sukai. Bagaimana Victor akan bertekuk lutut di hadapannya dan dia memenggal kepala Victor sambil tersenyum. "Sekarang Victor tengah dalam masa lengahnya, dia pikir dia akan bisa mengatasi kita, dia tidak mungkin bisa menahan balai serangan yang datang beruntun. Dia terlalu sibuk mengurus koneksinya dan melebarkan kekuasaan sampai lupa harus bersiap sekarang." Perkataan dari Nathan membangkitkan mereka seakan sudah tidak sabar untuk segera menghancurkan nama Aryasena dari peradaban. "Sepertinya begitu, aku sama sekali tidak melihat pergerakan Victor selain dia sibuk untuk menjalin kerja sama dengan beberapa pihak," timpal Alexander. Mereka tertawa puas melihat Victor yang terlihat kecolongan tanpa mereka menyelidiki lebih lanjut. "Itulah sebabnya Aryasena harus
Raphael menghentikan mobilnya di bangunan besar yang mewah dan otentik. Dia membuka pintu mobil perlahan, tidak lupa menutupnya kembali. Raphael memasuki pintu yang sudah dibukakan oleh pelayan dan menuju ke arah Joee yang sedang membersihkan meja."Di mana Nyonya Camila?" tanya Raphael tanpa basa-basi.Joee menoleh sebentar, lalu melanjutkan kerjaannya. "Nyonya sedang di taman belakang dengan nyonya besar," jawab Joee.Raphael langsung melanjutkan langkahnya ke halaman belakang dan dia melihat Camila sedang duduk di samping Sophia. Mereka berdua terlihat begitu akrab dan entah kenapa hati Raphael terasa menghangat karena tuannya telah menemukan sesuatu yang akan dia lindungi setelah badai di hatinya berlalu.Raphael melangkahkan kakinya mendekat ke arah mereka berdua. Camila menyadari kehadiran Raphael dan menoleh menatap manik yang menatapnya lumayan tajam. "Nyonya, Tuan memberikan ini untuk komunikasi. Tuan juga mengatakan kalau dia a
"Sedang apa sekarang Victor? Aku ingin melihat wajahnya," gumam Camila seorang diri.Camila memandangi taman di luar jendela yang tampak tertata rapi, biasanya dia dan Victor akan berjalan-jalan sore hari untuk menghabiskan waktu bersama, tapi kali ini dia hanya seorang diri diasingkan.Camila menghela napas lelahnya. "Apa Victor masih mencari Selena, apakah dia masih berusaha menemukannya. Aku percaya kalau Victor ingin melindungiku, tapi sayangnya aku juga percaya kalau Victor masih mencintai Selena."Camila memejamkan matanya, dia kembali berpikir tentang semua yang terjadi belakangan ini, semuanya terlalu tiba-tiba. Cintanya pada Victor juga tiba-tiba."Seharusnya aku tidak mencintai Victor hanya karena dia bersikap sedikit baik padaku, harusnya aku bisa menjaga hatiku agar tidak terlalu sakit nantinya," kata Camila.Camila duduk perlahan, mengusap perutnya yang mulai membesar. "Mungkin Victor ingin melindungi hanya karena bayi yang a
Liam datang terakhir, menyusul setelah perjalanan panjangnya dari mansion. Begitu dia turun dari mobil, Raphael langsung menyambutnya dengan ekspresi serius."Akhirnya kau datang," kata Raphael sambil melirik jam tangannya.Liam mengangguk, mengeratkan mantel panjangnya yang sedikit berdebu akibat perjalanan. Udara di sekitar villa ini jauh lebih dingin dibanding di kota."Maaf, aku sedikit terlambat. Bagaimana keadaannya?" tanya Liam.Raphael menghela napas. "Syok berat. Sejak perjalanan tadi dia terus diam, dan dia hampir pingsan karena tekanan emosinya."Liam mengernyit. "Bagaimana kondisi fisiknya?""Tidak ada luka serius, tapi dia butuh perhatian khusus. Sejak turun dari mobil, dia langsung masuk ke kamar dan hampir tidak berbicara dengan siapa pun."Liam mengangguk paham. Dia bisa membayangkan bagaimana perasaan Camila saat ini.Raphael menepuk bahu Liam. "Aku harus segera kembali. Kau yang bertanggung jaw
Victor menutup telepon dengan Raphael, mengembuskan napas panjang untuk menahan kepanikan yang nyaris melumpuhkan pikirannya. Camila mengalami syok hingga perutnya sakit. Bayangan wajah istrinya yang pucat dan penuh air mata menghantui pikirannya, tapi Victor memaksa dirinya tetap tenang. Dia tidak bisa kehilangan fokus sekarang, terutama ketika perang ini akan segera dimulai. Pintu ruangannya diketuk, dan seseorang masuk tanpa menunggu izin. Liam. Dokter pribadi keluarga Aryasena itu melangkah masuk dengan santai, meskipun matanya tajam menatap Victor yang terlihat berbeda dari biasanya. "Ada apa? Kau memanggilku dengan nada yang serius." Victor menatap sahabatnya itu dengan ekspresi tak terbaca, lalu berdiri dari kursinya. "Sudah waktunya berangkat," kata Victor akhirnya. "Camila sudah lebih dulu pergi ke villa di Utara." Liam mengernyit. "Kau jadi
Will menggenggam erat setirnya, rahangnya mengeras saat melihat mobil yang dikendarai Raphael semakin jauh di depan. Dia memacu mobilnya lebih cepat, menyalip kendaraan-kendaraan lain di jalanan yang mulai padat. Kecepatan menjadi kunci, dan dia tidak bisa kehilangan targetnya begitu saja.Mobil yang dia ikuti melesat tajam melewati persimpangan, memaksanya untuk menekan pedal gas lebih dalam. Will menggeram frustasi ketika mendapati beberapa kendaraan besar menghalangi jalannya."Sial!" gerutunya, tangannya menggenggam setir dengan kuat.Namun, dia tidak butuh waktu lama untuk kembali mendapatkan celah. Begitu ada ruang terbuka, dia segera menyalip, kembali melesat mengejar mobil yang diyakininya membawa Camila.Beberapa menit berlalu, mobil target akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan tua yang tampak terbengkalai. Will segera menepikan mobilnya sedikit lebih jauh dan mematikan mesin. Dengan cepat, dia keluar dari mobil dan mengamati pergera
"Akh ...!"Satu tamparan melayang di pipi Camila dengan kuat. Darah mengalir dari sudut bibir Camila yang meringis kesakitan, tapi tidak begitu dengan pelaku. Pria itu malah tersenyum senang melihat Camila kesakitan.Victor Aryasena menjambak rambut Camila dan membuat wanita itu terus mengerang kesakitan, memperhatikan luka merah yang dia lukis di wajah Camila, seketika Victor langsung merasa kelegaan yang teramat setelah menyakiti calon mempelainya."Astaga, maafkan aku. Harusnya aku tidak melukai wajahmu karena besok hari pernikahan kita," ledeknya."Tuan, aku mohon jangan lakukan ini. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa tentang apa yang Anda bicarakan itu ...," ringis Camila memegangi tangan Victor yang menjambak rambutnya di belakang.Bukannya iba, Victor malah terkekeh melihat pembelaan dari Camila yang dia yakini hanya sebuah alasan kosong. Bagi Victor, Camila terlihat seperti gadis yang sedang berpura-pura lugu."Bahkan mereka membiarkan aku menyicipimu sebelum pernikahan dengan...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments